Askep Bayi Dengan Riwayat Ibu Hiv r2le

ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR (BBL) PADA BAYI NY. E (6 HARI) DENGAN RIWAYAT IBU B20 DI RUANG MELATI RSUD TIDAR BAGIAN KEBIDANAN BUDI RAHAYU MAGELANG Disusun untuk memenuhi Tugas Keperawatan Maternitas Tahap Profesi Pembimbing Akademik: Ns. Dwi Susilawati, S.Kep.,M.Kep.Sp.Mat. Pembimbing Klinik: Rita Widyaningsih, AMK Disusun oleh : Linda Riana Putri Dewa Ayu Anggi G Lisa Windiharti PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XXIX DEPARTEMEN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2017 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah RNA retrovirus yang dapat menyebabkan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). Virus HIV,

1

dapat menyerang kekebalan tubuh manusia. Virus ini dapat ditransmisikan melalui hubungan seksual, darah, produk yang terkontaminasi darah, dan transmisi dari ibu ke bayi baik selama proses intrapartum, perinatal, atau berasal dari ASI ibu. Kondisi prematuritas dengan berat bayi lahir rendah pada neonates dapat meningkatkan risiko infeksi dalam persalinan karena menipisnya barrier pertahanan kulit dan sistem imun tubuh.1 Pada tahun 2009 sebanyak 1,4 juta wanita hamil di Negara berpendapatan menengah dan rendah terdiagnosa HIV. Lebih dari 90% infeksi HIV pada bayi dan anak ditransmisikan oleh ibu selama kehamilan, kelahiran, atau ASI. Tanpa diberikan intervensi apapun, sebanyak 15-45% bayi yang lahir dari ibu dengan HIV menjadi terinfeksi. Sekitar 50% bayi yang terinfeksi HIV dari ibunya meninggal sebelum usia 2 tahun. Indonesia mengalami peningkatan epidemic HIV/AIDS, dimana proporsi perempuan yang mengalami HIV/AIDS meningkat dari 34% pada tahun 2008 menjadi 44% pada tahun 2011. Akibatnya, Kementrian Kesehatan telah memproyeksikan peningkatan infeksi HIV pada bayi dan anak-anak.2 B. Tujuan 1. Tujuan Umum Memberikan asuhan keperawatan bayi baru lahir pada bayi Ny. E dengan diagnose medis B20 2. Tujuan Khusus a. Melakukan tindakan keperawatan pada bayi Ny. E dengan diagnose B20 b. Memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi Ny. E selama memberikan implementasi BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan retrovirus yang menginfeksi sel-sel sistem imun tubuh, juga menghancurkan atau merusak sel limfosit T helper atau sel limfosit pembawa faktor T4 (CD4) yang dapat berkembang menjadi AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome).1 B. Etiologi

2

HIV dapat ditularkan melalui beberapa cara, diantaranya adalah :1,2 1. Hubungan seks bebas yang tidak terlindungi dari orang yang telah terkena HIV 2. Penggunaan jarum suntik secara bergantian 3. Perinatal/ Ibu hamil yang mengidap HIV kepada bayi yang dikandungnya. C. Patofisiologi Dasar utama terinfeksinya HIV adalah berkurangnya jenis Limfosit T helper yang mengandung CD4. Limfosit T4 merupakan sel utama yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam menginduksi fungsi imunologik. Setelah virus HIV mengikatkan diri pada CD4, virus mulai masuk ke dalam target dan melepaskan bungkusnya. Kemudian, enzim virus tersebut merubah bentuk RNA agar dapat bergabung dengan DNA (sel target). Selanjutnya, sel yang berkembang biak akan mengandung bahan genetik virus. Infeksi HIV jenis ini dapat bersifat irreversible dan berlangsug seumur hidup. Virus HIV tidak segera meyebabkan kematian, tetapi terlebih dahulu mengalami replikasi agar ada kesempatan untuk berkembang dalam tubuh penderita yang lambat laun akan merusak limfosit T4. Pada masa inkubasi, virus HIV tidak dapat terdeteksi dengan pemeriksaan laboratorium kurang lebih 3 bulan sejak tertular virus HIV yang dikenal dengan masa “window period”. Setelah beberapa bulan baru akan terlihat gejala klinis dari HIV. Gejala yang terjadi dapat berupa demam, nyeri menelan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam, diare atau batuk. Secara bertahap sistem kekebalan tubuh yang terinfeksi oleh virus HIV akan menyebabkan fungsi kekealan tubuh rusak. Jika kekebalan tubuh rusak, maka akan menyebabkan daya tahan tubuh berkurang bahkan hilang.3 D. Manifestasi Klinis HIV/AIDS3 1. Rasa lelah dan lesu berlebih 2. Berat badan menurun secara drastis 3. Demam yang sering dan berkeringat saat malam hari 4. Diare dan kurang nafsu makan 5. Bercak-berck putih dilidah dan di dalam mulut 6. Pembengkakan leher dan lipatan paha 7. Radan paru 8. Kanker kulit 3

E. Stadium HIV3,4 Gejala dari HIV/AIDS dibagi menjadi tiga stadium, yaitu sebagai berikut : 1. Stadium infeksi akut Pada stadium ini, tidak semua penderita menunjukkan gejala spesifik. Stadium ini berlangsung selama 1-2 minggu, dengan gejala : a. Bisul dengan bercak kemerahan b. Sakit kepala c. Nyeri pada otot dan pegal-pegal d. Sakit tenggorokan e. Adanya pembengkakan pada kelenjar f. Diare (mencret) g. Mual h. Muntah 2. Stadium infeksi kronis Infeksi kronis terjadi selama 3-6 minggu setelah tubuh terinfeksi. Pada saat terpapar, tubuh memberikan perlawanan kuat terhadap virus HIV. Pada stadium ini penderita tidak menunjukkan tanda-tanda seara spesifik, namun sistem imun penderita akan semakin menurun. 3. Stadium AIDS Pada stadium ini, sistem imun tubuh sudah rusak. Adapu tanda dan gejala yang terjadi pada stadium ini, yaitu: a. Penderita selalu merasa lelah b. Pembengkakan kelenjar pada leher atau lipatan paha c. Panas yang berlangsung lebih dari 10 hari d. Berkeringat pada malam hari e. Penurunan berat badan yang signfikan f. Timbul bercak berwarna keunguan pada tubuh g. Pernafasan memendek h. Diare berat yang berlangsung lama i. Infeksi jamur (candida) pada mulut, tenggorokan, vagina pada wanita j. Mudah terjadi memar k. Mudah terjadi perdarahan F. Periode Penulaan HIV pada Ibu Hamil2 1. Periode Prenatal Wanita yang termasuk dalam kategori beresiko tinggi terhadap infeksi HIV mncakup : a. Wanita atau pasangannya berasal dari wilayah geografis dimana HIV merupakan suatu penyakit yang umum terjadi di daerah tersebut

4

b. Wanita dan atau pasangannya menggunakan obat-obatan yang disuntikkan melalui pembuluh darah c. Wanita yang menerima transfuse darah dari pengidap HIV d. Wanita yang positif terjangkit HIV 2. Periode Intrapartum Cara kelahiran didasarkan hanya pada pertimbangan obstetric karena virus melalui plasenta pada awal kehamilan. Fokus utama pada fase ini adalah perlindungan pada pelaku perawatan yang membantu proses persalinan 3. Periode Postpartum Pengaruh infeksi pada bayi berasal dari virus pada plasenta. Ketika infeksi HIV menjadi semakin aktif akan banyak infeksi lain yang biasa menyertai pada orang dewasa terjadi juga pada bayi. Komplikasi HIV yang menyertai mencakup Enchepalopati, Microchephalli, Defisit Kognitif, Central Nervous System (CNS) Lhympoma, gagal pernafasan. G. Diagnosa dan Intervensi5,6 1. Kelelahan berhubungan dengan status penyakit, malnutrisi. Intervensi : a. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas dan latihan. b. Mengkaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan. c. Monitoring kebutuhan pola tidur klien d. Monitoring asupan nutrisi dan cairan klien. 2. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan infeksi pada tubuh dan nyeri abdomen. a. Monitoring rasa ketidaknyamanan ; nyeri dengan PQRST b. Monitoring tanda-tanda vital c. Berikan teknik manajemen nyeri : terapi nafas dalam, imajinasi d. e. f. g.

terbimbing, terapi musik Evaluasi pengalaman nyeri masa lalu Tingkatkan kebutuhan istirahat klien Kolaborasi mengenai pemberian obat (oral, IV, IM) Berikan pengaturan posisi yang nyaman

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan pencernaan atau diskontinuitas ASI pada bayi. a. Mengkaji adanya alergi makanan b. Monitoring tanda-tanda vital

5

c. Kolaborasikan dengan ahli gizi utuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan klien. d. Pada bayi, berikan makanan pengganti ASI, misalnya dengan pemberian PASI. H. Penatalaksanaan4 Pencegahan HIV/AIDS yang dapat dilakukan pada orang dewasa dengan menggunakan rumus ABCDE, yaitu : 1. A = Abstinence, tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah 2. B = Being Faithful, setia pada satu pasangan untuk menghindari bergantiganti pasangan seksual 3. C = Condom, bagi seseorang yang beresiko dianjurkan untuk selalu menggunakan kondom secara benar selama berhubungan seksual 4. D = Drugs injection, jangan menggunakan obat (narkoba) suntik dengan jarum tidak steril dan dilakukan secara bergantian. 5. E = Education, pendidikan dan penyuluhan kesehatan tentang hal-hal yang berkaitan dengan HIV/AIDS Selain hal tersebut diatas, pencegahan HIV/AIDS juga dapat dilakukan melalui beberapa upaya, yaitu : 1. Upaya Promotif Adapun bentuk kegiatan dalam upaya promotif yaitu, dengan pembentukan karakter atau kepribadian perilaku individu. Beberapa contoh upaya promotif, yaitu : a. Pelayanan promotif : meningkatkan omunikasi informasi dan edukasi tentang HIV/AIDS b. Promosi perilaku seksual aman c. Promosi dan distribusi kondom d. Menjalankan norma sehat, misalnya : tidak merokok, tidak mengkonsumsi NAPZA e. Penggunaan alat suntik aman 2. Upaya Preventif Upaya preventif dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut : a. Meningkatkan gaya hidup sehat b. Memahami penyakit HIV/AIDS, bahaya dan pencegahannya c. Memahami penyakit IMS bahaya dan cara pencegahannya d. Diadakannya konseling tentang HIV/AIDS pada pekerja secara sukarela dan tidak terpaksa. 3. Upaya Kuratif

6

Upaya ini bertujuan untuk merawat dan mengobati orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Beberapa upaya yang dilakukan, yaitu : a. Penegahan dan pengobatan IMS (Infeksi Menular Seksual) b. Penyediaan dan transfuse darah yang aman c. Mencegah komplikasi dan penularan terhadap keluarga dan teman kerja. d. Memberikan dukungan sosial ekonomi ODHA. I. Pemeriksaan Penunjang1,2 1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV a. ELISA ELISA digunakan untuk menemukan antibodi. Tes ELISA telah menggunakan antigen recombinan, yang sangat spesifik terhadap envelope dan core. b. Western blot Western blot digunakan untuk menentukan kadar relatif dari suatu protein dalam suatu campuran dari berbagai jenis protein. Biasanya protein HIV yang diguakan adalah jenis antigen dengan makna klinik, gp120 dan gp41. Western blot mempunyai spesitifitas tinggi, yaitu 99,6%-100%. c. PCR (Polymerase Chain Reaction) Kegunaan tes PCR yaitu sebagai tes HIV pada bayi. d. Kultur HIV 2. Tes untuk deteksi gangguan system imun : a. Hematokrit b. LED c. CD4 Limfosit d. Rasio CD4/CD Limfosit e. Serum mikroglobulin B2 f. Hemoglobulin J. Komplikasi2,3 1. Lesi pada oral a. Kandidiasis oral Merupakan suatu infeksi jamur, hampir terdapat pada semua penderita AIDS yang ditandai dengan adanya bercak-bercak putih didalam rongga mulut. Tanda-tanda dan gejala yang menyertai adalah gangguan menelan, b. Sarcoma Kaposi

