Nama
: Lisda Rizky Desiana
Nim
: 01031381419170
Jurusan
: Akuntansi (S1)
Mata Kuliah : Pengauditan II
Ringkasan Bukti Audit ( Standar Audit 500 )
A. Pengertian Bukti Audit Bukti audit adalah semua informasi yang digunakan oleh auditor dalam pembuatan kesimpulan (opini), dan informasi yang mendukung data-data yang disajikan dalam laporan keuangan, yang terdiri dari data akutansi dan informasi pendukung lainnya yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Menurut Mulyadi, Pembahasan bukti audit ini didasarkan pada Standar pekerjaan lapangan ketiga yang berbunyi: " Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. " Karena ada empat kata penting dalam standar tersebut yang perlu dijelaskan yaitu 1) Bukti 2) Cukup 3) Kompeten dan 4) Sebagai dasar yang layak.
B. Kecukupan Bukti Audit Kecukupan bukti audit lebih berkaitan dengan kuantitas bukti audit. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecukupan bukti audit adalah: 1.
Materialitas Auditor harus memberikan pendapat pendahuluan atas tingkat materialitas laporan keuangan. Karena tingkat materialitas dan kuantitas bukti audit memiliki hubungan terbalik, maka semakin rendah tingkat materialitas, semakin banyak kuantitas bukti yang diperlukan. Sebaliknya, jika tingkat materialitas tinggi, maka kuantitas bukti yang diperlukan pun akan semakin sedikit.
2.
Risiko Audit
Risiko audit dengan jumlah bukti audit yang diperlukan memilki hubungan yang terbalik. Rendahnya resiko audit berarti tingkat kepastian yang diyakini auditor mengenai ketepatan pendapatnya adalah tinggi. Tingginya tingkat kepastian tersebut menuntut auditor untuk menghimpun bukti audit yang lebih banyak. 3.
Faktor-faktor Ekonomi Pelaksanaan audit menghadapi kendala waktu dan biaya ketika menghimpun bukti audit. Auditor memiliki keterbatasan sumber daya yang akan digunakan untuk memperoleh bukti yang diperlukan sebagai acuan dalam memberikan pendapat atas laporan keuangan entitas. Auditor harus memperhitungkan apabila setiap tambahan waktu dan biaya untuk mengumpulkan bukti audit memberikan manfaat terhadap kuantitas dan kualitas bukti yang dikumpulkan.
4.
Ukuran dan Karakteristik Populasi Ukuran populasi dan jumlah sampling bukti audit memiliki hubungan yang searah. Semakin besar populasi, semakin besar jumlah sampel bukti audit yang harus diambil dari populasi. Sebaiknya, semakin kecil ukuran populasi, semakin kecil pula jumlah sampel bukti audit yang diambil dari populasiAuditor memerlukan lebih banyak sampel bukti audit dan informasi yang lebih kuat atau mendukung tentang populasi yang bervariasi anggotanya daripada populasi yang seragam.
C. Kompetensi Bukti Audit Kompetensi bukti audit berhubungan dengan kualitas atau keandalan data akuntansi dan informasi penguat. Keandalan catatan akuntansi dipengaruhi secara langsung oleh efektivitas pengendalian intern. Bukti disebut kompeten sepanjang bukti tersebut konsisten dengan fakta, yaitu sah atau valid. Kompetensi berupa informasi penguat dipengaruhi oleh beberapa faktor, berikut ini :
Relevansi. Bukti audit harus berkaitan dengan tujuan audit. suatu bukti mungkin relevan dalam suatu tujuan audit, tetapi tidak relevan dalam tujuan audit yang lain.
Sumber. Secara garis besarnya sumber-sumber informasi yang dapat mempengaruhi kompetensi bukti yang diperoleh adalah sebagai berikut: bukti audit berasal dari klien atau pun diluar organisasi klien. 1. bukti yang diperoleh dari pihak independen lebih dapat diandalkan
2. efektifitas internal control.semakin efektif internal control perusahaan, semakin tinggi tingkat keandalan bukti yang diperoleh secara langsung oleh auditor 3. kualifikasi pemberi informasi
Ketepatan waktu. berkaitan dengan tanggal berlakunya bukti yang diperoleh oleh auditor untuk saldo akun-akun neraca, bukti yang diperoleh dekat tanggal neraca memiliki tingkat keandalan yang lebih tinggi. Untuk akun-akun, bukti lebih meyakinkan bila diperoleh dari sampel yang dipilih sepanjang periode laporan
Objektivitas. bukti objektif umumnya lebih andal dibandingkan dengan bukti yang bersifat subjektif.
