Dampak Hujan Asam Pada Ekosistem Devi Nur Tsyani (1706992160), Nur Aini Rahma (1706083680), Muhammad Kuncoro (1706992394). Program S2, Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Abstrak Hujan asam merupakan kondisi hujan dengan keasaman dibawah ambang batas pH 5,6. Dalam istilah luas juga mencakup segala bentuk presipitasi komponen asam yang jatuh ke bumi, baik dalam bentuk basah (contoh : embun, salju, hujan, kabut) atau kering (contoh : sulfat, nitrat). Dampaknya sangat buruk pada tanah-tanaman, air-ikan, bangunan-patung, bahkan pada manusia. Tingkat asam sangat kritikal bagi semua jenis organ hidup, meskipun kita terlindung oleh kulit tapi, organ dalam seperti pencernaan, paru-paru, dan reproduksi dapat terkena dampak perubahan pH. Kata Kunci : pH, hujan asam, sulfat, nitrat, presipitasi.
I. Dampak Pada Tanah dan Tanaman Pendahuluan Potensial Hydrogen (pH) adalah skala ukuran yang digunakan untuk mengukur aktivitas ion hidrogen (pembentuk asam) dalam tanah atau media tanam. Skala ukuran ini mengekspresikan derajat keasaman atau alkalinitas (basa) dalam bentuk nilai pH. Skala ukuran ini bukan merupakan skala ukuran linier tetapi skala ukuran logaritmik. Artinya, tanah dengan pH 8,5 adalah sepuluh kali lebih alkali/basa dari tanah dengan ph 7,5 dan tanah dengan pH 6,5 adalah seratus kali lebih asam dari tanah dengan pH 8,5. PH tanah memiliki kaitan yang sangat erat dengan kesuburan tanah karena derajat PH tanah menunjukkan nutrisi dan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Dalam grafik disamping, bagian/daerah berwarna yang tebal menunjukkan bahwa range tersebut kaya akan mineral dan nutrisi untuk tanaman sedangkan bagian/ daerah yang lebih tipis menunjukkan bahwa range tersebut miskin akan mineral dan nutrisi. Berdasarkan grafik diatas, derajat pH tanah yang kaya akan mineral dan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman adalah 6-7. Tabel 1 : pH dan mineral
Fungsi pH tanah pada tanaman PH tanah memiliki fungsi yang sangat penting terhadap pertumbuhan tanaman, antara lain: 1. Menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh tanaman. Pada umumnya unsur hara akan mudah diserap tanaman pada pH 6 s.d. 7, karena pada pH tersebut sebagian besar unsur hara akan mudah larut dalam air. PH berdampak pada daya serap tanaman terhadap nutrisi, yaitu: • PH tanah diatas 7,5 mengurangi ketersediaan zat besi, mangan, tembaga, zinc dan boron • PH tanah dibawah 6 berdampak pada menurunnya daya larut terhadap phosfor, kalsium dan magnesium. Telah diketahui bahwa phosfor, kalsium dan mangan merupakan nutrisi utama untuk pertumbuhan tanaman. Selanjutnya pertumbuhan tanaman terhambat dan mempercepat daun berguguran, kemudian tumbuhan akan terserang penyakit, kekeringan, dan mati. • PH rendah (kurang dari 5) dapat mengakibatkan tanaman kekurangan unsur hara Nitrogen yang akan berdampak pada pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat dilihat dari bawah daun yang akan menguning karena kekurangan klorofil dan setelah itu daun akan mengering bahkan rontok. • PH antara 3 dan 5 serta diatas 2 derajat menyebabkan penyakit pada tanaman karena jamur yaitu busuk akar. 2. Derajat pH dalam tanah juga menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun bagi tanaman. Jika tanah masam akan banyak ditemukan unsur alumunium (Al) yang selain meracuni tanaman juga mengikat phosphor sehingga tidak bisa diserap tanaman. Selain itu pada tanah masam juga terlalu banyak unsur mikro yang bisa meracuni tanaman. 3. Kondisi pH tanah juga menentukan perkembangan mikroorganisme dalam tanah. Pada pH 5,5 – 7 jamur dan bakteri pengurai bahan organik akan tumbuh dengan baik. Demikian juga mikroorganisme yang menguntungkan bagi akar tanaman juga akan berkembang dengan baik.
Masing – masing memiliki karakteristik dan adaptasi yang unik terhadap pH tanah, namun secara umum tanaman akan dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki derajat pH tanah 5,5 s.d. 7. Tabel berikut menunjukkan derajat pH tanah untuk beberapa tanaman.