7

Merupakan kelainan malignitas yang melibatkan lapisan endotil pembuluh darah dan limfe. 2. Neurologik a. Adanya serangan langsung HIV pada sel saraf, ditandai dengan adanya perubahan pada kepribadian, kemampuan motoric, mengalami kelemahan, disfasia dan isolasi sosial. Sebagian besar penderita biasanya mengeluh lambat berfikir dan sulit berkonsentrasi serta memusatkan perhatian. Proses ini dapat menuju dimensia dan berujung pada kelumpuhan. b. Enshelopaty akut, dikarenakan adanya reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, dan meningitis yang ditandai dengan gejala sakit kepala, malaise, demam, paralisis total. c. Neuropati, atau patirasa pada ekstremitas, penurunan reflek tendon, hipotensi, dan impotensi. 3. Gastrointestinal a. Diare karena adanya bakteri dan virus pada tubuh. Hal ini ditandai dengan adanya penurunan berat badan, anoreksia, demam, malabsorpsi dan dehidrasi. b. Hepatitis karena adanya virus dan bakteri, terjadi sarcoma kaposi yang ditandai dengan mual muntah, nyeri abdomen, ikterik. c. Penyakit anorektal, adanya inflamasi perianal sebagai tanda adanya infeksi dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rektal, gatal-gatal dan diare. 4. Respirasi Infeksi karena adanya pneumococcus, virus influenza, cytomegalovirus dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri, hipoksia, keletihan gagal nafas. 5. Dermatologi Lesi kulit : dermatitis, lesi scabies, decubitus yang ditandai dengan rasa nyeri , gatal, rasa seperti terbakar. 6. Sensorik a. Pandangan : sarcoma kaposi pada konjungtiva dan dapat berefek pada kebutaan. b. Pendengaran : otitis eksternal akutdan terjadi otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek nyeri. K. Prognosis

8

Sebagian besar kasus HIV/AIDS berakibat fatal. Sekitar 75% klien yang didiagnosis AIDS meninggal tiga tahun kemuadian. Penelitian yang dilakukan oleh Widoyono pada tahun 2008 melaporkan hanya ada 5% kasus pasien terinfeksi HIV yang tetap sehat secara klinis dan imunologis.

9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI Ny. E DENGAN B20 MELALUI PERSALINAN SPONTAN PRETERM I. PENGKAJIAN Nama Mahasiswa

: Linda Riana Putri Dewa Ayu Anggi Lisa Windhiarti Tanggal/Jam pengkajian : 21 Februari 2017 pukul 08.00 WIB Nama Ayah-Ibu : Tn. A dan Ny. E Rumah sakit : RSUD Tidar Bagian Kebidanan Budi Rahayu Magelang Alamat

: Gadingan 3/1 Sukorejo, Kajoran

A. Riwayat Kelahiran Lalu No

Tahun lahir

JK

BB lahir

1

2014

P

1780 gr

15 Februa ri 2017

P

2

1620 gr

Keadaan bayi Meninggal usia 1,5 tahun Sehat

Komplikas i

Jenis persalinan

B20

Spontan

B20

Spontan

Tempat lahir Bidan praktek mandiri

RSUD Tidar Bagian Kebidana n Budi Rahayu Magelan g

B. Status Gravida Ibu 1. Riwayat kehamilan ini

: G2P1A0

2. Usia kehamilan

: 32 minggu

3. Presentasi Bayi

: Presentase kepala

4. Pemeriksaan antenatal

:

a. Trimester I b. Trimester II c. Trimester III Total kunjungan 5. Komplikasi antenatal

: : : :

2 x/bulan 2 x/bulan 2 x/bulan sampai usia 32 minggu 16 kali

: B20

10

Ket -

C. Riwayat Persalinan 1. 2. 3. 4.

Tinggi badan / Berat Badan Keadaan Umum Ibu Kesadaran Tanda Vital Ibu a. Tekanan darah b. Nadi c. RR d. Suhu 5. Tempat persalinan

: 148 cm/53 kg : Baik : Composmentis : 110/70 mmHg : 74 x/menit : 25 x/menit : 36,60C : RSUD Tidar Bagian Kebidanan Budi

Rahayu Magelang 6. Jenis Persalinan : Spontan preterm 7. Proses Persalinan : Ny. E diberi surat rujukan oleh bidan untuk melakukan persalinan ke RSUD Tidar bagian kebidanan pada usia kehamilan 32 minggu ketika melakukan pemeriksaan kehamilan rutin. Kemudian pada tanggal 15 Februari 2017 pukul 08.05 bayi Ny. E lahir dengan berat 1620 gram, panjang badan 41 cm, lingkar dada 26 cm, lingkar perut 27 cm, lingkar kepala 27 cm, lingkar lengan atas 8 cm dengan APGAR score 1 menit pertama 5, 5 menit pertama 6 dan 10 menit berikutnya 7. Bayi Ny. E berjenis kelamin perempuan dan keadaan umum bayi sedang. Bayi dipindahkan ke ruang melati pada tanggal 15 Februari 2017 pada pukul 08.15 WIB, serta diberikan perawatan diinkubator. Bayi Ny. E diberikan tindakan keperawatan berupa pemberian oksigen 2 L/menit dan pemasangan infus umbilical D10%. 8. Komplikasi persalinan ibu : B20 9. Lamanya ketuban pecah : normal (< 8jam yaitu 5 menit ) 10. Kondisi ketuban : tidak terkaji 11. TD setelah persalinan : 100/70 mmHg D. Keadaan Bayi Saat Lahir 1. 2. 3. 4. 5.

Tanggal Lahir Pukul Jenis Kelamin Kelahiran Nilai APGAR skor Tanda Frekuens

0 Tidak

: : : :

15 Februari 2017 08.05 WIB Perempuan Tunggal 1 <100

2 >100

Menit ke 1 1

Menit ke 5 1

Menit ke 10 2 11

i jantung Usaha nafas Tonus otot Refleks Warna kulit

ada Tidak ada lumpuh

Merintih

Ekstremit as fleksi sedikit Tidak Gerakan bereaksi sedikit Biru atau Tubuh pucat kemeraha n, tangan dan kaki biru Total

Menangis kuat gerakan aktif

1

1

1

1

1

1

Reaksi melawan Kemeraha n

1

1

1

1

2

2

5

6

7

6. Tindakan resusitasi : Tidak dilakukan 7. Plasenta dan Tali Pusat a. Bentuk plasenta : Cakram b. Berat plasenta : ± 450 gram c. Ukuran plasenta : 19x19x1 cm d. Panjang tali pusat : ± 50 cm e. Jumlah pembuluh darah : 3 yaitu 2 arteri dan 1 vena f. Kelainan : Tidak terjadi kelainan kongenital

E. Pengkajian Fisik 1. Pengkajian Umum a. Umur : 6 hari b. Berat badan lahir : 1620 gram c. Berat badan sekarang : 1415 gram d. Panjang badan : 41 cm e. Lingkar kepala : 27 cm f. Lingkar perut : 27 cm g. Lingkar dada : 26 cm h. LILA : 7 cm i. Suhu tubuh : 35,9°C 2. Tanda-tanda Vital a. Nadi : 110 x/menit b. Suhu : 35,9oC c. Respirasi : 40 x/menit d. SPO2 : 92 % e. Capilary refill : < 2 detik 3. Kepala a. Bentuk : mesochepal b. Kepala : molding c. Ubun-ubun sutura : belum menyatu

12

4. Mata a. Posisi b. Kotoran c. Perdarahan d. Warna 5. Telinga a. Posisi daun telinga b. Bentuk c. Lubang telinga

: Simetris : Tidak terdapat kotoran yang keluar : Tidak terdapat perdarahan pada mata : sklera ikterik : Simetris : Daun telinga kecil : Terdapat dua lubang telinga kanan dan kiri

normal d. Keluaran : Tidak terdapat keluaran berupa serumen. 6. Mulut a. Kesimetrisan : Simetris b. Palatum Mole : Ada c. Palatum Durum : Ada d. Gigi : Belum ada e. Refleks Hisap : Ada tetapi lemah f. Bibir labio paltoshcizis: Tidak ada g. Sekret dari mulut : Tidak terdapat keluaran sekret dari mulut h. Membran mukosa : Membran mukosa tampak kering dan pucat 7. Hidung a. Lubang hidung : Terdapat 2 lubang hidung b. Keluaran : Tidak ada c. Terpasang oksigen dengan kecepatan 2 lpm dan terpasang selang NGT 8. Leher Pergerakan leher baik, tidak ada keterbatasan gerak dan tidak ada pembesaran kelenjar limfe. 9. Jantung a. Bunyi nafas : Vesikuler b. Pernafasan : 40 x/menit c. HR : 110 x/menit 10. Dada a. Lingkar dada : 26 cm b. Bentuk dada : Normal c. Pulsasi/impuls maksimal : Teraba d. Tidak tampak adanya retraksi dinding dada 11. Abdomen a. Palpasi : Supel, tidak kembung b. Bising usus : 4x/menit c. Tali pusat : Terpasang infus umbilikal D10% 12 tpm mikro, tidak terlihat adanya tanda-tanda infeksi pada daerah sekitar

13

umbilical. Kain kassa yang digunakan untuk pembungkus infus umbilical masih kering dan bersih, tidak merembes. 12. Lanugo : Masih tampak di area lengan bagian atas, dada, punggung, dan kaki bayi 13. Vernix : Tersisa sedikit di tubuh bayi 14. Mekonium : Mekonium pertama dapat dikeluarkan pada tanggal 16 Februari 2017 15. Punggung a. Keadaan Punggung b. Fleksibilitas 16. Genitalia a. Jenis kelamin b. Labia minor c. Anus 17. Ekstremitas a. Jari tangan b. Jari kaki c. Pergerakan d. Garis telapak tangan e. Posisi kaki (+) f. Posisi tangan g. Tonus otot h. Kulit teraba dingin i. Sianosis 18. Refleks

: Simetris : Fleksibel, tidak ada kelainan : Perempuan : labia mayora belum menutupi labia minora : berlubang, tidak terdapat pengeluaran feses : Lengkap, tidak ada kelainan : Lengkap, tidak ada kelainan : Normal, semua jari dapat digerakkan : Ada, tidak terlalu jelas : Simetris, sama panjang, fleksi (+), ekstensi : Simetris dan sejajar : Tonus otot bayi lemah : Lembut, kulit tipis, berwarna pucat, akral : Tak tampak adanya sianosis

Reflek rooting

Ada refleks mulut bayi mencari arah ibu jari perawat saat

Reflek sucking Reflek grasping

dirangsang beberapa kali Ada refleks bayi menghisap namun lemah Ada reflek bayi dapat menggenggam jari perawat, bayi

Refleks menelan

menggenggam dengan sedang Terdapat gangguan menelan saat bayi diberi PASI, bayi

Reflek babinski

muntah Ada reflek kaki bayi mengkerut bila diberi stimulus

Reflek moro

gesekan pada telapak kaki Ada reflek bayi terkejut dengan melempar kepala

Reflek tonic neck

kebelakang ketika terdengar suara yang mengejutkan Ada reflek leher dan kepala bayi dapat mengikuti arah

Reflek proteksi

badan saat dimiringkan Ada reflek berkedip dan menguap

14

Refleks labirin

Ada refleks bayi mempertahankan kaki sesaat lalu jatuh ketika kaki diangkat

F. Kebutuhan Dasar Manusia 1. Nutrisi dan Cairan a. Jenis makanan bayi Jenis makanan bayi adalah PASI dengan kebutuhan 10 cc/2 jam melalui selang NGT b. Frekuensi menyusui By. Ny. E tidak mendapatkan ASI dari ibunya, bayi Ny. E mendapatkan PASI sebanyak 12 kali selama sehari dengan total jumlah cairan 120 cc. c. Bayi Ny. E terpasang infus D10% 12 tpm d. Berat badan bayi sekarang 1415 gram dengan panjang badan 41 cm e. Terdapat residu sebelum diberi PASI sebanyak ± 2 cc 2. Eliminasi a. BAB pertama tidak terkaji b. BAK pertama tanggal 15 Februari 2017 3. Komunikasi Bayi berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya dengan menangis. Menangis pada bayi merupakan ungkapan bayi untuk menunjukkan rasa lapar, nyeri, ketidaknyamanan dan keinginan untuk diperhatikan. 4. Istirahat tidur Bayi dirawat di dalam inkubator dengan suhu inkubator ± 30oC. Bayi banyak tidur sehingga jumlah jam tidur tidak menentu. 5. Interaksi Orang Tua-Anak No 1. 2. 3. 4. 5. 7.

