PENERBIT ANDI®
STAKAAN IPAN A MUR TI
DESAIN PENCAHAYAAN ARSITEKTURAL Konsep Pencahayaan Artifisial pada Ruang Eksterior
Parmonangan Manurung
...
Penerbit ANDI Yogyakarta '
Desain Pencahayaan Arsitektural Konsep Pencahayaan Artifisial pada Rual·Eksterir~i Oleh: ParmonanganManurung -v .. ,
J);i.;~11~,...n:
r, /,..,--------... \
I -~ ,I,.
r
~
c ,'., _.
Hok Cipta © 2009 pada Penulis
f'"• ,,.'-
Editor
: NikodemusWK
Setting
: Alek
Desain Cover
: Dany
Korektor
: Amanda / Aktor Sadewa
f
.:
; •oc
-----
}
~11 / f!JP!2/
;6?
Prakata
..
~.
::
;
rI
I Z0t<-
{ SAPAAN DAN SAPUAN CAHAYA DALAM ARSITEKTUR
Hok Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruhisi buku ini dalam bentuk apapun, baik secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotocopy, merekam atau dengan sistempenyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari Penulis. Penerbit: C.V ANDI OFFSET(Penerbit ANDI) JI. Beo 38-40, Telp. (027 4) 561881 (Hunting),Fax. (027 4) 588282 Yogyakarta 55281 Percetakan: ANDI OFFSET JI. Beo 38-40, Telp. (027 4) 561881 (Hunting),Fax. (027 4) 588282 Yogyakarta 55281
PerpustakaanNasional: Katalog dalam Terbitan (KDT) Manurung, Parmonangan Desain Pencahayaan Arsitektural Konsep Pencahayaan Artifisial pada Ruang Eksterior/ ParmonanganManurung; - Ed. I . - Y ogyakarta: ANDI, 18
17
xx+ 10
16
15
13
12
11
10
4
3
2
09
172 him.; 16 x 23 Cm. 9
7
8
ISBN:978-979I.
14
6 29 -
S
1210-
4
Judul
1. Architectural Design DDC'21: 729
e ,S~CC!Jiiti ', , • St•;,.,., •'"·«» . . -
;,
'
Le Corbusier menunjukkan keterkaitan yang besar antara arsitektur dengan cahaya. Bahkan jika tanpa cahaya, arsitektur tampaknya tidak akan ada. Cahaya mempunyai pengaruh yang besar dalam membentuk keberadaan arsitektur. Pada siang hari, cahaya dari sinar matahari tropis yang melimpah tampaknya membuat kita lebih menyukai keteduhan, bayang-bayang, atau keremangan. Banyak variasi dan teknik penciptaan ruang dengan membuat bidang-bidang yang transparan seperti tirai atau dengan menggunakan gradasi cahaya yang dihasilkan dari susunan sekuens ruang, misalnya, dapat kita pelajari dari tradisi. Namun, bagaimana dengan penerangan buatan? Tampaknya hal ini masih merupakan pengetahuan "baru" bagi kita para arsitek. Memang, dari arsitektur tradisional pun kita sebenarnya bisa menemukan beberapa teknik pengolahan dan pemanfaatan cahaya dalam penerangan buatan. Pada awalnya, tentu saja sumber utama pencahayaannya adalah api dengan berbagai bentuknya, seperti obor, lampu minyak, atau lilin. Karakteristik alamiah dari nyala api inilah yang kemudian diapresiasi dan clipakaisebagaipenentu desain arsitektur. Secara spekulatif dapat dikatakan bahwa banyak ukiran rumah Jawa pada kerangka atap, tiang, dan juga pada baloknya "menghadap" ke bawah. 'I'entu hal ini berkaitan dengan upaya untuk menangkap cahaya api dengan sifatnya yan~ selalu berpendar ke atas. Atau, lihatlah pada ukirun ukiran yang peradanya terlihat sangat hidup dalam kilatan dan goya II ga II nyala lidah api. Selain itu, mungkinkah dinding miring farad<' rumuh gadang Minang juga terkait dengan upaya untuk menghadirkan bidang frontal terhadap sumber cahaya?
iv
Desain Pencahayaan Arsitektural
Dengan ditemukannya jenis lampu listrik clengan berbagai jenis clan karakteristik nyalanya, peluang pemanfaatan penerangan buatan semakin terbuka. Pada awalnya, penerangan buatan memang hanya cligunakan untuk tujuan fungsional yang basic saja, tetapi sejalan clengan majunya pengetahuan, teknologi, clan meningkatnya kebutuhan, penerangan buatan cligunakan untuk tujuan yang lebih penting. Bahkan, penerangan buatan telah berkembang clengan pesat clan membentuk suatu biclang keahlian khusus. Keahlian untuk mewujudkan penerangan buatan yang tepat tentulah sangat penting untuk menopang kehacliran karya arsitektur yang mampu menggugah perasaan, mengartikulasikan detail, dan membangun suasana ruang. Ruang maupun sosok arsitektur dapat hadir clengan bentuk yang sangat berbecla clalam guyuran clan kilauan cahaya yang tertata. Buku Desain Pencahayaan Arsitektural yang clitulis oleh Parmonangan Manurung ini merupakan wujucl nyata clarikepeclulian, keahlian, clanjuga kerja keras untuk mengantarkan apresiasi, rnembukakan minat, clan menginspirasi gagasan clesain untuk arsitek, mahasiswa, pengajar, penge• lola kota, konsultan, kontraktor, clansebagainya. Buku ini tentu akan membukakan peluang-peluang baru bagi petualangan kreatif untuk menghaclirkan karya-karya arsitektur yang tersaji clengan baik clanmampu menyapa emosi.
Yogyakarta, 21 Juli 2009
Eko Prawoto/ Arsitek
Prakata
Seperti halnya perkembangan perangkat teknologi yang senantiasa berawal dari pemenuhan kebutuhan fungsional, pencahayaan pun haclir melalui fase yang sama. Cahaya clibutuhkan oleh manusia clan makhluk hidup lainnya untuk membantu mengenali clan mengetahui konclisi sekelilingnya clalammenunjang berbagai aktivitas keseharian. Kebutuhan akan cahaya yang telah cliberikan oleh alam melalui matahari, bintang, clan pantulan benda-benda langit clalam gugus tata surya temyata belum clapat menjangkau seluruh ruang yang cligunakan. Manusia pun berupaya mengembangkan keterbatasan tersebut clengan api, obor, lilin, clan, pacla akhimya, lampu. Setelah kebutuhan secara fungsional terpenuhi, kebutuhan akan estetika cl~n kenyamanan pun menjadi tuntutan selanjutnya. Cahaya mulai digunakan untuk memberikan aksentuasi pacla pencitraan visual ruang clan massa. Perkembangan teknologi pun mulai mencoba untuk memenuhi kebutuhan tersebut, baik secara kualitas maupun kuantitas. Cahaya rnemang bukan satu-satunya fokus pengembangan, annature lampu juga hadir clengan variasi clesainnya yang menarik clan berupaya untuk memenuhi kebutuhan arsitektur. Kini, clenganperkembangan teknologi clan clesainprocluk armature Iampu yang r:presentatif, kebutuhan akan terciptanya citra visual yang baik melalui pencahayaan kembali ke tangan para lighting designer. Kemampuan clalam menerjemahkan clesain bangunan, membaca kebutuhan fungsional ruang, sampai pada penciptaan konclisivisual yang mampu memberikan persepsi yang positif dengan pertimbangan faktor psikologi manusia..,cli clalamnya menjacli bagian penting clalam dcsuin pencahayaan atau yang lebih dikenal clengansebutan lighting design.
vi
Desain Pencahayaan Arsitektural
Prakata
vii ·--------------------------------------------------------------------·
Namun, pemenuhan kebutuhan fungsional clan estetika saja tidaklah cukup, pencahayaan harus mampu memenuhi tuntutan kenyamanan para "konsumennya". Melalui pencahayaan yang baik, orang dapat merasakan suasana yang nyaman, yang membangkitkan mood, clan yang memenuhi tuntutan psikologis clanfisiologismereka.
Kristen Duta Wacana Yogyakarta, penulis mengucapkan terima kasih atas berbagai diskusi yang selama ini dilakukan. Kepada Ir. Wiyatiningsih, MT., (Ph.D. Cand.) di Karlsruhe University atas sumbangan foto-foto yang turut melengkapi buku ini serta Sita Amijaya, ST., M.Eng atas bantuannya.
Buku ini lebih difokuskan pada desain pencahayaan eksterior atau ruang luar yang mempunyai kompleksitas yang sangat tinggi. Pencahayaan ruang luar menjadi penting karena ruang luar akan diakses secara visual oleh semua orang yang melaluinya clan, tentu saja, dapat menimbulkan beragam persepsi.
Terima kasih yang sebesar-besamya kepada kedua orang tua penulis, istri tercinta, Sari Irjayanti, dan juga kepada Rhein Villareal clan Clarence Vincentio Davin yang telah kehilangan banyak waktu kebersamaan karena proses penulisan buku ini.
Proses perancangan pencahayaan eksterior tidak dapat bertitik tolak hanya pada pengetahuan mengenai lampu. Pemahaman mengenai konsep arsitektural fasad bangunan, lanskap, tipe-tipe lampu eksterior, sampai pada persepsi visual clanfaktor psikologis manusia merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam menghasilkan desain pencahayaan eksterior yang baik.
Parmonangan Manurung
Penulis selalu berupaya untuk menelusuri semua pemegang hak cipta dari seluruh materi yang digunakan dalam buku ini, namun apabila ada kesalahan clan kelalaian yang terjadi tanpa disengaja, penulis memohon maaf yang sebesar-besamya clan akan berupaya untuk memperbaikinya. Berbagai masukan bagi kesempumaan buku ini sangat diharapkan demi suatu kemajuan bersama. Atas kehadiran buku ini, penulis tak lupa mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besamya kepada berbagai pihak. Kepada Budi Sutedjo atas motivasi, dukungan, serta dorongannya pada penulis untuk menghasilkan buku ini. Kepada Jemmy Hendra, Direktur PT.Citilite, serta Noel Casipit, Lighting Designer ERCO Lighting Pte. Ltd., Singapore, atas berbagai diskusi dan kesempatan kerja sama yang begitu besar dengan penulis. Juga, kepada Prof. Ir. Prasasto Satwiko, Ph.D. atas masukan dan dorongannya kepada penulis, serta Ir. Jatmika Adi Suryabrata, M.Sc, Ph.D karena darinyalah ketertarikan clan pemahaman penulis pada lighting design berawal. Kepada seluruh kolega di Prodi Arsitektur Universitas
....
viii
Desain Pencahayaan Arsitektural
Daftar lsi
PRAKATA OLEH EKO PRAWOTO
Ill
PRAKATA............................................................................................
v
DAFfAR ISI..........................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFfAR TABEL
xx
BAB 1 PERAN PENCAHA YAAN DALAM ARSITEKTIJR 1.1 Membentuk Karakter Kata Melalui Desain Pencahayaan
1 1
1.1.1 Pencahayaan Jalan
2
1.1.2 Pencahayaan pada Bangunan .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. ..
5
1.1.3 Penanda Kata
6
1.2 Pencahayaan dalam Arsitektur . . . . . .
7
1.2.1 Kebutuhan Fungsional
7
1.2.2 Citra Visual
9
1.2.3 Faktor Kenyamanan dan Keamanan BAB 2 KUALITAS DAN KUANTITAS PENCAHAYAAN 2.1 Kualitas Pencahayaan
13 17 18
2.1.1 Persepsi Visual
21
2.1.2 Mengukur Persepsi Visual
22
2.1.3 Pengaruh Pencahayaan pada Sisi Psikolagis 'Manusia .. . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .... .. .. .. .. ... .. .. . .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. . . .
:36
Desain Pencahayaan Arsitektural
x
2.2 Kuantitas Pencahayaan
.
.
Daftar isi
xi
37
4.3.3 Mendefinisikan Massa
2.2.1 Standar Kebutuhan Cahaya
38
4.3.4 Mendefinisikan Fungsi .. .. .. .. .. .. .. ..
.. .. .. .. .. .. .. .. 143
2.2.2 Mengukur Kuantitas Cahaya
44
4.3.5 Mendefinisikan Pergerakan .. .. ..
.. .. .. .... .. .. .. 145
BAB 3 SUMBER CARAYA DAN ARMATUR LAMPU EKSTERIOR
127
BAB 5 DOKUMENTASI TEKNIK DAN TAHAP INSTALASI 53
3.1 Macam-Macam Sumber Cahaya
5.1 Dokumentasi Teknik
151 152
54
5.1.1 Rencana Titik Lampu
152
3.1.1 Incandescent Lamp (Lampu Pijar)
54
5.1.2 Spesifikasi Teknis
154
3.1.2 Fluorescent Lamp (Lampu Fluoresens)
57
5.1.3 Pembuatan Detail
157
3.1.3 High Intensity Discharge
60
5.1.4 Rencana Anggaran Biaya
158
3.1.4 LED (Light Emmiting Diode)
64
3.2 Tipe Armatur Lampu Eksterior . ..
.. .. ..
5.2 Proses Instalasi
160
68
5.2.1 Tahap Konstruksi
160
3.2.1 Berdasarkan Distribusi Cahaya
69
5.2.2 Pengaturan Arah Cahaya
161
3.2.2 Berdasarkan Arah Cahaya
72
5.2.3 Perawatan
162
3.2.3 Berdasarkan Sudut Cahaya
77
3.2.4 Berdasarkan Peletakan Armatur
83
DAFTAR PUSTAKA
165
3.2.5 Pertimbangan Pemilihan Armatur Lampu
90
INDEKS
167
BAB 4 KONSEP PENCAHAYAAN EKSTERIOR
93
4.1 Elemen-Elemen Eksterior
93
4.1.1 Fasad
93
4.1.2 Ruang Terbuka/Plaza
99
4.1.3 J alur Sirkulasi ..
..
..
.. .. .. .. .. .. .. .. ..
.. .. .. .. .. 100
4.1.4 Vegetasi
104
4.1.5 Elemen Air
106
4.2 Menerjemahkan Konsep Arsitektural 4.3 Konsep Pencahayaan Eksterior
.. .. .
110 111
4.3.1 Pencahayaan Eksterior
111
4.3.2 Mendefinisikan Ruang
118
....
xii
Desain Pencahayaan Arsitektural
Daftar Gambar Gambar 1.1
Gambar 1.2
Gambar 1.3
Gambar 1.4
Gambar 1.5
Gambar 1.6
Pada siang hari, elemen pencahayaan harus memperkuat karakter kawasan sekitamya, seperti desain yang kontekstual, selaras dengan bangunan dan furnitur jalan...........................................................
3
Walaupun memiliki persamaan dengan lampu-lampu di beberapa kota di Eropa, lampu di Jalan Malioboro, Yogyakarta, lebih menekankan penggunaan unsur lokal. Namun, karena tidak diimbangi dengan penataan yang baik, lampu tersebut tampaknya hanya menghasilkan citra visual yang buruk..... .. . . .. . . . .
4
Peran jembatan Erasmus di Kota Rotterdam, Belanda, sebagai penanda kota semakin kuat dengan pencahayaan pada elemen kabel dan struktur utama ..
7
Gereja Blenduk yang berada di kawasan bersejarah Kota Lama Semarang, memiliki karakter visual yang sangat kuat sehingga mampu berperan sebagai landmark kawasan .. .. . . ... .. . ... .. . .. . .. . .. .. . .. .. .. . . .. .. . .. .. . . .. .. . .. ..
10
Pencahayaan memiliki kemampuan dalam meningkatkan citra visual bangunan dengan menonjolkan elemen-elernen dan detail arsitektur maupun lanskap, terutama pada bangunan lama yang memiliki karakteristik yang kuat.... .. . .. . .. . .. .. . .. .. .. . .. . . . . . . .
12
Penggunaan pencahayaan tidak langsung pada lampu jalan maupun jalur pejalan kaki akan mereduksi ... tingkat kesilauan dan membuat akses visual menjadi lebih nyaman.
I I,
xiv
Desain Pencahayaan Arsitektural
·--------------------------------------------------------------------· Gambar2.l
Gambar2.2 Gambar2.3
Gambar 2.4 Gambar2.5
Gambar 3.1
Kondisi nyata bangunan pada siang hari pukul 11.00 W1B dan pada malam hari pukul 20.00 W1B............................................................ Simulasi pencahayaan pada kawasan Kota Lama Semarang dengan software Lightscape 3.2 ................... Simulasi pencahayaan pada bangunan karya arsitek Belanda, Thomas Karsten, di kawasan Kota Lama Semarang dengan software Lightscape 3.2 ................... Ilustrasi istilah dan satuan yang digunakan dalam pencahayaan ................................................................... Penggunaan metode kalkulasi kuantitas cahaya pada desain pencahayaan eksterior .......................................
Distribusi cahaya secara tidak langsung menuju bidang kerja ........... .:........................................................
72
Gambar3.12
Arah cahaya ke atas (uplight) ........................................
73
Gambar3.13 Gambar3.14
Armatur uplightreccesedbagi pencahayaan pohon yang men yatu dengan desain lanskap .......................... Arah cahaya ke bawah (downlight) ..............................
73 74
Gambar 3.15
Jika dibandingkan dengan downlight reccesed,
Gambar3.ll 32 34
35
xv
Daftar Gambar
langit-langit lebih mudah untuk dipindahkan .............
75
Gambar3.16
Arah cahaya baur/menyebar (diffuse) ..........................
76
Gambar3.17
Pencahayaan baur dibutuhkan untuk memberikan kesan yang datar, terutama bagi kebutuhan fungsional. ......................................................................
77
44 48
Lampu incandescent atau yang di Indonesia lebih dikenal sebagai lampu pijar atau bohlam ......................
56
Gambar 3.18
Contoh armatur lampu spotlight...................................
78
Gambar3.2
Beberapa variasi bentuk lampu pijar ............................
56
Gambar 3.19
Aplikasi spotlightpada pencahayaan eksterior. ...........
78
Gambar3.3.
Perbandingan dimensi lampu fluoresens T12, T8, TS, dan T2 .............................................................................
Gambar3.20
Contoh lampu floodlight ...............................................
79
58
Gambar3.21
Gambar3.4
Variasi bentuk fluoresens kompak (CFL).....................
60
Aplikasi lampu floodlightpada pencahayaan eksterior .........................................................................
80
Gambar3.5
Contoh varian lampu metal halida, keluarga lampu High Intensity Discharge..............................................
Gambar3.22
Contoh lampu wallwasher. ...........................................
81
62
Gambar3.23
Gambar3.6
Lampu merkuri ..............................................................
63
Perbandingan lampu floodlightdan wallwasherdalam menerangi bidang vertikal.. ..........................................
81
Gambar3.7
Lampu High Pressure Sodium .......................................
64
Gambar3.8
Lampu Light Emmiting Diode dan aplikasinya pada lampu orientasi ..............................................................
66
Lampu wallwasher reccesed, baik pada permukaan lantai (in-ground) maupun pada permukaan langit-langit ...................................................................
82
Gambar3.9
Distribusi cahaya secara langsung dari sumber cahaya
70
Lampu waifwasher reccesed in-ground mampu menerangi dinding tanpa menyilaukan pejalan kaki ...
8:/
Gambar3.10
Distribusi cahaya semilangsung/tak langsung ..............
71
Armatur lampu wall lightyang diletakkan di permukaan bidang vertikal. .........................................
84
Gambar3.24
Gambar3.25 Gambar3.26
.
-~~~------------------------------------
Desain Pencahayaan Arsitektural_
lampu step lightyang diletakkan di tangga ..
84
Gambar 3.27
Armatur
Gambar 3.28
Lampu gantung atau suspension atau pendantyang digunakan pada pencahayaan ruang luar
85
Gambar 3.29
Variasi lampu tiang atau lampu kolom.
86
Gambar 3.30
Lampu tiang bagi penerangan taman dan jalur pejalan kaki.................................................................................
87
Gambar 3.31
Lampu kolom menegaskan orientasi jalur sirkulasi.....
87
Gambar 3.32
Bollardmerupakan armatur khas lampu eksterior ...... 88
Gambar 3.33
Bollard dapat digunakan untuk mempertegas jalur pejalan kaki
89
Lampu bawah air harus memiliki ketahanan yang kuat terhadap tekanan air dan efek korosi
89
Gambar 3.34
Gambar4.l
Fasad sebuah apartemen di Hong Kong memperlihatkan garis-garis horizontal yang lebih dominan....... . . . .. . . . . . .. .. .. .. . . . . .. .. . . . . . . . .. . .. . . .. .. . . .. .. . .. .. . .. .. .. . . . . 94
Gambar4.2
Ornamen dan detail yang mendominasi fasad menciptakan karakter yang sangat kuat pada Katedral Koeln, Jerman................................................................ 95
Gambar4.3 Gambar4.4 Gambar 4.5
Material dan tekstur pada kulit bangunan turut membentuk karakter bangunan terse but.....................
97
Permainan kedalaman pada fasad mampu mengurangi kekakuan bangunan... .. . . . . .. .. . . .. .. .. . . . .. . . . . .. . . .. .. . .. .. .. . . . .. . .. ..
98
Plaza yang dibentuk oleh massa bangunan menghadirkan ruang yang representatif ketika dipadukan dengan elemen-elemen alam, seperti vegetasi dan air..............................................................
Daftar Gambar Gambar4.6
Gambar4.7
Jalur pejalan kaki yang nyaman dan aman akan menumbuhkan minat para pejalan kaki untuk menggunakannya...........................................................