! Tabel 2 : pH dan tanaman
Akibat Hujan Asam pada Tanah dan Tanaman Apabila terjadi peristiwa hujan asam, maka hujan asam yang mengandung H2SO4 dan HNO3 menyebabkan tanah menjadi asam/menurunkan kadar pH tanah. Menurunkan kadar pH tanah berpengaruh terhadap kesuburan tanah sebagaimana dijelaskan diatas dan berdampak langsung terhadap pertumbuhan tanaman atau bahkan kemampuan hidup tanaman. Tumbuh-tumbuhan jika terkena hujan asam, dapat mengakibatkan lapisan lilin pada daun rusak sehingga nutrisi menghilang sehingga tanaman tidak tahan terhadap keadaan dingin, jamur dan serangga. Pertumbuhan akar tumbuhan menjadi lambat sehingga lebih sedikit nutrisi yang bisa diambil, dan mineral-mineral penting menjadi hilang. Kerusakan tumbuhtumbuhan dalam skala besar dapat mengarah kepada kerusakan hutan dan berlanjut pada kerusakan tanah. Dalam kondisi yang ekstrim dan berlangsung lama, tanah yang menjadi asam akan kehilangan unsur hara dan mengurangi kesuburan tanah, menyebabkan tanah menjadi tandus. Asam berbahaya juga dapat mengurangi jumlah mikroorganisme yang hidup di tanah, mikroorganisme di tanah penting untuk menguraikan tumbuhan & makhluk lain yang mati dan membusuk.
Hujan asam juga mampu melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah dengan menarik keluar logam beracun seperti merkuri dari sedimen sehingga masuk ke dalam air dan membahayakan kehidupan.
!
! Gambar 1 : Foto akibat hujan asam pada tanah dan daun
Keterangan : akibat hujan asam pada daun tanaman (hilangnya warna – klorofil daun) – sebelah kiri, dan daun sehat di sebelah kanan. Tanaman yang daunnya kehilangan klorofil daun karena hujan asam maka tidak akan bisa berfotosintesis. Perlahan lahan tanaman tersebut akan berguguran daunnya, kering dan mati.
!
! Gambar 2 : Foto akibat hujan asam pada daun dan batang
! Gambar 3 : Foto akibat hujan asam pada hutan
II. Dampak Pada Ekosistem Perairan pH Sebagai Parameter Perairan Derajat keasaman suatu perairan, baik tumbuhan maupun hewan sehingga sering dipakai sebagai petunjuk untuk menyatakan baik atau buruknya suatu perairan (Odum, 1971). Nilai pH juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktifitas perairan (Pescod, 1973). Nilai pH pada suatu perairan mempunyai pengaruh yang besar terhadap organisme perairan sehingga seringkali dijadikan petunjuk untuk menyatakan baik buruknya suatu perairan (Odum, 1971). Biasanya angka pH dalam suatu perairan dapat dijadikan indikator dari adanya keseimbangan unsur-unsur kimia dan dapat mempengaruhi ketersediaan unsurunsur kimia dan unsur-unsur hara yang sangat bermanfaat bagi kehidupan vegetasi akuatik. Tinggi rendahnya pH dipengaruhi oleh fluktuasi kandungan O2 maupun CO2. Tidak semua mahluk bisa bertahan terhadap perubahan nilai pH, untuk itu alam telah menyediakan mekanisme yang unik agar perubahan tidak terjadi atau terjadi tetapi dengan cara perlahan (Sary, 2006). Tingkat pH lebih kecil dari 4, 8 dan lebih besar dari 9, 2 sudah dapat dianggap tercemar. Keberadaan pH di suatu perairan a. Laut Air laut mempunyai kemampuan menyangga yang sangat besar untuk mencegah perubahan pH. Perubahan pH sedikit saja dari pH alami akan memberikan petunjuk terganggunya sistem penyangga. Hal ini dapat menimbulkan perubahan dan ketidakseimbangan kadar CO2 yang dapat membahayakan kehidupan biota laut. pH air laut permukaan di Indonesia umumnya bervariasi dari lokasi ke lokasi antara 6.0 – 8,5. Perubahan pH dapat mempunyai akibat buruk terhadap kehidupan biota laut, baik secara langsung maupun tidak langsung. Akibat langsung adalah kematian ikan, burayak, telur, dan lain-lainnya, serta mengurangi produktivitas primer. Akibat tidak langsung adalah perubahan toksisitas zat-zat yang ada dalam air, misalnya penurunan pH sebesar 1,5 dari nilai alami dapat memperbesar toksisitas NiCN sampai 1000 kali. b. Danau Perairan danau nilai pH berkisar pH 6,7 – 8,6 hal ini dikarenakan karena kedalaman danau dangkal sehingga pH tanah sangat mempengaruhinya. c. Waduk Perairan waduk nilai pH berkisar 5,7-10,5 hal ini dikarenakan pengukuran pH dan konduktivitas menunjukkan bahwa penurunan pH sejalan dengan kedalaman, diikuti kenaikan konduktivitas. Hal ini disebabkan proses dekomposisi bahan organik menyebabkan terbentuknya senyawa-senyawa asam organik yang akan menurunkan pH, dan pelepasan
senyawa anorganik yang akan memperkaya kandungan ion dalam perairan sehingga meningkatkan konduktivitas. d. Sungai Nilai derajat keasaman (pH) suatu perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan basa dalam air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam larutan (Saeni, 1989). Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7-8,5 (Effendi, 2003). Pengaruh Perubahan pH Pada Kehidupan Air Pescod (1973) menyatakan bahwa toleransi untuk kehidupan ikan terhadap pH bergantung kepada banyak faktor meliputi suhu, konsentrasi oksigen terlarut, adanya variasi bermacammacam anion dan kation, jenis dan daur hidup biota. Perairan basa (7 – 9) merupakan perairan yang produktif dan berperan mendorong proses perubahan bahan organik dalam air menjadi mineral-mineral yang dapat diassimilasi oleh fotoplankton (Suseno, 1974). Untuk perairan dengan kondisi asam (pH <6), kehidupan dan pertumbuhan fotoplankton terhambat dan menyebabkan terganggunya rantai makanan dalam ekosistem perairan.
pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat membunuh hewan budidaya. Pada pH rendah kandungan oksigen terlarut akan berkurang, sebagai akibatnya konsumsi oksigen menurun, aktifitas pernafasan menurun, aktifitas pernafasan naik dan selera makan akan berkurang, hal sebaliknya terjadi pada suasana basa. Atas dasar ini maka usaha budidaya perairan akan berhasil baik dalam air dengan pH 6,5 – 9,0 dengan kisaran optimal 7,5 – 8,7.
! Tabel 4 : pH dan ikan budidaya pH air berfluktuasi mengikuti kadar CO2 terlarut dan memiliki pola hubungan terbalik, semakin tinggi kandungan CO2 perairan, maka pH akan menurun dan demikian pula sebaliknya. Fluktuasi ini akan berkurang apabila air mengandung garam CaCO3 (Cholik et al., 2005). pH air yang tidak optimal akan berpengaruh, meningkatkan daya racun hasil metabolisme seperti NH3 dan H2S.
Tabel 5 : pH dan kehidupan air
Adanya peningakatan daya racun hasil metabolisme tersebut maka dapat menyebabkan kondisi tubuh ikan terganggu, misalnya: • • • • •
Ikan mengalami stres Tidak memiliki nafsu makan Cara berenangnya tidak stabil, dan gelisah Tidak mampu berkembang biak atau bertelur. Pertumbuhan terhambat
Dengan melihat Kondisi ikan yang terganggu tersebut maka organisme pathogen penyebab penyakit seperti jamur, bakteri, parasit dan virus, mempunyai kesempatan untuk masuk dan menyerang ikan tersebut. Dan jika serangan organisme pathogen tersebut tidak di tanggulangi atau tidak di cegah dengan baik maka ikan yang terkena serangan tersebut akan mengalami kematian. Akibat Hujan Asam pada Ekosistem Perairan Hujan asam dapat mempengaruhi kehidupan akuatik secara langsung, karena hewan dan tumbuhan akuatik secara langsung mengkonsumsi asam sulfat dan asam nitrat yang dikandung hujan asam. Asam-asam yang berbahaya ini dapat mempengaruhi kemampuan ikan untuk menyerap nutrisi, garam, dan oksigen. Hewan-hewan air mengambil oksigen dengan insang mereka, tapi asam dapat menyebabkan pembentukan lendir pada insang mereka, sehingga menghambat kemampuan mereka untuk respirasi. Hujan asam juga mempengaruhi tingkat pH air sehingga mengurangi kapasitas penyerapan nutrisi esensial dari kehidupan akuatik. Ini juga mengganggu proses reproduksi ikan yang menyebabkan telurtelur menjadi lemah/rapuh. Tabel 6 : pH dan organisme air
Hujan asam dalam bentuk senyawa H2SO4 dan HNO3 apabila jatuh ke air permukaan dapat menyebabkan menurunkan derajat keasaman air. Terdapat hubungan yang erat antara rendahnya pH dengan berkurangnya populasi ikan di danau-danau. pH di bawah 4,5 tidak memungkinkan bagi ikan untuk hidup, sementara pH 6 atau lebih tinggi akan membantu pertumbuhan populasi ikan.
! Gambar 5 : Perairan yang terkena hujan asam
Terlihat pada gambar di atas ikan-ikan mati akibat air sungai atau air danau memiliki kandungan pH yang rendah.
Gambar 6 : Telur Salamander yang terkena hujan asam
Salamander sangat rentan terhadap pencairan salju asam. Pada grafik di sebelah kiri, bandingkan telur dan embrio normal dan abnormal. Pada telur abnormal (kanan atas), tonjolan oval di bagian atas adalah kuning kaya nutrisi, telah gagal untuk ditarik kembali. Pada embrio abnormal (kanan bawah), perhatikan pembengkakan di bagian atas yang menunjukkan abnormal jantung. Posterior juga kerdil. Lebih dari 60% salamander mati di perairan dengan pH kurang dari 6. Dari yang bertahan, banyak yang lumpuh seperti dengan tulang belakang melengkung atau insang kerdil.
Gambar 7 : Bayi ikan trout yang terkena hujan asam
Perubahan asam juga sangat berpengaruh pada ikan trout. Satu saja perubahan pH maka akan menjadi bencana bagi bayi ikan trout.