Kegiatan Kontak mata Tersenyum Mengecilkan suara Belaian Melihat dengan rileks dan penuh perhatian Upaya pemberian ASI ekslusif

Ya -

Ayah Tidak -

Ya √ √ √ √

Ibu Tidak -

-

-

√

-

-

-

-

√

6. Pemeriksaan Penunjang a. Darah Lengkap

15

Pemeriksaan darah rutin tanggal 15 Februari 2017 pukul 11.13 WIB Pemeriksaan Hasil HEMATOLOGI Paket Darah Lengkap Hemoglobin 18.2 JUMLAH SEL DARAH Leukosit 7.7 Eritrosit 4.6 Hematokrit 50.1 Angka Trombosit 331 DIFF COUNT PERSENTASE Eosinofil 1 Basofil 1 Netrofil Segmen 67 Limfosit 20 Monosit 11 DIAMETER SEL/ SIZE RDW-CV 15.5 RDW-SD 61.6 P-LCR 26.4 CALCULATED MCV 108 MCH 39.2 MCHC 36.3 GDS 97

Satuan

Nilai Rujukan

Rasional

g/dL

11.5 – 16.5

H

10^3/ul 10^6/ul % 10^3/ul

4.00-11.0 3.80-5.80 37.0-47.0 150-450

% % % % %

1- 6 0–1 40 – 75 20 – 45 2 – 10

% fL %

11.7 – 14.4 36.4 – 46.3 9.3 – 27.9

H H

fL Pg g/dL g/dL

76 – 96 27.5 – 32 30 – 35

H H H

H

H H

7. Program Terapi Tanggal 15 Februari 2017 15 Februari 2017

Jenis Injeksi

Terapi Vit K

Dosis

Tetes mata

Gentamicin

1 tetes ODS (optikus dextra sinistra)

15 Februari 2017

Infus

D10%

12 tpm ()

0,1 mg

16

16 Februari 2017

Obat Oral

Ziedovudin

3 x 2 mg

16 Februari 2017

Injeksi

Cefotaxime

2 x 80 g

21 Februari 2017

Obat oral

Cefila 100 mg

2 x 0,2 cc

17

II. ANALISA DATA Nama Umur No 1

: Bayi Ny. E : 6 hari

Hari, Tanggal Data Fokus

No. RM : 281 Ruang : Melati Masalah

Etiologi

Diagnoda

TTD Linda

Selasa, 21

S: -

Hipotermia

Proses adaptasi

Keperawatan Hipotermia b.d

Februari 2017

O:

(00006)

bayi terhadap

proses adaptasi bayi

Dewa

lingkungan

terhadap lingkungan

Lisa

ekstrauterin

ekstrauterin

- Tanda-tanda vital Nadi : 110 x/menit Suhu : 35,90C RR : 40 x/menit SPO2 : 92% GDS : 97 Capillary refill : <2 detik - Bayi lahir prematur dengan usia

(00006)

kehamilan ibu 32 minggu - Berat bayi sekarang 1415 gram - Kulit tipis, berwarna pucat, akral 2

Selasa, 21

teraba dingin S: -

Ketidakseimbangan

Intake yang tidak

Ketidakseimbangan

Linda

Februari 2017

O:

nutrisi kurang dari

adekuat (reflek

nutrisi kurang dari

Dewa

kebutuhan tubuh

menelan dan

kebutuhan tubuh b.d

Lisa

(00002)

menghisap bayi

intake yang tidak

- BB mengalami penurunan, BB lahir 1620 gram, BB saat pengkajian

18

1415 gram - LILA mengalami penurunan, LILA

lemah)

menelan dan

lahir 8 cm. LILA pengkajian 7 cm - Reflek menelan dan menghisap bayi

menghisap bayi lemah)

lemah - Membran mukosa kering dan pucat - Bayi terpasang NGT - Tonus otot bayi lemah - Jenis makanan bayi adalah PASI - Bayi muntah - Bayi diberi PASI 10 cc/ 2 jam - Terdapat residu sebelum diberi PASI 3

adekuat (reflek

(00002)

Selasa, 21

sebanyak ± 2 cc S: -

Resiko infeksi

Penurunan imun

Resiko infeksi b.d

Linda

Februari 2017

O:

(00004)

tubuh

penurunan imun

Dewa

tubuh

Lisa

- Nadi : 110 x/menit - Terpasang infus D10% pada

(00004)

umbilikal - Bayi lahir dari ibu dengan riwayat 4

Selasa, 21

penyakit B20 S: -

Diskontinuitas

Penyakit ibu: HIV

Diskontinuitas

Linda

Februari 2017

O:

pemberian ASI

positif

pemberian ASI b.d

Dewa

penyakit ibu: HIV

Lisa

- Bayi mengkonsumsi PASI 10 cc/ 2

(00105)

19

jam - BB mengalami penurunan, BB lahir

positif (00105)

1620 gram, BB saat pengkajian 1415 gram - Ibu bayi memiliki riwayat penyakit B20

20

III.PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN IV. 1. Hipotermia berhubungan dengan proses adaptasi bayi terhadap lingkungan ekstrauterin 2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat (reflek menelan dan menghisap bayi lemah) 3. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun tubuh 4. Diskontinuitas pemberian ASI berhubungan dengan penyakit ibu: HIV positif V. VI. VII. VIII. IX. X. XI. XII.

21

XIII. XIV. IV.PERENCANAAN KEPERAWATAN XV. XVI.

Nama

: Bayi Ny. E

No. RM

: 281

XVII.

Umur

: 16 hari

Ruang

: Melati

XVIII.XIX. Hari,

XX.

No

Keperawatan

Tanggal

Diagnosa

XXI. Tujuan dan Kriteria

XXII. Intervensi Keperawatan

XXIII. T

Hasil

TD

. XXIV.XXV. Selasa

XXVI. Hipotermia

1.

, 21 Februari

berhubungan

dilakukan

1. Monitor

2017

dengan proses

intervensi

adaptasi bayi

keperawatan

terhadap

selama 1 x 24 jam,

lingkungan

suhu tubuh bayi

pengukur dan rute yang paling cepat XXXII.D 2. Bebaskan bayi dari lingkungan yang dingin, ewa tempatkan pada lingkungan yang hangat 3. Tempatkan bayi pada posisi suupine/ XXXIII. Lisa terlentang

ekstrauterin

seimbang dengan

4. Berikan pemanas pasif seperti selimut dan

kriteria hasil

penutup kepala 5. Monitor warna dan suhu kulit 6. Identifikasi faktor medis, lingkungan, dan

XXVII. 06)

(000

XXVIII.

Setelah

sebagai berikut : -Suhu tubuh 36,5 – 37,50 C -Kulit teraba hangat

XXXI. L

XXX. Temperature Regulation suhu

bayi

menggunakan

alat inda

faktor lain yang mungkin memicu hipotermia

22

-Badan bayi tidak menggigil -Tidak ada sianosis XXIX. Keti XXXVIII. Setelah

XXXIX.

Nutrition Management

XLI.

L

XXXIV. XXXV.

XXXVI.

2

Selasa, 21

dakseimbangan

dilakukan tindakan

1. Kaji bising usus, distensi abdomen, dan reflek

inda

Februari 2017

nutrisi kurang dari

keperawatan

XLII. D

kebutuhan tubuh

selama 3x24 jam

menghisap 2. Monitor kemampuan bayi terhadap refleks

dengan intake yang

rooting, sucking, dan menelan. diharapkan masalah 3. Berikan nutrisi sesuai kebutuhan: 17 cc/2 jam ketidakseimbangan 4. Dorong ibu untuk memberikan PASI secara

tidak adekuat

nutrisi pada bayi

(reflek menelan dan

dapat teratasi

menghisap bayi

dengan kriteria

lemah)

hasil:

berhubungan

XXXVII.

- BB tidak mengalami penurunan - BB ≥ 1620 gram - Reflek menelan dan

ewa XLIII. L isa

rutin (2 tiap jam) 5. Pantau perubahan berat badan setiap hari XL. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Nutrition Monitoring

Timbang BB bayi setiap hari Monitor adanya penurunan berat badan Monitor kulit kering dan turgor kulit Monitor mual dan muntah Monitor GDS Hitung intake dan output cairan

menghisap bayi kuat - Membran mukosa tampak lembab - Bayi tidak terpasang NGT

23

- Tonus otot bayi kuat XLIX. Setelah dilakukan

XLIV.XLV. Selasa

XLVII. Resiko

3

, 21 Februari

infeksi

tindakan

2017

berhubungan

keperawatan

XLVI.

dengan penurunan

LI.

Infection Control

LIV.

L

1. Tingkatkan cara cuci tangan pada perawat dan inda

orang tua LV. D 2. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien selama 3x24 jam ewa lain diharapkan masalah 3. Pertahankan lingkungan aseptik setelah LVI. L resiko infeksi pada isa pemasangan alat

imun tubuh XLVIII.

bayi dapat teratasi dengan kriteria hasil: - Nadi : 120-160 x/menit - RR : 40-60 x/menit - Tidak terdapat lecet pada bokong bayi - Tidak terdapat tanda-tanda kemerahan - Suhu 36,5-37,50C L.

LII.

Infection Protection

LVII.

1. Kaji tanda-tanda infeksi pada bayi 2. Lakukan perawatan tali pusat 3. Berikan PASI/ dorong intake nutrisi dan cairan LIII. Pressure Management 1. Kaji kulit, perhatikan area kemerahan atau

2. 3. Orang tua dan 4. 5. perawat cuci tangan 6. sebelum dan

tekanan Jaga kebersihan kulit Beri perawatan mulut Beri perubahan posisi rutin Mandikan bayi Oleskan lotion atau minyak baby oil

sesudah kontak

24

LVIII.LIX. 4

Selasa

LX.

Diskontinuit

dengan bayi LXII. Setelah dilakukan

LXIII. Bottle Feeding

LXIV. L

, 21 Februari

as pemberian ASI

tindakan

1. Monitor dan evaluasi refleks menelan

inda

2017

berhubungan

keperawatan

LXV. D

dengan penyakit

selama 3x24 jam

sebelum memberikan susu 2. Pantau berat badan bayi 3. Ajarkan orang tua cara memberikan susu pada

ibu: HIV positif

diharapkan masalah

LXI.

diskontinuitas

bayi 4. Instruksikan dan demontrasikan kepada orang

pemberian ASI

tua teknik ihkan mulut bayi setelah

pada bayi dapat

bayi diberikan susu

ewa LXVI. L isa

teratasi dengan kriteria hasil: - Berat badan bayi mengalami kenaikan atau >1620 gram LXVII. LXVIII.

25

LXIX. V. IMPLEMENTASI LXX. LXXI.

Nama

: Bayi Ny. E

No. RM

: 281

LXXII.

Umur

: 16 hari

Ruang

: Melati

LXXIV. LXXIII. Hari, No. Tanggal LXXX. LXXXI. 1

LXXV.J LXXVI.

LXXIX.

Implementasi

LXXVIII.

Respon

Mengikuti operan

LXXXVI.

S: -

LXXXIX.

LXXXVII.

O:

Lisa

Februari 2017

LXXXVIII.

Semua perawat mengikuti operan

LXXXII.

untuk mengetahui keadaan dan terapi

(PAGI)

Selasa, 21

am

No. Dx

LXXVII.

LXXXIII. LXXXIV. LXXXV. 07.30

1,2,3,4

perawat

XC.

XCII. 0 XCIII. 3 XCIV. Melakukan cuci tangan

selanjutnya XCV. S: -

2

8.00

XCVI. O:

sebelum kontak pada bayi

XCVII. XCIX.

CI.

3

8.05

0 CII. ,3

1 CIII.

Memonitor keadaan

TTD

Perawat melakukan 6 langkah

cuci tangan sesuai SOP CIV. S: -

umum bayi dan memonitor

CV.

O:

warna dan suhu kulit

CVI.

Bayi tampak tertidur, keadaan umum

sedang, akral dingin

26

CVIII.

CX.

4

8.10

0 CXI.

CXII. Memonitor aliran

CXIII. S: -

oksigen dan sianosis

CXIV. O: CXV. Bayi terpasang oksigen 2 liter/menit,

CXVII.