102
Tangga memungkinkan penggunanya mencapai ruang-ruang dengan perbedaan elevasi
103
Gambar4.8
Elemen vegetasi mampu menciptakan keteduhan dan kesejukan yang dibutuhkan bagi kenyamanan pengguna ruang terbuka 105
Gambar 4.9
Elemen vegetasi dapat berfungsi sebagai pembentuk ruang maupun penegas ruang sirkulasi
105
Permainan air pada sebuah desain lanskap dapat menciptakan kenyamanan dan kesejukan, serta memasukkan elemen alam pada sebuah ruang terbuka
107
Gambar 4.10
Gambar 4.11
Komposisi air sebagai elemen cair dengan bidang masif mampu menghadirkan kesan visual yang menarik ...... 108
Gambar 4.12
Air mancur yang dipancarkan secara tegak lurus akan menciptakan suasana yang nyaman dan baik bagi indra visual, pendengaran, maupun peraba 109
Gambar 4.13
Dalam kondisi tenang, air dapat berperan sebagai reflektor..........................................................................
109
Gambar 4.14
Ruang-ruang yang dibentuk dengan berbagai cara ....... 119
Gambar 4.15
Elemen-elemen vertikal pembentuk ruang dapat didefinisikan dengan pencahayaan (simulasi dengan software Dialux 4.2 dan lampu Erco)
122
Ruang-ruang yang dibentuk oleh elemen horizontal dapat dipertegas dengan berbagai pendekatan peucahayaan (simulasi dengan software Dialux 4.2 dan lampu Erco)
J '}'}
Gambar 4.16 99
xvii
xviii
Desain Pencahayaan Arsitektural
Gambar4.17
Cahaya yang dihasilkan oleh api unggun akan mendefinisikan ruang dengan luas tertentu yang sangat tergantung pada intensitas cahaya yang dihasilkan ..................................................................... ., 124
Gambar4.18
W ama cahaya dapat digunakan untuk menciptakan ruang dan mempertegas batasan-batasan ruang ........... 126
Gambar4.19
Ruang sirkulasi linear dibentuk dengan permainan pola cahaya (simulasi dengan software Dialux 4.2 dan lampu Erco) ............................................................. 127
Gambar4.20
Penggunaan cahaya langsung (kiri), langsung dan baur
Gambar4.21 Gambar4.22
Gambar4.23 Gambar4.24
(tengah), dan cahaya baur (kanan) memberikan efek visual yang berbeda .......................................................
129
Peletakan lampu uplight akan memengaruhi impresi pada sebuah massa .........................................................
131
Pertemuan antarbidang dan garis yang jelas, serta latar belakang yang gelap membuat sebuah massa dapat dipahami dengan baik. ......................................... 132 Penambahan filter wama mampu membuat sebuah massa mendominasi konteks ......................................... 133 Pertemuan kolom dan balok menjadi semakin kuat melalui pencahayaan ..................................................... 134
Gambar4.25
Tingkat transparansi dan jenis material akan memengaruhi arah dan sebaran cahaya ........................ 135
Gambar4.26
Sumber cahaya yang diletakkan di dalam kaca semitransparan mampu memberikan efek visual yang menarik .......................................................................... 137
Gambar4.27
Arah pantulan cahaya sangat ditentukan oleh tekstur permukaan .....................................................................
Gambar4.28
139
Tekstur yang berbeda pada sebuah fasad akan menghasilkan efek cahaya yang berbeda pula ............. 140
Daftar Gambar
xix
Gambar4.29
Elemen garis yang dibentuk oleh rangka baja pada Menara Eiffel tetap dapat diakses secara visual walau dari jarak yang cukup jauh ................................. 141
Gambar4.30
Struktur gantung gedung HSBC Hong Kong semakin dominan pada malam hari ............................................. 142
Gambar4.31
Selain harus mampu mendefinisikan fungsi serta aktivitas yang terjadi, sebuah plaza kota juga harus mampu menciptakan kondisi visual yang menarik ...... 145
Gambar4.32
Lampu jalan memiliki peran yang sangat vital dalam mendefinisikan pergerakan dengan kecepatan tinggi .. 147
Gambar4.33
Cahaya yang dihasilkan bollard mampu mendefinisikan pergerakan pejalan kaki pada jalur pejalan kaki. ........................................................... 147
Gambar4.34
Dengan desain pencahayaan yang baik, pergerakan air dapat menciptakan sajian visual yang menarik ...... 149
Gambar4.35
Pergerakan air dengan kecepatan tinggi tetap dapat dinikmati dengan aksentuasi pencahayaan .................. 149
Gambar5.l
Contoh simbol yang dapat digunakan pada rencana titik lampu ...................................................................... 154
Gambar5.2
Spesifikasi lampu menunjukkan secara lengkap fotometri, sumber cahaya, sudut cahaya, daya, intensitas cahaya serta material, dan dimensi armatur. 156
Gambar5.3
Spesifikasi lampu bollardlengkap dengan fotometri, sumber cahaya, material, dan dimensi .......................... 157
Gambar 5.4
Contoh detail konstruksi pada lampu column dan reccesed ......................................................................... 158
Gambar 5.5
Tihgkat akurasi sudut cahaya sangat dipengaruhi oleh produk armatur lampu ..........................................
It,)
Daftar Tabel
BAB1 Peran Pencahayaan dalam Arsitektur
Tabel 2.1
Hasil persepsi visual terhadap kualitas pencahayaan ...... 33
Tabel 2.2
Standar pencahayaan jalan ............................................... 40
Tabel 2.3
Standar pencahayaan jalur pejalan kaki ........................... 42
Tabel 2.4
Standar pencahayaan tempat parkir terbuka ................... 43
Tabel 2.5
Perbanding an alat ukur kuantitas cahaya........................ 48
Tabel 3.1
Perbandingan lampu......................................................... 66
Tabel 4.1
Bahan-bahan yang tidak tembus cahaya
136
Tabel 4.2
Bahan-bahan yang tembus cahaya
137
Pencahayaan memainkan peranan yang sangat penting dalam arsitektur, baik dalam menunjang fungsi ruang dan berlangsungnya berbagai kegiatan di dalam ruang, membentuk citra visual estetis, maupun menciptakan kenyamanan dan keamanan bagi para pengguna ruang. Dalam skala makro, pencahayaan berperan dalam menciptakan identitas kawasan dan memungkinkan terjadinya pergerakan manusia dengan baik melalui informasi visual yang jelas. Di sisi lain, dalam skala mikro, kebutuhan fungsional ruang, estetika bentuk arsitektural, dan aksentuasi pada ruang dan detail menjadi suatu kebutuhan perancangan dengan pen• cahayaan yang menjadi faktor utamanya.
1.1
MEMBENTUK KARAKTER KOTA MELALUI DESAIN PENCAHAYAAN1
Iklim globalisasi dan industrialisasi membawa kese• ragaman pada wajah kota, seperti halnya dengan keseragaman gaya hidup warga kota. Antara kota yang satu dengan yang lainnya terlihat produk-produk yang
.
Manurung, Parmonangan. "Mernbentuk Karakter Kota Melalui Desain Pencahayaan". Rubrik Desain Harian Kompas, Minggu, 26 November 2006.
2
Desain Pencahayaan Arsitektural
·--------------------------------------------------------------------· nyaris sama, misalnya pada desain bangunannya. Pemilihan elemen kota lainnya, seperti fumitur jalan, papan reklame, lampu jalan, telepon umum, sampai tempat sampah, yang merupakan produk buatan yang diproduksi secara massal, turut berperan dalam ter• ciptanya suatu keseragaman. Dalam menciptakan dan memperkuat karakter kota, desain memainkan peranan sangat vital. Desain kota yang berangkat dari unsur-unsur yang terkandung dalam budaya dan kearifan lokal memiliki karakter yang sangat kuat dan mampu menciptakan identitas kota. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk memperkuat karakter kota adalah dengan melalui desain pencahayaan kota (urban lighting) karena desain tersebut mampu menciptakan suatu kesan visual tertentu. Namun, kesalahan dalam menentukan dan memilih konsep pencahayaan kota juga dapat menjadi bumerang yang justru menjadi penyebab pudarnya identitas kota. Penekanan pada kesan visual melalui pencahayaan dapat dilakukan pada beberapa elemen vital ruang kota, misalnya pada lampu jalan, kawasan bersejarah, kawasan komersial, kawasan tepian air (waterfront), dan tetenger (penanda, landmark)kota.
1.1.l
Pencahayaan Jalan
Secara umum, fungsi dari pencahayaan kota adalah untuk menciptakan penerangan yang dapat mendu• kung berbagai aktivitas suatu lingkungan perkotaan. Pencahayaan jalan, misalnya, "bertugas" untuk men-
Peran Pencahayaan dalam Arsitektur
3
·--------------------------------------------------------------------· ciptakan kondisi visual yang kondusif pada malam hari bagi pengendara kendaraan bermotor dan pejalan kaki sehingga tercipta kenyamanan, rasa aman, keselamat• an, dan mobilitas kendaraan bermotor yang dapat berjalan dengan baik. Pada perkembangannya, sebagai bagian dari peran• cangan kota, peran pencahayaan ruang kota tidak hanya terjadi dalam lingkup fungsional semata. Unsur estetika pun harus menjadi perhatian utama.
Gambar 1.1 Pada siang hari, elemen pencahayaan harus memperkuat karakter kawasan sekitarnya, seperti desain yang kontekstual, selaras dengan bangunan don furnitur jalan
Penggunaan lampu jalan dan lampu dekoratif yang diproduksi secara massal menyebabkan terciptanya keseragaman antarkota. Di samping itu, pertimbangan pemilihan lampu jalan sering kali hanya memper• hatikan estetika pencahayaan pada malam hari, di saat lampu masih menyala tanpa mempertimbangkan kon• disi di siang hari pada saat lampu mati. Akibatnya, sering kali lampu tersebut menjadi tidak kontekstual dengan fasilitas kota lainnya dan tidak menarik secara visual.
...
4
--
Desain Pencahayaan Arsitektural
----------------------------------------------------------·
Peran PencahayaandalamArsitektur
1.1.2 Pencahayaan pada Bangunan Konsep pencahayaan pada bangunan dalam lingkung• an perkotaan harus memiliki pendekatan yang berbeda karena karakteristik tiap bangunan juga berbeda. Bangunan lama, misalnya, biasanya kaya berbagai or• namen clan detail arsitektural yang menarik, clan membutuhkan aksentuasi dalam memperkuat karak• ternya. Penekanan dapat dilakukan dengan memberi• kan cahaya dalam intensitas yang tinggi, penggunaan filter warna, maupun dengan menciptakan pola cahaya yang mempertegas pola pada fasad.
Gambar 1.2
Woloupun memiliki persomoon dengon lompu-lompu di beberopo kola di Eropo, lompu di Jolon Molioboro, Yogyokorto, lebih menekonkon penggunoon unsur lokol. Nomun, korena tidok diimbongi dengon penotoon yang boik, lompu tersebut tompoknyo honyo menghosilkon citro visual yang buruk.
Lampu jalan harus mempertimbangkan konteks kota sehingga mampu menciptakan kesatuan desain yang utuh yang dapat memperkuat karakter kota. Desain clan peletakan lampu jalan harus dipertimbangkan bersama dengan desain fumitur jalan lain. Jika syarat ini tidak dipenuhi, lampu jalan hanya akan me• nyajikan polusi visual. Unsur dekoratif clan kekhasan yang berangkat dari kearifan budaya lokal dapat menjadi pertimbangan konseptual. Dengan demikian, sebuah kota akan memiliki fasilitas yang betul-betul menjadi miliknya clan spirit lokalitasnya tetap terjaga.
S
-------------------------------------------------------·
Pendekatan yang berbeda terjadi pada kawasan komersial. Sebagai kawasan yang sangat lekat dengan iklim globalisasi clan industri, kawasan ini sering memainkan peran untuk menghapus identitas lokal. Namun, dengan melakukan pendekatan desain yang beorientasi pada budaya lokal, bukan tidak mungkin jika kawasan komersial dapat digunakan untuk menonjolkan karakter suatu kota. Preseden nyata ditunjukkan oleh kawasan komersial di Jalan Malioboro, Yogyakarta. Penggunaan lampu jalan yang sangat khas dengan omamen serta wama yang sangat identik dengan budaya lokal semakin memperkuat karakter yang dimilikinya. Di sisi lain, pendekatan desain pencahayaan pada ka• wasan komersial tidak hanya mengenai pencahayaan jalan. Pencahayaan billboard clan papan reklame me• rupakan hal yang harus mendapatkan perhatian lebih. Pencahayaan papan reklame yang tidak memiliki konsep jelas pada t'iap bangunan dapat menghasilkan kualitas visual sangat buruk, bahkan dapat men• ciptakan polusi cahaya yang sangat berbahaya bagi
6
Desain Pencahayaan Arsitektural pengguna jalan, terutama untuk pengendara kendara• an bermotor berkecepatan tinggi. Tentu hal ini bukanlah pekerjaan yang mudah, meng• ingat adanya kepentingan ekonomi dan bisnis yang melatarbelakangi kawasan tersebut. Perlu kebijakan yang kuat dan arahan rancangan yang telah diper• timbangkan dengan sangat matang, serta memper• hatikan tidak hanya sisi fungsional dan desain pen• cahayaannya saja, tetapi juga pertimbangan sisi ekonomi yang menguntungkan
Peran Pencahayaan dalam Arsitektur
7
·--------------------------------------------------------------------· makro yang jelas. Desain pencahayaan kota harus dapat terbaca sebagai pola besar yang jelas dalam lingkungan perkotaan, elemen mana yang berperan sebagai titik awal dan elemen mana yang merupakan titik klimaksnya. Tentu saja setiap elemen peran• cangan harus berangkat dari kearifan budaya lokal setiap kota. Tanpa itu semua, hanya akan ada satu identitas kota di seluruh dunia yang mengacu pada satu kultur.
semua pihak.
1.1.3 Penanda Kata Elemen kota lainnya yang perlu mendapatkan pene• kanan pada malam hari tentu saja adalah tetenger (penanda) kota. Sebagai penanda kota, elemen ini harus mendapat penekanan lebih dibandingkan elemen lain. Tetenger kota dapat berupa bangunan, tugu, sculpture, jembatan, atau karya arsitektural lainnya. Penekanan melalui pencahayaan dapat dilakukan dengan menampilkan detail yang spesifik, elemen struktur, tekstur, maupun menciptakan efek bayangan. Penciptaan kesan visual yang dramatis pada tetenger kota akan menghadirkan suatu kesan terhadap ruang kota pada setiap orang yang melaluinya. Pengalaman ruang yang terus terbentuk akan menimbulkan orientasi terhadap ruang kota sehingga peran tetenger kota sebagai elemen penanda pun akan tercapai. Dalam mencapai tujuan terbentuknya karakter kota, desain pencahayaan harus dipertimbangkan secara komprehensif dan mengacu pada sebuah konsep
Gambar 1.3
Peran jembatan Erasmus di Kola Rotterdam, Belanda, sebagai penanda kola semakin kual dengan pencahayaan pada elemen kabel don struktur ulamanya
1.2
PENCAHAYAAN DALAM ARSITEKTUR
1.2.1 Kebutuhan fungsional Pencahayaan memainkan peranan yang sangat penting atau dapat dikatakan sangat vital dalam arsitektur. Se• cara umum, sebuah karya arsitektural membutuhkan cahaya dalam pemenuhan kebutuhan fungsional, yang merupakan salah satu tujuan utama arsitektur. Peme• nuhan kebutuhan fuii.gsionalini sangat terkait dengan berjalannya berbagai aktivitas di dalam ruang. Dengan adanya cahaya, kita memiliki orientasi terhadap ruang
8
Desain Pencahayaan Arsitektural
·--------------------------------------------------------------------· dan mampu mendefinisikan massa. Dengan mengenali kondisi di sekitar kita, kita akan memiliki pemahaman dan pemaknaan . tentang kondisi sebuah ruang sehingga dapat memutuskan tindakan yang tepat saat melakukan setiap aktivitas. Pemanfaatan pencahayaan secara fungsional untuk memenuhi standar kuantitas cahaya yang dibutuhkan dalam suatu aktivitas tertentu di dalam sebuah ruang sering kali menjadi hal yang utama di dalam proses perancangan arsitektur. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat wajar karena bagaimanapun juga sebuah ruang harus mampu memenuhi tanggung jawab ke• gunaannya. Dalam kondisi ini, pencahayaan memain• kan peran penting agar tujuan tersebut dapat ter• penuhi. Namun, pemenuhan tujuan fungsional bukan• lah satu-satunya tugas pencahayaan, kebutuhan akan estetika, kenyamanan, dan keamanan pun menjadi tugas lain yang harus diselesaikan dalam sebuah desain pencahayaan. Pencahayaan lebih bersifat kuantitatif jika pencahaya• an ditujukan sebagai penunjang fungsi dan aktivitas sebuah ruang (baik interior, eksterior, maupun dalam skala ruang kota). Kondisi ini memang akan menuntut pencahayaan untuk mampu memenuhi standar kuan• titas dalam menampilkan informasi visual yang di• butuhkan oleh tiap-tiap kegiatan. Secara kuantitas, pencahayaan dirancang agar dapat memenuhi kebutuhan visual manusia. Dalam hal ini, intensitas cahaya merupakan bagian terpenting dalam proses perancangan. Pada interior bangunan, setiap ruang dengan fungsi berbeda akan memiliki kebu• tuhan cahaya yang berbeda agar setiap aktivitas yang
Peran Pencahayaan dalarn Arsitektur
9
·--------------------------------------------------------------------· berlangsung di dalamnya dapat berjalan dengan baik. Demikian pula halnya dengan kebutuhan pencahayaan pada ruang luar, tanpa terpenuhinya kebutuhan pencahayaan, kita akan kehilangan orientasi terhadap ruang dan berbagai objek yang ada di sekitar kita.
1.2.2 Citra Visual Sebuah objek arsitektur dapat dinikmati apabila indra visual kita mampu mengakses dengan baik informasi visual dari elemen-elemen arsitekturalnya. Intensitas cahaya yang kurang akan menyebabkan ketidakleng• kapan informasi visual yang kita terima. Sebaliknya, intensitas cahaya yang berlebihan akan menyebabkan kesilauan sehingga elemen arsitektural yang kita lihat menjadi tidak jelas. Ketidaklengkapan informasi visual yang diterima oleh indra penglihatan kita akan memengaruhi persepsi dan pandangan kita terhadap sebuah objek visual. Dengan kata lain, bangunan yang memiliki desain yang me• narik, permainan bentuk yang indah, maupun kekuat• an detail yang dominan sekali pun hanya akan rnem• berikan kesan yang buruk ketika semua unsur tersebut tidak dapat diakses dengan baik oleh penglihatan. Pada siang hari, cahaya matahari memegang peranan dalam pencahayaan sehingga kita mampu melihat berbagai elemen visual yang ada di sekitar kita. Namun, ketika malam hari tiba, hampir semua peranan itu dipegang oleh cahaya buatan. Dengan demikian, kekhasan karakter visual sebuah karya arsitektural di malam hari akan dapat dinikmati kembali melalui desain pencahayaan yanl tepat.
Desain PencahayaanArsitektural
10
Kekurangan dari cahaya matahari adalah cahaya yang merata dan menyebar sehingga kesan visual yang tercipta terlihat datar tanpa ada aksentuasi tertentu, terutama pada detail-detail bangunan yang diharapkan dapat tampil dominan. Selain itu, arah cahaya yang tidak tetap karena sangat dipengaruhi oleh garis edar matahari pada setiap perubahan waktu dapat me• nimbulkan citra visual yang senantiasa berubah. Walaupun demikian, kekurangan tersebut sebenamya dapat menjadi suatu kelebihan pada desain apabila dipertimbangkan secara matang dan menyeluruh, seperti yang terjadi ketika perancang menggunakan elernen-elernen bangunan untuk membatasi dan mengarahkan datangnya cahaya. Sedangkan pada malam hari, pencahayaan artifisial akan memainkan peran vital dalam memproduksi kualitas visual, serta menjadi faktor yang sangat me• mengaruhi penciptaan citra visual arsitektur yang baik. Semakin kuat karakter dari sebuah karya arsitek• tural, semakin besar pula tuntutan pada kualitas pencahayaan artifisial. Hal ini menjadi wajar untuk dilakukan agar citra visual yang ditampilkan tetap terjaga, terlebih jika karya tersebut mampu meng• hasilkan citra visual yang baik pada siang hari.
Gambar 1.4 Gerejo Blenduk yang berodo di kowason bersejoroh Kolo Loma Semarang memiliki korokter visual yang songot kuot sehinggo mompu berperon sebagoi /ondmork kowoson.
Peran PencahayaandalamArsitektur Pada umumnya, bangunan-bangunan lama yang ber• sejarah memiliki karakteristik yang kuat. Selain unsur sejarah yang melekat padanya, bangunan-bangunan lama biasanya memiliki kekayaan bentuk dan per• mainan detail maupun omamen sebagai suatu peng• hargaan pada setiap pertemuan, baik pertemuan struk• tur maupun elemen arsitektural. Menurut Rossi (1982), elemen-elernen kota yang sangat berperan dalam pembentukan karakter historis adalah bangunan bersejarah yang signifikan dan memiliki hubungan dengan latar belakang sejarah dalam membentuk ka• rakter kawasan. Dengan demikian, kualitas penca• hayaan pada bangunan-bangunan bersejarah tidak hanya memengaruhi citra visual bangunan tersebut, namun juga memengaruhi karakter kawasan yang menjadi lokasi bangunan tersebut. Dalam konteks kawasan, Lynch (1960) berpendapat bahwa kualitas fisik yang diberikan oleh suatu sistem visual pada suatu kawasan dapat menimbulkan suatu image yang cukup kuat pada seorang pengamat ter• hadap kawasan tersebut. Kualitas ini dinamakan seba• gai kemampuan yang mampu mendatangkan kesan (imageabilitj). Imageability sangat erat hubungannya dengan kejelasan atau kemampuan "terbacanya" (legibilitj) suatu kawasan. Berkaitan dengan hal ini, menurut Lynch, image terhadap suatu kawasan ber• kaitan dengan tiga komponen, yaitu identitas dari suatu objek yang dapat membedakannya dengan objek lain, struktur yang mencakup pola hubungan antar• objek dengan pengamat dan objek dengan objek lain dalam suatu kawasan, dan makna yang diberikan oleh objek atau lingkuiigan kepada pengamat.
