25 Pertanyaan Tentang Narkoba yang Sering Muncul dan Cukup Sulit Dijawab 1. Apakah minum-minuman keras bisa mendorong penyalahgunaan narkoba? 2. Jika minuman keras bisa memengaruhi tingkat penggunaan narkoba, mengapa ada minuman keras yang dibolehkan? Standarnya seperti apa? 3. Apakah kecanduan alkohol dan narkoba itu bisa disembuhkan? 4. Ganja ‘kan termasuk tanaman, kenapa bisa adiktif dan berbahaya? Apa saja efeknya? 5. Kenapa ada orang yang berkeinginan untuk melegalkan ganja? Bagaimana pendapat anda? 6. Kenapa remaja atau generasi muda bisa menjadi sasaran utama bagi pengedaran narkoba? 7. Kenapa artis dan pejabat publik bisa terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkoba? 8. Apa yang menyebabkan seseorang ingin coba-coba narkoba, padahal dia sudah tahu akibat buruknya? 9. Bagaimana cara mengetahui kalau keluarga, teman, dan orang-orang di sekitar saya merupakan pemakai atau pengedar narkoba? 10. Usia berapa yang rentan terkena godaan narkoba? 11. Apa itu overdosis? Apa penyebab dan efeknya? 12. Apa zat yang membuat narkoba begitu adiktif? 13. Apakah ketagihan pada video games, media sosial, atau penggunaan internet itu sama seperti ketagihan pada narkoba? 14. Jika orang tua menjadi pecandu narkoba, dan ibunya mengandung, apakah anaknya bisa terpengaruh dan menjadi pecandu juga nantinya? 15. Apakah narkotika itu memiliki manfaat tersendiri? 16. Bagaimana sikap kita terhadap mereka yang sudah terlanjur terjebak dalam dunia narkotika? 17. Bagaimana cara mencegah agar kita tidak tergoda narkoba? 18. Bagaimana peran orang tua agar anaknya jauh dari narkoba? 19. Bagaimana cara membujuk seseorang agar mau direhabilitasi? Dia sebenarnya ingin sembuh, tetapi malu jika orang-orang tahu kalau dia sedang dalam proses “pengobatan” dari jerat narkoba. 20. Bagaimana cara menghukum para pemakai narkoba? 21. Bagaimana cara menghukum para pengedar narkoba agar mereka jera? 22. Bagaimana bisa seorang pengedar narkoba yang sudah dipenjara, tetapi masih bisa mengoperasikan usaha haramnya itu? 23. Kenapa penerapan hukuman mati saja tak bisa menurunkan tingkat penyalahgunaan narkoba? 24. Jika melihat aktivitas mencurigakan yang menjurus pada narkoba, apa yang harus dilakukan pertama kali? 25. Bagaimana menumbuhkan kesadaran agar tidak apatis terhadap ancaman narkoba? Meski jumlah pengguna dan pengedarnya tetap banyak, namun merasa tak peduli terhadap narkoba bukanlah sikap yang tepat. Jika narkoba terus gencar menyerang, seyogyanya kita pun gencar bertahan dan melawan.
Upaya melindungi anak dari kejahatan dunia maya atau cybercrime sudah saatnya dimaksimalkan. Pasalnya, kasus kekerasan anak melalui cybercrime sejauh ini terbilang tinggi. Komisioner Bidang Pornografi dan Cybercrime Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Maria Advianti menilai salah satu upaya yang bisa memaksimalkan perlindungan tersebut melalui penerapan peraturan daerah (Perda).Pemerintah Daerah (Pemda) dapat bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika atau Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia berkaitan dengan perumusan Perda perlindungan anak dari cybercrime.
"Hampir 30 persen anak-anak Indonesia menggunakan internet secara intens setiap hari. Kurangnya edukasi tak jarang membuat mereka jadi korban kekerasan dunia maya. Pemerintah daerah perlu memberikan perlindungan dan edukasi pada anak," ujar Maria di Jakarta, Kamis (22/12).
Maria mencontohkan, marak kasus pedofilia melalui internet di Jakarta. Pelaku mencari korban melalui akun media sosial. Pelaku kemudian membujuk korban untuk keluar rumah menjadi sasaran perbuatan kekerasan seksual. Kejahatan dunia maya lainnya seperti hatespeech, perjudian online, pornografi, dan cyber bullying.
"Dunia siber sangat tidak ramah anak. Sementara itu, anak sangat mudah mengakses internet dan diretas informasinya. Hingga saat ini, belum ada payung hukum yang jelas untuk memantau pelaku cybercrime. Oleh sebab itu, pemerintah daerah dan pihak sekolah diharapkan dapat memberikan edukasi masif kepada anak-anak," ujar Maria.
Ketua KPAI Asrorun Ni'am mengatakan, telah terjadi pergeseran dominasi kasus kekerasan pada anak dari 2015 sampai 2016. Pada 2015, kasus pendidikan menempati urutan ketiga setelah kasus keluarga dan pengasuhan alternatif. Namun, pada 2016 kasus pornografi dan cybercrime menempati urutan ketiga. Padahal, kasus cybercrime sebelumnya menduduki peringkat bawah.
"Ini menunjukkan bahwa penggunaan internet pada anak kian meningkat, risikonya pun semakin tinggi. Beragam informasi yang memuat konten negatif seperti hate speech atau cyber bullying dapat diakses dengan mudah sehingga memungkinkan anak terpapar konten negatif. Ini berdampak buruk pada tumbuh kembang anak yang akan berpengaruh hingga dewasa kelak," ujar Asrorun.
Dia menambahkan, posisi anak yang rentan menjadi korban di dunia cyber inilah yang sering luput dari perhatian berbagai pemangku kepentingan perlindungan anak, mulai dari lingkup terkecil seperti orang tua, keluarga, hingga negara.
"Proteksi berbasis Teknologi Informasi (TI) untuk kepentingan perlindungan anak merupakan keniscayaan. Hal ini sebagai bentuk pertanggungjawaban negara," katanya.