CXIX. 0 CXX. 1 CXXI. Monitor suhu inkubator

tidak tampak sianosis CXXII. S: -

5

8.15

CXXIII.

O:

CXXIV. CXXXI.

Suhu inkubator ±300C S: -

sarung tangan bersih setiap

CXXXII.

O:

melakukan tindakan

CXXXIII.

Perawat menggunakan sarung

,3

CXXVI.

CXXVIII. CXXIX. CXXX.

6

08.20

3

CXXXV.

CXXXVII.CXXXVIII. CXXXIX.

7

08.25

1,2,3,4

Menggunakan

Memberikan

posisi yang nyaman pada bayi

tangan sekali pakai untuk melakukan tindakan CXL. S: CXLI. O: CXLII.Bayi pada posisi supinasi dan sedikit

CXLIV.

CXLVI.

CXLVII. CXLVIII.

8

08.35

3

CLIII.

Membantu oral

hiperekstensi CXLIX. S: -

hygiene dengan ihkan

CL.

O:

mulut dan mata bayi

CLI.

Mulut bayi tampak kering dan pucat,

CLV. 0 CLVI. 3 CLVII. Mengganti popok bayi

tidak terdapat kotoran pada bagian mata bayi CLVIII. S: -

27

9

8.45

CLIX. O: CLX. Bayi tampak tenang, BAK: ±10 cc,

CLXII.

CLXIV.

10

08.50

CLXV.2 CLXVI.

Mengkaji bising

usus dan distensi abdomen

CLXXI.

CLXXIII. CLXXIV. CLXXV.

11

08.55

2

CLXVIII.

O:

CLXIX.

Terdapat bising usus, tidak

terdapat distensi abdomen CLXXVI. S: -

kemampuan bayi terhadap

CLXXVII.

O:

refleks rooting, sucking, dan

CLXXVIII.

Refleks menelan dan menghisap

bayi lemah CLXXXV.

S: -

CLXXXVI.

O: -

CLXXX.

menelan CLXXXII. CLXXXIII. CLXXXIV.

12

09.00

2,4

Memonitor

BAB: lunak warna kuning CLXVII. S: -

Memberikan

PASI lewat NGT

CLXXXVII. Residu: ± 2cc warna susu, sonde CLXXXIX.

CXCI. 1 CXCII.1 CXCIII.

13

0.30

,2,3

CXCVII.

CXCIX.

CC.

14

11.00

,4

ASI ±20cc Memonitor turgor CXCIV.

kulit dan capillary refill time 2 CCI.

Memberikan PASI

melalui NGT

S: -

CXCV.O: Turgor kuit elastis dan capillary refill time <2 detik CCII. S: CCIII. O:

28

CCIV. Residu ±2cc warna susu, sonde ASI CCVI.

CCVIII.

CCIX. 1 CCX. Melakukan pemeriksaan

±20cc CCXI. S:

15

11.15

,2,3,4

CCXII.O:

CCXVII.

CCXIX.

CCXX.

16

11.20

2

tanda-tanda vital

CCXXI.

CCXXVI.

CCXXVIII.CCXXIX.CCXXX.

17

13.00

2,4

Mengecek GDS

Memberikan

PASI lewat NGT

CCXIII.

Suhu: 36,80C

CCXIV.

Nadi: 140 x/menit

CCXV.RR: 40 x/menit SPO2: 96% CCXXII. S: CCXXIII.

O:

CCXXIV. CCXXXI.

GDS: 97 S: -

CCXXXII.

O:

CCXXXIII.

Residu ±1cc warna susu Sonde PASI ±20cc S: -

CCXXXVI.

CCXXXVIII. CCXXXIX. CCXL.Melakukan cuci tangan

CCXXXIV. CCXLI.

18

13.30

CCXLII.

O:

CCXLIII.

Semua perawat melakukan cuci

3

setiap sesudah kontak bayi

CCXLV. CCXLVI.

CCXLVIII.CCXLIX. CCL. Mengikuti operan

tangan 6 langkah pada bayi CCLI. S: -

19

14.00

CCLII. O:

Selasa, 21

1,2,3,4

perawat

CCLIV. Linda

29

Februari 2017

CCLIII.

CCXLVII.

untuk mengetahui keadaan dan terapi

(SIANG) CCLV.

CCLVII. CCLVIII. CCLIX.

20

14.30

1,3

selanjutnya CCLX.S: -

tangan sebelum kontak pada

CCLXI.

O:

bayi

CCLXII.

Semua perawat melakukan cuci

CCLXIV.

CCLXVI. CCLXVII.CCLXVIII.

21

14.35

3

Melakukan cuci

Semua perawat mengikuti operan

Menggunakan

tangan 6 langkah benar sesuai SOP CCLXIX. S:-

sarung tangan sebelum

CCLXX.

O:

melakukan kontak dengan bayi

CCLXXI.

Mencegah penularan infeksi

CCLXXIII.

CCLXXV. CCLXXVI. CCLXXVII. Mengobservasi

maupun penyakit pada bayi maupun perawat CCLXXVIII. S: -

22

14.40

CCLXXIX.

O:

CCLXXX.

Keadaan umum bayi sedang,

1,2,3,4

keadaan umum bayi

kesadaran composmentis, terpasang oksigen 2 CCLXXXII.

CCLXXXIV. CCLXXXV. CCLXXXVI. Menyiapkan air

lpm, infus umbilikal D10% 12 tpm CCLXXXVII. S : -

23

15.30

CCLXXXVIII.

3

untuk personal hygiene

O:

CCLXXXIX. Air yang digunakan adalah air hangat

30

CCXCI.

CCXCIII. CCXCIV. CCXCV.

24

15.45

3

Melakukan

personal hygiene pada bayi

CCXCVI.

S:-

CCXCVII.

O:

CCXCVIII.

Menyibin bayi dengan

menggunakan air hangat yang telah disediakan, CCC.

CCCII.1 CCCIII. CCCIV.

25

5.50

1

minyak telon pada bayi

CCCIX.

CCCXI.

CCCXII. CCCXIII.

26

15.53

2,4

Menimbang berat

badan bayi

CCCXVIII.

CCCXX. CCCXXI. CCCXXII.

27

15.55

1,3

Mengoleskan

Mengganti popok

bayi setelah disibin

bayi tampak bersih dan segar CCCV.S : CCCVI.

O:

CCCVII.

Bayi tampak tenang dan tidak

rewel CCCXIV.

S:-

CCCXV.

O:

CCCXVI. CCCXXIII.

BB bayi 1415 gram S:-

CCCXXIV.

O:

CCCXXV.

Bayi tampak tenang dan tidak

rewel, bayi BAK, tidak terdapat feses pada CCCXXVII.

CCCXXIX.CCCXXX.CCCXXXI.

28

16.00

2,4

Membantu ibu

memberikan PASI pada bayi dengan menggunakan sendok

popok CCCXXXII. CCCXXXIII.

S: Ibu bayi mengatakan

akan rajin memberi PASI pada

31

bayinya dengan menggunakan sendok. Ibu bayi mengatakan sudah mengerti cara memberi susu dengan sendok. CCCXXXIV. -

CCCXXXVI.

CCCXXXVIII. CCCXXXIX. CCCXL.

29

16.05

1,2,3,4

Memberikan

posisi nyaman pada bayi

O:

Bayi tampak menelan susu yang diberikan

ibunya - Bayi menelan susu sebanyak 8 sendok CCCXLI. S:CCCXLII.

O:

CCCXLIII.

Memberikan bantalan pada

kepala bayi, pembatas tempat tidur pada sisi CCCXLV.

CCCXLVII.CCCXLVIII. CCCXLIX.

30

16.30

1,2,3,4

tanda-tanda vital bayi

CCCLVI.

CCCLVIII.CCCLIX. CCCLX.

31

16.40

2,4

Memonitor

bayi

Mengecek GDS

tubuh bayi, serta selimut bayi CCCL. S : CCCLI.

O:

CCCLII.

Suhu : 36,30C

CCCLIII.

Nadi : 124x/menit

CCCLIV. CCCLXI.

SPO2 : 97 % S:-

CCCLXII.

O:

32

Memberi PASI

CCCLXIII. CCCLXX.

GDS bayi adalah 93 g/dl S:-

pada bayi melalui selang NGT

CCCLXXI.

O:

CCCLXXII.

Tidak terdapat residu NGT,

CCCLXV.

CCCLXVII. CCCLXVIII. CCCLXIX.

32

18.00

2,4

CCCLXXIV.

CCCLXXVI. CCCLXXVII. CCCLXXVIII.

33

20.00

2,4

Memberi

pemberian PASI pada bayi sebanyak 10 cc CCCLXXIX. S : -

PASI pada bayi melalui selang

CCCLXXX. O :

NGT

CCCLXXXI. Residu NGT sebelum pemberian PASI adalah sebanyak 1,5 cc, pemberian PASI

CCCLXXXIII.

CCCLXXXV. CCCLXXXVI. CCCLXXXVII.

34

20.05

2

pada bayi sebanyak 10 cc Memberik CCCLXXXVIII. S:-

an obat oral pada bayi

CCCLXXXIX. CCCXC.

CCCXCII.

CCCXCIV.CCCXCV.CCCXCVI.

35

20.10

2

Memberikan obat

melalui injeksi intravena

O:

Obat oral diberikan melalui NGT

yaitu Zedovudin 2 mg CCCXCVII. S : CCCXCVIII. O : CCCXCIX.

Obat diberikan melalui injeksi

yaitu injeksi Cefotaxime 80 mg dan injeksi CDI.

CDIII. 2 CDIV. 1 CDV. Menjaga bayi tetap

Cefilla 0,2 cc CDVI. S : -

33

36

0.30

hangat

CDX.

CDXII.

CDXIII. CDXIV.

37

21.00

3

Mencuci tangan

setelah kontak dengan bayi

CDVII.

O:

CDVIII.

Menyelimuti bayi dan

memonitor suhu dalam inkubator CDXV.S : CDXVI.

O:

CDXVII.

Mencegah terjadinya penularan

infeksi dan penyakit pada bayi maupun perawat CDXXV. S:-

CDXXVIII.

CDXXVI.

O:

Dewa

Februari 2017

CDXXVII.

Semua perawat mengikuti operan

CDXXI.

untuk mengetahui keadaan dan terapi

CDXIX. CDXX.

CDXXII. CDXXIII.CDXXIV.

38

21.00

Selasa 21

1,2,3,4

perawat

(MALAM) CDXXIX.

CDXXXI. CDXXXII.CDXXXIII.

39

21.30

3

selanjutnya CDXXXIV.

S:-

tangan sebelum kontak dengan

CDXXXV.

O:

pasien

CDXXXVI.

Semua perawat melakukan cuci

CDXXXVIII.

CDXL.2 CDXLI. CDXLII.

40

1.30

3

Mengikuti operan

Melakukan cuci

Memakai sarung

tangan 6 langkah benar sesuai SOP CDXLIII. S:-

tangan sebelum kontak dengan

CDXLIV.

O:

pasien

CDXLV.

Mencegah penularan infeksi

maupun penyakit pada bayi maupun perawat

34

CDXLVII.

CDXLIX. CDL. 2 CDLI. Memberikan PASI

CDLII.S :

41

21.30

melalui selang NGT sebanyak

CDLIII.

8cc

-

,4

CDLV.

CDLVII. CDLVIII. CDLIX.

42

21.40

3

pada bayi

CDLXIII.

CDLXV. CDLXVI. CDLXVII.

43

23.30

3

CDLXXIV.CDLXXV.CDLXXVI.

44

23.30

Mencuci tangan

Memakai sarung

8cc CDLX.S : O:

- Bayi tidak terlihat rewel - Feses bayi berawarna kuning - Feses bayi lunak CDLXVIII. S : CDLXIX.

O:

CDLXX.

Perawat telah melakukan cuci

tangan 6 langkah sesuai dengan SOP CDLXXVII. S :

tangan sebelum kontak dengan

CDLXXVIII. O :

pasien

CDLXXIX.

CDLXXXI.

CDLXXXIII. CDLXXXIV. CDLXXXV. Memberikan

45

23.30

2,4

Bayi tidak terlihat rewel Residu bayi sebelum diberi PASI 2 cc Memberikan PASI pada bayi sebanyak

CDLXI.

sebelum kontak dengan pasien

CDLXXII.