11
Desain Pencahayaan Arsitektural
12
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa peranan pencahayaan, khususnya pencahayaan artifisial, dalam pembentukan citra visual bangunan maupun kawasan merupakan hal yang vital. Karakteristik bangunan yang kuat dapat ditonjolkan melalui suatu desain pencahayaan yang baik sehingga citra visual bangunan tersebut akan mendominasi konteks.
Gambar 1.5
Pencohoyoon memiliki kemompuon dolom meningkotkon citro visual bongunon dengon menonjolkon elemen• elemen don detail orsitektur moupun lonskop, terutomo podo bongunon lama yang memiliki korokteristik yang kuot
Peran Pencahayaan dalam Arsitektur Selain itu, elemen vegetasi yang berperan sebagai fore• ground pun mendapat perlakuan khusus pencahayaan sehingga seluruh elemen pada tapak menjadi satu kesatuan visual, penggunaan cahaya berwama putih semakin mempertegas wama hijau daun. Di bawah cahaya matahari, semua elemen arsitektur diperlaku• kan sama tanpa ada penekanan pada satu elemen, seperti halnya pada wama cahaya yang diberikan. Oleh sebab itu, dominasi elemen-elemen arsitektural lebih mengarah pada perbedaan dimensi, garis-garis tegas yang berirama, maupun pemilihan material, tekstur, clan warna.
1.2.3 faktor Kenyamanan dan Keamanan Pada masa-masa awal penemuan lampu, kebutuhan fungsional lampu menjadi tujuan yang utama, sebuah kebutuhan yang memungkinkan berbagai kegiatan pada malam hari dapat berlangsung. Meskipun demi• kian, faktor kenyamanan, terlebih keamanan, juga menjadi kebutuhan yang tak terpisahkan. Seperti yang terlihat pada gambar 1.5, sebuah ba• ngunan lama yang terdapat di Kota Dussedorf, Jerman, mampu menampilkan citra visual yang sangat baik dengan adanya pencahayaan artifisial. Garis-garis vertikal bangunan yang sekaligus berperan sebagai sistem struktur menjadi semakin dominan dengan penggunaan lampu sorot ( uplight) yang berwama kekuningan, sedangkan elemen bidang horizontal di• tampilkan secara merata agar permainan bata ekspos dapat tampil dengan baik. Pencahayaan pada dinding tersebut juga menghasilkan efek bayangan pada spasi di antara batu bata sehingga mampu mempertegas kesan tiga dimensi tekstur.
Faktor kenyamanan yang dihasilkan melalui penca• hayaan artifisial sangat berkaitan dengan bagaimana kita dapat melakukan berbagai aktivitas dengan benar. Aktivitas kita di sebuah ruang terbuka, misalnya, akan berjalan dengan baik apabila kita dapat menyusuri jalan, melintasi jembatan, menuruni tangga, maupun membaca di plaza tanpa mengalami kesulitan untuk mengakses objek-objek tersebut secara visual. Me• nuruni tangga dalam kondisi kurang cahaya akan menimbulkan rasa khawatir pada keselamatan kita karena adanya keterbatasan informasi visual yang diterima dari kegiatan yang kita lakukan. Kondisi cahaya yang berlebihan ketika kita sedang membaca
13
14
Desain Pencahayaan Arsitektural
------------------------------------------------------------· juga akan menciptakan kondisi yang jauh dari ke• nyamanan karena pantulan cahaya yang ditimbulkan justru menghalangi akses kita kepada tulisan yang kita baca. Seperti cahaya matahari, pencahayaan artifisial juga memengaruhi tingkat kenyamanan kita tidak hanya melalui pemenuhan intensitas cahaya terhadap tun• tutan kebutuhan aktivitas yang dilakukan, tetapi juga melalui energi panas yang ditimbulkannya. Walaupun kebutuhan intensitas cahaya telah terpenuhi dengan baik, namun, jika lampu yang kita gunakan menghasil• kan panas yang tinggi sehingga memengaruhi kondisi termal ruang tempat kita beraktivitas, maka tingkat kenyamanan pun akan menurun. Namun, pada kondisi ruang clan aktivitas yang berbeda, kadang kita memang membutuhkan peningkatan suhu ruang sehingga lampu-lampu yang menghasilkan energi panas (seperti lampu pijar, halogen, dsb.) dapat digunakan. Lampu• lampu tersebut tidak hanya rnenciptakan kehangatan ruang secara fisiologis, namun juga secara psikologis melalui warna cahaya kekuningan ( warm light) yang dihasilkannya. Salah satu faktor penyebab ketidaknyarnanan yang dihasilkan oleh suatu surnber cahaya adalah kesilauan (glare). Kesilauan terjadi akibat cahaya secara langsung atau tidak langsung mengenai rnata dengan intensitas yang tinggi. Hal yang sama juga terjadi ketika kita rnenghadap ke arah rnatahari tanpa menggunakan pelindung mata. Dalarn upaya untuk mengurangi tingkat kesilauan yang diakibatkan oleh cahaya rnatahari, kita sering kali rnenambahkan elernen bidang pada bukaan
Peran PencahayaandalamArsitektur bangunan (pintu, jendela, dsb.) agar cahaya yang ma• suk bukanlah cahaya langsung rnelainkan cahaya yang telah dipantulkan oleh berbagai objek di sekitamya. Pada pencahayaan artifisial, kap lampu sering kali digunakan untuk rnenghalangi datangnya cahaya lang• sung dari sebuah surnber cahaya. Cara lain yang biasa digunakan adalah dengan rnernantulkan cahaya lang• sung ke sebuah bidang perrnukaan (langit-langit, dinding, atau lantai) sebelurn rnengenai rnata. Namun, penggunaan elemen pemantul yang berbahan meng• kilat dapat mernbuat cahaya terkonsentrasi pada satu area sehingga elernen tersebut justru akan menyilau• kan. Perkernbangan teknologi dan desain lampu yang ada saat ini telah merespons kondisi tersebut. Berbagai lampu (sumber cahaya dan rumah larnpu) yang meng• hasilkan cahaya tidak langsung dan dilengkapi dengan bidang reflektor telah diproduksi. Selain itu, lampu dengan sumber cahaya langsung pun sekarang sudah dilengkapi dengan filter anti-glare sehingga harga lampu tersebut menjadi relatif lebih mahal. Dengan menggunakan prinsip-prinsip di atas, tingkat kesilauan akan dapat direduksi sehingga tingkat kenyamanan pun relatif lebih mudah dicapai. Hal ini sangat penting terutama bagi ruang-ruang dengan aktivitas yang membutuhkan konsentrasi dan tingkat keselamatan yang tinggi.
....
IS
Desain Pencahayaan Arsitektural
-~~------------------------------------------------------
.
BABI Kualitas dan Kuantitas Pencahayaan
I
Gambar 1.6
Penggunoon pencohoyoon tidok longsung podo lompu jolon moupun jalur pejolon koki okon mereduksi tingkot kesilouon don membuot okses visual menjodi lebih nyomon
i
Pencahayaan memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia, bahkan makhluk hidup lainnya pun merniliki ketergantungan yang sangat besar pada cahaya. Pada hakikatnya, rnanusia mem• butuhkan cahaya untuk rnendapatkan informasi visual mengenai kondisi di sekitarnya, baik kondisi ruang, benda, orientasi, pergerakan, kebutuhan akan berlang• sungnya aktivitas tertentu, dan berbagai informasi visual lainnya. Secara fungsional, cahaya dibutuhkan agar manusia dapat melakukan berbagai aktivitas, baik aktivitas bekerja, bermain, berolahraga, rnaupun mernbaca. Oleh sebab itu, kebutuhan intensitas cahaya sangat tergantung pada aktivitas yang akan dilakukan. Selain memiliki tujuan fungsional, yaitu untuk rnenampilkan informasi visual, pencahayaan juga memiliki peran dalam meningkatkan kualitas visual. Dalam konteks perancangan arsitektur, pencahayaan dapat digunakan untuk meningkatkan citra visual bangunan, terutama pada rnalam hari. Dengan adanya dua kebutuhan ter• sebut, desain pencahayaan sering kali dikelompokkan ke dalam dua tujuan pemenuhan kebutuhan, yaitu 1.
kualitas pencahabaan dan
2.
kuantitas pencahayaan.
W!•,
,. . •
,,
; .. ~ • ,,
,,.
., •.
i1
., ;,,111,
-~~--------------
----------------D-e-s-a-in--P--en--ca-h-a-y-a-a-n--A--rs-i-te-k-t-u-ra-l-· Dalarn desain pencahayaan, kedua tujuan tersebut sering kali tidak dapat dipenuhi secara bersamaan sehingga orientasi hanya diberikan pada salah satu di antaranya. Secara garis besar, kualitas pencahayaan lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan psiko• logis manusia, sedangkan kuantitas pencahayaan lebih ditujukan pada pemenuhan kebutuhan fungsional ruang agar pencahayaan mampu memenuhi tuntutan aktivitas terhadap intensitas cahaya. Tanpa cahaya, kita tidak dapat mengenali kondisi di sekitar kita, tidak memiliki orientasi, dan tidak mampu menerjemahkan ruang dan massa. Tanpa cahaya, arsi• tektur pun seakan tidak bemilai. Namun, pencahayaan tidak melulu persoalan fungsional dan estetika. Persoalan lain adalah mengenai pandangan, penca• hayaan merupakan bantuan bagi manusia untuk dapat melihat dengan nyaman dan efektif (Steffy, 2002). Untuk itu, teknologi pencahayaan yang telah berkem• bang dengan sangat pesat harus dipadukan dengan sentuhan desain untuk memenuhi kebutuhan psiko• logis dan fisiologis pengguna ruang atau orang yang "mengonsumsinya" secara visual.
2.1
KUALITAS PENCAHAYAAN
Sebagai elemen yang sangat berpengaruh pada kondisi visual suatu lingkungan, pencahayaan sangat berperan dalam menciptakan suatu perasaan tertentu pada setiap orang mengenai kondisi visual di sekitamya. Pencahayaan yang marnpu menciptakan suasana nya• man dan memuaskan perasaan orang pada sebuah lingkungan merupakan pencahayaan yang memiliki kualitas yang baik. Kualitas pencahayaan sangat terkait dengan kemampuan pencahayaan tersebut dalam
Kualitasdan Kuantitas Pencahayaan menciptakan respons positif yang menyentuh sisi psi• kologis manusia. Pada siang hari, dalam kondisi langit yang cerah, caha• ya matahari mampu menampilkan massa bangunan dengan jelas. Berbagai elemen eksterior bangunan, seperti fasad, taman, jalur sirkulasi, dan sebagainya mampu memberikan informasi visual yang dibutuhkan oleh indra penglihatan kita. Namun, sumber cahaya tunggal dengan arah cahaya yang menyebar secara merata (baur) yang dihasilkan cahaya matahari, mem• berikan kesan yang datar tanpa adanya penekanan pada satu bagian tertentu. Bayangan-bayangan yang tercipta pun menuju pada arah dan sudut yang sama. Dengan kata lain, seluruh elemen arsitektur akan memiliki porsi yang sama dalam memberikan infor• masi visualnya. Selain itu, kualitas cahaya alami yang baik dari cahaya matahari tidak dapat dipertahankan karena posisi bumi terhadap matahari akan selalu berubah dan me• mengaruhi kualitas pencahayaan yang dihasilkannya. Faktor lain yang memengaruhi kualitas cahaya mata• hari adalah kondisi cuaca yang tidak dapat diprediksi. Kondisi langit yang berawan, mendung, maupun cerah pun akan memberikan kondisi visual yang berbeda terhadap sebuah karya arsitektur. Kondisi yang berbeda terjadi pada malam hari ketika perancang memiliki kesempatan yang besar dalarn menyusun konsep pencahayaan. Kesempatan tersebut muncul dalarn pengelolaan informasi visual dengan menonjolkan eleme.t1 tertentu melalui cahaya dan, di sisi lain, "menyimpan" elemen lainnya dalarn bayang• an, memainkan warna, serta membentuk varian pola
19
20
Desain Pencahayaan Arsitektural
·--------------------------------------------------------------------· .>
cahaya. Pengelolaan cahaya dapat dilakukan peran• cang untuk mendukung konsep arsitektural bangunan dengan memainkan intensitas cahaya, arah cahaya, dan warna cahaya sesuai dengan kualitas visual yang diinginkan. Secara sederhana, desain pencahayaan artifisial tidak berbeda dengan tata rias wajah atau make-up yang digunakan untuk memperindah penampilan dan citra visual dengan penonjolan pada satu bagian dan pe• nyimpanan pada bagian lainnya dengan bayangan. Dengan demikian, pencahayaan juga dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas visual sebuah karya arsitektur pada malam hari, bahkan jika karya tersebut memiliki kualitas visual yang biasa-biasa saja. Cahaya menjadikan segala sesuatu yang ada di sekitar kita memiliki informasi visual sehingga otak mampu menerjemahkannya dan menghasilkan respons terten• tu. Estetika yang melekat pada sebuah karya arsitektur pun mampu ditangkap oleh mata karena kehadiran cahaya. Pencahayaan menjadi sangat penting karena sebagian besar informasi yang didapatkan manusia bersumber pada indra penglihatan. Penerangan lingkungan yang baik akan membantu kita mengerjakan pekerjaan dan membuat kita merasa nyaman ketika mengerjakannya. Walaupun terkesan sederhana, pemyataan ini merupakan tujuan dari lighting design, untuk menciptakan kenyamanan, sua• sana yang menyenangkan, dan ruang yang fungsional bagi setiap orang di dalamnya (Lam, 1977). Secara kualitatif, pencahayaan dapat berhasil apabila mampu memberikan respons yang positif dan meme• nuhi kebutuhan psikologis orang yang mengamatinya.
Kualitasdan Kuantitas Pencahayaan
·-------------------------------------------------Kualitas pencahayaan memang sangat bersifat subjektif karena sangat ditentukan oleh perasaan yang di• hasilkannya pada setiap individu. Untuk itu, dalam mengukur kualitas pencahayaan dari sebuah karya arsitektur, seorang perancang dapat melakukan suatu pendekatan pada respons visual melalui suatu peng• amatan maupun penelitian. Dengan adanya respons masyarakat pada sebuah desain pencahayaan, terutama pencahayaan eksterior, perancang dapat mengetahui kualitas pencahayaan yang ada.
2.1.l Persepsi Visual Sebagai bidang yang sangat terkait dengan penciptaan kondisi visual, dalam proses perancangannya, para perancang harus mengerti kebutuhan fisiologis dan psikologis manusia akan pencahayaan. Dalam menca• pai tujuan tersebut, pemahaman mengenai persepsi visual merupakan langkah awal yang dapat dilakukan. Setiap orang akan memiliki persepsi atau penilaian tertentu kepada setiap informasi visual yang diterima oleh indra penglihatannya. Persepsi yang muncul pada setiap orang dapat berbeda-beda dan sering kali sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu mereka. Di dalam desain pencahayaan, persepsi visual memain• kan peranan yang sangat penting. Menurut Lam (1977), "Untuk merancang pencahayaan yang baik, perancang harus mengerti kejelasan prinsip-prinsip dan proses persepsi visual, serta kebutuhan manusia terhadap informasi visual. Kita tidak membutuhkan teknologi yang lebill atau lampu yang lebih. Yang kita butuhkan adalah bagaimana cara mengaplikasikan teknologi untuk menyelesaikan masalah." Persepsi
21
22
Desain Pencahayaan Arsitektural
·--------------------------------------------------------------------· visual pada suatu proses perancangan lebih bersifat kualitat1fdaripada kuantitati£ Menurut Lam, penilaian kita pada ruang tergantung bagaimana ruang tersebut dapat memenuhi harapan-harapan kita. Kita menilai sebuah ruang terang atau gelap bukan karena tingkat pencahayaan ruang secara aktual, tetapi karena ke• mampuan pencahayaan lingkungan untuk memenuhi harapan-harapan dan memuaskan kebutuhan infor• masi visual. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tidak ada standar yang bersifat baku dan dapat me• nentukan suatu persepsi tertentu terhadap pengaruh• pengaruh yang dihasilkan oleh suatu instalasi pen• cahayaan. Persepsi visual mencakup lebih dari sekadar respons pasif dan mekanis pada pola pencahayaan. Persepsi visual adalah sesuatu yang kompleks, proses aktif dari penilaian, informasi, penyaringan, inter• pelasi, dan harapan-harapan yang dikombinasikan ke dalam data untuk menghasilkan persepsi yang berarti. Dalam desain pencahayaan pada objek-objek arsitek• tur, pemahaman pada persepsi visual menjadi bagian terpenting karena objek-objek arsitektur sangat me• mengaruhi kualitas lingkungan visual di sekitamya. Perlu dicatat bahwa bukan arsitek atau lighting designer- lab yang akan menikmati hasil karya mereka, melainkan orang-orang yang melewati bangunan tersebut. Untuk itu, merekalah yang menjadi penentu kualitas visual yang akan dihasilkan (Manurung, 2007).
2.1.2 /1\engukur Persepsi Visual Dalam upaya pengukuran persepsi visual para peng• guna ruang dan pengamat ( newer) terhadap kualitas sebuah desain pencahayaan, kita dapat menggunakan
Kualitasdan KuantitasPencahayaan
·------------------------------------------------------beberapa kata yang disusun dalam skala tertentu. Kata• kata tersebut merupakan pasangan kata sifat dengan arti yang berlawanan. William Lam (1977) meng• ungkapkan beberapa kata yang dapat digunakan, yaitu Tidak fokus Silau Suram Pudar Kacau Umum Tidak Menyenangkan Tidak bersahabat Tidak cocok
Fokus Bercahaya Riang Menarik Teratur Intim Menyenangkan Bersahabat Cocok
Dengan menggunakan pasangan kata yang mengacu pada penilaian kondisi visual, kita dapat mengetahui kecenderungan yang diakibatkan oleh kondisi pen• cahayaan tertentu pada orang-orang yang mengamati• nya. Pasangan kata dengan skala tertentu akan mem• bantu perancang dalam mengukur persepsi visual masyarakat atau komunitas tertentu yang terkait langsung dengan desain pencahayaan yang (akan) dibuat. Setiap orang akan menyukai suasana yang nyaman, menyenangkan, menimbulkan rasa santai, jauh dari segala ketegangan, dan kondisi yang menakutkan. Sua• sana tersebut dapat dirasakan apabila seseorang berada pada kondisi lingkungan yang mendukung. Mengingat besamya pengaruh informasi visual yang disampaikan oleh mata kepada otak terhadap sisi psikologis manu• sia, penciptaan kondisi visual yang baik menjadi sangat penting, dan pencahayaanlah yang memegang peranan tersebut. Suasana hati seseorang tentu merupakan faktor yang sangat memengaruhi persepsi mereka
23
------·
24
-
Desain Pencahayaan Arsitektural
- -----------------------------------------------------------· terhadap kondisi visual tertentu. Mereka yang sedang sedih, kecewa, marah, dan sakit hati cenderung akan memberikan respons yang negatif bahkan terhadap kondisi visual yang baik sekali pun. Senada dengan Lam, Gary Steffy, seorang light111g designer, memiliki pendekatan yang sama dalam mengukur persepsi visual terhadap sebuah karya desain pencahayaan. Menurut Steffy (2002), "Penern• patan titik lampu (peripheral versus overheads akan memengaruhi kenyamanan dan kelapangan ruang. Distribusi cahaya (uniform versus nonuniform) berpengaruh pada keluasan. Intensitas cahaya (bright versus dim) berpengaruh pada kejelasan visual." Lebih jauh, Steffy mengungkapkan adanya lima penga• ruh yang terkait dengan pencahayaan, yaitu visual clarity (kejelasan visual), spaciousness (keluasan), preference (pilihan), relaxation (relaksasi), dan intimacy (keakraban). 1.
Visual Garity Visual clarity mengacu pada kemampuan pengguna ( s) untuk membedakan detail-detail arsitektur dan interior, perlengkapan, dan objek lainnya. Dalam pengujian, kita dapat mengguna• kan kata clear (jelas) dengan lawan katanya, hazy (kabur).
2. Spaciousness Spaciousness mengacu pada persepsi pengguna terhadap volume ruang. Kurangnya pencahayaan pada sebuah ruang akan menciptakan pembatasan ruang. Kata-kata yang bisa digunakan untuk menguji kondisi visual sebuah ruang adalah
Kualitasdan KuantitasPencahayaan
·-------------------------------------------------------------spacious (luas) dengan lawan katanya, cramped (sempit). 3. Preference Preference mengacu pada evaluasi pengguna se• cara keseluruhan terhadap pencahayaan ruang. Skala diferensial yang bisa digunakan adalah like (suka) dengan lawan katanya, dislike (tidak suka). 4. Relaxation Relaxation mengacu pada derajat intensitas pekerjaan yang dirasakan pengguna. Pencahayaan yang tidak seragam (bervariasi) akan menciptakan pera• saan santai. Sedangkan pencahayaan yang seragam dan memusat akan menciptakan perasaan tegang. 5. Intimacy Intimacy mengacu pada persepsi pengguna terhadap privasi atau keakraban sebuah ruang. Skala diferensial yang bisa digunakan adalah privat (privat) dengan lawan katanya, public (umum). Dari penelitian yang pernah dilakukan penulis2, didapatkan beberapa faktor penting dalam desain pencahayaan yang berpengaruh pada persepsi visual manusia. Penelitian yang dilakukan terhadap desain pencahayaan pada fasad dengan menggunakan tiga parameter, yaitu arah cahaya ( overhead diffuse, uplight, dan downlight), intensitas cahaya, dan wama cahaya menunjukkan beberapa kesimpulan. Arah cahaya yang paling disukai responden adalah arah cahaya yang dihasilkan oleh lampu downlight dan 2
Manurung, Parmonangan. 2002. "Faktor-Fakcor Penentu Sistem Pencahayaan
Fasade Bangunan Pada
Kawasan". Laporan Tesis 52 Magister Desain Kawasan Binaan UGM, Yogyakarta.