III. Dampak Pada Manusia Dampak Deposisi Kering (Gas NOx dan SOx) Efek SOx Udara yang telah tercemar SOx menyebabkan manusia akan mengalami gangguan pada sistem pernapasaannya. Hal ini karena gas SOx yang mudah menjadi asam tersebut menyerang selaput lendir pada hidung, tenggorokan dan saluran napas yang lain sampai ke paru-paru. Serangan gas SOx tersebut menyebabkan iritasi pada bagian tubuh yang terkena (Pohan, 2002). SO2 berbahaya bagi anak-anak, orang tua, dan orang yang menderita kardiovaskuler. Otot saluran pernapasan akan mengalami kejang (spasma). Akan lebih berat lagi jika konsentrasi SO2 tinggi dan suhu udara rendah. Pada paparan lama akan terjadi peradangan yang hebat pada selaput lendir yang diikuti paralysis cilia (kelumpuhan sistem pernapasan), kerusakan lapisan ephitelium, akhirnya kematian. Pada konsentrasi 6 – 12 ppm dengan paparan pendek yang berulang-ulang dapat menyebabkan hiperplasia dan metaplasia sel-sel epitel yang akhirnya menjadi kangker (Anonim, 2008). Menurut Anonim (2004), Kadar SO2 yang berpengaruh terhadap gangguan kesehatan adalah sebagai berikut : Konsentrasi (ppm)
Pengaruh
3-5
Jumlah terkecil yang dapat dideteksi dari baunya
8-12
Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan iritasi tenggorokan
20
Jumlah terkecil yang akan mengakibatkan iritasi mata
20
Jumlah terkecil yang akan mengakibatkan batuk
20
Maksimum Yang diperbolehkan untuk konsentrasi dalam waktu lama
50-100
Maksimum yang diperbolehkan untuk kontrak singkat (30 menit)
400-500
Berbahaya meskipun kontak secara singkat Tabel 7 : Pengaruh SO2
Efek NOx Oksida nitrogen seperti NO dan NO2 berbahaya bagi manusia. Penelitian menunjukkan bahwa NO2 empat kali lebih beracun daripada NO. Selama ini belum pernah dilaporkan terjadinya keracunan NO yang mengakibatkan kematian. Di udara ambien yang normal, NO dapat mengalami oksidasi menjadi NO2 yang bersifat racun. NO2 bersifat racun terutama terhadap paru. Kadar NO2 yang lebih tinggi dari 100 ppm dapat mematikan sebagian besar binatang percobaan dan 90% dari kematian tersebut disebabkan oleh gejala pembengkakan paru ( edema pulmonari ). Kadar NO2 sebesar 800 ppm akan mengakibatkan 100% kematian
pada binatang-binatang yang diuji dalam waktu 29 menit atau kurang. Pemajanan NO2 dengan kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap manusia mengakibatkan kesulitan dalam bernafas. Berikut adalah beberapa bahaya atau dampak paparan nitrogen oksida (NOx) pada manusia yaitu: • • •
Keracunan akut/infeksi saluran pernafasan Lemah, sesak nafas, batuk menimbulkan gangguan pada jaringan paru-paru Dapat menyebabkan asma Efek
konsentrasi NO2
waktu terjadi efek
mg/m3
ppm
Batas timbul bau
0.23
0.12
Segera
Batas pada adaptasi gelap
0.14
0.075
tidak dilaporkan
Peningkatan resisten pada udara bebas
0.5
0.26
tidak dilaporkan
1.3-3.8
0.7-2.0
20 menit
3.0-3.8
1.6-2.0
15 menit
2.8
1.5
45 menit
3.8
2
45 menit
5.6
3
45 menit
7.5-9.4
4.0-5.0
40 menit
9.4
5
15 menit
11.3-75.2
6.0-40.0
5 menit
7.5-9.4
4.0-5.0
15 menit
Penurunan kapasitas difusi paru-paru
Tabel 8 : Pengaruh NO2
Dampak Deposisi Basah (Hujan Asam) Hujan asam biasanya sulit dibedakan dari hujan air biasa karena warna dan rasanya hampir sama. Tapi kulit bisa merasakan hujan asam jika air hujan yang mengenai kulit langsung membuat gatal-gatal, memerah. Untuk orang dengan kekebalan tubuh rendah akan langsung mengalami pusing Bahaya yang dirasakan oleh manusia juga tidak terjadi secara langsung, bahkan untuk beberapa orang yang tidak terlalu sensitif dengan perubahan pH, berenang di kolam yang sudah tercemar hujan asam tidak akan menyebabkan efek langsung, seperti dilansir epa.gov, Selasa (15/3/2011). Tapi polusi yang menyebabkan hujan asam yaitu sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen oksida (NOx) dapat membahayakan dan merusak kesehatan manusia. Gas-gas ini di atmosfer berinteraksi untuk membentuk sulfat halus dan partikel nitrat yang dapat
dibawa hingga jarak yang jauh oleh angin dan terhirup jauh ke dalam paru-paru manusia. Partikel halus juga bisa menembus ruangan. Banyak studi ilmiah telah mengidentifikasi hubungan antara peningkatan kadar partikel halus dan peningkatan penyakit dan kematian dini karena gangguan jantung dan paru-paru, seperti asma dan bronkitis.