Keputusan Yang Harus Diambil Oleh Auditor Berkaitan Dengan Bukti Audit
1. Penentuan prosedur audit yang akan digunakan Untuk mengumpulkan bukti audit, auditor mengunakan prosedur audit. 2. Penentuan Besarnya Sampel Keputusan mengenai banyak unsur yang harus diuji harus diambil oleh auditor untuk setiap prosedur audit. Besarnya sampel akan berbeda-beda di antara yang satu dengan audit yang lain dan dari prosedur yang satu ke prosedur audit yang lain. 3. Penentuan Unsur Tertentu yang Dipilih Sebagai Anggota Sampel Setelah besarnya sampel ditentukan untuk prosedur audit tertentu, auditor masih harus memutuskan unsur mana yang akan dipilih sebagai anggota sampel untuk diperiksa. 4. Penentuan Waktu yang Cocok untuk Melaksanakan Prosedut Audit Karena audit terhadap laporan keuangan meliputi suatu jangka waktu tertentu, biasa nya 1 tahun, maka auditor dapat mulai mengumpulkan bukti audit segera awal tahun. Umumnya, klien menghendaki diselesaikan dalam jangka waktu satu minggu dengan tiga bulan setelah tanggal neraca. Arens, Elder, dan Beasley (2012: 199-204) menyebutkan bahwa terdapat delapan tipe/jenis bukti audit sebagai berikut: a. Pemeriksaan Fisik (Physical Examination) Pemeriksaan fisik adalah inspeksi atau perhitungan yang dilakukan oleh auditor atas aset berwujud. Sebagai contoh, pemeriksaan fisik atas persediaan, kas, sekuritas, wesel tagih,
dan aset tetap berwujud. Pemeriksaan fisik adalah cara langsung untuk memverifikasi apakah suatu aset benar-benar ada (tujuan audit keberadaan), dan pada tingkat tertentu apakah aset yang ada itu telah dicatat (tujuan audit kelengkapan). Pemeriksaan fisik dianggap sebagai salah satu jenis bukti audit yang paling dapat diandalkan dan berguna. Pada umumnya pemeriksaan fisik adalah cara yang objektif untuk mengetahui kuantitas maupun deskripsi atas aset tersebut. Konfirmasi menggambarkan penerimaan respon tertulis langsung dari pihak ketiga yang memverifikasi keakuratan informasi yang diminta oleh auditor. Karena informasi berasal dari pihak ketiga yang independen terhadap klien, jenis bukti audit ini sangat dipercaya dan sering digunakan. b. Konfirmasi (Confirmation) Dokumentasi adalah inspeksi oleh auditor atas dokumen dan catatan klien untuk mendukung informasi yang tersaji atau seharusnya tersaji dalam laporan keuangan. Dokumen yang diperiksa oleh auditor adalah catatan yang digunakan klien untuk menyediakan informasi bagi pelaksanaan bisnis dengan cara yang terorganisasi, yang bisa dalam bentuk kertas, elektronik, atau media lain. Karena setiap transaksi klien biasanya didukung paling sedikit satu dokumen, maka tipe/jenis bukti audit ini biasanya tersedia dalam beberapa jenis dokumen. Sebagai contoh, klien seringkali menyimpan pesanan pelanggan, dokumen pengiriman barang, dan salinan faktur penjualan atas setiap transaksi penjualan. c. Dokumentasi (Documentation) Dokumentasi telah digunakan secara luas sebagai bukti audit. Kadang-kadang jenis bukti audit ini merupakan satu-satunya jenis bukti audit yang tersedia. Apabila auditor menggunakan dokumentasi untuk mendukung transaksi atau jumlah yang dicatat, prosesnya seringkasi disebut vouching. Contoh, auditor melakukan verifikasi ayat jurnal pada jurnal akuisisi dengan memeriksa faktur pendukung dari vendor/pemasok dan laporan penerimaan barang untuk memenuhi tujuan audit keterjadian. Namun apabila auditor menelusuri dari laporan penerimaan barang ke jurnal akuisisi untuk memenuhi tujuan audit kelengkapan, hal ini tidak tepat bila disebut vouching, melainkan lebih tepat disebut tracing. d. Prosedur Analitis (Analytical Procedures)