25
26
Desain Pencahayaan Arsitektural
----------------------------------------------------------·
_Kualitas dan Kuantitas Pencahayaan----------------------------------~~.
uplight. Sementara itu, arah cahaya merata (diffuse) yang dihasilkan oleh lampu overhead diffuse cen• derung tidak disukai. Lampu overhead diffuse mampu memberikan efek cahaya yang terang, namun men• ciptakan suasana yang monoton dan sederhana.
tersebut terlihat jelas bahwa suasana menarik dapat diciptakan oleh pola cahaya lampu uplight dan downlight melalui bayangan yang dihasilkan oleh arah cahaya lampu serta penekanan bentuk tiga dimensi bangunan.
Lampu downlighting dan uplighting lebih disukai oleh responden dan menghasilkan persepsi visual yang di• tunjukkan pada kata-kata yang dipilih, yaitu kom• pleks, variatif, menerik, dan menyenangkan. Hasil penelitian terhadap arah/pola cahaya menyimpulkan bahwa lampu downlightingdan uplightingmenghasil• kan respons yang cenderung ke arah positif atau mendapatkan respons yang lebih baik dibandingkan dengan lampu overhead diffuse. Pola cahaya yang di• hasilkan oleh lampu uplight dan downlight mencipta• kan respons (persepsi) menank karena arah cahaya kedua lampu tersebut mampu menghasilkan efek-efek bayangan pada bangunan dan mampu menonjolkan bentuk, tekstur, dan detail bangunan. Kondisi ini menciptakan suasana yang variatif dan tidak monoton, yang berbeda dengan suasana yang dihasilkan oleh lampu overhead diffuse.
Penelitian dengan parameter intensitas cahaya dilaku• kan pada tiga tipe ruang luar yang berbeda. Pada kondisi ruang luar yang pertama, bangunan hanya ada pada salah satu sisi ruas jalan, sedangkan pada kondisi ruang luar kedua, bangunan terdapat pada kedua sisi ruas jalan. Pada kondisi ruang luar ketiga, bangunan terdapat pada kedua sisi ruas jalan, namun dengan jalan yang lebih lebar. Dengan menggunakan inten• sitas yang sama (intensitas rendah dan tinggi) pada ketiga tipe ruang luar tersebut didapatkan kesimpulan bahwa tipe ruang eksterior yang berbeda akan mem• berikan efek cahaya dan kesan yang berbeda. Jika elemen ruang jalannya semakin kompleks dan lebar jalannya semakin kecil, kondisi visualnya akan men• jadi semakin terang, jelas, eerie, dan mampu mencip• takan rasa aman. Demikian pula sebaliknya, jika elemen pembentuknya semakin sederhana dan ruas jalannya semakin lebar, kondisi visualnya akan men• jadi semakin gelap dan jauh dari kejelasan, keceriaan, dan rasa aman. Menurut Lam (1977), "Persepsi ter• hadap kuat terang cahaya, seperti halnya pada warna, dipengaruhi oleh kekontrasan. Objek-objek dengan tingkat pencahayaan yang sama akan terlihat terang atau gelap tergantung pada pencahayaan relatif pada konteksnya."
Menurut Lam (1977), sebuah objek atau ruang yang memiliki perhatian yang baik jarang sekali digambar• kan secara visual membosankan. Bagaimanapun juga sesuatu yang bersifat membosankan tidak dapat dibuat menarik jika perancang hanya mengandalkan pening• katan pencahayaan permukaan. Lingkungan tersebut dapat diubah jika pencahayaan mendapatkan tambah• an warna yang lebih relevan dan tepat bagi perhatian visual, dengan bayangan yang dihasilkan oleh arah cahaya yang menekankan bentuk tiga dimensi, atau memakai cahaya yang dramatis. Dari pernyataan
Pada parameter terskhir, yaitu warna cahaya, empat jenis warna akan digunakan sebagai filter warna pada lampu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penam-
-~~------------------------------------bahan filter warna
Desain Pencahayaan Arsitektural. ( color filter) pada lampu memiliki
kecenderungan untuk menghasilkan respons negatif dari para responden. Para responden cenderung tidak menyukai penambahan filter warna, hal ini diikuti oleh respons lain yang menyertainya, yaitu gelap, kabur; suram, membosankan, tegang, dan tidsk aman. Secara umum, respons yang diberikan terhadap pe• nambahan filter warna dengan empat jenis warna yang berbeda memiliki kecenderungan dan pola yang sama, yaitu ke arah negatif. Namun, secara spesifik respons yang dihasilkan oleh keempat warna tersebut cukup bervariasi. Berikut adalah penjelasan mengenai pema• kaian keempat wama tersebut sebagai filter warna. 1. Warna Kuning Penambahan filter warna kuning memiliki kecen• derungan untuk menghasilkan kondisi visual yang lebih terang, jelas, dan lebih disukai jika diban• dingkan warna yang lainnya, akan tetapi warna kuning tidak mampu menciptakan rasa aman. Secara umum, penambahan filter wama kuning berada pada pilihan netral dan lebih baik daripada warna lainnya. 2. Warna Merah Penambahan warna merah pada lampu cenderung tidak disukai responden karena menghasilkan kondisi visual yang cenderung ksbur, suram, jelek; tidek mengundang, membossnksn, dan tegang. 3. Warna Hijau Filter warna hijau menghasilkan grafik yang sangat tegas yang mengarah ke arah negatif dan merupakan filter warna yang paling tidak disukai di antara semua filter warna yang digunakan dalam simulasi. Efek visual lain yang ditimbulkan
Kualitas dan Kuantitas Pencahayaan
29
·--------------------------------------------------------------------· oleh pemakaian filter warna hijau adalah cende• rung sangat ksbur, sangat suram, sangat jelek, sangat tidsk mengundang, sangat tegang, dan sangat tidsk menyenangkan. Secara keseluruhan, grafik filter wama hijau cenderung mengarah ke arah negatif dan sangat negatif. 4. Warna Biru Secara keseluruhan, efek yang ditimbulkan oleh penambahan filter wama biru hampir sama dengan efek yang ditimbulkan oleh warna merah. Hal ini terlihat dari pola grafik yang dibentuk oleh kedua filter wama tersebut, yaitu cenderung kabur, sursm, jelek, tidsk mengundang, mem• bossnksn, tegang, dan cenderung tidsk disukei. Idealnya, tahap perancangan pencahayaan arsitektural harus dilakukan bersama dengan proses perancangan arsitektur atau setidaknya dilakukan sebelum proses konstruksi dimulai sehingga produk desain pencaha• yaan dapat terintegrasi dengan desain arsitektural dan tahap instalasi dapat sejalan dengan pelaksanaan kon• struksi bangunan. Untuk itu, dibutuhkan kerja sama antara pihak konsultan perencana (arsitek), konsultan lanskap, pihak mekanikal elektrikal (ME), kontraktor pelaksana, dan pihak terkait lainnya. Pasalnya, konsep arsitektur yang telah dibuat oleh arsitek perencana maupun arsitek lanskap harus dapat ditunjang oleh pencahayaan pada malam hari. Demi• kian halnya dengan pihak pelaksana, dengan menge• tahui desain pencahayaan sejak awal, pihak pelaksana dapat mengatur IlfOSes pelaksanaan dan instalasi sehingga sanggup meminimalkan terjadinya kesalahan, maupun kesalahan peletakan kabel ( cabling) yang
30
Desain Pencahayaan Arsitektural mengganggu estetika bangunan. Namun, tidak sedikit juga desain pencahayaan yang justru dibuat pada ba• ngunan yang telah berdiri, misalnya pada bangunan• bangunan lama yang bersejarah. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa desain pen• cahayaan arsitektural dapat dilakukan pada dua tahap• an yang berbeda, yaitu 1.
dilakukan
2.
terintegrasi
pada bangunan
yang telah berdiri clan
dengan perancangan arsitektur.
Walaupun memiliki kelemahan, karena proses yang tidak terintegrasi dengan proses perancangan arsitek• tural dan tahap konstruksi, pengukuran persepsi visual terhadap bangunan yang telah berdiri memiliki ke• untungan tersendiri. Pengukuran persepsi visual pada bangunan yang telah berdiri dapat dilakukan karena bangunan tersebut telah memberikan informasi visual yang telah membentuk persepsi tertentu pada setiap orang yang melaluinya maupun pada para pengguna• nya. Kondisi ini akan memberikan berbagai informasi yang dibutuhkan perancang dalam memahami respons visual terhadap kondisi nyata bangunan. Pengukuran persepsi visual, selain dapat dilakukan pada kondisi nyata bangunan, juga dapat dilakukan pada hasil perancangan dengan pendekatan yang berbeda. Dengan demikian, pengukuran persepsi dilakukan pada dua tahapan, yaitu 1.
pada kondisi nyata bangunan
2.
pada hasil perancangan.
visual dapat
clan
Pengukuran persepsi visual pada kondisi nyata ba• ngunan dan elemen eksterior tentu saja hanya dapat
Kualitas dan Kuantitas Pencahayaan
3I
·--------------------------------------------------------------------· dilakukan pada bangunan yang telah berdiri. Langkah ini dilakukan untuk mendapatkan data mengenai kualitas visual bangunan sebelum proses perancangan dilakukan. Tahapan ini dapat dilakukan pada dua kelompok waktu yang berbeda, yaitu 1. siang hari ( daytime) Pengukuran persepsi visual pada siang hari sangat penting dilakukan untuk mendapatkan respons masyarakat terhadap elemen-elemen arsitektural bangunan. Cahaya matahari yang datar clanmerata akan menampilkan seluruh elemen bangunan se• cara merata pula. Oleh karena itu, permainan bentuk, dimensi, wama, maupun tekstur akan me• mainkan peran penting dalam membentuk karak• ter bangunan. Selain itu, pengukuran perspesi visual terhadap kondisi visual bangunan pada siang hari dilakukan sebagai referensi clan perbandingan untuk mengetahui elemen-elemen atau komposisi yang menarik. Dengan demikian, perancang dapat menentukan konsep pencahayaan artifisial yang paling tepat dan lebih objektif. 2. malam hari (nighti.me) Untuk bangunan yang telah berdiri, sebelum membuat konsep pencahayaan, perancang dapat melakukan penilaian terhadap kondisi pencahaya• an yang ada melalui persepsi visual. Hal ini penting untuk mengetahui kualitas pencahayaan bangunan maupun lanskap yang sesungguhnya sehingga dapat memberikan arah yang jelas pada saat pembuatan konsep. Dengan mengetahui per• sepsi visual terhadap kondisi pencahayaan bangun• an yang sesungguhnya pada malam hari, peran• cang akan mendapatkan informasi mengenai
.~~-------------------------------------
Desain Pencahayaan Arsitektural.
kekurangan dan kelebihan pencahayaan yang ada. Hal ini sangat membantu dalam proses peran• cangan. Perbandingan kondisi siang hari, dengan cahaya rnata• hari yang merata, terhadap kondisi pencahayaan pada malam hari dapat dianalisis oleh perancang ketika menentukan konsep perancangan dan efek-efek pen• cahayaan sehingga pencahayaan mampu memenuhi kualitas pencahayaan yang baik. Elernen-elemen yang menimbulkan persepsi positif dapat lebih ditingkatkan melalui pencahayaan pada malam hari. Demikian pula halnya dengan elemen-elemen yang menimbulkan kesan negatif (baik pada kondisi nyata bangunan pada siang hari maupun pada malam hari) dapat diting• katkan kualitasnya melalui pengembangan konsep pencahayaan pada malam hari.
Kualitas dan Kuantitas Pencahayaan
33
Seperti yang tertulis dalam Tabel 2.1, pada siang hari, gedung tersebut mampu terlihat dengan jelas, terang, indah, dan mampu menghadirkan kesan mengundang, tenang, dan aman. Sedangkan pada malam hari, tam• pilan visual gedung tersebut terlihat sursm, sederhana, monoton, tidak dominan, dan menimbulkan kesan membosankan, tegang, dan tidak menyenangkan. Kondisi ini dapat diakibatkan karena penggunaan lam• pu yang tidak sesuai dengan kebutuhan visual bangun• an. Penggunaan lampu floodlight yang sangat minim, dengan wama warm light (kekuningan), menampilkan kesan suram pada bangunan, dan hilangnya detail dan omamen bangunan dalam bayangan. Penggunaan neonsign dan neonbox sebagai media identitas bangunan menjadi dominan secara visual sehingga elemen-elernen arsitektural bangunan justru menjadi tidak dominan.
Gambar2.1
._
Gelap
podo siang hori pukul 11.00 WIB don podo malam hori pukul 20.00 WIB
Kabur Suram
Terang
'
Jelas Carla
Warna, .. ual Pola 11nual
Warnatdksesuai
<
Pola tldak sesual Tdk selarn
;,>
Jel•k
Gambar 2.1 menunjukkan kondisi sebuah bangunan bersejarah di Yogyakarta dengan gaya arsitektur kolo• nialnya, dengan dua sumber cahaya yang berbeda, yaitu pada siang hari (pencahayaan alami) dan pada malam hari (pencahayaan artifisial). Pengukuran persepsi visual dilakukan untuk mendapatkan respons pengamat ( viewer) atau masyarakat yang berada di sekitar lokasi terhadap kondisi visual bangunan. Se• bagai bangunan sudut, bangunan ini memiliki peran yang sangat vital dalam konteks kawasan dan kota.
... :.
•••
Sederhana
Set.ras "umpleks
Monoton
-c .,:
Tdk domfnan Tdk mengundang
Varllltlf Domlnan
> .. ,..
lllengundang
Mambounkan
.:
Tegang Tdk menyeriangkan Tdk aman
sianghan
--
matam hari
{Sumber: Manurung, 2008)
Uenyenangkan Aman Suka
Tdk suka Kelerangan: •••••••••
Tenang
..
Tabel 2.1 Hasil persepsi visual terhodap kualitos pencohoyoon
34
Desain Pencahayaan Arsitektural
·--------------------------------------------------------------------· Pengukuran persepsi visual pada hasil rancangan, baik pada desain yang terintegrasi dengan proses peran• cangan arsitektur maupun pada desain pencahayaan bagi bangunan yang telah berdiri, dapat dilakukan de• ngan beberapa metode, di antaranya adalah dengan simulasi komputer dan pembuatan mock-up. Peng• ukuran persepsi visual dapat dilakukan dengan mem• buat simulasi pencahayaan pada model tiga dimensi yang dibuat dengan perangkat lunak komputer. Simulasi pencahayaan kemudian dapat digunakan untuk mengukur persepsi visual dan mendapatkan masukan yang dibutuhkan dengan menunjukkannya pada responden.
Kualitasdan Kuantitas Pencahayaan
35
-- ---------------------------------------------------------------· perancangan yang sesungguhnya. Data tersebut dapat berupa tingkat iluminasi rata-rata lingkungan, mate• rial yang ada, dan tingkat iluminasi. Semakin akurat data yang dimasukkan, semakin akurat pula hasil simulasi yang dapat ditunjukkan kepada responden. Dengan menggunakan perangkat lunak komputer, perancang dapat menghasilkan berbagai varian desain sekaligus sehingga dapat memberikan berbagai alter• natif desain dan memutuskan desain yang terbaik berdasarkan hasil pengukuran persepsi visual.
Gambar 2.3 Simulasi pencahayaan pada bangunan karya arsitek Belando, Thomas Karsten, di kawasan Kola Lama Semarang dengan soft• ware Lightscape 3.2 (Sumber:Manurung, 2002) Gombor 2.2 Simulasi pencahayaon pada kawasan Kola Lama Semarang dengan software Lightscape 3.2J
Namun, untuk mendapatkan hasil simulasi dengan tingkat akurasi yang tinggi, perancang harus mema• sukkan berbagai data yang terdapat pada kondisi lokasi
3
Manurung, Parmonangan. "Kata Lama Semarang: Pudarnya Sebuah Citra Visual Arsitektur". Rubrik Desain Harian Kompas, Minggu, 13 April 2003.
Selain menggunakan simulasi komputer, perancang juga dapat menggunakan mock- up dan melakukan simulasi dengan lampu yang sesungguhnya. Kualitas simulasi pecahayaan pada mock-up tersebut kemudian diukur melalui persepsi visual dengan cara yang sama seperti yang dilakukan pada bangunan yang telah berdiri. Hasil simulasi ini lebih akurat apabila di• bandingkan dengan simulasi komputer karena dilaku• kan pada lokasi dan skala yang sesungguhnya sehingga dapat dipahami dent<m baik oleh indra visual. Namun, proses ini tentu akan memakan waktu dan biaya yang lebih besar.
36
Desain Pencahayaan Arsitektural
2.1.3 Pengaruh Pencahayaan pada Sisi Psikologis Manusia Setiap informasi visual yang diterima oleh indra peng• lihatan akan disampaikan ke otak yang kemudian me• ngolahnya sehingga menghasilkan dampak psikologis tertentu. Dalam hal ini jelas terlihat besarnya peng• aruh pencahayaan dalam menciptakan dampak psiko• logis pada seseorang karena hanya dengan pencahaya• anlah indra penglihatan mampu bekerja dan menerima informasi visual tentang kondisi yang ada di seke• lilingnya. Gary Steffy (2002) mengungkapkan empat faktor pada desain pencahayaan yang memengaruhi sisi psikologis manusia, yaitu 1. faktor pengamat, 2. faktor lokasi cahaya, 3. faktor distribusi cahaya, dan 4. faktor intensitas cahaya. Masa lalu seseorang akan sangat memengaruhi respons yang diberikan pada kondisi visual tertentu. Faktor pengamat sangat terkait dengan pengalaman masa lalu mereka, budaya, dan suasana hati saat itu. Pengalaman yang menyenangkan atau yang buruk pada kondisi visual tertentu akan membuat pengamat memberikan respons yang sama ketika mereka mendapatkan kondisi visual lain yang sejenis. Selain itu, faktor lingkungan dan latar belakang seorang pengamat juga akan memengaruhi persepsi psikologisnya pada kondisi visual tertentu. Seseorang yang berasal dari sebuah desa terpencil tentu akan memiliki persepsi yang sangat kontras ketika berada dalam hiruk pikuk lingkungan perkotaan.
Kualitas dan Kuantitas Pencahayaan
37
·--------------------------------------------------------------------· Pada pencahayaan eksterior, desainer memiliki tan• tangan yang sangat kompleks. Kebutuhan fisiologis dan psikologis para pengguna dan pengamat harus betul-betul diperhatikan. Pada taman, misalnya, orang harus mampu mendapatkan informasi visual mengenai batasan ruang, elemen-elernen yang ada di sekitamya (tanaman, bangku taman, jalan, kolam, dan sebagai• nya), dan orientasi yang jelas. Kebutuhan tersebut harus dipenuhi secara mutlak untuk menunjang fung• sionalitas taman di malam hari. Secara psikologis, taman juga harus mampu memberikan rasa aman bagi setiap orang yang ada di dalamnya. Rasa aman akan tercipta melalui kondisi pencahayaan yang cukup te• rang dan memadai untuk melihat kondisi di sekeliling• nya. Suasana yang gelap sering kali menimbulkan perasaan tegang, khawatir, gelisah, dan tidak aman. Hal ini sangat terkait erat dengan tingginya tingkat kriminalitas yang terjadi pada lingkungan yang memiliki penerangan minimal atau tanpa penerangan. Selain mampu menciptakan rasa aman, pencahayaan taman juga harus didesain secara menarik dengan pemberian aksentuasi pada elernen-elemen di dalam• nya. Suasana yang menyenangkan akan membuat orang merasa nyaman bila berada di taman pada malam hari.
2.2
KUANTITAS PENCAHAYAAN
Dalam pembahasan sebelumnya telah disebutkan bahwa kuantitas pencahayaan merupakan suatu upaya untuk memenuhi kebutuhan fungsional ruang. Kebu• tuhan fungsional sangat terkait erat dengan aktivitas yang terjadi pada ruang tersebut. Berbeda dengan kualitas pencahayaan yang lebih berorientasi pada
38
Desain Pencahayaan Arsitektural
·--------------------------------------------------------------------· penciptaan penampilan visual ( visual performance), kuantitas pencahayaan lebih tertuju pada pemenuhan kebutuhan kerja visual ( visual task). Pada pencahayaan eksterior, kuantitas pencahayaan akan dipengarubi oleh aktivitas yang terjadi pada ruang tersebut. Misalnya, sebuah taman yang difungsi• kan sebagai ruang untuk bersantai dan hanya diguna• kan untuk aktivitas duduk akan memiliki kebutuhan kuantitas cahaya yang berbeda dengan taman yang digunakan untuk kegiatan membaca. Dalam hal ini, fungsi ruang merupakan bagian dari proses perancang• an arsitektural. Pemenuhan kuantitas cahaya bagi fungsi tersebut adalah tugas perancang pencahayaan.
Kualitasdan Kuantitas Pencahayaan berasal dari sebuah desa kecil, misalnya, yang tingkat pencahayaannya sangat terbatas, akan memiliki ke• tergantungan yang lebih kecil pada cahaya ketika melakukan suatu aktivitas tertentu. Hal yang berbeda akan dialami oleh masyarakat perkotaan yang telah terbiasa mendapatkan kuantitas cahaya yang memadai sebagai penunjang aktivitas mereka.
Kebutuhan kuantitas cahaya bagi tiap orang akan berbeda. Hal ini sangat terkait dengan kondisi dan latar belakang orang tersebut. Faktor usia akan sangat berpengaruh pada kemampuan orang untuk melihat di dalam kondisi cahaya tertentu. Semakin tua usia se• seorang, semakin menurun pula kemampuan mata dalam merespons cahaya sehingga kebutuhan akan kuantitas cahaya menjadi semakin besar jika diban• dingkan dengan mereka yang berusia lebih muda. Pada ruang-ruang tertentu, kebutuhan kuantitas cahaya yang berbeda pada tiap-tiap usia dapat dipenuhi. Namun, ketika berbicara mengenai ruang publik maupun ruang terbuka, perbedaan kebutuhan tersebut sering kali tidak dapat diakomodasi.