Kerusakan Pada Bangunan dan Patung Selain merusak tanah-tanaman, air-ikan, manusia, hujan asam juga berpengaruh pada bangunan dan patung.
!
!
!
! Gambar 8 : Patung/Monumen yang terkena hujan asam
IV. Peristiwa Hujan Asam di Dunia Kejadian di Indonesia Hujan Asam di Sungai Jelai, Kalimantan Tengah Februari 2017, Tampak sejumlah keramba milik warga di bantaran Sungai Jelai yang dibiarkan kosong sejak dua tahun terakhir. Indikasi ikan budidaya mati karena tingginya kadar asam air sungai yaitu 3 dan sudah terjadi selama 2 tahun. Ikan budidaya hanya mampu bertahan hidup 1 bulan. Invesitigasi dari Kepala Bidang Pengendalian, Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup Sukamara, Anderson A Kumpang menerangkan, tingginya kadar asam air sungai Jelai lantaran musim kemarau pada 2015 lalu. Dimana terjadi kebarakan hutan dan lahan (Karhutla) dan pada saat hujan pasca kemarau panjan. Terjadi proses pelarutan gas asidik dalam jumlah besar yang dikeluarkan dari kebakaran hutan dan lahan.
! Gambar 9 : Keramba kosong akibat hujan asam
Hujan Asam di Sungai Kapuas, Kalimantan Barat November 2015, - Ikan di tepian sungai Kapuas mati mendadak. Kepala Bidang Pemantauan dan Analisis Dampak Lingkungan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kubu Raya Anita mengatakan kematian ikan yang terjadi sesudah hujan, setelah didahului kemarau panjang bebarapa waktu lalu kemungkinan dapat disebabkan karena hujan turun merupakan hujan asam. Diperkirakan hujan yang terjadi memiliki pH sampai di bawah 5,5 karena kandungan asam di dalamnya. Kandungan asam yang tinggi dapat terjadi karena proses pelarutan gas asidik dalam jumlah besar yang dikeluarkan dari kegiatan industri, transportasi atau kebakaran hutan dan lahan beberapa waktu yang lalu. “Adanya gas yang dilepaskan dalam air akan membentuk asam karbonat, membentuk asam sulfit (H2SO3), membentuk asam nitrit (HNO3) yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan," jelasnya.
! Gambar 10 : Ikan mati Mendadak di tepian Sungai Kapuas
Air hujan asam yang menyebar ke perairan seperti sungai, danau dan perairan lainnya, dapat menghambat pertumbuhan makhluk hidup yang ada di perairan misalnya seperti ikan tertentu atau binatang yang hidup di air akan mati, karena pH yang rendah dapat menghambat pertumbuhan benih-benih ikan, dan membuat ikan sulit untuk berkembang biak. Selain itu hujan asam juga dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi logam dalam air. Di samping itu plankton yg merupakan salah satu makanan bagi ikan tidak bisa bertahan hidup jika pH air dibawah 5 sehingga jika plankton musnah rantai makanan di perairanpun akan terputus.
Hujan Asam di Polanharjo, Klaten Hujan asam membuat ribuan ikan di Desa Jimus, Polanharjo, Klaten, mati. Intensitas hujan yang meningkat beberapa waktu terakhir membuat ikan para peternak di wilayah Desa Jimus, Polanharjo, Klaten, mati. Matinya ikan-ikan di belasan kolam miliknya terjadi awal Maret lalu. Ia memelihara ikan nila serta bawal. Sebanyak 4 kuintal ikan berumur 1,5 bulan hingga 3 bulan mati. matinya ribuan ikan lantaran intensitas hujan yang mengguyur wilayah Jimus beberapa waktu terakhir meningkat. Hal tersebut membuat air kolam memiliki kadar asam tinggi.
Hujan Asam di kota Bandung Kondisi geografis Bandung yang berada di daerah cekungan perparah tingkat polusi. Celakanya hal tersebut memicu potensi terjadinya hujan asam. Parahnya hujan asam, bisa dilihat dari rusaknya patung-patung tembaga di Bandung. Demikian dikatakan oleh Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim Dr Thomas Djamaluddin di ruang kerjanya, lantai 2 kantor Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Jalan Djunjunan No 133, Rabu (22/4/2009) siang.
"Berbeda dengan Jakarta yang sama-sama memiliki tingkat polusi tinggi, geografis Bandung yang berada di daerah cekungan memperparah iklim di Bandung. Cekungan membuat udara tidak mengalir ke luar dan ini membuat potensi hujan asam meningkat," paparnya.