3

Mengganti popok

O:

Mencegah penularan infeksi

maupun penyakit pada bayi maupun perawat CDLXXXVI. S:

PASI melalui selang NGT

CDLXXXVII.

sebanyak 10 cc

-

O:

Bayi tidak terlihat rewel

35

CDLXXXIX. CDXC.

CDXCI.

CDXCII. CDXCIII.

46

01.30

2,4

Rabu, 22 Februari 2017

CDXCVII.

CDXCIX. D.

47

03.30

PASI melalui selang NGT

CDXCV. O :

sebanyak 15 cc

- Bayi tidak rewel/menangis - Residu bayi sebelum diberi PASI 0 - Memberikan PASI sebanyak 15 cc DII. S :

2 DI.

,4

DVI.

DVIII. 0 DIX. 3

48

5.30

Memberikan PASI

melalui selang NGT sebanyak

DIII.

15 cc

Melakukan personal

- Bayi tidak rewel/menangis - Residu bayi sebelum diberi PASI 3 cc DIV. - Memberikan PASI sebanyak 12 cc DXI. S :

hygiene pada bayi

DXII. O :

DX. -

DXIV.

DXVI. 0 DXVII.

Memberikan

- Residu bayi sebelum diberi PASI 0 - Memberikan PASI sebanyak 10 cc CDXCIV. S :

Memandikan bayi Oral hygiene Perawatan tali pusat

DXVIII.

Menjaga

O:

-

Bayi dimandikan dengan cara disibin

-

menggunakan air hangat Bayi tidak rewel saat disibin Bayi terlihat bersih dan segar setelah

-

disibin Keadaan tali pusat tidak menunjukkan

tanda-tanda infeksi DXIX. S : -

36

49

5.35

1

kehangatan bayi

DXX. O : - Bayi tetap tenang - Bayi diberi minyak telon - Bayi dipakaikan popok baru yang bersih DXXVII. S :

DXXII.

DXXIV.

DXXV.

DXXVI.

50

05.40

1,2,3,4

tanda-tanda vital

DXXX.

DXXXII. DXXXIII.DXXXIV.

51

05.45

DXXXIX.

DXLI. 0 DXLII.2 DXLIII.

52

6.00

2,4

,4

Memonitoring

Mengecek GDS

bayi Memberikan

PASI pada bayi sebanyak 10 cc

DXXVIII. O : - Suhu : 36,70C - HR : 138x/menit - SpO2 : 95% DXXXV. S :DXXXVI.

O:

DXXXVII. DXLIV.

Hasil cek GDS bayi 88 S :-

DXLV. O : - Bayi tidak terlihat rewel - Residu sebelum diberi PASI 0 - Bayi diberi PASI sebanyak 10 cc DLXXX. S: -

DLXXXIII.

DLXXXI.

O:

Lisa

Februari 2017

DLXXXII.

Semua perawat mengikuti operan

DXLIX.

untuk mengetahui keadaan dan terapi

(SIANG)

selanjutnya

DXLVII. DXLVIII.

DLXXVII. DLXXVIII. DLXXIX.

53

14.00

Rabu, 22

1,2,3,4

perawat

Mengikuti operan

37

DLXXXIV. DL.

DLXXXVI.DLXXXVII. DLXXXVIII. Melakukan cuci

DLXXXIX.

54

14.30

tangan sebelum kontak pada

DXC. O:

bayi

DXCI. Semua perawat melakukan cuci tangan 6

DLI.

3

DLII. DLIII. DXCIII. DLIV. 55 DLV.

DXCV.1 DXCVI. DXCVII. 4.35

1,3

Mengobservasi

keadaan umum bayi

DCII. 56

DXCIX.

O:

Keadaan umum bayi sedang, kesadaran

DCIV. 1 DCV. 3 DCVI. Mengganti popok bayi

composmentis DCVII. S:

4.45

DCVIII.

DCXIII.

DCXIV. DCXV.Memberikan PASI

DCIX. BAK: ±10cc DCXVI. S: -

15.00

2,4

DCXVII.

O:

DLXII.

DCXVIII.

Residu ±1 cc

DLXIII.

DCXIX.

Sonde ASI ±20 cc

DCXX. DCXXVII.

S: -

DCXXVIII.

O:

DCXXIX. DCXXXVI.

Bayi tampak bersih dan segar S: -

DLVII. DLVIII. DLIX.

DCXI.DLX. 57

langkah benar sesuai SOP DXCVIII. S: DC.

DLVI.

S: -

DLXI.

melalui NGT

DLXIV. DCXXII. DLXV.

DCXXIV. DCXXV. DCXXVI.

58

16.00

DLXVI.

DLXVII. DCXXXI.

3

Membantu bayi

personal hygiene

DCXXXIII.DCXXXIV. DCXXXV.

Mengoleskan

O: -

38

59

DLXVIII.

16.15

1

DLXIX. DLXX. DCXL. DLXXI. 60 DLXXII. DLXXIII. DCXLIX. DLXXIV. 61 DLXXV.

minyak telon dan untuk menjaga

DCXXXVII. O:

kehangatan bayi

DCXXXVIII. Bayi tampak tenang dan tidak

DCXLII. DCXLIII. DCXLIV. 16.20

1

inkubator untuk menjaga

kehangatan DCLI. 1 DCLII.2 DCLIII. 7.00

,4

Memonitor suhu

Memberikan

PASI melalui NGT

DLXXVI. DCLIX.

DCLXI.

DCLXII. DCLXIII.

62

17.30

1,2,4

tanda vital pada bayi

DCLXXI.

DCLXXIII.DCLXXIV. DCLXXV.

63

18.00

3

Mengukur tanda-

pada bayi

Mengecek GDS

rewel DCXLV.

S: -

DCXLVI.

O:

DCXLVII. DCLIV.

Suhu inkubator ±300C S: -

DCLV. O: DCLVI.

Residu ±1 cc

DCLVII. DCLXIV.

Sonde ASI ±20 cc S: -

DCLXV.

O:

DCLXVI.

Suhu: 36,30C

DCLXVII.

Nadi: 124 x/menit

DCLXVIII.

RR: 42 x/menit

DCLXIX. DCLXXVI.

SPO2: 98% S: -

DCLXXVII. O: DCLXXVIII. GDS: 83

39

DCLXXX.

DCLXXXII. DCLXXXIII. DCLXXXIV. Memberikan

DCLXXXVIII.

64

19.00

PASI melalui NGT

DCLXXXIX. O:

DCLXXXV.

DCXC.

Residu ±2cc

DCLXXXVI.

DCXCI.

Sonde ASI ±20cc

DCXCIII.

DCLXXXVII. DCXCV. DCXCVI.DCXCVII. Mengganti popok

DCXCVIII.

S: -

65

19.15

DCXCIX.

O:

DCCII.

DCCIV.

66

19.30

2,4

3

bayi

DCCV.3 DCCVI.

Mengajarkan

S: -

DCC. Bayi BAK ±10cc DCCVII. S: -

pada ibu bayi untuk selalu

DCCVIII.

O:

mencuci tangan sebelum dan

DCCIX.

Ibu melakukan cuci tangan

DCCXI.

sesudah kontak dengan bayi DCCXIII. DCCXIV. DCCXV. Memberikan

sebelum dan sesudah kontak dengan bayi DCCXVI. S: -

67

20.00

DCCXVII.

O:

DCCXVIII.

Residu ±2cc

DCCXIX. DCCXXVI.

Sonde ASI ±20cc S: -

2,4

PASI melalui NGT

DCCXXI.

DCCXXIII.DCCXXIV. DCCXXV.

68

19.15

3

bayi

Mengganti popok

DCCXXVII. O: DCCXXVIII. Bayi BAK ±10cc

40

DCCXXX. DCCXXXI.

DCCXXXIII. DCCXXXIV. DCCXXXV. Mengikuti operan

DCCXXXVI. S: -

DCCXXXIX.

69

21.00

DCCXXXVII. O:

Linda

Rabu, 22

1,2,3,4

perawat

Februari 2017

DCCXXXVIII.

DCCXXXII.

mengikuti operan untuk mengetahui keadaan

(MALAM) DCCXL.

DCCXLII. DCCXLIII. DCCXLIV.

70

21.30

DCCXLIX.

DCCLI.

71

3

DCCXLVI.

O:

bayi

DCCXLVII.

Semua perawat melakukan cuci

Menggunakan

tangan 6 langkah benar sesuai SOP DCCLIV. S:-

sarung tangan sebelum

DCCLV.

O:

melakukan kontak dengan bayi

DCCLVI.

Mencegah penularan infeksi

DCCLVIII.

DCCLX. DCCLXI. DCCLXII.

72

22.00

2,4

dan terapi selanjutnya DCCXLV. S: -

tangan sebelum kontak pada

DCCLII. DCCLIII. 3

Melakukan cuci

Semua perawat

Memberi PASI

pada bayi melalui selang NGT

maupun penyakit pada bayi maupun perawat DCCLXIII. S : DCCLXIV.

O:

DCCLXV.

Residu NGT sebelum pemberian

PASI adalah sebanyak 1 cc, pemberian PASI pada bayi sebanyak 10 cc

41

DCCLXVII.

DCCLXIX.DCCLXX.DCCLXXI.

73

24.00

2,4

Memberi PASI

pada bayi melalui selang NGT

DCCLXXII. S : DCCLXXIII. O : DCCLXXIV. Residu NGT sebelum pemberian PASI adalah sebanyak 1 cc, pemberian PASI pada bayi sebanyak 10 cc DCCCIV. S:-

DCCCVII.

DCCCV.

O:

Linda

Februari 2017

DCCCVI.

Residu NGT sebelum pemberian

DCCLXXVIII.

PASI adalah sebanyak 3 cc, pemberian PASI

DCCLXXVI. DCCLXXVII. DCCCI.

DCCCII. DCCCIII.

74

2,4

Kamis, 23

(PAGI) DCCCVIII. DCCLXXIX. 75 DCCLXXX.

02.00

pada bayi melalui selang NGT

DCCCX. DCCCXI. DCCCXII. 04.00

2,4

Memberi PASI

Memberi PASI

pada bayi melalui selang NGT

DCCLXXXI. DCCLXXXII. DCCLXXXIII. DCCCXVII. DCCCXIX.DCCCXX.DCCCXXI. Menyiapkan air DCCLXXXIV. 76 04.10 1,3 untuk personal hygiene DCCLXXXV. DCCLXXXVI. DCCLXXXVII.

pada bayi sebanyak 7 cc DCCCXIII. S : DCCCXIV.

O:

DCCCXV.

Residu NGT sebelum pemberian

PASI adalah sebanyak 12 cc, pemberian PASI pada bayi sebanyak 10 cc DCCCXXII. S: DCCCXXIII. O : DCCCXXIV. Air yang digunakan untuk personal hygiene/ menyibin merupakan air hangat

42

DCCCXXVI. DCCLXXXVIII.DCCCXXVIII. DCCCXXIX. DCCCXXX. Melakukan

DCCCXXXI. S : -

77

DCCCXXXII. O :

DCCLXXXIX. 04.30

personal hygiene pada bayi

DCCXC.

DCCCXXXIII.

DCCXCI.

menggunakan air hangat yang telah disediakan,

DCCXCII. DCCCXXXV. DCCXCIII. 78 DCCXCIV. DCCXCV. DCCCXLIV. DCCXCVI. 79 DCCXCVII. DCCXCVIII. DCCCLIII. 80

3

DCCXCIX.

DCCCXXXVII. DCCCXXXVIII. DCCCXXXIX. 04.35

1

Mengoles

kan minyak telon pada bayi

Menyibin bayi dengan

bayi tampak bersih dan segar DCCCXL. S:DCCCXLI.

O:

DCCCXLVI. DCCCXLVII. DCCCXLVIII.Menimbang berat

DCCCXLII. Bayi menangis DCCCXLIX. S : -

04.40

DCCCL.

2,4

badan bayi

DCCCLV. DCCCLVI.DCCCLVII. 04.45

1,3

Mengganti popok

bayi setelah disibin

O:

DCCCLI. BB bayi 1480 gram DCCCLVIII. S : DCCCLIX.

O:

DCCC. DCCCLXII.