Namun, untuk mendapatkan suatu basil perancangan yang mampu mengakomodasi semua kebutuhan ma• nusia akan kuantitas cahaya, standar-standar penca• hayaan yang telah dibuat berdasarkan beberapa basil penelitian perlu digunakan. Pada pencahayaan ekste• rior, kebutuhan terhadap intensitas cahaya akan berbeda dengan pencabayaan interior. Hal ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat kom• pleks. Kondisi ruang luar, yang sangat dipengaruhi oleh cahaya bulan, bintang, langit, kendaraan ber• motor, clan cahaya-cahaya pantulan dari bangunan sekitarnya, tidak memungkinkan adanya pengkalku• lasian yang akurat. Selain itu, kemampuan manusia untuk beradaptasi dengan kondisi pencahayaan di ruang luar lebih besar dibandingkan dengan kemam• puan pada interior karena kondisi lingkungan akan menciptakan transisi clan tingkatan-tingkatan penca• hayaan sebelum menuju area tertentu. Hal ini tidak terjadi pada ruang dalam karena ketika kita memasuki sebuah ruangan, kondisi pencahayaan ruangan ter• sebut bisa sangat berbeda dengan ruangan sebelumnya, contoh paling nyata adalah ketika kita memasuki atau keluar dari sebuah studio di gedung bioskop.
Faktor lain yang turut memengarubi kebutuhan sese• orang pada intensitas cahaya adalah latar belakang atau kondisi masa lalu orang tersebut. Seseorang yang
Kebutuhan kuantitas cahaya yang berbeda bagi pen• cahayaan interior clan eksterior telah menghasilkan standar pencahayaan yang berbeda, Tabel 2.2 - 2.4
2.2.1 Standar Kebutuhan Cahaya
39
40
Desain Pencahayaan Arsitektural
akan memperlihatkan standar yang mengacu pada standar IESNA, Illuminating Engineering Society of North Americs. Kuantitas cahaya ruang luar akan sangat dipengaruhi oleh kondisi pencahayaan ling• kungan, jenis kegiatan, tingkat kecepatan pergerakan, dan material yang digunakan. Oleh sebab itu, dalam desain pencahayaan eksterior, faktor-faktor tersebut harus menjadi pertimbangan, terutama dalam meme• nuhi tuntutan kuantitas cahaya.
Uniformity
IESNA Hoadwoy Class
Jalan lokal
Tata
Diskusi
Volume penggunaan jalur pejalan kaki yang cukup padat (IESNA mengkl as if ika s i ka nnya sebagai kawasan "komersial".)
label 2.2 Standar pencahayaan jalan Uniformity
IESNA Hoadway Class
Jalan utama
Jalan utama
Tata Guna
Diskusi
Contoh
Tingkat kepadatan jalan don jalur pejalan kaki yang tinggi pada malam hari. (IESNA meng kl as ifikasi kan nya sebagai kawasan "komersinl"]
Sebuah jalur lalu-lintas yang menghubungkan beberapa jalur lalu-lintas utama pada kawasan bisnis yang padat dengan jalan raya atau jalur kerela api Sebuah jalur lalu-linlas yang menghubungkan beberapa jalur lalu-linlas utama pada kawasan bisnis yang padat dengan jalon raya atau jalur kereta api
Jalan yang melintasi pusat kola atau kawasan perbelanjaan dekat pusat kola
Tingkat kepadatan pejalan kaki relatif rendah. (IESNA m engkI a sifika si kannya sebagai kawasan "perumahan".)
Petunjuk IESNA
lluminan
con/J/ock
1.2 le (12 Ix)
as pal
1.7 le
(rasio ratarain dan minimum)
Jalan lokal
Tingkat kepadatan pejalan kaki relatif rendoh. (!ESNA mengkI as iii ka s i kan nya sebagai kawasan "perumahan".)
3: l
(17 Ix)
(Sumber: Steffy, 2000)
Jalan yang melinlasi sebuah lingkungan perumahan yang menghubungkan kawosan bisnis dengan jalan ray a
as pal
0.6 le (6 Ix) 0.9 le (9 Ix)
as pal
0.4 le (4 Ix)
conblock
41
Kualitas dan Kuantitas Pencahayaan
3: l
...
Sebuah jalur lalu-lintas lokal yang ditujukan sebagai nkses langsung. Jalan lokol terhubung dengan jalonjalan penghubung menuju jalan utama. Sebuoh jolur lalu-lintos lokal yang ditujukan sebagai akses longsung. Jalan lokal lerhubung dengan jalanjalan penghubung menuju jalan utama.
Contoh Sebuah jalan yang melintasi fasilitas kola, seperti perpustakaan don pusot rekreosi, don/atau melalui kompleks apartemen dan pertokoan Sebuoh jalon yang melintasi kompleks perumahan dan/atau apartemen
Petunjuk IESNA
lluminan
conblock
0.5 lc (5 Ix)
as pol
0.7 le (7 Ix)
conblock
0.3 le (3 Ix)
as pal
0.4 le (4 Ix)
(rasio rala· rota dan minimum)
6: l
6: l
42
Kualitas dan Kuantitas Pencahayaan
Desain Pencahayaan Arsitektural Tobe! 2.3 Stondor pencohoyoon jolur pejolon koki Petunjuk
Tipe Trotoar
Horizontal Tata Guna
Contoh
Trotoor di lepi jalon
Trotoor don tangga jouh dari jolon
Tingkat kepodotan jalan dan jalur pejolon koki yang linggi podo molom hori (IESNA mengklasifikasikan kowasan ini sebogoi kowason "komersial" .)
Tingkat kepadatan pejalan koki relotil rendoh. (!ESNA mengklasifikasikan kowoson ini sebogoi kowoson "perumahan".}
Tingkol kegiolon pejalan kaki tidak tergontung podo jolon utomo, nomun jolur tetap mengontisiposi kegiaton yang terjodi seponjong ma lam.
(Sumber: Steffy, 2000)
Sebuah troloor dengon lingkot kepodoton linggi µado molom hori, yang berdekalan dengan jolon dengan lingkal kepadatan kendaroan yang linggi poda molam hari Sebuah lroloor dengon tingkot kepodoton yang rendoh pada malam hori don dekot dengon jolan Sebuah lrotoar dan tongga yang jouh dori jalan dengan tingkot kepodoton yang rendoh pada malam hori
Vertikal
Uniformity
lluminan Trotoar di lepi jalan
IESNA
(rosio raterala dan minimum)
Uniformity
lluminan
(rosio rutnrata dan minimum}
Sebuoh troloor yang dekat dengon jolon utoma menuju kawason perbelonjoon di pusol kola
43
W alaupun buku ini lebih menekankan pada desain pencahayaan arsitektural yang lebih berorientasi pada pencahayaan eksterior bangunan, pengetahuan mengenai pencahayaan jalan tetaplah penting untuk dipahami. Selain untuk pencahayaan jalur pejalan kaki dan tempat parkir, standar !ESNAuntuk pencahayaan jalan pun akan melengkapi pengetahuan mengenai pencahayaan ruang luar secara keseluruhan. Tobe! 2.4 Stondor pencohoyoon tempo! porkir terbuko Petunjuk
lie (l Dix}
4: l
2.2fc (221x}
4: l
Tipe Ruang Parkir
Vertikal
Diskusi lluminan
Uniformity (rosio rota· rota ke minimum)
Tingkot kegioton linggi
Sebuoh lroloor dekot dengon jolan melalui sebuoh lingkungon perumahan
Sebuoh jolur pejalon kaki pado taman koto otou kampus
0.2fc (21x}
0.51c (51x)
4: l
10: 1
0.5fc (51x}
0.51c (51x)
5: l
5: 1
Opsional
Horizontal
Tempo! porkir dengon lingkol kegioton yang tinggi podo molom hori, seperti kegioton olohrogo, budoyo otou kegioton mosyorokot, don kegioton perbelonjoon di mol Tingkot Tempo! porkir dengon kegioton tingkot kegiolon yang sedong relotif rendoh podo molom hori, seperli pusol perbelonjoon mosyorokot, porkir kontor, bondoro don stosiun, pusol wisoto, don komoleks oerumahan Tingkat Tempo! parkir dengan kegiatan lingkat kegiatan yang rendoh rendah, seperti toko, fasilitas industri don pendidikan, don gereja (Sumber: Steffy, 2000)
...
lfc (1 Dix)
4: 1
0.2fc (21x)
4: 1
0.2fc (21x)
4: 1
lluminan
Uniformity (rosio rota· rota ke minimum}
44
Desain Pencahayaan Arsitektural
2.2.2 Mengukur Kuantitas Cahaya Dalam proses desain pencahayaan, ketika perancang telah membuat konsep pencahayaan, maka perancang harus mampu memenuhi kebutuhan kuantitas pen• cahayaan sesuai dengan standar yang telah ditentukan dan sesuai dengan peruntukan masing-masing ruang. Pemenuhan standar tersebut merupakan suatu upaya untuk mengakomodasi berbagai kegiatan di dalam ruang agar semua kegiatan dapat berjalan dengan baik dengan pencahayaan yang mampu memberikan ber• bagai informasi visual yang dibutuhkan dan mampu menjalankan kerja visual. Di dalam bidang pen• cahayaan, terdapat beberapa istilah dan satuan yang perlu diketahui agar proses perancangan dapat berjalan dengan baik. Istilah-istilah tersebut mengacu pada prinsip-prinsip kerja sumber-sumber cahaya dan pengaruhnya terhadap lingkungan visual.
Kualitas dan Kuantitas Pencahayaan
45
·--------------------------------------------------------------------· Beberapa istilah dan satuan yang terkait pada kuantitas cahaya, antara lain adalah 1. iluminan (illuminance) Jumlah satuan cahaya yang mengenai sebuah bidang permukaan per unit area (satuan: lux [lx]) 2. iluminan vertikal ( vertical illuminance) Jumlah satuan cahaya (lux) yang mengenai sebuah bidang vertikal (dinding, kolom, dsb.) 3. iluminan horizontal (horizontal illuminance) Jumlah satuan cahaya (lux) yang mengenai sebuah bidang horizontal (lantai, trotoar, jalan, langit• langit, dsb.) 4. luminan (luminance) Jumlah satuan cahaya yang dipantulkan kembali oleh sebuah bidang permukaan (satuan: cd/m2) 5. lumen (Im) Satuan yang digunakan untuk mengukur jumlah cahaya yang keluar dari sebuah sumber cahaya per satuan waktu. 6. lux (lx) Satuan yang digunakan untuk mengukur jumlah cahaya yang mengenai sebuah bidang permukaan per satu unit area. lx = lm/m2 •
Gambar 2.4 llustrnsi islilah dan saluan yang digunakan dalam pencahayaan
7. candela (cd) Satuan yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya dari sebuah sumber cahaya. Dalam memenuhi :kebutuhan kuantitas pencahayaan sebuah ruang, baik interior maupun eksterior, Steffy (2002) menyebutkan lima cara yang dapat digunakan,
·-·········· ,.
·,~
~
11
-:
,,
; '
A
.•., ,'r''•. ;··J···,··r· .. :
46
Desain Pencahayaan Arsitektural
yaitu template, lumen method (metode lumen), point method (metode point), dan computer calculation (kalkulasi komputer). 1.
Template merupakan cara yang sederhana dan cepat dalam mengukur kuantitas pencahayaan. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan data lampu yang digunakan, yaitu fotometri yang di• hasilkan, intensitas cahaya (lux atau fc) yang dihasilkan pada ketinggian tertentu (dari bidang kerja), dan jarak masing-masing lampu. Namun, pengukuran kuantitas pencahayaan dengan cara ini memiliki tingkat akurasi yang sangat rendah. Oleh sebab itu, template lebih banyak digunakan pada pencahayaan site (site lighting) dan pen• cahayaan jalur (path lighting).
2. Lumen method atau metode lumen merupakan cara menghitung kuantitas cahaya yang cukup banyak digunakan. Penghitungan dengan metode lumen biasanya lebih tepat jika digunakan pada pencahayaan dengan sumber cahaya yang seragam ( umform) pada bidang pencahayaan horizontal. Steffy menyebutkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh pada metode lumen adalah standar pencahayaan, luas ruang, data lumen lampu (di• keluarkan oleh pabrik untuk tiap-tiap produksi lampu), faktor kehilangan cahaya yang dapat di• pulihkan (menurunnya intensitas cahaya akibat memudamya permukaan armatur lampu, maupun permukaan ruang, baik akibat kotoran maupun akibat faktor usia, kondisi ini dapat dipulihkan dengan pengecatan, pembersihan, dan sebagainya), faktor kehilangan cahaya yang tidak dapat dipulih• kan (akibat tegangan listrik/voltase, baJlast, serta kondisi termal), dan koefisien penggunaan armatur
Kualitas dan Kuantitas Pencahayaan
·-----------------------------------------------------------(terdapat pada katalog lampu yang dikeluarkan oleh pabrik lampu). 3.
Point method atau metode titik biasanya diguna• kan untuk mengukur pencahayaan pada titik-titik tertentu atau rangkaian titik-titik yang diterangi dengan menggunakan sumber cahaya titik (misal• nya, lampu halogen a tau HIR PAR atau lampu MR). Metode ini juga dapat digunakan untuk me• nyempumakan metode lumen pada sebuah desain pencahayaan yang menggunakan lampu down• light. Namun, metode titik memiliki kelemahan karena tidak memperhitungkan pantulan cahaya yang terjadi pada bidang permukaan. Oleh sebab itu, metode titik lebih tepat jika digunakan pada ruang luar atau sebuah ruang dalam dengan dinding dan langit-langit berwarna hitam.
4.
Computer calculation atau kalkulasi komputer. Perkembangan teknologi komputer yang sangat pesat telah membawa kemudahan dan meningkat• kan akurasi penghitungan kuantitas cahaya. Pe• rangkat lunak komputer tidak hanya mampu menghasilkan renderasi yang baik untuk menam• pilkan kualitas pencahayaan pada model tiga dimensi, namun juga mampu menghasilkan hasil yang akurat secara kuantitas. Perangkat lunak komputer untuk pencahayaan terbagi atas dua teknik, yaitu flux transfer dan ray tracing, yang mampu melakukan kalkulasi tidak hanya pada metode titik dan metode lumen, namun juga dapat digunakan untuk melakukan kalkulasi pada penggunaan berbagai jenis lampu yang berbeda (nonumform).
47
48
Desain Pencahayaan Arsitektural
··-· ..H.....
Kualitas dan Kuantitas Pencahayaan
'49
·--------------------------------------------------------------------· Template
metoda lu!'Mf'l,' !mmp(iivr
........ ..·-.. "'
c
:::,
i= ~
. : ..a ~ c
• Buruk untuk interior • Cukup baik untuk eksterior
•
Ce pat
Metode Lumen • Cukup sampai baik
•
Ce pat
Tansfer
Metode Titik
Hay Tradng
• Baik
• Baik sampai sempurna
• Baik sampai sempurna
•
•
•
Lebih akurat
Lebih akurat
.
Gambar 2.5 Penggunoon metode kolkulosi kuontitos cohoyo podo desoin pencohoyoon eksterior
:,,,::
label 2.5 Perbondingon ala! ukur kuontitos cohoyo
Template
• .... ."..i.:
..
....
.
Tang on {pensil, kertos, don otok) • Tang an {kalkulator) Tidok
• •
Metode Lumen Tang on {kolkulator) Komputer
Yo
Metode Titik
• • Ya
Tongan {kalkulotor) Komputer
F/11x Tansfer
•
• Ya
Tang on {kolkulator) Komputer
....c
H"yTrating
•
.e .....
Komputer
:::,
:,,,::
Ya
•
c
·e ....
:::,
....
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya
-;;
c c 0 E -~ ...:! 0 ·-
-=
.... ·et. =>
cc .... :::,
l
I
• • Hanya memenuhi satu kriteria • Tingkat akurasi dapat dipertanyakan • Nilai awal {harus ditambahkan faktor-faktor perbaikan) • Tanpa multipontulan • Diosumsikon poda ruong/oreo kosong {tanpa objek)
• Hanya memenuhi satu kriteria • Rata-rata nilai dasar {tanpa nilai minimum atau maksimum) • Diasumsikan pad a ruang/areo kosong {tonpa objek)
• Membutuhkan waktu lebih lama • Tanpa multipantulan • Diasumsikan sumber cahaya titik • Sumber cahaya yang besar harus melalui pengkolkulosion terpisah
• Hasil tergantung data yang dimasukkan • Dapat terjadi kesalahan pada tingkat ketepatan • Berpolen si merusok po hon
• •
•
Sempurna dalam menghasilkan image Dibatasi visual oleh data yang ada Dibatasi waktu Dapat terjadi kesalahan pada sisi keamanan Berpotensi merusok po hon
50
Desain Pencahayaan Arsitektural
Template
'. • • • • c
"c :::,
"'
c 41 a.
•
Aplikosi eksterior Aplikosi interior Aplikosi serogom Membuot loyoutowul Membuut perkiroon bioyo
.
• • • •
•
Metode lumen'" , Aplikosi interior Aplikusi serogom Membuot loyoutowal Membuot perkiroun bioyo cukup untuk pencohoyoon tuk longsung Baik untuk pencohoyoon lung sung
,
MetodtiTitik
Flux Tansfer
Ray Tracing
• Aplikosi eksterior • Aplikosi interior • Aplikosi serogom • Aplikosi berogom • Membuat loyout oksentuosi • Membuot loyout pencohoyaon umum • Membuot loyout pencahayoon kerjo
• Aplikosi eksterior • Aplikusi interior • Aplikosi serugom • Aplikosi berugom • Membuot loyout oksentuosi • Membuot loyout pencohoyaon umum • Membuot Iayoot pencohoyoon kerjo
.··
• Aplikosi eksterior • Aplikusi interior • Aplikosi serugom • Aplikosi beragom • Membuot loyout oksentuosi • Membuat loyout pencohoyoan um um • Membuot loyout pencohayoon kerjo
Kualitas dan Kuantitas Pencahayaan
plaza yang mengakomodasi kegiatan yang lebih spe• sifik, seperti membaca, dapat menggunakan metode lumen. Apabila perancang ingin menghasilkan peng• hitungan yang lebih akurat sekaligus memproduksi citra renderasi, penggunaan komputer merupakan me• tode yang tepat karena hasilnya juga dapat digunakan sebagai bahan presentasi.
(Sumher: Steffy, 2000)
Dari perbandingan metode kalkulasi pada Tabel 2.5, jelas terlihat bahwa masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. Kelebihan dan kekurangan tersebut sangat berhubungan dengan kemampuan masing-masing metode dalam mencapai tingkat akurasi, waktu penghitungan, kemudahan pelaksanaan, maupun biaya yang dibutuhkan. Dengan demikian, perancang dapat menentukan me• tode yang akan digunakan berdasarkan faktor-faktor tersebut. Untuk pencahayaan eksterior, pemilihan metode kalkulasi dapat ditentukan berdasarkan fungsi ruang yang akan dirancang, misalnya tangga atau tanjakan dapat menggunakan template, sedangkan
SI
·--------------------------------------------------------------- --
....
52
Desain Pencahayaan Arsitektural
- --------------------------------------------------------·
BAB3
Sumber Cahaya dan ArmaturLampu Eksterior
Pemahaman mengenai sumber cahaya dalam desain pencahayaan arsitektural (architectural lighting design) menjadi sangat penting mengingat tiap-tiap sumber cahaya memiliki karakteristik, tingkat efficacy (perbandingan daya yang dibutuhkan dengan kuat cahaya yang dihasilkan), renderasi warna, dan tempe• ratur warna yang berbeda. Dengan memahami karak• teristik tiap-tiap sumber cahaya, kita dapat menentu• kan sumber cahaya yang dapat memenuhi kebutuhan desain, baik secara fungsional, citra visual arsitektur, maupun faktor kenyamanan dan keamanan. Pada perkembangannya, karakteristik sumber-sumber cahaya akan menjadi lebih spesifik ketika digunakan secara terintegrasi dengan armatur (fixture) lampu. Selain berperan dalam menjawab kebutuhan desain, pemilihan rumah lampu bagi pencahayaan ruang luar haruslah mempertimbangkan faktor iklim, kemudahan perawatan, dan perilaku manusia. Menurut Moyer (1992), di dalam memilih lampu bagi pencahayaan ruang luar terdapat beberapa faktor yang sangat penting untuk diperhatikan, yaitu intensitas, ukuran fixture, besaran watt, tipe lampu (dalam variasi beamspread dan watt), dan warna.
~ I
-~~------------
Sumber Cahaya dan Armatur Lampu Eksterior
3.1
Namun, karena harganya yang lebih murah diban• dingkan jenis lampu lainnya serta kemudahan insta• lasinya, lampu pijar sangat diminati oleh banyak orang. Selain itu, warna kekuningan ( wann light) yang dihasilkannya pun mampu menciptakan suasana ha• ngat, akrab, lebih alami, dan teduh sehingga lampu pijar sering digunakan sebagai lampu utama pada
Secara garis besar, sumber cahaya dibedakan atas dua kelompok, yaitu incandescent lamp (sumber cahaya yang mengeluarkan cahaya akibat terjadinya perna• nasan pada kawat filamen) dan discharge lamp (lampu yang pengoperasiannya mengunakan ballast). Namun, untuk memudahkan identifikasi, sesuai dengan produk lampu yang banyak beredar di pasaran, pada bahasan ini sumber cahaya dibagi atas empat kelompok, yaitu 1.
incandescent lamp (lampu pijar),
2.
fluorescent lamp (lampu fluoresens),
hunian.