Prosedur analitis menggunakan perbandingan-perbandingan dan hubungan-hubungan untuk menilai apakah saldo-saldo akun atau data lainnya tampak masuk akal bila dibandingkan dengan harapan-harapan auditor. Sebagai contoh, auditor mungkin membandingkan persentase laba kotor tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya. Prosedur analitis digunakan secara luas dalam praktik dan dipersyaratkan dilakukan selama tahap perencanaan dan penyelesaian audit. Ada beberapa tipe dari prosedur analitis, yaitu: - Membandingkan data klien dengan data industri. - Membandingkan data klien dengan data tahun-tahun sebelumnya. - Membandingkan data klien dengan data kilen mengenai hasil yang diharapkan yang telah ditentukan (budget). - Membandingkan data klien dengan data auditor mengenai hasil yang diharapkan yang telah ditentukan. - Membandingkan data klien dengan hasil yang diharapkan yang menggunakan data nonfinansial. e. Tanya Jawab dengan Klien (Inquiries of the Client) Tanya jawab dengan klien merupakan upaya memperoleh informasi secara tertulis maupun lisan dari klen sebagai respon atas pertanyaan yang diajukan auditor. Walaupun banyak bukti yang diperoleh dari klien melalui tanya jawab, ini biasanya tidak dapat dipandang sebagai bukti yang meyakinkan karena bukan berasal dari sumber yang independen dan mungkin bias dan menguntungkan pihakklien. Karena itu, apabila auditor memperoleh bukti melalui tanya jawab, auditor perlu memperoleh bukti pendukung/tambahan melalui prosedur lainnya. f. Rekalkulasi (Recalculation) Rekalkulasi melibatkan pengecekan ulang atas suatu sampel perhitungan yang dibuat oleh klien. Pengecekan ulang tersebut terdiri atas pengujian atas keakuratan perhitungan matematis oleh klien dan pengecekan lainnya seperti pengecekan perhitungan biaya penyusutan dan biaya dibayar dimuka yang dibuat oleh klien. g. Pelaksanaan/Reka Ulang (Reperformance) Pelaksanaan/reka ulang adalah pengujian independen yang dilakukan oleh auditor atas prosedur akuntansi atau pengendalian internal klien, yang dilakukan sebagai bagian dari
sistem akuntansi dan pengendalian intern klien. Sebagai contoh, auditor dapat membandingkan harga yang tertera pada suatu faktur dengan daftar harga yang resmi atau melakukan reka ulan atas umur piutang. Jenis pelaksanaan/reka ulang lainnya bagi auditor adalah mengecek ulang transfer informasi dengan menelusuri informasi yang tercanturm dalam lebih dari satu tempat untuk memverifikasi bahwa hal itu dicatat pada jumlah yang sama setiap waktu. Contoh, auditor melakukan pengujian terbatas untuk memastikan informasi dalam jurnal penjualan telah dicatat bagi pelanggan yang tepat dan pada jumlah yang benar dalam buku tambahan piutang usaha dan secara akurat diikhtisarkan dalam buku besar. h. Observasi (Observation) Observasi adalah penggunaan indera untuk menilai aktivitas klien. Selama menjalani penugasan dengan klien, auditor mempunyai banyak kesempatan untuk menggunakan inderanya (penglihatan, pendengaran, sentuhan, dan penciuman) guna mengevaluasi berbagai item. Auditor dapat mengunjungi lokasi pabrik untuk memperoleh kesan umum atas fasilitas klien, atau mengamati individu yang melaksanakan tugas akuntansi untuk menentukan apakah orang yang diserahi tanggung jawab telah melaksanakan tugasnya dengan baik. Observasi kadang kurang dapat diandalkan kalau pegawai klien mengubah perilakunya karena kehadiran auditor. Oleh karena itu, perlu untuk menindaklanjuti kesan pertama saat observasi dengan bukti-bukti pendukung/tambahan lainnya. Namun demikian, observasi berguna dalam pelaksanaan sebagian besar audit