Menurut Thomas, indikator yang bisa dilihat dari terjadinya hujan asam di Kota Bandung adalah bercak-bercak berwarna kehijauan di patung-patung yang terbuat dari tembaga yang banyak tersebar di Kota Bandung. Salah satunya adalah patung pemain bola di pertigaaan Jalan Tamblong dan Jalan Sumatera. "Kita bisa melihat di patung-patung tersebut terdapat bercak berwarna kehijauan. Hal itu dikarenakan adanya reaksi kimia yang diakibatkan oleh zat asam,"terangnya.
Menurutnya sejak 1997, Bandung sudah mengalami hujan asam. Namun derajat keasamannya masih rendah. Tapi pihaknya pernah mencatat pada tahun 2000, terjadi hujan asam dengan tingkat PH 4, padahal ambang batasnya adalah 5,6. "Dikatakan asam jika PH nya kurang dari 5,6. Sejak 1997, PH-nya sudah di bawah ambang batas 5,6. Bahkan puncaknya pada tahun 2000, PH nya hanya 4. Ini masih yang paling asam," ungkap pria berkacamata ini. Thomas juga menegaskan bahwa hujan asam yang tinggi dapat merusak lingkungan dengan cepat. Walaupun belum ada penelitian terhadap dampaknya kepada manusia, namun Thomas meyakini jika kondisi tersebut dibiarkan maka dampak negatif terhadap manusia akan terasa. "Memang belum ada penelitian tentang dampaknya terhadap manusia secara langsung. Karena kalau kehujanan, kita (manusia - red) langsung mandi, mengguyur tubuhnya dengan air. Ini langsung melunturkan air hujan asam. Sedangkan kalau ke pohon atau bangunan langsung terlihat dampaknya karena langsung terpapar air hujan dan tidak langsung disiram. Jadi kalau ke lingkungan sudah dapat terlihat dampaknya," tuturnya. Disinggung mengenai langkah yang harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya hujan asam, Thomas berpesan agar lingkungan lebih diperhatikan dan dijaga lagi. "Tak ada cara lain selain merawat lingkungan," tegasnya. Hujan Asam di kota-kota lainnya (Serpong, Jakarta, Kotabang, Maros) Hujan asam diduga terjadi di beberapa kota di Indonesia. Hal ini terjadi akibat adanya deposisi asam. Deposisi asam adalah terdeposisinya asam-asam yang ada di atmosfer baik dalam bentuk gas maupun cairan ke tanah, sungai, hutan dan tempat lainnya melalui tetes air hujan, kabut, embun, salju dan aerosol yang jatuh bersama angin.
Asam-asam tersebut berasal dari kegiatan manusia (anthropogenic) seperti emisi pembakaran batu bara dan minyak bumi, serta emisi dari kendaraan bermotor. Kegiatan alam seperti letusan gunung berapi juga dapat menjadi salah satu penyebab deposisi asam.
Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Arief Yuwono mengatakan indikasi terjadinya deposisi asam adalah pH air hujan di bawah 5,6 dan dalam bahasa umum biasa juga disebut hujan asam.Deposisi asam di atmosfer terjadi melalui proses katalitis dan fotokimia gas-gas sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen oksida (NOx) yang biasanya diemisikan dari industri dan kendaraan bermotor menjadi senyawa asam H2SO4 dan HNO3. "Deposisi asam yang turun akan membasahi tanah dan benda-benda di permukaan bumi, mengalir melalui sungai hingga ke danau atau rawa-rawa dan selanjutnya akan memberikan dampak yang negatif," jelas Arief dalam rilis yang diterima Media Indonesia pada Kamis (27/11).
Berdasarkan hasil pemantauan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, terlihat di beberapa titik pemantauan, deposisi asam di Bandung, Serpong (Tangerang Selatan), Jakarta, Kototabang, dan Maros sudah terindikasi terjadi deposisi asam. Kondisi ini juga ditandai adanya nilai rata-rata pH air hujan antara tahun 2001 - 2013 berkisar pada 4,3-5,6.
Deposisi asam yang jatuh ke tanah dan mengalir ke sungai, danau, dan rawa akan menyebabkan penurunan nilai pH air permukaan, sehingga populasi akuatik akan berkurang atau bahkan menghilang. Deposisi asam, baik basah maupun kering, dapat merusak bangunan, patung, kendaraan bermotor dan benda yang terbuat dari batu, logam atau material lain bila diletakkan di area terbuka untuk waktu yang lama. Asam yang bereaksi dengan senyawa lain akan menyebabkan kabut polusi (urban smog) yang mengakibatkan iritasi pada paru-paru, asma, bronkitis dan penyakit pernapasan lainnya. Arief menjelaskan pengendalian deposisi asam dapat dilakukan dengan cara efisiensi dan preservasi energi, pengembangan nonfossil fuel dan teknologi ramah lingkungan.