3. High Intensity Discharge, clan 4. LED.
3.1.1 IncandescentLamp (Lampu Pijar) Lampu pijar merupakan salah satu lampu yang paling tu.a usianya sejak pertama kali dikembangkan oleh Thomas Alva Edison. Lampu yang di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan bohlam karena bentuknya yang menyerupai bola sesungguhnya memiliki efficacy yang paling kecil di antara sumber cahaya modem lainnya. Dari total energi listrik yang digunakan, hanya sekitar 10% saja yang diubah menjadi cahaya, sedangkan sekitar 90% lainnya dibuang sebagai energi panas. Kondisi ini menjadi salah satu faktor yang me• nyebabkan usia lampu pijar menjadi pendek (sekitar 1000 jam). Berdasarkan prinsip kerjanya, lampu pijar akan menghasilkan cahaya melalui pemanasan filamen dalam ruang hampa yang diisi dengan gas argon atau gas lainnya. Pemanasan yang terjadi dalam bola kaca tersebut dilakukan dengan menggunakan energi listrik.
55
·--------------------------------------------------------------------·
Desain Pencahayaan Arsitektural
--------------------------------------· MACAM-/M.CAM SUMBER CAHAYA
•
Dari segi bentuk, lampu incandescent memiliki bebe• rapa varian yang disimbolkan dengan huruf besar pada setiap tipe lampu. Untuk lampu incandescent, bentuk lampu meliputi S-straight side, F-flame, G-gobular, T-tubular, PAR-parabolic aluminized reflector, R• reflector, MR-multimirror reflector, clan A-arbitrary.4 Variasi bentuk tersebut memungkinkan para desainer pencahayaan untuk menghasilkan desain yang beragam, baik secara efek pencahayaan maupun secara tampilan visual lampu. Lampu PAR, R, dan MR, sesuai dengan namanya, telah dilengkapi dengan reflektor sehingga dapat berfungsi sebagai larnpu sorot tanpa harus tergantung pada rumah lampu. Sedangkan lampu incandescent lainnya cenderung merniliki dis• tribusi cahaya yang menyebar (diffuse) dan variasinya lebih ditekankan pada bentuk larnpu secara visual. Dalam mengidentifikasi varian lampu berdasarkan simbol huruf-huruf tersebut, yang mengindikasikan bentuk lampu, klasifikasi lampu juga dibedakan ber• dasarkan ukurannya. Ukuran lampu biasanya ditulis setelah simbol huruf dan dibuat dalam satuan 1/8 inchi. Sebagai contoh, lampu R40 berarti lampu
.
4
Moyer, L.M. 1992. The Landscape Lighting. New York: John Wiley & Sons, Inc.
-~~----------------------------
Desain Pencahayaan Arsitektural
--------------------------------·
reflektor dengan diameter 40/8 inchi atau S inchi (12,5 cm). Contoh lain, MR16 merupakan lampu multi• mirror reflector dengan diameter 2 inchi, pAR56 merupakan lampu parabolic aluminized reflector de• ngan diameter 7 inchi, dan seterusnya. Pada tipe incandescent, lampu halogen merupakan sumber cahaya yang marnpu menghasilkan cahaya de• ngan _ warna cahaya putih yang lebih seimbang di• bandmgkan dengan jenis konvensional. Selain itu, larnpu halogen memiliki bentuk dan konsumsi daya yang bervariasi, dengan efficacy dan usia yang lebih ~aik,. sehingga ban yak digunakan pada pencahayaan mtenor dan eksterior. Namun, tentu saja kelebihan• kelebihan tersebut akan berdarnpak pada harga lampu yang lebih mahal.
Gambar 3.1
Lompu incontfescentatau yang di Indonesia lebih dikenal sebogoi lompu pijor otou bohlom
Gambar 3.2
Beberopa voriosi bentuk lompu pijor: (o) straight sitfe, (b) flame, (c) tu/Ju/or, (d) poro/Jo/ic oluminizetf reflector, don (e) reflector
Sumber Cahaya dan Armatur Lampu Eksterior
3.1.2 fluorescent Lamp (Lampu fluoresens) Lampu fluoresens di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan yang sesungguhnya keliru, yaitu lampu "neon" padahal pada hakikatnya, lampu neon ditujukan pada sumber cahaya yang menggunakan gas neon. Sebutan lain untuk lampu fluoresens adalah lampu TL ( Tubular Lamp) karena berbentuk tabung, walaupun variasi bentuk larnpu jenis ini sesungguhnya sangat banyak. Larnpu fluoresens merupakan bagian dari lampu LPD (Low Pressure Discharge). Dalam proses penyalaan lampu, lampu ini menggunakan ballast yang berperan sebagai pengatur arus listrik ke larnpu. Penggunaan ballast menyebabkan lampu fluoresens tidak dapat dinyalakan dengan seketika seperti yang dapat di• lakukan pada lampu pijar. Lampu fluoresens merupa• kan sumber cahaya berbentuk tabung yang diisi dengan gas merkuri, argon, fosfor, dan gas lainnya yang berperan membantu perpindahan elektron di dalam tabung. Pada desain pencahayaan ruang luar, lampu fluoresens banyak digunakan untuk menghasilkan cahaya yang merata untuk memenuhi kebutuhan fungsional ber• bagai aktivitas. Cahaya putih jemih yang merata yang dihasilkan dengan kecenderungan untuk tidak merne• ngaruhi warna benda, membuat lampu fluoresens mampu menampilkan objek visual dengan sangat baik. Namun, kinerja lampu fluoresens sangat dipengaruhi oleh temperatur ruang sehingga lampu fluoresens tidak dapat bekerja secara maksimal pada ruang luar kecuali berada pa~a armatur lampu maupun di antara elemen arsitektur yang melindunginya dari perubahan temperatur.
57
58
Sumber Cahaya dan Armatur Lampu Eksterior
·----------------------------------------------------------
Desain Pencahayaan Arsitektural
600 mm, 900 mm, 1200 mm, dan 1500 mm dengan kuat arus 17 watt, 25 watt, 32 watt, dan 40 watt. Sedangkan TS memiliki diameter yang lebih kecil, yaitu 1,5 cm, dengan variasi panjang tabung, 560 mm, 864 mm, 1163 mm, dan 1473 mm dan dengan variasi energi listrik yang dibutuhkan, 14 watt, 21 watt, 28 watt, dan 35 watt. Dengan diameter yang hanya 15 mm, lampu ini tentu lebih kecil di• bandingkan dengan rekannya, T8. Keliling tabung• nya juga lebih kecil 40% dibandingkan tabung T8 sehingga mampu mengurangi jumlah kaca, mer• kuri, dan fosfor yang dibutuhkan (lebih mampu bertahan [sustainable] dibandingkan T8).5
Ada dua bentuk lampu yang akan dibahas dalam uraian berikut, yaitu bentuk tabung linear dan bentuk kompak.
1. Bentuk.Tabung Linear Bentuk standar lampu fluoresens adalah tabung linear yang memanjang dengan berbagai ukuran dan diameter. Bentuk ini menyebabkan lampu fluoresens standar menjadi tidak efisien dalam pemanfaatan ruang maupun pemasangannya. Na• mun, di sisi lain, hal ini justru menjadi kelebihan tersendiri dalam menghasilkan cahaya yang mem• bentuk elemen garis, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Gambar 3.3 Perbondingon dimensi lompu fluoresens Tl2, TB, TS, don T2
Dalam menjawab tuntutan efisiensi, lampu fluore• sens yang berbentuk tabung linear mengalami perkembangan pada diameter dan panjang tabung• nya. Beberapa tipe yang banyak dikenal adalah Tl2, T8, TS, dengan tipe yang terkecil dan terbaru adalah T2. Huruf T berarti lampu dengan tipe tubular (tabung), sedangkan angka di belakangnya menunjukkan diameter lampu tersebut yang berbanding 1/8 inchi, misalnya T8 berarti lampu fluoresens bentuk tabung dengan diameter 1 inchi atau 2,5 cm. Lampu T8 memiliki variasi panjang
Lampu fluoresens linear dengan diameter terkecil yang beredar di pasaran saat ini adalah T2. Dengan diameter yang hanya 2/8 inchi atau 0.6 cm, T2 sangat efisien untuk digunakan sebagai cove lighting atau pencahayaan ceruk. Dengan bentuk yang sangat ramping, namun dengan intensitas cahaya yang tinggi dan kebutuhan daya yang rendah, lampu T2 menjadi sangat efisien untuk digunakan dalam berbagai desain pencahayaan.
•
2. Bentuk.Kompak ( Compact Fluorescent Lamp) Dalam memenuhi kebutuhan efisiensi ruang dan proses instalasi yang mudah seperti lampu pijar, pada perkembangannya lampu fluoresens telah diproduksi dalam bentuk kompak atau sering disebut CFL ( Compact Fluorescent Lamp). Bentuk CFL sendiri memiliki banyak variasi bentuk. Selain agar tampil menarik, variasi bentuk juga di• pengaruhi oleh kebutuhan cahaya yang akan s Steffy, Gary. 2002. Architectural Lighting Design. New York: John Willey & Sons, Inc.
59
-~~-------------------------------------
Sumber Cahayadan Armatur LampuEksterior
61
·--------------------------------------------------------------------·
Desain Pencahayaan Arsitektural_
intensitas tinggi. Lampu HID memiliki tiga jenis uta• ma, yaitu metal halida, merkuri, dan sodium bertekan• an tinggi (High Pressure Sodium/HPS). Lampu-lampu HID diaktifkan dengan ballast dan membutuhkan waktu yang lama dari saat mulai dinyalakan sampai rnencapai terang yang maksimum. Lampu-lampu HID sangat baik dalam pencahayaan ruang luar. Selain karena mampu menghasilkan cahaya dengan intensitas tinggi, lampu HID juga memiliki bentuk yang kompak dengan berbagai bentuk seperti lampu pijar. Berikut adalah uraian mengenai ketiga jenis lampu HID.
dihasilkan. CFL yang berbentuk ulir, misalnya, di• buat untuk memaksimalkan panjang tabung tanpa mengorbankan proporsi lampu. Semakin panjang tabung lampu, semakin banyak pula cahaya yang akan dihasilkan. Agar dapat seefisien lampu pijar, selain mempertim• bangkan bentuk lampu, lampu fluoresens juga meng• gunakan bentuk soket yang sama untuk memudahkan instalasi. Kemudahan instalasi, bentuk yang ringkas, dan kualitas cahaya yang baik menyebabkan lampu fluoresens kompak banyak digunakan sebagai lampu
1. Metal Halida Lampu metal halida merupakan jenis lampu yang paling banyak digunakan pada pencahayaan ekste• rior. Selain karena kuat cahaya yang dihasilkan• nya, warna putih dari lampu ini juga sangat se• imbang. Sebagai sumber cahaya yang menghasil• kan cahaya berintensitas tinggi, metal halida sa• ngat ideal jika digunakan sebagai lampu sorot (floodlight), baik pada fasad bangunan, sculpture, maupun elemen vegetasi. Cahaya putih yang seimbang, yang ditunjang dengan renderasi warna yang baik, sangat mendukung pencahayaan pada objek-objek tersebut.
downlight pada berbagai kebutuhan, baik pada ruang publik (pusat perbelanjaan, mal, dan lain-lain) maupun pada fungsi lain, seperti perkantoran dan hunian. Peran lampu jenis ini mampu mengganti peran lampu pijar, terutama pada renderasi warna yang dihasilkan dan kebutuhan daya yang jauh lebih kecil.
Kelebihan lain dari lampu metal halida adalah tingkat efficacy-nya yang tinggi yang mencapai 85-125 lumens/watt sehingga panas yang dihasil• kan sangat kecil dan umurnya mampu mencapai 10.000-20.000jam. Variasi cahaya yang dihasilkan metal halida memungkinkan para perancang untuk menciptakan berbagai kesan visual yang ... berbeda. Metal halida mampu menghasilkan cahaya putih hangat ( warm white), putih netral (neutral white), dan putih cahaya siang hari
Gambar 3.4 Voriosi bentuk lluoresens kompok (CFL)
3.1.3 High Intensity Discharge Seperti yang tergambar dari namanya, lampu High Intensity Discharge (HID) adalah larnpu-lampu dis• charge yang marnpu rnenghasilkan cahaya dengan
I
j
62
Desain Pencahayaan Arsitektural
Sumber Cahaya dan Armatur Lampu Eksterior
---------------------------------------------------------------·
63
·--------------------------------------------------------------------·
(daylight white) sehingga kebutuhan dalam mem• pertahankan wama asli benda maupun mencipta• kan kesan ruang yang hangat dapat dicapai. Bentuknya yang kecil (tergantung bentuk armatur lampunya) memungkinkan untuk disembunyikan di antara elemen arsitektur.
tipe HID lainnya sehingga lampu ini tidak terlalu baik jika digunakan untuk memberikan aksentuasi pada elemen arsitektural maupun lanskap. Sesuai dengan prinsip kerjanya, lampu merkuri menghasilkan cahaya dengan melepaskan gas mer• kuri. Lampu merkuri menghasilkan cahaya biru dan hijau dan menciptakan kesan yang dingin. Kondisi ini tidak mendukung dalam pencahayaan dengan tujuan untuk menampilkan wama asli benda karena informasi visual yang akan di• sampaikan justru akan menjadi bias.
Kekurangan lampu metal halida hanya terletak pada durasi waktu yang dibutuhkan untuk men• capai terang maksimum, yaitu 5-10 menit, dan juga waktu untuk menghidupkannya kembali sete• lah mati secara tiba-tiba (restrike) yang mencapai 10-20 menit, waktu yang cukup lama apabila digunakan sebagai sumber cahaya penerangan uta• ma. Namun, apabila digunakan untuk mencipta• kan aksentuasi elemen eksterior, waktu tunggu tersebut tidak akan menjadi masalah yang meng• ganggu.
Gambar 3.6
Lompu merkuri
3. High Pressure Sodium (HPS) Seperti lampu metal halida, lampu High Pressure Sodium (HPS) atau lampu sodium bertekanan ting• gi merupakan lampu HID dengan tingkat e.iicacy yang sangat tinggi. Tingkat e.iicacy biasanya akan memengaruhi usia lampu. Semakin tinggi tingkat e.iicacy lampu, semakin kecil energi panas yang dihasilkan. Hasilnya, usia lampu menjadi panjang.
Gambar 3.5
Contoh vorion lompu metal holido, keluorgo lompu High Intensity Ois
Namun, berbeda halnya dengan lampu metal hali• da yang memiliki renderasi wama yang baik, lam• pu HPS menghasilkan renderasi warna yang buruk. Dengaa demikian, lampu HPS tidak cocok jika digunakan sebagai penerangan fungsional yang dibutuhkan pada aktivitas yang menuntut
2. Merkuri Salah satu tipe lampu HID yang cukup banyak digunakan pada pencahayaan eksterior adalah lampu merkuri. Namun, lampu merkuri memiliki efficacy yang lebih rendah dan juga renderasi wama yang lebih buruk jika dibandingkan dengan
•
l
64
Desain Pencahayaan Arsitektural
adanya kualitas visual yang baik. Lampu HPS juga tidak mampu mempertahankan tampilan visual objek-objek tertentu karena lampu ini akan meme• ngaruhi wama benda dan membuatnya menjadi kekuningan.
er ~-----Gambar 3.7 Lampu High Pressure Sodium
Karena tingkat efficacy-nya yang tinggi dan umumya yang mampu mencapai lebih dari 20.000 jam, lampu HPS sangat sering digunakan untuk penerangan area parkir dan beberapa terbuka yang tidak begitu mem• butuhkan kualitas penerangan yang baik. Dengan lampu HPS, tingkat penerangan yang tinggi dapat di• capai dengan daya listrik yang rendah dan perawatan yang relatif mudah dan murah.
3.1.4 LED (Lighl EmmilingDiode) Perkembangan teknologi lampu yang pesat telah me• ngantar penciptaan jenis lampu baru, yaitu LED (Light Emmiting Diode). Lampu LED memiliki usia yang sa• ngat panjang, mencapai 100.000jam, dengan konsumsi daya listrik yang sangat kecil. Kelemahan LED adalah intensitas cahaya yang dihasilkannya lebih kecil jika dibandingkan dengan jenis sumber cahaya lainnya.
Sumber Cahaya dan Armatur Lampu Eksterior
65
·--------------------------------------------------------------------· LED sangat menunjang desain pencahayaan eksterior, hal ini terkait dengan variasi wama yang dimilikinya, yaitu putih dingin (cool white), kekuningan, merah, hijau, dan biru. Variasi wama ini memungkinkan pen• ciptaan suasana ruang maupun objek yang senantiasa berubah ( color changing) dengan memainkan warna• wama yang berbeda pada waktu-waktu tertentu. Warna-warna tersebut juga dapat digunakan sebagai elemen pengarah pada jalur sirkulasi maupun sebagai penanda ruang-ruang fungsional. Keterbatasan intensitas cahaya yang dihasilkan LED saat ini sesungguhnya telah mampu dimaksimalkan melalui perkembangan teknologi armatur lampu. Be• berapa pabrik lampu telah memproduksi armatur lam• pu bagi LED yang dapat berfungsi sebagai floodlight, wallwasher, bollard, dan tipe lainnya. Kelebihan LED dalam menghasilkan variasi wama menjadi salah satu faktor yang mendorong penggunaan LED pada ber• bagai aplikasi lampu tersebut. Variasi warna yang da• pat diubah sesuai dengan konsep desain kini dapat dioperasikan dengan remote control atau dengan kom• puter. Dengan remote control, warna-warna cahaya dapat diganti secara manual sesuai keinginan peran• cang maupun pemilik bangunan. Selain itu, peng• operasian perubahan warna dengan komputer me• mungkinkan perancang atau pemilik bangunan untuk dapat mengatur perubahan berdasarkan durasi waktu tertentu secara otomatis. Secara sederhana, contoh pengoperasian LED dengan konsep perubahan wama dapat dilihat pada lampu-lampu lalu-lintas (traffic light) yang dioperasikan berdasarkan durasi waktu.
.
66
Desain Pencahayaan Arsitektural
.s~~ber Cahaya dan Armatur Lampu Eksterior ------------------------~~-
KATEGORI LAMPU
Fluoresens
DAYA (watt)
4-220
PERGANTIAN
20-95 Standar F40 Ballast Magnetis 60-
7.50020.000
Kebutuhan hol/os1. 3 lampu per ho/lost
75
Ballast Elektronik 4095 Tipe kompak Tipe manual: tidak terdaftar
LED Gambar 3.8 Lampu Light Emmiting Diode dan aplikasinya pada lampu orientasi (Sumber: ERCO Program 2006/07)
KATEGORI LAM PU
Incandescent
DAYA (watt)
1-1.500
Eff/(A(Y (lumehs per watt)
USIA LAMPU (dalam jam)
TIANSEOKMEK BALLAST
STAK!f !'OWEK !NTEKKI/P1
PERGANTIAN
7-24, Rota-rota 17
750-2.000
120-135 volt
Stort/menyala dengan segera
Pada tipe dasar yang soma
40-1.000
50-60, Warna yang baik dan/atau watt rendah mencapai 20
16.00024.000, dengan ho/lost sendiri 1216.000
Kebutuhan hol/os1. 1 lampu per ho/lost
Metal Halida
70-1.500
75-125
6.00020.000
Kebutuhan hol/osl. I lampu per ho/lost
Lampulampu tertentu: 10 jam
Tidak ado. Semua lampu dengan voltase di bawah 120 membutuhkan transformer. Kuantitas lampu per transformer tergantung pada watt lampu.
High Pressure Sodium
35-1.000
Tanpa restrike
low Pressure
18-180
Sodium
(Sumber: Moyer, 1992)
80-100, Watt rendah mencapai 50
24.000, warn a baik 10.000
Kebutuhan hol/osl. 1 lampu per ho/lost
Mencapai 180
10.00018.000
Kebutuhan hol/osl. I lampu per ho/lost
.
Sebelum panas, membutuhkan waktu beberapa detik
Hanya pada dasar, voltase, don watt yang soma
Tanpa restrike
Merkuri
label 3.1 Perbandingan lampu
Stort/menyala dengan segera
Stortdan restrike: lebih dari 3 menit
Pada dasar, voltase, don watt yang soma
Storl. 2-5 menit
Pada dasar, voltase, dan watt yang sama
Kestrike: 10-20 menit Storl. 3-4 menit
Pada dasar, voltase, don watt yang soma
Kestrike: I 2-1 menil
Start. 7-15 menit Kestrike: I menit
Pada dasar, volta1e, don watt yang 1omo
68
Sumber Cahayadan Armatur LampuEksterior
Desain PencahayaanArsitektural
3.2
dikeluarkan ganda.
TIPE ARIMTUR I.AMPU EKSTERIOR
Karakter, spesifikasi, kebutuhan daya, dan daya tahan sumber cahaya yang satu dengan yang lainnya memang berbeda. Namun, tanpa perlengkapan lampu, atau yang sering disebut armatur lampu atau luminair, semua sumber cahaya hampir terlihat sama, kecuali pada renderasi wama yang dihasilkan. Tanpa armatur lampu (terdiri dari rumah lampu, soket, ballast, peng• atur kemiringan, dan lain-lain) sumber cahaya hanya terdiri dari dua klasifikasi, yaitu sumber cahaya titik (yang terdiri dari sumber-sumber cahaya yang ber• bentuk bola), dan cahaya linear, seperti yang tampak pada lampu fluoresens linear.
Untuk memudahkan identifikasi tipe-tipe armatur lampu, pada subbab ini armatur lampu akan dikelom• pokkan ke dalam beberapa kategori, yaitu 1. berdasarkan distribusi cahaya, 2. berdasarkan arah cahaya, 3. berdasarkan sudut cahaya, dan 4. berdasarkan peletakan armatur.