DCCCLXIV. DCCCLXV. DCCCLXVI. Memonitor

DCCCLX. Bayi menangis dan rewel DCCCLXVII. S : -

81

05.00

DCCCLXVIII.

1,2,3,4

tanda-tanda vital bayi

O:

DCCCLXIX. Suhu : 36,50C DCCCLXX. Nadi : 144x/menit DCCCLXXIII.

DCCCLXXV. DCCCLXXVI. DCCCLXXVII.

DCCCLXXI. SPO2 : 97% Mengecek DCCCLXXVIII. S:-

43

82

05.15

2,4

DCCCLXXXII.

DCCCLXXXIV. DCCCLXXXV. DCCCLXXXVI.

83

06.00

2,4

GDS bayi

DCCCLXXIX. Memberi

O:

DCCCLXXX. GDS bayi adalah 95g/dl DCCCLXXXVII. S:-

PASI pada bayi melalui selang

DCCCLXXXVIII.

O:

NGT

DCCCLXXXIX.

Residu NGT sebelum

pemberian PASI adalah sebanyak 12 cc, DCCCXCI.

DCCCXCIII. DCCCXCIV. DCCCXCV. Menjaga bayi

pemberian PASI pada bayi sebanyak 8 cc DCCCXCVI. S : -

84

06.15

DCCCXCVII. O :

1

tetap hangat

DCCCXCVIII.

Menyelimuti bayi dan

CM.

CMII. 0 CMIII. 3 CMIV. Mencuci tangan setelah

memonitor suhu dalam inkubator CMV. S : -

85

7.00

CMVI. O :

kontak dengan bayi

CMVII.

Mencegah terjadinya penularan

infeksi dan penyakit pada bayi maupun perawat CMXV. S:

CMXVIII.

CMXVI.

O :

Dewa

2017

CMXVII.

Perawat mengikuti operan jaga

CMXI. (PAGI

untuk mengetahui keadaan dan kondisi pasien

)

terbaru

CMIX.CMX. Kamis

CMXII.

CMXIII. CMXIV.

86

07.00

1,2,3,4

, 23 Februari

Melakukan

operan jaga dengan perawat

44

CMXIX.

CMXXI. CMXXII. CMXXIII.

87

08.00

3

hygiene

CMXXVIII.

CMXXX. CMXXXI.CMXXXII.

88

08.05

2,4

S:

CMXXV.

O:

CMXXVI.

Bayi tidak terlihat rewel,

keadaan mulut bayi bersih setelah di hygiene CMXXXIII. S: CMXXXIV.

bayi sebanyak 10 cc

- Bayi tetap tenang - Residu sebelum diberi PASI 0 - Memberikan PASI sebanyak 10 cc CMXLI. S :

CMXXXVIII. CMXXXIX. CMXL.

89

08.15

Menjaga

kebersihan area inkubator bayi

CMXLIV.

CMXLVI. CMXLVII.CMXLVIII.

90

09.00

3

Memberikan

CMXXIV.

PASI melalui selang NGT pada

CMXXXVI.

3

Melakukan oral

Mengganti popok

bayi

CMLII.

CMLIV.

CMLV.2 CMLVI.

91

10.00

,4

O:

CMXLII. O : - Inkubator bayi terlihat bersih - Suhu inkubator dipertahankan +/- 300C CMXLIX. S : CML. O :

Memberikan

- BAK bayi bening - Bayi tidak menangis CMLVII. S :

PASI melalui selang NGT

CMLVIII. O :

sebanyak 20 cc

-

Bayi tidak rewel Residu sebelum diberi PASI 0 Bayi diberi PASI sebanyak 20 cc Bayi tidak terlihat gumoh

45

CMLX.

CMLXII. CMLXIII.CMLXIV.

92

11.00

1

tanda-tanda vital

CMLXXII.

CMLXXIV.CMLXXV.CMLXXVI.

93

12.00

2,4

Memonitoring

Mengajarkan ibu

berlatih memberikan PASI

CMLXV.

S:

CMLXVI.

O:

CMLXVII.

HR : 137x/menit

CMLXVIII.

Suhu : 36,50C

CMLXIX.

SpO2 : 96%

CMLXX. GDS : 78 CMLXXVII. S: CMLXXVIII.

menggunakan sendok

Ibu mengatakan sudah

bisa melakukan pemberian PASI melalui sendok CMLXXIX. -

O:

Bayi tidak menangis Bayi dapat menghabiskan 10 sendok

CMLXXXI.

CMLXXXIII. CMLXXXIV. CMLXXXV. Mengganti popok

PASI sejumlah 10 cc CMLXXXVI. S:

94

13.00

CMLXXXVII.

3

bayi

CMLXXXIX.

CMXCI. CMXCII. CMXCIII.

95

14.00

2,4

Memberikan

O:

- BAB bayi berwarna kuning, lunak - BAK bayi jernih dan banyak CMXCIV. S :

PASI pada bayi melalui selang

CMXCV. O :

NGT

-

Residu sebelum diberikan PASI 0

46

-

Bayi diberikan PASI sebanyak 10 cc

CMXCVII. CMXCVIII.

MVI. 2 MVII. 1 MVIII. Mengikuti operan

MIX. S: -

MXI. Li

96

1.00

MX.

sa

Kamis, 23

Februari 2017 MXII. CMXCIX. 97 (MALAM)

,2,3,4

perawat

MXIV. 2 MXV. 3 MXVI.Melakukan cuci tangan

untuk mengetahui terapi selanjutnya MXVII. S: -

1.15

MXVIII.

sebelum kontak dengan bayi

MIV. MXXX. 99

MV.

MXXIII. MXXIV. MXXV. 21.20

3

MXXXII. MXXXIII.MXXXIV. 21.30

2,4

Memberikan

PASI melalui NGT

MXLI. 2 MXLII. MXLIII.

10

3.00

2,4

Mengganti popok

bayi

MXXXIX. 0

O:

MXIX.Perawat melakukan cuci tangan 6

M. MI. MXXI. MII. 98 MIII.

O: Seluruh perawat mengikuti operan

Memberikan

PASI melalui NGT

langkah sesuai SOP MXXVI. S: MXXVII.

O:

MXXVIII. MXXXV.

BAK: ±10cc S: -

MXXXVI.

O:

MXXXVII.

Tidak terdapat residu, ASI

melalui sonde ±20cc MXLIV. S: MXLV.O: MXLVI.

Tidak terdapat residu, ASI

melalui sonde ±20cc

47

MXLVIII.

ML.

10

3.10

2 MLI. 3 MLII. Mengganti popok bayi

MLIII. S: MLIV. O:

1

MLV. BAK: ±10cc, bayi tampak tenang dan

MLVII. MLVIII.

MLX. 0 MLXI. 2 MLXII.

tidak rewel MLXIII.

S: -

MLXVI.

10

1.00

MLXIV.

O:

Lisa

MLXV. MLXXII.

ASI melalui sonde ±20cc S: -

MLXXIII.

O:

MLXXIV. MLXXXI.

ASI melalui sonde ±20cc S: -

MLXXXII.

O:

4

MLXXXIII.

Bayi BAK ±10cc, bayi tidak

MLXXXV.

MLXXXVII. MLXXXVIII. MLXXXIX.

rewel MXC. S: -

10

05.00

Jumat, 24

2 Februari 2017 MLXVII. MLIX. 10

,4

PASI melalui NGT

MLXIX. MLXX. MLXXI. 03.00

2,4

MLXXVIII.MLXXIX.MLXXX.

10

03.30

3

Membantu bayi

personal hygiene

MXCVI. MXCVII. MXCVIII.

10

05.15

6

Mengganti popok

bayi

5 MXCIV.

1

Memberikan

PASI melalui NGT

3 MLXXVI.

3

Memberikan

Mengoleskan

MXCI. O: MXCII. MC. S: -

Bayi tampak bersih dan segar

minyak telon pada bayi untuk

MCI. O:

menjaga kehangatan

MCII. Bayi tampak tenang dna tidak rewel

48

MXCIX.

MCIV.

MCVI. 0 MCVII. MCVIII.

10

5.25

2,4

Menimbang berat

badan bayi

7 MCXIII.

MCXV.

MCXVI. MCXVII.

10

05.30

1

MCX. O: Mengukur tanda-

tanda vital pada bayi

8

MCXXV.

MCXXVII.MCXXVIII. MCXXIX.

10

06.00

1

pada bayi

9

MCIX. S: -

Mengecek GDS

MCXI. Berat badan bayi: 1490 gram MCXVIII. S: MCXIX.

O:

MCXX.

Suhu: 37,60C

MCXXI.

Nadi: 155 x/menit

MCXXII.

RR: 45 x/menit

MCXXIII. MCXXX.

SPO2: 99% S: -

MCXXXI.

O:

MCXXXII.

Mengecek GDS di telapak kaki

sebelah kanan, nilai GDS:102 MCXXXIV. MCXXXV.

EVALUASI KEPERAWATAN MCXXXVI. MCXXXVII. Nama : Bayi Ny. E

No. RM

: 281

MCXXXVIII.

Ruang

: Melati

Umur

: 16 hari

49

MCXXXIX. MCXL. No

Hari,

MCXLI.

Dx. Keperawatan

MCXLII.

Evaluasi Hasil

. Tanggal MCXLIV. MCXLV.

MCXLVI.

Hipotermia

1

Selasa, 21

berhubungan dengan proses adaptasi

MCXLIX. O:

Februari 2017

bayi terhadap lingkungan

-

MCXLVIII.

ekstrauterin MCXLVII.

S: -

Suhu : 36,50C RR : 40x/menit HR : 124 x/menit SpO2 : 97% Kulit teraba hangat Badan bayi tidak menggigil Tidak ada sianosis Suhu inkubator 300C

MCXLIII. TTD MCLIV. Linda MCLV. D ewa MCLVI. Lisa

MCL. A: MCLI. Masalah teratasi

MCLIX.

Ketidakseimbangan

MCLII.

P:

MCLIII.

Lanjutkan intervensi

Monitoring tanda-tanda vital Monitor suhu inkubator Ganti popok setelah BAK dan BAB Oleskan minyak telon setelah mandi Monitoring warna kulit MCLX. S : -

MCLXIV.

50

MCLXI.

berhubungan dengan intake yang

-

Bayi tidak rewel Bayi dapat mengonsumsi PASI 10-15 cc/2 jam Residu bayi 2 cc pada pukul 21.40 Berat badan bayi belum ada peningkatan, masih 1415

MCLXV.

-

gram Ukuran lila bayi belum bertambah, masih 7 cm Bayi dapat menghabiskan PASI yang diberikan

Lisa

tidak adekuat (reflek menghisap dan menelan bayi lemah)

O:

Linda

nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

Dewa MCLXVI.

MCLXII. A : Masalah belum teratasi MCLXIII. P : Lanjutkan intervensi - Ukur antropometri bayi - Berikan PASI secara teratur 10 c/jam - Cek residu bayi sebelum diberikan PASI MCLXX. S : -

MCLXXIV.

berhubungan dengan penurunan

MCLXXI. O :

Linda

imun tubuh

-

MCLXXV.

MCLXIX.

Resiko infeksi

Bayi masih terpasang infus D10% pada umbilical Tidak terdapat tanda-tanda infeksi HR = 124x/menit SpO2 = 97x/menit Suhu = 36,50C Bayi sering berganti popok dan alas tidur seelah BAK

Dewa MCLXXVI. Lisa

atau BAB MCLXXII. A : Masalah teratasi sebagian

51

MCLXXIII. P : Lanjutkan Intervensi

-

Lakukan perawatan tali pusat Bantu bayi melakukan personal hygiene (memandikan bayi, oral hygiene dan mengganti popok setelah

BAB/BAK) Monitor tanda-tanda infeksi - Monitor tanda-tanda vital MCLXXX. S:-

MCLXXXIV.

pemberian ASI berhubungan dengan

MCLXXXI.

Linda

penyakit ibu; HIV positif

-

Bayi tidak diberi ASI Bayi diberi PASI 10 cc/2 jam secara teratur melalui selang

-

NGT Berat badan bayi 1415 gram LILA bayi 7 cm Bayi dapat menghabiskan PASI 10cc/2 jam

MCLXXIX.

Diskontinuitas

O:

MCLXXXII.

A : Masalah teratasi sebagian

MCLXXXIII.