Untuk itu, jelasnya, diperlukan peran serta pemerintah, masyarakat dan seluruh stake holder yang terintegrasi dalam manajemen pengendalian deposisi asam sehingga tercipta pembangunan berkelanjutan. Terkait pembahasan mengenai hujan asam, Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan The Sixteenth Session of the Intergovernmental Meeting on the Acid Deposition Monitoring Network in East Asia (EANET) yang diselenggarakan pada 25-26 November lalu di Jakarta.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai focal point ikut berperan dalam penyelenggaraan pemantauan deposisi asam melalui Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan (Pusarpedal) dan mengkoordinasikan kegiatan pemantauan deposisi asam yang dilakukan oleh Kementerian/lembaga terkait. Ajang ini penting karena deposisi asam merupakan polutan lintas batas maka di kawasan Asia Timur diadakan kesepakatan kerjasama pemantauan deposisi asam yaitu The Acid Deposition Monitoring Network in East Asia (EANET) yang diikuti oleh 13 negara termasuk Indonesia sejak tahun 1998. "Kerja sama regional ini akan memperkuat upaya pemantauan deposisi asam di masingmasing negara anggota EANET juga sebagai upaya untuk menentukan kebijakan penanganan terhadap dampak yang timbul akibat deposisi asam baik di tingkat nasional maupun regional," tandasnya.
Kejadian di Luar Negri
Hujan Asam di desa-desa Cina Tulisan panjang Janet Larsen di situs earth-policy.org terbilang menggelitik. Direktur riset di Earth Policy Institute ini bilang, kanker kini menjadi 'pembunuh' nomor satu di China. Itu adalah konsekuensi yang harus dialami China sebagai negara yang industrinya sedang melesat. Kementerian Kesehatan China telah merilis data bahwa penyakit kanker adalah penyebab 25 persen kematian di seluruh negeri. Kalau itu terjadi di kota-kota besar dengan tingkat industri yang tinggi, jelas masuk akal. Tapi di China, kisahnya lain.
Janet menyatakan bahwa penyebaran kanker ternyata sampai ke desa-desa di China. Dia mengutip laporan yang menyebutkan soal kemunculan 'desa-desa kanker' di China, terutama yang dekat dengan industri yang menghasilkan polusi tinggi. “Demi mengejar pertumbuhan ekonomi di atas segalanya, China telah mengorbankan kesehatan rakyatnya,” kata Janet. Kanker apa yang umum di China? Jawabannya adalah kanker paru-paru. Di kota-kota yang sibuk seperti Shanghai dan Beijing, 30 persen kematian disebabkan oleh kanker jenis ini. Penyebabnya adalah udara yang kotor sekali. Tapi polusi udara yang tinggi tak hanya menyebabkan kanker paru-paru. Masalah ini juga menimbulkan penyakit lain, seperti penyakit jantung, serangan stroke, dan masalah pernafasan. Total, 80 persen kematian terjadi gara-gara penyakit-penyakit itu. Menurut Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit China, pembakaran batu bara menyebabkan 70 persen emisi yang mengotori dan menghalangi sinar matahari di China. Sebanyak 85 persen
mengandung sulfur dioksida yang bisa menyebabkan hujan asam dan kabut; 67 persen mengandung nitrogen oksida yang merusak lapisan ozon. Pembakaran batu bara juga menghasilkan karsinogen dan merkuri, sang racun syaraf. Abu batu bara, yang mengandung material radioaktif dan logam berat, termasuk chromium, arsenik, timbal, kium, dan merkuri, adalah sampah industri nomor satu di China. Abu beracun itu bisa mengkontaminasi udara serta air tanah. Bukan itu saja. Gas buang kendaraan bermotor, emisi industri, dan asap rokok adalah masalah berikutnya yang menyelimuti penduduk China. Di daerah pedesaan, kanker hati, paru-paru, dan perut, menyebabkan 20 persen kematian akibat kanker. Semuanya berhubungan dengan polusi air oleh limbah zat kimia, pembuangan kotoran, serta kontaminasi lingkungan lainnya. Data pemerintah China mengindikasikan bahwa setengah sungai di China dan tiga dari empat danau di China sudah tercemar dan tak bisa dikonsumsi. Tapi, masyarakat masih memakainya sebagai sumber air. Saat ini telah muncul lebih dari 450 'desa kanker' di China, menurut ahli geografi Lee Liu yang menulis di majalah Environtmen pada 2010. Biasanya desa-desa itu berada dekat kawasan industri atau dilintasi sungai yang tercemar. Menurut Liu, kebanyakan pabrik kini dibangun di kawasan yang masih menyediakan tenaga kerja murah dan aturan perlindungan lingkungannya kurang ketat. Liu mencatat pada sejumlah kasus yang ekstrim seperti di Desa Huangmengying di Provinsi Henan, angka kematian lebih tinggi daripada kelahiran, dan terus meningkat dengan cepat. Sebanyak 80 persen orang muda di desa yang dilintasi Sungai Huai yang tercemar itu terpapar penyakit kronis. Bahkan ada anak berusia 1 tahun sudah terkena kanker. Setengah dari kasus kematian yang terjadi antara 1994 dan 2004 di desa itu disebabkan oleh kanker hati, rectum, dan perut. Data terbaru kini sulit diketahui karena pemerintah setempat menutup-nutupinya, seperti dilaporkan Global Times.