3.2.l Berdasarkan Dishibusi Cahaya Selain berfungsi sebagai pelindung lampu, Armatur lampu juga memiliki peran penting sebagai pengatur distribusi cahaya. Secara umum, distribusi cahaya dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu
Peran penting sebuah armatur lampu adalah meng• arahkan/membelokkan cahaya, menyebarkan cahaya, atau sebaliknya, memusatkan konsentrasi cahaya. Pada pencahayaan ruang luar, rumah lampu memiliki "tanggung jawab" melindungi sumber cahaya terhadap berbagai kondisi cuaca, baik panas, dingin, air hujan, korosi, dan juga tindakan pencurian. Selain melindu• ngi sumber cahaya, armatur lampu juga harus mampu melindungi dirinya sendiri dari berbagai kondisi tersebut. Tujuan dalam pengaturan arah/distribusi cahaya, se• lain sebagai upaya menciptakan pola cahaya yang be• ragam dalam desain pencahayaan, juga dimaksudkan untuk mengurangi ketidaknyamanan visual akibat kesilauan (glare). Tanpa armatur lampu, setiap sumber cahaya (kecuali tipe PAR, MR, dan R) cenderung menghasilkan cahaya yang datar dan menyebar se• hingga menghasilkan kesan ruang yang monoton. Armatur lampu juga kerap dilengkapi dengan berbagai elemen reflektor sehingga intensitas cahaya yang
oleh sumber cahaya menjadi berlipat
1. direct lighting (pencahayaan langsung) Pencahayaan langsung merupakan cahaya yang didistribusikan secara langsung dari sumber cahaya menuju sasaran yang dituju. Pencahayaan lang• sung biasanya merupakan cahaya yang ditujukan secara fungsional untuk memenuhi kebutuhan cahaya secara kuantitatif pada sebuah ruang atau bidang kerja. Pada ruang luar, pencahayaan lang• sung biasa digunakan pada pencahayaan jalan, jalur pejalan kaki, maupun teras bangunan.
'
!'
Pada umumnya, pencahayaan langsung digunakan untuk memenuhi kebutuhan intensitas cahaya yang dibutuhkap dalam menunjang aktivitas yang terjadi pada sebuah ruang, baik ruang luar maupun ruang dalam. Pencahayaan jalan dan jalur pejalan
69
70
Desain
Pencahayaan
Arsitektural
·--------------------------------------------------------------------· kaki, misalnya, dituntut untuk mampu memenuhi kuantitas cahaya bagi pergerakan yang terjadi. Sementara pada taman, plaza, dan teras bangunan, pencahayaan langsung harus mampu memenuhi tuntutan kuantitas cahaya bagi kegiatan membaca, bermain, maupun hanya untuk sekadar duduk santai.
Gambar 3.9 Distribusi cahoyo secoro longsung dori sumber cohoyo
2. semi-direct/indirect (pencahayaan semilangsung/ tak langsung) Pencahayaan semilangsung atau tak langsung me• rupakan pencahayaan yang pendistribusiannya terbagi pada dua arah distribusi. Sebagian cahaya yang berasal dari sumber cahaya didistribusikan secara langsung ke sasaran (ke bawah), sedangkan sebagian lagi dipantulkan pada sebuah bidang permukaan (ke atas). Pada pencahayaan eksterior, beberapa jenis lampu menggunakan distribusi semacam ini untuk me• menuhi kebutuhan intensitas cahaya sekaligus mengurangi tingkat kesilauan yang dihasilkan. Ba• nyak lampu pejalan kaki dan lampu taman telah mengaplikasikan distribusi dua arah cahaya seba• gai pencahayaan semilangsung/tak langsung untuk menghasilkan cahaya yang lembut (soft), namun
Sumber
Cahaya
dan Armatur
Lampu
71
Eksterior
tetap memenuhi standar bagi aktivitas yang ber• langsung. Pencahayaan semilangsung/tak langsung juga se• ring diaplikasikan pada pencahayaan untuk men• definisikan dinding, kolom, dan bidang vertikal lainnya. Keluamya cahaya dari sumber cahaya pada dua arah yang berbeda dapat menciptakan kesan visual yang menarik apabila diaplikasikan dalam desain pencahayaan. Oleh sebab itu, selain dapat diaplikasikan untuk memenuhi kebutuhan kuantitas cahaya, pencahayaan semilangsung/tak langsung juga dapat diaplikasikan untuk mencipta• kan kualitas visual suatu objek arsitektural.
•
L.........:....:.:..L..::.-._---'i!ll!L-.J.m
_.._
raL
-1•
...::&Mlll.:..
3. indirect lighting (pencahayaan tak. langsung) Pencahayaan tak langsung diaplikasikan dengan memantulkan cahaya yang berasal dari sumber cahaya pada bidang pemantul atau reflektor. Pen• cahayaan tak langsung biasanya digunakan untuk mengurangi tingkat kesilauan yang dihasilkan oleh sumber cahaya sehingga pencahayaan tersebut dapat menghasilkan cahaya yang lebih lembut. Pencahayaan tidak langsung kerap diaplikasikan pada ruang-ruang c!engan aktivitas yang memiliki tingkat pergerakan serta ketelitian yang rendah.
Gambar 3.10 Di stribusi cohoyo semilongsung/tok longsung
72
Sumber Cahaya dan Armatur Lampu Eksterior
Desain Pencahayaan Arsitektural
·---------------------------------------------------------- --
·--------------------------------------------------------------------· Aktivitas duduk-duduk santai pada sebuah plaza atau taman, misalnya, kerap menggunakan penca• hayaan tak langsung. Pada pencahayaan eksterior, pencahayaan tidak langsung sering digunakan untuk pencahayaan jalur pejalan kak.i, taman, dan teras bangunan dengan langit-langit bangunan sebagai elemen pemantul cahaya.
Gambar 3.12 Aroh cohoyo ke otos (upligh~
Karena letaknya yang berada di bagian bawah, arma• tur untuk setiap lampu uplight harus kuat terhadap benturan, mampu menahan beban tertentu, kedap air, anti karat, namun tetap mudah dalam perawatan clan pergantian lampu.
Gambar 3.11 Distribusi cohoyo secoro tidok longsung menuju bidong kerjo
3.2.2 Berdasarkan Arah Cahaya Berdasarkan arah cahaya, armatur lampu dapat dapat dikelompokkan ke dalam tiga bagian, yaitu
1. uplight(arah cahaya ke atas)
Gambar 3.13 Armotur uplighl reaesedbogi pencohoyoon pohon yang menyotu dengon desoin lonskop
Uplight merupakan kelompok armatur yang men• distribusikan cahaya dari bawah ke arah atas de• ngan sudut tertentu. Pada umumnya lampu-lampu uplight diletakkan pada bagian dasar, seperti lantai, trotoar, maupun di atas tanah atau rumput, dengan maksud menyinari objek-objek yang ber• ada di atasnya. Lampu uplight juga sangat sering diletakkan di dinding clan kolom untuk membe• rikan aksentuasi pada kedua elemen arsitektur tersebut.
2. downlight(arah cahaya ke bawah) Hampir senad~ dengan armatur lampu uplight, armatur lampu downlight memiliki karakter yang sama, namun dengan arah cahaya sebaliknya, yaitu
I 11
73
74
Desain Pencahayaan Arsitektural
·--------------------------------------------------------------------·
_Sumber Cahaya dan Armatur Lampu Eksterior
------------------------~~-
cahaya yang datang dari atas ke arah bawah. Biasanya lampu downlight diletakkan pada langit• langit untuk penerangan umum (general lighting) dan untuk menciptakan kesan yang bersih pada langit-langit (clean ce111ing). Selain untuk meme• nuhi tuntutan estetika desain, langit-langit yang bersih dari berbagai peralatan lampu yang me• nonjol juga sangat mendukung dalam menciptakan akustik ruang yang baik. Gambar 3.15 Jiko dibondingkon dengon downlighl reaesed, ormotur downlighlyang diletokkon podo permukoon longil· Ion git lebih mudoh untuk dipindohkon
Gambar 3.14 Aroh cohoyo ke bowoh (downlig!,~
Seperti halnya uplight, lampu downlight juga da• pat diletakkan di dinding dan kolom untuk men• ciptakan aksentuasi maupun variasi pola cahaya. Untuk tujuan tersebut, berbagai variasi armatur dapat digunakan dengan tetap memperhatikan kesatuan desain armatur lampu dengan desain arsitektur yang telah dibuat oleh arsitek yang ber• tanggung jawab terhadap desain secara keseluruh• an. Pada lampu downlight, sumber cahaya yang biasa digunakan adalah kelompok lampu incandescent, seperti lampu pijar, halogen, dan lampu fluoresens kompak. Beberapa armatur lampu memang dide• sain untuk dapat menampung lebih dari satu sum• ber cahaya agar intensitas cahaya yang dihasilkan menjadi semakin besar.
3. diffuse (arah cahaya menyebar) Cahaya dengan arah menyebar atau diffuse me• rupakan pencahayaan yang paling sering diapli• kasikan, terutama pada hunian. Arah cahaya yang menyebar secara merata atau baur sesungguhnya dapat dicapai tanpa menggunakan rumah lampu atau langsung dari sumber cahaya (kecuali untuk tipe reflektor, seperti PAR, MR, dan R). Meskipun begitu, rumah lampu tetap dibutuhkan untuk me• maksimalkan intensitas cahaya agar dapat menye• bar dalam jangkauan yang lebih luas. Di samping itu, rumah lampu juga dibutuhkan untuk me• minimalkan efek silau yang dihasilkan oleh sum• ber cahaya. :B;asanya material yang digunakan untuk mereduksi kesilauan sekaligus memproduksi j
1s.
76
Desain Pencahayaan Arsitektural
·
·--------------------------------------------------------------------· cahaya yang lembut adalah kaca susu, plastik semitransparan, dan kaca kristal.
Sumber Cahaya dan Armatur Lampu Eksterior
77
· --------------------------------------------------------------------
Untuk menciptakan distribusi cahaya yang merata, armatur lampu biasanya akan digantung, baik pada langit-langit, pada permukaan dinding, atau pada tiang untuk pencahayaan ruang luar. Penggunaan lampu gantung untuk menunjang pencahayaan dengan arah merata berfungsi untuk menghindari bayangan yang ditimbulkan oleh perlengkapan lampu yang berada di bawahnya. Dengan meng• gantung lampu, bidang-bidang permukaan yang berada di sekitamya dapat diterangi secara merata.
Gambar 3.17 Pencahayaan baur dibutuhkan untuk memberikon kesan yang datar, terutama bogi kebutuhan fungsional (Foto: Wiyatiningsih)
3.2.3 Berdasarkan Sudut Cahaya Dalam memenuhi berbagai tuntutan desain penca• hayaan, tipe armatur lampu pun selalu mengalami per• kembangan. Pada pencahayaan eksterior, dengan ber• bagai jenis objek arsitektural dan lanskap yang harus diakomodasi, armatur lampu dapat dikelompokkan berdasarkan sudut cahaya yang dihasilkan. Dengan perbedaan sudut cahaya, perancang dapat mernbe• dakan pencahayaan berdasarkan dimensi objek yang akan diberi efek cahaya.
Gambar 3.16 Arah cahaya baur /menyebar ( diffuse,
Kebutuhan bagi pencahayaan baur dilakukan untuk menciptakan ruang dengan kesan datar clan terkadang monoton. Hal ini memang lebih di• tujukan pada pemenuhan kebutuhan cahaya secara kuantitatif bagi berbagai kegiatan yang berlang• sung.
Berdasarkan sudut cahaya, armatur lampu dapat di• kelompokkan ke dalam tiga bagian, yaitu 1.
1
i
armatur spothght(Iampu sorot) Lampu sorot digunakan untuk memberikan aksen• tuasi pada sebuah objek atau detail yang spesifik clan memiliki dimensi yang kecil. Dengan pola cahaya yang berbentuk lingkaran clan sudut ca• haya yang kecil (s 300) lampu sorot sering diapli• kasikan pada pencahayaan eksterior dengan tujuan untuk menonjolkan objek-objek eksterior, seperti
ii
78
Desain Pencahayaan Arsitektural patung, air mancur, vegetasi (dengan dimensi dan tajuk yang relatif kecil), kolam, dan detail-detail arsitektural.
Gambar 3.18 Contoh ormotur lompu spotlight (Sumber: Unilamp Exterior Product Guide for Light + Building)
Sumber Cahaya dan Armatur Lampu Eksterior
79
2. arm.atur .ioodlight Floodlight merupakan sebuah lampu sorot dengan sudut cahaya yang lebih besar jika dibandingkan dengan spotlight. Untuk menghasilkan cahaya de• ngan sudut lebar, rumah lampu yang digunakan biasanya berbentuk kotak, hal ini sekaligus mem• buat floodlight menghasilkan pola cahaya yang sesuai dengan rumah lampunya. Dengan sudut cahaya yang lebar, floodlight sangat menunjang pencahayaan yang ditujukan pada objek-objek yang lebih besar, seperti patung, pohon (dengan dimensi dan tajuk yang lebih lebar), fasad, sampai pada atap bangunan. Untuk mempermudah proses instalasi dan meng• arahkan lampu sesuai dengan kemiringan yang dibutuhkan, lampu floodlight biasanya dilengkapi dengan rotator. Rotator memungkinkan proses ro• tasi dilakukan pada armatur lampu secara vertikal maupun horizontal. Beberapa pabrik lampu bah• kan sudah melengkapi rotator dengan sudut ke• miringan yang dapat dikunci sehingga tingkat akurasinya menjadi lebih tinggi.
Gambar 3.19 Aplikosi ,potlightpodo pencohoyoon eksterior (Sumber: Unilamp Exterior Product Guide for Light + Building)
Gambar 3.20 Contoh lompu floodlight (Sumber: ERCO Program 2006/07)
...
80
Desain Pencahayaan Arsitektural
Sumber Cahaya dan Armatur Lampu Eksterior
81
·-------------------------------------------------------------------diletakkan pada titik tengah dinding dengan menggunakan tiang (pole). Kondisi ini secara visual akan merusak desain arsitektural secara keseluruhan dan mengganggu pergerakan orang. Tidak hanya bidang dinding vertikal, bidang dinding secara horizontal pun dapat dijangkau dengan armatur wallwasher jenis lain. Armatur lampu jenis ini akan memiliki dimensi yang lebih lebar pada sisi horizontalnya, dan sebaliknya, relatif lebih kecil pada sisi vertikalnya.
Gambar 3.21 Aplikasi lompu floodlight poda pencohayaon eksterior (Sumber: ERCO Program 2006/07)
3. armatur wallwasher Sesuai dengan namanya, wallwasher atau "penyi• ram dinding" digunakan untuk memberikan ak• sentuasi pada permukaan bidang vertikal (din• ding). Wallwasher memiliki sudut cahaya yang sangat lebar dan lebih besar jika dibandingkan dengan floodlight, namun mempunyai pola cahaya yang sama, yaitu segiempat.
Gambar 3.22 (ontoh lompu wallwasher (Sumber: ERCO Program 2006/07)
Untuk dapat menjalankan fungsinya sebagai pe• nyiram dinding, tanpa harus merusak tampilan secara keseluruhan akibat peletakan lampu dan penggunaan tiang, beberapa wallwasher didesain dengan rumah lampu asimetris. Bentuk ini akan mampu menghasilkan cahaya yang lebih luas dengan peletakan lampu yang lebih rendah sehingga armatur lampu dapat disembunyikan pada elemen arsitektur maupun lanskap.
Gambar 3.23 Perbondingan lampu floodlight don wollwosherdolom menerongi bidong vertikol
Pada perkembangannya, wallwasher dengan re• flektor lampu asimetris telah dapat diaplikasikan sebagai lampu recessed, yang diletakkan rata dengan permukaan bidang (lantai, trotoar, langit• langit, dan
Jika menggunakan lampu floodlight (yang merni• liki rumah lampu berbentuk simetris) sebagai pe• nyiram dinding, untuk menerangi elernen per• mukaan dinding secara merata, lampu harus
l
i
82 ·---
Desain Pencahayaan Arsitektural
------------------------------------------------· (Gambar 3.24). Peletakan lampu di pennukaan tanah juga membuat lampu dapat berperan sebagai elemen pengarah sirkulasi, baik pada malam hari melalui cahaya yang dihasilkan rnaupun pada siang hari melalui armatur lampu (Gambar 3.25).
Gambar 3.24 Lompu wol/wosher reaesed, boik podo permukoan lontoi {in• grount!J maupun podo permukoon longit-longit
Sumber Cahaya dan Armatur Lampu Eksterior
Selain memiliki jenis yang dapat diletakkan di permukaan tanah, lampu wallwasher juga dapat diletakkan di langit-langit (ceiling) clan rata de• ngan bidang permukaan seperti halnya lampu downlight. Dengan cahaya langsung yang meng• arah ke permukaan dinding, ruang di sekitamya juga akan mendapatkan cahaya yang lembut mela• lui pencahayaan tidak langsung yang dipantulkan di dinding. Dengan penggunaan wallwasher yang diletakkan pada langit-langit dan permukaan ta• nah/lantai, aksentuasi pencahayaan dan pencaha• yaan fungsional dapat dicapai secara bersamaan.
3.2.4 Berdasarkan Pelefakan Armafur Pada pencahayaan arsitektural eksterior, tipe armatur lampu dapat dikelompokkan berdasarkan tempat pele• takan armatur lampu. Tempat peletakan lampu dapat berupa bidang horizontal (lantai dan langit-langit), bidang vertikal (dinding dan kolom), maupun elemen arsitektural lainnya, baik secara langsung maupun dengan berbagai alat bantu seperti tiang. Pada bahasan ini, tipe-tipe armatur lampu berdasarkan peletakannya dikelompokkan ke dalam beberapa bagian, yaitu
1. annatur wall lightllampu dinding Gambar 3.25 Lompu wailwasher recce sed in-ground mompu menerangi dinding tonpo menyiloukan pejolon koki
83
·--------------------------------------------------------------------
Wall light merupakan lampu yang dirancang untuk dapat diletakkan di pennukaan dinding maupun kolom. Lampu-lampu tersebut dapat me• rupakan lampu dengan arah cahaya ke atas ( up• light), ke ba~ah (downlight), menyebar (diffuse), maupun kombinasi antara uplightdan downlight.
84
Desain Pencahayaan Arsitektural
------------------------------------------------------·
Sumber Cahaya dan Armatur Lampu Eksterior
85
·--------------------------------------------------------------------· 3. arm.atur suspension (lampu gantung) Lampu gantung sering menjadi bagian dalam de• sain pencahayaan interior, baik sebagai pencaha• yaan fungsional maupun sebagai pencahayaan dekorasi. Pada ruang luar, lampu gantung lebih sering digunakan sebagai pencahayaan fungsional yang diletakkan pada bagian teras/beranda ba• ngunan, maupun digantungkan pada balok-balok kantilever.
Gambar 3.26 Arrnotur lornpu wo/1 /ig/,t yang diletokkon di perrnukoon bidang verlikol {Sumber: Ing. Castaldi lluminazione General Catalogue 1 /2005)
Pada perkembangannya, banyak variasi lampu gantung yang digantung bukan pada langit-langit, tetapi pada tiang. Beberapa produk mengelompok• kan lampu gantung sebagai suspension dan yang lainnya mengelompokkan lampu gantung sebagai pendant (anting-anting), namun pada dasamya keduanya memiliki makna yang sama.
2. annatur step lightllam.pu tangga Step lightatau lampu tangga digunakan untuk me• nerangi anak tangga dengan membentuk pola ca• haya tertentu agar tangga dapat diakses dengan baik. Selain untuk menciptakan citra visual yang baik, lampu tersebut juga berfungsi untuk mening• katkan keselamatan setiap orang yang melalui anak-anak tangga tersebut. Karena dimensi anak tangga relatif kecil (30-40 cm), sumber cahaya yang digunakan untuk meneranginya merupakan sumber cahaya dengan intensitas cahaya yang kecil. Beberapa produsen telah menggunakan LED sebagai sumber cahaya step light.
Gambar 3.28 Lampu gontung otou suspension otou pentlontyong digunokon podo pencohoyoon ruong luor
-~~~ . , 4. armatur pole Jightingll.ampu tiang Pole lightin&,_ merupakan lampu eksterior yang sering digunakan pada penerangan jalan, jalur pe• jalan kaki, maupun taman. Penggunaan tiang di-
Gambar 3.27 Armolur lornpu step /ightyong diletokkon di tonggo ~
i
86
Sumber Cahaya dan Armatur La_~p~-~~~terio-r-----------------------~~
·----------------------------
Desain PencahayaanArsitektural tujukan untuk mengatur letak lampu agar mampu menghasilkan cahaya dengan jangkauan yang lebih luas. Tiang pada ruang luar berperan seperti langit-langit dan dinding pada bangunan. Variasi tinggi tiang sangat tergantung dari luas area yang akan diterangi, apakah sebuah jalan be• sar, atau hanya jalur pejalan kaki dengan lebar yang tidak lebih dari 2 meter. Karena fungsinya sebagai penerangan jalan dan jalur pejalan kaki, lampu tiang harus diletakkan di tepi jalur sirkulasi tersebut, dan untuk menjangkau area cahaya yang lebih luas, perpanjangan dengan sistem kantilever dan gantung perlu diterapkan. Beberapa produk lampu tiang telah hadir dengan variasi desain yang menarik yang berarti bahwa lampu tersebut tidak hanya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan fungsional saja. Lampu tiang yang hadir tanpa elemen horizontal (kantilever) sering disebut lampu kolom (column light).