P : Lanjutkan intervensi

MCLXXXV. Dewa MCLXXXVI. Lisa

MCLXXXVII. MCLXXXVIII. MCLXXXIX. Hipotermia

- Ukur antropometri - Latih ibu untuk memberi PASI menggunakan sendok - Berikan PASI secara teratur 10 cc/2 jam MCXCI. S :

MCXCV.

2.

Linda

Rabu, 22

berhubungan dengan proses adaptasi

MCXCII. O :

Februari 2017

bayi terhadap lingkungan

-

Suhu : 36,50C

MCXCVI.

52

ekstrauterin MCXC.

(00006)

-

RR : 42x/menit HR : 128 x/menit SpO2 : 98% Kulit teraba hangat Badan bayi tidak menggigil Tidak ada sianosis Suhu inkubator 300C

Dewa MCXCVII. Lisa

MCXCIII. A : Masalah teratasi MCXCIV. P : Lanjutkan intervensi -

Beri kehangatan pada bayi dengan pemakaian selimut dan

MCC. Ketidakseimbangan nutrisi:

minyak telon - Monitor tanda-tanda vital MCCI. S: -

MCCVII.

kurang dari kebutuhan tubuh

MCCII.

Linda

berhubungan dengan intake yang

tidak adekuat (reflek menghisap dan menelan bayi lemah) -

O:

Reflek hisap bayi lemah Membran mukosa bayi kering BB: 1480 gram Bayi masih terpasang NGT Residual pemberian PASI bayi 2 cc MCCIII.

A:

MCCIV.

Masalah dapat teratasi sebagian

MCCV.

P:

MCCVIII. Dewa MCCIX. Lisa

MCCVI. Lanjutkan intervensi

53

MCCXII.

Resiko infeksi

Monitor residu sebelum pemberian ASI Berikan nutrisi sesuai kebutuhan 20 cc/jam Hitung intake dan output cairan Monitor GDS Ukur antropometri bayi MCCXIII. S : -

berhubungan dengan penurunan

MCCXIV. O :

imun tubuh

-

Suhu : 36,50C RR : 42x/menit HR : 128 x/menit SpO2 : 98% Orang tua dan perawat sudah menerapkan cuci tangan

-

sebelum dan sesudah kontak dengan bayi Bayi masih menggunakan infus D10% pada bagian

-

umbilical Tinda terdapat tanda-tanda infeksi pada daerah sekitar

MCCXXI. Linda MCCXXII. Dewa MCCXXIII. Lisa

umbilical. MCCXV. A: MCCXVI. Masalah teratasi MCCXVII. P: MCCXVIII. Lanjutkan intervensi MCCXIX.

- Tingkatkan cuci tangan pada perawat dan orang

tua sebelum dan sesudah kontak dengan bayi MCCXX.

- Monitor tanda-tanda infeksi pada bayi seperti

54

MCCXXVI.

Diskontinuitas

pemberian ASI berhubungan dengan penyakit ibu; HIV positif

MCCXXXVI. MCCXXXVII. MCCXXXVIII. 3

Hipotermia

kemerahan pada kulit - Lakukan oral hygiene - Beri perubahan posisi rutin - Memandikan bayi - Beri PASI secara teratur sebagai pengganti ASI MCCXXVII. S: MCCXXVIII.

- Terjadi kenaikan BB dari 1415 gram menjadi 1480 gram - Bayi masih MCCXXIX.

A:

MCCXXX.

Masalah teratasi sebagian

MCCXXXI.

P:

MCCXXXII.

Lanjutkan intervensi

- Monitor dan evaluasi refleks menelan sebelum memberikan susu - Pantau berat badan bayi - Berikan PASI/dorong intake nutrisi sesuai kebutuhan 20cc MCCXL. S : -

Kamis, 23

berhubungan dengan proses adaptasi

MCCXLI. O :

Februari 2017

bayi terhadap lingkungan

-

ekstrauterin MCCXXXIX.

O:

Suhu : 36,50C HR : 137 SpO2 : 96% GDS : 78 Akral teraba hangat

MCCXXXIII. Linda MCCXXXIV. Dewa MCCXXXV. Lisa

MCCXLIV. Linda MCCXLV. Dewa MCCXLVI. Lisa

55

MCCXLII.A : Masalah teratasi MCCXLIII. -

MCCXLIX.

Ketidakseimbangan

nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

P : Lanjutkan intervensi

Mandikan bayi menggunakan air hangat Tetap jaga kehangatan bayi dengan menggunakan minyak

telon, menyelimuti bayi - Ganti popok setiap kali bayi BAB atau BAK MCCL. S :

MCCLIV.

-

Ny. E mengatakan bayinya dapatmenghabiskan 10 sendok

Linda

Pasi saat berlatih minum menggunakan sendok

MCCLV.

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat (reflek menghisap dan

MCCLI.

menelan bayi lemah)

-

O:

Berat badan bayi tetap (1480 gram) Bayi dapat menghabiskan PASI 20 cc/2 jam

MCCLII. A : Masalah teratasi sebagian

Dewa MCCLVI. Lisa

MCCLIII. P : Lanjutkan intervensi -

Pantau berat badan bayi Pertahankan intake nutrisi dari PASI 20 cc/2 jam Pantau reflek hisap dan menelan bayi Melatih ibu untuk berlatih meminumkan PASI

menggunakan sendok MCCLX. S : -

MCCLXIV.

berhubungan dengan penurunan

MCCLXI. O :

Linda

imun tubuh

-

MCCLXV.

MCCLIX.

Resiko infeksi

Bayi masih menggunakan infus umbilical D10%

56

-

Bayi dilakukan perawatan tali pusat setiap mandi dan bila

Dewa

kassa basah/terlihat kotor. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi, misalnya : kemerahan Tidak terdapat lesi pada tubuh bayi yang dapatmenjadi

MCCLXVI.

-

jalan masuk kuman Bayi dibantu perawat dalam hal menjaga personal hygiene

-

(mandi dan oral hygiene) Bayi diganti popoknya setiap kali BAB/BAK Suhu bayi 36,50C

Lisa

MCCLXII.A : Masalah teratasi MCCLXIII. -

MCCLXIX.

Diskontinuitas

pemberian ASI berhubungan dengan

P : Lanjutkan intervensi

Pantau tanda-tanda infeksi pada daerah umbilical yang

terpasang infus D10% - Ganti popok bayi setiap BAB/BAK - Monitoring TTV bayi MCCLXX. S:

MCCLXXIV.

-

Ny. E mengatakan bayi dapat menghabiskan 10 sendok

Linda

saat memberikan PASI

MCCLXXV.

penyakit ibu; HIV positif

MCCLXXI. -

O:

Tidak terdapat residu Bayi dapat menghabiskan PASI 20 cc/2 jam melalui selang NGT

Dewa MCCLXXVI. Lisa

57

-

Berat badan bayi tetap 1480 gram

MCCLXXII.

A : Masalah tertasi sebagian

MCCLXXIII.

P : Lanjutkan intervensi

-

Monitor

dan

evaluasi

refleks

menelan

sebelum

MCCLXXVII. MCCLXXVIII. MCCLXXIX. Ketidakseimbangan

memberikan susu - Pantau berat badan bayi - Berikan PASI/dorong intake nutrisi sesuai kebutuhan 20cc - Motivasi ibu untuk tetap memberikan PASI pada bayi MCCLXXX. S :

MCCLXXXIV.

4

Jumat, 24

nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

MCCLXXXI. O :

Linda

Februari 2017

berhubungan dengan intake yang

MCCLXXXII.A : Masalah teratasi sebagian

MCCLXXXV.

tidak adekuat (reflek menghisap dan

MCCLXXXIII.

Dewa

P:

menelan bayi lemah)

MCCLXXXVI. MCCXC. S : -

Lisa MCCXCIV.

berhubungan dengan penurunan

MCCXCI. O :

Linda

imun tubuh

-

Bayi masih menggunakan infus umbilical D10% Bayi dilakukan perawatan tali pusat setiap mandi dan bila

MCCXCV.

-

kassa basah/terlihat kotor. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi, misalnya : kemerahan Tidak terdapat lesi pada tubuh bayi yang dapatmenjadi

MCCLXXXIX.

Resiko infeksi

Dewa MCCXCVI. Lisa

58

-

jalan masuk kuman Bayi dibantu perawat dalam hal menjaga personal hygiene

-

(mandi dan oral hygiene) Bayi diganti popoknya setiap kali BAB/BAK Suhu bayi 37,60C HR : 155x/menit

MCCXCII.

A : Masalah teratasi sebagian

MCCXCIII.

P : Lanjutkan intervensi :

-

Pantau tanda-tanda infeksi pada daerah umbilical yang

terpasang infus D10% - Ganti popok bayi setiap BAB/BAK - Monitoring TTV bayi MCCC. S : -

MCCCIV.

pemberian ASI berhubungan dengan

MCCCI.

Linda

penyakit ibu; HIV positif

-

MCCXCIX.

Diskontinuitas

O:

Berat badan bayi tetap (1490 gram) Bayi dapat menghabiskan PASI 20 cc/2 jam

MCCCII. A : Masalah teratasi sebagian MCCCIII. P : Lanjutkan intervensi -

Pantau berat badan bayi Pertahankan intake nutrisi dari PASI 20 cc/2 jam Pantau reflek hisap dan menelan bayi Motivasi ibu untuk berlatih meminumkan PASI pada bayi

MCCCV. Dewa MCCCVI. Lisa

menggunakan sendok

59

MCCCVII. MCCCVIII. MCCCIX.

60

MCCCX. BAB IV MCCCXI.PEMBAHASAN MCCCXII. MCCCXIII.

Bab ini membahas tentang diagnosa keperawatan serta

tindakan yang dilakukan berdasarkan evidence base practice (EBP) yang dilakukan pada bayi Ny. E dengan riwayat ibu B20. Klien merupakan bayi berumur 16 hari dengan berat bayi lahir rendah (BBLR) dan prematur. Diagnosa yang ditegakkan pada bayi Ny. E adalah hipotermia berhubungan dengan proses adaptasi bayi terhadap lingkungan ekstrauterin, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat (reflek menelan dan menghisap bayi lemah), resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun tubuh, serta diskontinuitas pemberian ASI berhubungan dengan penyakit ibu: HIV positif. MCCCXIV. A. Hipotermia berhubungan dengan proses adaptasi bayi terhadap lingkungan ekstrauterin MCCCXV.Pada kasus ini, setelah dianalisa kelompok menemukan diagnosa hipotermia pada neonatus yang berhubungan dengan penundaan menyusu ASI. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya data obyektif seperti tanda-tanda vital bayi nadi: 110 x/menit, suhu: 35,9C, RR: 40 x/menit, SPO2: 92%, GDS: 97, CRT: <2 detik. Bayi yang lahir dengan usia kehamilan usia ibu 32 minggu, oleh karena itu bayi lahir prematur. Pada bayi prematur biasanya permukaan tubuhnya lebh luas sehingga pengupan kulit menjadi berlebih dan pemaparan dengan suhu luar sangat rentan dengan kehilangan panas. Jaringan lemak subkutan yang lebih tipis juga dapat menyebabkan kehilangan panas pada kulit. Menjaga suhu lingkungan netral merupakan salah satu kunci fisiologis bayi baru lahir setelah dilahirkan. Ketika didalam rahim produksi panas oleh fetus dihasilkan di suhu fetal kira-kira setengah derajat lebih tinggi daripada suhu maternal. Setelah lahir, bayi baru lahir beradaptasi dengan banyak lingkungan yang berbeda. Hipotermia merupakan salah satu faktor terpenting untuk kelangsungan hidup bayi baru lahir, khususnya diantara bayi dengan berat lahir rendah. Bayi kehilangan panas oleh evaporasi, konveksi, radiasi dan konduksi. Jika hipotermia terjadi, terdapat resiko cedera neonatal, 61

dalam kasus ini biasanya menjadi letargis, serta melemah dan pernapasan ireguler dan nadi melemah menurunkan suhu tubuh. Pada banyak belahan dunia petugas kesehatan tidak sadar pentingnya menjaga kehangatan bayi dengan metode sederhana seperti mengeringkan dan membedong dengan sesegera mungkin setelah kelahiran, mendorong menyusui dini dan menjaga bayi kontak hangat dengan ibu bayi. MCCCXVI. B. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat (reflek menelan dan menghisap bayi lemah) MCCCXVII.