Hujan Asam di Beijing, Cina BEIJING, (PRLM).- Cina menyatakan lebih setengah kota-kota di negara itu mengalami hujan asam dan hanya sedikit yang memiliki udara segar. Seperenam sungai-sungai besar sangat terpolusi sehingga airnya dipandang tidak baik untuk pertanian. Pengawas polusi yang dikutip "BBC" menyatakan 16,4% sungai besar Cina bahkan tidak memenuhi standar pengairan pertanian. Air dari kota-kota besar seperti Shanghai, Tianjin dan Guangzhou dinyatakan sangat terpolusi. Hanya daerah pulau wisata Hainan dan sebagian pantai utara yang dianggap benar-benar sehat. Hanya 3,6% dari 471 kota yang dimonitor mendapatkan peringkat teratas dalam hal kebersihan udara. Kementrian lingkungan mengatakan polusi logam berat sangat mengkhawatirkan karena mengancam stabilitas masyarakat di samping kesehatan penduduk. Cina berulangkali
berjanji akan ihkan lingkungannya, tetapi usaha ini seringkali gagal karena tidak sejalan dengan sumber daya dan keinginan politik. Pejabat setempat Li Ganjie mengatakan, pertumbuhan, keuntungan, dan penciptaan pekerjaan dianggap lebih penting dibandingkan dengan masalah lingkungan.
Li Ganjie mengatakan: "Keadaan lingkungan secara umum masih sangat menyedihkan dan masih menghadapi berbagai masalah dan tantangan". Dia mengatakan keanekaragaman hayati semakin terancam di negara itu. Pengrusakan lingkungan karena kegiatan industri menyebabkan sebagian penduduk Cina protes. Suku Mongolia marah besar karena kerusakan terhadap tanah gembala mereka akibat penambangan batu bara. Kerusuhan terjadi karena seorang penggembala tewas tertabrak truk batu bara. Pemerintah Cina kemudian memulai operasi selama sebulan untuk menindak industri batu bara yang merusak lingkungan atau mengganggu penduduk. Hujan Asam di Karabash, Rusia Karabash merupakan sebuah kota kecil di kawasan Chelyabinsk, Rusia. Kota berpenduduk 15 ribu orang itu mulai ramai sejak tahun 1822, setelah para penambang menemukan cadangan emas di kawasan tersebut.
! Gambar 11 : Penambangan di Karabash
Di awal abad ke-20, penambang juga mulai menggali tembaga dari perut bumi. Sayangnya, setelah beberapa dekade biji tembaga dikuras dan masyarakat mendirikan pabrik peleburan logam, kota itu kemudian berubah menjadi kawasan darurat ekologi. Seperti dikutip dari English Russia, setiap tahun, pabrik itu mengeluarkan 180 ton gas yang
kemudian jatuh ke bumi dalam bentuk hujan asam di kawasan sekitarnya. Sebagai bukti parahnya polusi dan hujan asam itu, pegunungan di sekitar Karabash kehilangan seluruh pohonnya. Kota Karabash sendiri sangat berdebu, masyarakat kerap mengalami gangguan pernafasan. Tumor, eksim, batu ginjal, pikun, pertumbuhan tidak normal, dan kelumpuhan otak merupakan penyakit yang umum terjadi. Pada sungai yang mengalir di kota itu, konsentrasi zat besi mencapai 500 kali lipat dibanding rata-rata. Tidak ada tumbuhan yang mampu hidup dalam jarak 100 meter dari pinggir sungai.
! Gambar 12 : Kondisi ekologi di Karabash
Meski kondisi ekologi di Karabash sudah mulai membaik, fasilitas perawatan sudah mulai dibangun, akan tetapi kondisi daerah itu masih jauh dari normal. Gas dan asap yang keluar dari proses peleburan tembaga terus dihembuskan. Padahal emisi itu tidak pernah disaring sebelumnya. Gundukan material limbah pabrik juga mencapai tinggi lebih dari 50 meter. Dengan hujan asam yang turun terus menerus, nyaris seluruh vegetasi mati. Hujan angin juga menghanyutkan tanah dan gunung-gunung berubah menjadi bongkahan batu. Akhir 1989, pabrik di Karabash dihentikan karena situasi ekologi yang semakin parah. Seperlima penduduk kehilangan pekerjaan dan kota itu mengalami periode krisis. Namun meningkatnya masalah akibat sosioekonomi membuat produksi pabrik di kota itu kembali digulirkan pada tahun 1998
Sumber : https://www.epa.gov/acidrain http://chemistry.elmhurst.edu/vchembook/195lakeeffects.html http://kalteng.prokal.co/read/news/34766-nasib-pemilik-keramba-ikan-banyak-yangmati.html http://pontianak.tribunnews.com/2015/11/04/ternyata-ini-penyebab-banyak-ikan-matimendadak-di-tepian-sungai-kapuas