Intervensi yang dilakukan pada bayi Ny. E pada

diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah dengan memberikan susu formula/ PASI dengan menggunakan sendok. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fitriana pada tahun 2013 tentang pemberian minum dengan cawan dan sendok terhadap efektivitas minum bayi baru lahir di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten menyebutkan bahwa pemberian susu menggunakan sendok lebih efektif dibandingkan memberikan susu menggunakan cawan. MCCCXVIII. Pemberian intervensi dengan menggunakan sendok dipilih karena dengan menggunakan sendok akan meminimalisir jumlah tumpahan susu, selain itu rerata volume susu yang diminum lebih banyak. Bentuk sendok, dengan ujung yang lebih sempit dibandingkan dengan bentuk cawan yang memiliki mulut lebih lebar, memungkinkan terjadinya sedikit tumpahan saat pemberian minum, sehingga volume yang dikonsumsi oleh bayi juga lebih banyak. Namun dalam segi efektivitas waktu, pemberian susu dengan cawan dinilai lebih singkat daripada menggunakan sendok. Hal tersebut karena bentuk cawan yang memungkinkan lebih memuat banyak susu sedangkan bentuk sendok yang cenderung lebih kecil sehingga memerlukan waktu yang lebih lama. Meskipun demikian, penggunaan cawan memiliki resiko lebih tinggi terhadap terjadinya tersedak pada bayi karena sifatnya yang tidak terputus (continue) dibandingkan sendok yang sifatnya putus-putus serta terdapat jeda waktu. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian susu dengan sendok memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan menggunakan cawan. 62

MCCCXIX. C. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun tubuh MCCCXX. Resiko infeksi pada bayi bisa terjadi karena lingkungan yang kurang bersih atau adanya luka lesi pada tubuh bayi yang merupakan tempat entry untuk masuknya kuman dan bakteri ke dalam tubuh bayi. Hal ini terjadi pada bayi Ny. E yang memiliki resiko terhadap infeksi karena terpasang infus pada bagian umbilical. Bayi Ny. E saat ini, sedang dirawat didalam baby incubator karena memiliki masalah kesehatan khusus yaitu B20 yang merupakan riwayat dari ibu dan BBLR karena memiliki berat badan lahir 1670 gram. Baby Incubator sendiri merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mempertahankan kehangatan dan suhu tubuh pada bayi. Tujuan dari penggunaan baby incubator adalah untuk merawat bayi dengan masalah BBLR yang memiliki berat < 1500 gram yang tidak dapat melakukan metode Kangoroo Mother Care (KMC), dengan cara mempertahankan suhu, kelembaban yang stabil dan pemenuhan kebutuhan oksigenasi di baby incubator, maka bayi akan dapat merasa seperti di dalam kandungan ibu. Oleh karena itu, baby incubator juga memerlukan perawatan yang benar agar tetap bisa digunakan secara optimal. MCCCXXI. Penggunaan dan perawatan baby incubator harus dilakukan dengan cara tepat karena baby incubator juga dapat memicu terjadinya resiko infeksi pada bayi. Adapun cara perawatan baby incubator adalah sebagai berikut : 1. Bersihkan baby incubator dengan cairan disinfektan setiap hari atau setiap akan digunakan untuk merawat bayi. Bersihkan seluruh permukaan maupun bagian dalam baby incubator hingga bersih. Cairan disinfektan sendiri merupakan cairan kimia yang biasa digunakan untuk mencegah pertumbuhan dan perkembangan mikoorganisme seperti bakteri dan kuman. Cara pemilihan disinfektan yang tepat dapat dlihat dari pertama, konsentrsi dan intensitas zat anti mikrobial, dimana semakin tinggi konsentrasi cairan disinfektan semakin cepat sel-sel kuma/bakteri akan mati. Kedua, pengaruh suhu peletakkan cairan disinfektan, dimana semakin tinggi suhu maka dapat menaikkan keefektifan suatu disinfektan.

63

Ketiga, pH dari cairan disinfektan, dimana semakin asam pH suatu cairan disinfektan maka akan dapat membunuh mikoorganisme lebih cepat pula. 2. Tutup matras di dalam incubator dengan kain yang bersih, apabila kain yang digunakan sudah basah, diganti dengan kain yang baru yang kering agar bayi tidak mengalami hipotermi dalam incubator. 3. Kosongkan air reservoir atau ganti air reservoir secara berkala karena air reservoir pada baby incubator dapat menumbuhkan bakteria yang berbahaya dalam air yang dapat menyebabkan resiko infeksi pada bayi. Fungsi dari air reservoir pada baby incubator sendiri adalah untuk menjaga sistem termostat pada baby incubator yang berfungsi untuk mensirkulasikan udara lembab atau panas sesuai dengan suhu dan kelembaban yang diinginkan melalui chamber di dalam incubator. Air reservoir masuk ke pipa-pipa kecil yang terdapat pada baby incubator hingga akhirnya dihasilkan sebagai uapuntuk mejaga kelembaban dan suhu dalam inkubator. 4. Mengatur suhu incubator sesuai dengan umur dan BB bayi. 5. Hangatkan inkubator terlebih dahulu sebelum digunakan. 6. Lakukan pengamatan seluruh tubuh bayi dengan melepaskan semua pakaian bayi. 7. Tutuplah inkubator dan jaga lubang incubator untuk selalu tertutup agar incubator tetap hangat. 8. Gunakanlah satu baby incubator untuk satu bayi agar perawatan bisa lebih optimal. MCCCXXII. D. Diskontinuitas pemberian ASI berhubungan dengan penyakit ibu: HIV positif MCCCXXIII.

Menyusui merupakan cara untuk menyediakan

makanan yang sehat untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI merangsang pembentukan perkembangan sensorik dan kognitif, melindungi bayi melawan infeksi dan penyakit kronis. Dengan serangan virus HIV/AIDS menunjukkan bahwa ibu yang terinfeksi HIV dapat menularkan HIV ke bayinya melalui pemberian ASI. Pada kasus By.Ny. E dimana diagnosa keperawatan yang diambil adalah diskontinuitas pemberian ASI dikarenakan status penyakit ibu bayi positif HIV/AIDS sehingga bayi tidak diberikan ASI eksklusif.

64

MCCCXXIV.

ASI yang berasal dari ibu yang positif HIV

mengandung virus HIV dan transmisi melalui ASI adalah sebanyak 15%. Kemungkinan transmisi vertikal intrapartum dapat diturunkan sampai 2-4% dengan menggunakan cara pencegahan seperti pemberian antiretrovirus, maka sebaiknya bayi tidak mendapat ASI. Namun, perlu dipertimbangkan bahwa pemberian pengganti ASI jangan berdampak lebih buruk. Apabila ibu diketahui mengidap HIV/AIDS terdapat beberapa alternatif yang dapat diberikan, antara lain bila ibu memilih tidak memberikan ASI maka ibu diajarkan memberikan makanan alternatif yang baik dengan cara yang benar, misalnya pemberian dengan sendok. Bila ibu memilih memberikan ASI walaupun sudah dijelaskan kemungkinan yang terjadi, maka dianjurkan untuk memberikan ASI secara eksklusif selama 3-4 bulan, kemudian menghentikan ASI dan bayi diberikan makanan alternatif. Perlu diusahakan agar putting jangan sampai luka karena virus HIV dapat menular melalui luka. Jangan pula diberikan ASI bersama susu formula karena susu formula akan menyebabkan luka di dinding usus yang menyebabkan virus dalam ASI lebih mudah masuk. Saat ini obat yang dianjurkan untuk mengurangi transmisi vertikal pada neonatus adalah Zidovudine selama 6 minggu atau Niverapine sebanyak satu kali pemberian. MCCCXXV.

Penggantian ASI dengan dengan susu formula harus

memenuhi standar AFASS (acceptable, feasible, affordable, sustanable and safe). Acceptable sendiri ibu tidak merasa ada yang menghalangi untuk penggantian ASI. Feasible dimana ibu atau keluarga mempunyai waktu yang adekuat, pengetahuan, keterampilan dan sumber lain untuk mempersiapkan penggantian makanan dan memberikan makanan bayi hingga 12 kali dalam 24 jam. Affordable, ibu dan keluarga dengan komunitas system kesehatan bila dibutuhkan. Sustainable dimana ketersediaan dari kebersinambungan akan kebutuhan produk untuk pengganti makanan. Safe, penggantian makanan dipersiapkan dengan benar dan higienis dengan tangan yang bersih dan menggunakan peralatan yang bersih. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Alvarez,dkk (2012) dalam jurnal International Scholarly Research Network menunjukkan hasil bahwa walaupun pemberian ASI dapat meningkatkan angka penularan HIV, namun pemberian susu formula dapat menyebabkan 65

malnutrisi selama bulan pertama kehidupan, meningkatkan kematian dan oelh karena itu mempuyai penularan yang rendah dibandingkan dengan menyusui. MCCCXXVI. MCCCXXVII. MCCCXXVIII. MCCCXXIX.

66

MCCCXXX. BAB V MCCCXXXI.KESIMPULAN DAN SARAN MCCCXXXII. A. Kesimpulan 1. Kasus kelahiran pada bayi Ny. E dengan riwayat ibu B20 didapatkan hasil berupa masalah keperawatan berdasarkan pengkajian yaitu hipotermia berhubungan dengan proses adaptasi bayi terhadap lingkungan ekstrauterin, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat (reflek menelan dan menghisap bayi lemah), resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun tubuh, serta diskontinuitas pemberian ASI berhubungan dengan penyakit ibu: HIV positif. 2. Intervensi keperawatan yang diberikan pada bayi Ny. E dengan diagnosa keperawatan hipotermia berhubungan dengan proses adaptasi bayi terhadap lingkungan ekstrauterin adalah dengan menjaga suhu lingkungan netral bayi baru lahir setelah dilahirkan. 3. Intervensi keperawatan yang diberikan pada bayi Ny. E dengan diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat (reflek menelan dan menghisap bayi lemah) adalah dengan memberikan susu formula/ PASI dengan menggunakan sendok. 4. Intervensi keperawatan yang diberikan pada bayi Ny. E dengan diagnosa keperawatan resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun tubuh adalah dengan penggunaan dan perawatan baby incubator. 5. Intervensi keperawatan yang diberikan pada bayi Ny. E dengan diagnosa keperawatan diskontinuitas pemberian ASI berhubungan dengan penyakit ibu: HIV positif adalah dengan penggantian ASI dengan susu formula. MCCCXXXIII. B. Saran MCCCXXXIV.

Setelah memberikan asuhan keperawatan pada Bayi

Ny. E dengan bblr serta riwayat ibu B20 penulis memberikan saran kepada petugas kesehatan untuk lebih mengoptimalkan pelayanan kesehatan. MCCCXXXV.

DAFTAR PUSTAKA

MCCCXXXVI.

67

MCCCXXXVII.

Fitriana, L.B. (2013). Pemberian Minum dengan Cawan

dan Sendok Terhadap Efektivitas Minum Bayi Baru Lahir. Jurnal Keperawatan Respati. 2013; 3(3) MCCCXXXVIII.

Darmayanto, Catur., Iskandarianto, Fitri Adi., Ya’Umar.

Optimalisasi Kelembaban Udara pada Tabung Baby IncubatorMelalui Integrasi Pengendalian Temperature dan Kelembaban. Fakultas Teknologi Industri ; ITS. 2007 MCCCXXXIX.

Andriati, Riris., Romlah, Siti Novy. Hubungan Lama Rawat

dalam Inkubator dengan Rata-rata Kenaikan Berat Badan Bayi dalam Inkubator pada Persalinan Premature dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di RSAB Harapan Kita Jakarta. Jurnal STIKes Volume 1 No. 2 tahun 2015. MCCCXL.

Darmadi., Ruslie, Riska Habriel. Diagnosis dan Tatalaksana Infeksi

HIV pada Neonatus. Majalah Kedokteran Andalas No.1 Volume 36. Januari-Juni 2012 MCCCXLI.

Doengoes, Marilyn E. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.

Jakarta; EGC. 2000 MCCCXLII. Hidayat, Aziz Alimul Hidayat. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta; Salemba Medik.2006 MCCCXLIII.

68