Gambar 3.30 Lampu tiang bagi penerangan laman dan jalur pejalan koki
i
i
I
·I Gambar 3.29 Variasi lampu tiang atau lampu kolom (Sumber: Unilamp Exterior Product Guide for Light + Building)
Gambar 3.31 Lompu kolom menegoskan 011a11ta11 jalur sirkula1I
88
Desain Pencahayaan Arsitektural 5. armatur bollard Pada dasamya, bollard merupakan salah satu ben• tuk dari lampu tiang atau lampu kolom, namun dengan dimensi yang lebih kecil. Bollard lebih difungsikan pada pencahayaan jalur pejalan kaki dan taman. Karena ukurannya yang pendek, seki• tar 20 cm - 1 meter dan berada di bawah garis pan• dang manusia, bollard lebih banyak menghasilkan pencahayaan tak langsung dan mengarah pada bidang horizontal, baik lantai, trotoar, tanah, maupun permukaan rumput. Sedangkan untuk pola cahaya yang dihasilkan, sebagian bollardmenghasilkan cahaya dengan arah menyebar (biasanya digunakan pada taman) dan sebagian lainnya menghasilkan cahaya dengan satu arah, dua arah, clan empat arah sebaran dari sumber cahaya. Untuk menjalankan peran sebagai floodlight, bollard biasanya menggunakan sumber cahaya metal halida maupun halogen, sedangkan untuk menghasilkan cahaya yang menyebar, bollard menggunakan sumber cahaya fluoresens kompak.
..' ,·:;· · I
Sumber Cahaya dan Armatur Lampu Eksterior ------------------------~~
·-----------------------------------------
Gambar 3.33 Bol!orddopot digunokon untuk mempertegos jolur pejolon koki
6. armatur underwatedlampu bawah air Lampu bawah air didesain sebagai elemen penca• hayaan pada water feature dan kolam. Secara fisik, armatur lampu harus dapat menjamin keamanan sumber cahaya agar air tidak masuk ke dalam ru• mah lampu. Lampu bawah air memiliki beberapa jenis lampu, seperti recessed, floodlight, serta spot• light, untuk tujuan pencahayaan yang berbeda. Recessed lamp diletakkan rata dengan permukaan dasar kolam maupun permukaan dinding kolam untuk menerangi objek di atasnya serta untuk membentuk pola cahaya pada permukaan air. Sedangkan lampu floodlight dan spotlight lebih sering digunakan untuk memberikan aksentuasi pada elemen patung, air mancur, atau air terjun.
.
Gambar 3.32 Bo//ordmerupokon ormotur khns lompu eksterior (Sumber: ERCO Program 2006/07)
~
~""\f
.
lj
0 .
.
Gambar 3.34 Lompu bowoh air horus memiliki ketohonon yang kuot terhodop tekonon air don efek korosi (Sumber: Ing. Castaldi lluminazlone General Catalogue 1/2005)
90
Sumber Cahaya dan Arrnatur Lampu Eksterr·or
·---------------------------------------------
Desain Pencahayaan Arsitektural
yang tertutup dengan rapat agar mampu mencegah terjadinya pengembunan. Air atau embun yang ter• perangkap selain dapat menyebabkan korsleting d~ memperpendek usia lampu, juga dapat merusak kuali• tas cahaya yang dihasilkan.
3.2.5 PerfimbanganPemilihan Armatur Lampu Armatur lampu dirancang sebagai tempat untuk setiap sumber cahaya agar dapat berfungsi dengan baik. Oleh karena itu, bentuk dan ukuran armatur lampu sangat ditentukan oleh jenis, tipe, dan ukuran sumber cahaya yang akan ditanggungnya. Beberapa pabrik lampu memproduksi armatur lampu yang dapat digunakan pada berbagai jenis sumber cahaya secara bergantian. Produk semacam ini memungkinkan desainer pen• cahayaan (lighting designer) untuk merancang ber• bagai efek cahaya dengan menggunakan armatur lampu yang sama.
Beberapa lampu (sumber cahaya) telah dilengkapi dengan material yang tahan terhadap berbagai kondisi cuaca dan lampu tersebut juga kedap air, contohnya lampu incandescent tipe PAR 36 dan PAR 38. Dengan demikian, lampu-lampu tersebut tidak membutuhkan rumah lampu untuk melindunginya. Bahkan, kedua tipe pAR tersebut tidak lagi membutuhkan reflektor karena sudah dirancang sebagai lampu sorot dengan sudut cahaya tertentu. Kelebihan tersebut membuat lampu PAR 36 dan PAR 38 sering digunakan sebagai elemen pencahayaan eksterior yang praktis dan efi• sien. Kebutuhan utarna bagi kedua lampu ini hanyalah soket untuk tempat peletakan untuk pengaturan sudut kemiringan lampu.
Pemilihan armatur lampu, selain mempertimbangkan distribusi cahaya, arah cahaya, dan sudut cahaya yang dihasilkan, juga harus memperhatikan kondisi fisik armatur lampu. Kondisi fisik armatur lampu terkait dengan bahan yang digunakan, kemudahan instalasi, dan perlengkapan armatur yang menunjang keamanan dari berbagai tindakan pencurian dan perusakan yang mungkin terjadi.
Pemilihan lampu yang kedap air kadang kala memun• culkan permasalahan lain. Armatur lampu yang serba tertutup memang berguna untuk mencegah masukn~~ air ke dalam rumah lampu, namun di sisi lain kondisi tersebut dapat mengakibatkan kurangnya sirkulasi udara yang dibutuhkan untuk membuang udara panas yang dihasilkan oleh sumber cahaya. Panas_yang ter• jebak di dalam rumah lampu, terutama ke~1ka _meng• gunakan lampu dengan daya listrik yang nnggi, akan menyebabkan lampu cepat rusak.
Pada pencahayaan eksterior, armatur lampu harus dapat bertahan terhadap berbagai kondisi ruang luar, baik hujan, panas, serta pada keadaan yang meng• akibatkan terjadinya korosi. Untuk itu, pemilihan armatur juga harus mempertimbangkan material yang digunakan, misalnya apakah armatur tersebut terbuat dari aluminium atau stainless steel Air akan menjadi permasalahan dalam pengoperasian dan perawatan lampu-lampu eksterior. Armatur yang kedap air atau yang memiliki sistem pembuangan air di dalamnya harus menjadi pilihan utama untuk masalah tersebut. Armatur lampu harus memiliki lensa
Dalam desain a~atur lampu, pertimbangan ke~udah~ an proses instalasi dan keamanan lampu senng kah bertolak belakang. Untuk mendapatkan armatur lam-
1
91
92
Desain Pencahayaan Arsitektural
-- -----------------------------------------------------· pu yang mudah dalam pemasangan dan pemindahan• nya, dibutuhkan desain yang sederhana dan tanpa penguncian. Sedangkan untuk meningkatkan kearnan• an lampu dari tindakan pencurian dan perusakan, larnpu harus dapat dikunci dan menyatu dengan bi• dang peletakannya, baik pada lantai, trotoar, dinding, maupun langit-langit. Meskipun begitu, beberapa pro• duk telah mampu memenuhi kedua tuntutan tersebut dengan desain yang dihasilkannya.
BAB4 Konsep Pencahayaan Eksterior
Pemahaman mengenai konsep pencahayaan eksterior sebaiknya dimulai dengan pemaharnan terhadap elemen• elemen eksterior. Bab 1-3 telah mencoba membahas permasalahan pencahayaan dan arsitektur, baik hal• hal yang mendasar maupun perrnasalahan yang lebih spesifik terhadap jenis-jenis sumber cahaya dan arma• tur lampu. Pada bab ini, pembahasan mengenai konsep pencaha• yaan akan menjadi penekanan utama. Pembahasan mengenai konsep pencahayaan arsitektur akan dileng• kapi dengan tinjauan elemen-elemen eksterior, baik pelingkup bangunan (building envelope), ruang sir• kulasi, plaza, elemen vegetasi dan fitur air.
4.1
ELEMEN-ELEMENEKSTERIOR
4.1.l fasad
t
ii
Fasad merupakan bagian dari bangunan yang menam• pilkan citra visual bangunan tersebut. Sebagai bagian pembentuk kesan visual, fasad atau wajah bangunan harus mendapatkan perhatian khusus dalam proses perencanaan darl" perancangannya. Penekanan desain pada fasad pada umumnya dibentuk melalui beberapa elemen, misalnya permainan elemen garis dan bidang, permainan elemen dekoratif dan detail, penggunaan
94
Desain PencahayaanArsitektural
·--------------------------------------------------------------------· material, dan permainan maju-mundur (setback) ba• ngunan. Berikut adalah penjelasan mengenai elemen• elemen yang digunakan untuk desain pada fasad. 1. Elemen Garis dan Bidang Elemen garis pada fasad sangat sering digunakan dalam perancangan, baik pada bangunan korner• sial, perkantoran, bahkan pada rumah tinggal. Elemen garis memang mampu menciptakan karak• ter yang kuat pada sebuah bangunan. Garis ver• tikal, misalnya, mampu membuat sebuah bangun• an terlihat lebih tinggi dari kondisi sebenamya. Garis-garis vertikal biasanya dibentuk oleh deretan kolom struktur yang memang mengarah ke bagian luar bangunan, dengan elemen dinding yang ada di bagian dalam. Selain kolom struktur, garis-garis vertikal juga biasa dibentuk oleh elemen bukaan seperti jendela.
Gambar 4.1 Fasad sebuah apartemen di Hong Kong memperlihotkan goris• goris horizontal yang lebih dominon
Konsep PencahayaanEksterior
95
·-----------------------------------------------Seperti halnya garis vertikal, garis horizontal juga sering kali dibentuk oleh struktur balok yang di• rancang lebih menjorok ke arah luar dibandingkan dengan elemen dindingnya. Elemen jendela juga sangat sering digunakan untuk mempertegas garis horizontal pada fasad. 2. Elemen Dekoratif dan Detail Dalam upaya peningkatan nilai estetika bangunan, para arsitek sering kali "bermain-main" dengan elemen dekoratif dan detail. Kedua elemen ter• sebut sering hadir sebagai sebuah penekanan pada berbagai pertemuan. Pertemuan kolom struktur dengan balok struktur, misalnya, sering kali men• dapatkan penekanan dengan elemen dekoratif dan ditampilkan dengan lebih jelas dengan detail ter• tentu. Batasan struktur vertikal dan horizontal pun menjadi semakin jelas dengan adanya penekanan• penekanan tersebut.
Gambar 4.2 Ornomen don detoil yang mendeminusi fasod menciplokon korokler yong 1011!1111 kuat pada Kotndrol Koeln, Jerman
.
96
Desain Pencahayaan Arsitektural
Konsep Pencahayaan Ekstenor
·------------------------------
fasad. Sedangkan secara biologis, pertumbuhan jamur, lumut, cendawan, dan sebagainya dapat merusak tampilan visual yang telah tertuang dalam konsep perancangan.
Demikian pula halnya dengan pertemuan dinding dengan langit-langit, dinding dengan lantai, balok dengan dinding, kolom dengan lantai, kolom dengan langit-langit, dan seterusnya. Pada bangunan-bangunan lama, penggunaan elemen dekoratif dan permainan detail lebih banyak ditemui. Seperti yang tampak pada Gambar 4.2, seluruh fasad dihiasi oleh omamen dan detail yang merupakan suatu rangkaian kisah masa lalu. 3. Material clan Tekstur Sebagai bagian dari finishing bangunan, pemilihan material sangat menentukan dalam pembentukan citra visual. Dengan demikian, pemilihan material dan tekstur tertentu tidak dapat dilepaskan dari konsep perancangan arsitektur secara keseluruhan. Bangunan dengan konsep natural, misalnya, sering kali dihadirkan dengan berbagai material alam, seperti batu kali, batu candi, kayu, bambu, dan sebagainya. Berbeda dengan hal tersebut, konsep futuristik lebih didominasi oleh material buatan seperti stainless steel dan aluminium. Kehadiran material-material tersebut dapat memperkuat ka• rakter bangunan atau bahkan memperlemah jika komposisinya salah. Secara fungsional, material pada fasad tidak hanya berperan dalam penciptaan kualitas visual yang baik. Namun, material yang dipilih juga harus mampu melindungi bangunan dari berbagai kon• disi cuaca yang dapat menimbulkan kerusakan dengan proses kimiawi dan biologisnya. Proses kimia yang menghasilkan korosi, misalnya, dapat mengganggu kekuatan material dan mengganggu tampilan visual dengan noda yang muncul pada
97
--------------------------------------·
Material yang digunakan pada kulit bangunan juga akan memengaruhi kenyamanan di dalam bangun• an tersebut. Kenyamanan termal, misalnya, sangat dipengaruhi oleh suhu dan pencahayaan ruang. Tanpa adanya pertimbangan yang baik dalam pe• milihan material pada kulit bangunan, kernampu• an material dalam menyerap panas, memantulkan panas, menyerap cahaya, dan memantulkan caha• ya, bisa menjadi tidak sejalan dengan kebutuh~. Sebagai contoh, kebutuhan akan ruang yang lebih dingin tentunya tidak akan terpenuhi jika material yang digunakan justru material yang memiliki sifat menyerap dan menyimpan panas.
r~~ · .. i~_·. '
,..
't.,;
.···
.
Gambar 4.3 Material don tekstur podo kulit bongunon turut membentuk korokter bongunon tersebut
Dalam arsitekttlr, material merupakan hal yang tidak terpisahkan dengan tekstur. Ketika kita me• milih suatu material yang akan digunakan sebagai
ii
98
Desain Pencahayaan Arsitektural
Konsep PencahayaanEksterior
·--------------------------------------------------------------------·
·------------------------------------4.1.2 Ruang Terbuka/Plaza
kulit bangunan, tekstur material tersebut akan turut memengaruhi tampilan visual fasad secara keseluruhan. Dengan demikian, pemilihan mate• rial harus betul-betul menjadi bagian dalam kon• sep perancangan secara utuh.
-------------------!~
Sebagai sebuah ruang yang dibentuk dari kehadiran beberapa bangunan, sebuah plaza dapat berperan seba• gai ruang publik yang representatif dan akomodatif. Berbagai kegiatan publik seperti duduk santai, ber• main, dan lain sebagainya dapat diakomodasi dengan penyediaan tempat duduk, ruang yang cukup luas, dan elemen-elemen lanskap yang mampu menciptakan kenyamanan, termasuk kenyamanan visual, seperti pa• tung, kolam, air mancur, pepohonan, dan sebagainya.
4. Permainan Setback Permainan setback (maju-mundur) bangunan sering kali dilakukan perancang untuk mendapat• kan suatu komposisi tertentu. Permainan maju• mundur sering ditemui pada batas antara bangun• an dengan batas persil maupun jalan, serta pada fasad untuk menciptakan kesan ruang pada tam• pilan bangunan, atau sekadar menciptakan efek pembayangan.
Faktor kenyamanan dan keamanan juga turut dipe• ngaruhi oleh kualitas dan skala ruang yang ada serta material dan tekstur permukaan yang digunakan. Skala ruang sering kali turut menentukan kualitas sebuah plaza. Sedangkan material dan tekstur permukaan, atau pekerasan, dapat mengurangi tingkat kesilauan akibat pantulan cahaya matahari. Di samping itu, material dengan tekstur kasar dapat mencegah ter• jadinya kecelakaan pada saat hujan.
Dalam menciptakan ruang-ruang fungsional, per• mainan kedalaman pada fasad sering kali tampil pada elemen balkon, khususnya pada bangunan hunian komersial, seperti hotel dan apartemen. Selain itu, permainan kedalaman fasad juga mam• pu mengurangi kekakuan yang dihasilkan dari bentuk geometri kotak pada sebuah bangunan.
.\ I
Gambar 4.4
Permoinon kedolomon podo fosod mompu mengurongi kekokuon bongunon
11
Gambar 4.S
Plaza yang dibentuk oleh mosso bongunon menghodirkon ruong yang representotif ketiko dipodukon dengon elemen-elemen olom, seperti vegetosi don air (Foto: Wiyatiningslh)
'
I 00
Desain Pencahayaan Arsitektural
--
----------------------------------------------------------4.1.3 JalurSirkulasi Secara fungsional, jalur sirkulasi digunakan untuk menghubungkan satu ruang dengan ruang lainnya. Dalam skala bangunan, ruang-ruang tersebut dapat berupa ruang-ruang yang berada di dalam suatu ba• ngunan, ruang-ruang di luar bangunan, dan ruang• ruang di antara dua bangunan atau lebih. Sedangkan dalam skala kota, jalur sirkulasi berperan sebagai penghubung satu area dengan area lainnya atau satu kawasan dengan kawasan lainnya. Perbedaan skala tersebut akan berpengaruh pada tipe• tipe jalur sirkulasi dan alat transportasi yang akan di• gunakan. Untuk ruang-ruang kecil dengan jarak yang relatif dekat, misalnya, dapat diberikan jalur sirkulasi bagi pejalan kaki, sebaliknya untuk tipe sirkulasi yang lebih besar, kebutuhan alat transportasi bermotor pun menjadi suatu tuntutan dalam pencapaian ruang. Dengan kata lain, jenis transportasi yang digunakan akan memengaruhi pola sirkulasi, dimensi ruang sir• kulasi, dan material yang akan digunakan bagi pe• kerasan jalur sirkulasi tersebut. Secara umum, sesuai peruntukannya, jalur sirkulasi dapat dibagi menjadi tiga jalur, yaitu 1. jalur pejalan kaki (pedestrian walkwaY), 2.
jalur kendaraan tak bermotor, dan
3. jalur kendaraan bermotor. Dalam bah ini, pembahasan akan lebih ditujukan pada jalur sirkulasi yang diperuntukkan bagi pejalan kaki. Jalur pejalan kaki merupakan bagian yang tak ter• pisahkan dalam desain lanskap atau eksterior ba• ngunan. Jalur yang disediakan bagi berlangsungnya
Konsep PencahayaanEksterior
·
·--------------------------------------------------------- -pergerakan manusia dari satu ruang ke ruang lainnya ini memiliki peran vital dalam menjamin kelang• sungan aktivitas di dalam ruang. Tanpa adanya jalur sirkulasi, kita tidak dapat mencapai ruang untuk ber• aktivitas. Untuk itu, faktor keamanan, keselamatan, dan kenyamanan menjadi pertimbangan penting dalam suatu desain. Dimensi ruang sirkulasi akan ditentukan oleh banyak• nya orang yang akan melalui jalur sirkulasi tersebut, baik secara berdampingan maupun berpapasan. Hal ini sangat terkait dengan kenyamanan dan tingkat kece• patan pergerakan. Lehar minimal jalur pejalan kaki adalah 120 cm. Lehar ini memungkinkan jalur untuk dilalui dua orang secara bersamaan. Keamanan peng• guna jalur pejalan kaki, dalam kaitannya dengan tin• dak kriminal yang mungkin terjadi, akan berpengaruh pada kepercayaan terhadap jalur sirkulasi tersebut. Tingkat keamanan yang rendah akan menyebabkan intensitas penggunaan jalur pejalan kaki menurun, demikian juga dengan hal sebaliknya. Faktor keselamatan sangat terkait dengan keamanan saat melakukan pergerakan, terutama pergerakan de• ngan kecepatan tinggi. Pemilihan material menjadi salah satu elemen yang akan memengaruhi tingkat keselamatan orang yang melaluinya. Material yang licin pada jalur pejalan kaki, misalnya, akan menye• babkan orang mudah tergelincir. Desain jalur pejalan kaki, baik pola sirkulasi, ketinggian, lebar, dan elemen-elemen pembatas ruang sirkulasi, menjadi bagian yang turut memengaruhi tingkat keselamatan. Faktor kenyamanan sesungguhnya sangat dipengaruhi oleh bagaimana jalur sirkulasi tersebut mampu meme-
IO I .
102
Desain Pencahayaan Arsitektural
---------------------------------------------------------· nuhi tuntutan penggunanya. Dengan demikian, faktor ini akan lebih bersifat subjektif karena tiap individu akan mempunyai penilaian yang berbeda. Namun, beberapa hal yang dapat menjadi pertimbangan dalam menciptakan kenyamanan bagi pengguna adalah per• timbangan pada faktor psikologis clan fisiologis. Secara psikologis, sajian visual yang menarik, baik peman• dangan sekitar maupun pola pekerasan yang indah, akan memberikan kenyamanan bagi penggunanya. W ewangian dari berbagai tanaman yang ada di se• panjang jalur pejalan kaki pun dapat menemani para pengguna saat mencapai tempat tujuannya.
.Konsep Pencahayaan Eksterior
-------------------------------------~~!.
kan. Di sisi lain, material juga akan berpengaruh pada tingkat panas yang dikeluarkan pekerasan dan secara tidak langsung turut memengaruhi tingkat kenyaman• an.
Gombar 4.7 Tanggo memungkinkan penggunonya mencapai ruong-ruong dengon perbedaan elevosi
Gambar 4.6
Jolur pejolon koki yong nyomon don aman okon menumhuhkan minat para pejolon kaki untuk menggunokonnyo
Secara fisiologis, jalur tersebut akan memengaruhi fisik seseorang. Misalnya, dengan adanya elemen peneduh, baik berupa pepohonan, maupun atap, pengguna dapat terlindung dari sengatan cahaya matahari dan guyuran air hujan. Demikian halnya dengan penggunaan mate• rial yang diperuntukkan bagi pekerasan. Material yang dapat mereduksi pantulan cahaya tentu akan mengu• rangi ketidaknyamanan akibat cahaya yang menyilau-
Selain menghubungkan ruang-ruang secara horizontal, jalur pejalan kaki juga berperan untuk menghubung• kan ruang-ruang secara vertikal atau ruang-ruang yang memiliki perbedaan elevasi. Pada umumnya, per• bedaan elevasi tersebut diatasi dengan penyediaan jalur sirkulasi vertikal, seperti tangga dan ramp (jalur melandai). Dalam menjalankan fungsinya, jalur sir• kulasi vertikal tersebut harus mampu menjamin keselamatan para penggunanya. Misalnya, dengan penggunaan dimensi yang nyaman untuk dilalui, penggunaan material yang tidak licin, terutama pada · saat hujan, dan penggunaan elemen penanda pada
I 04
·-
Desain Pencahayaan Arsitektural
-----------------------------------------------------------· tanjakan clan injakan agar setiap pengguna mengetahui batasan dari tiap-tiap anak tangga. Secara visual, jalur sirkulasi vertikal juga dapat cligunakan sebagai transisi antarruang antara ruang yang renclah clengan ruang yang lebih tinggi.
4.1.4 Vegetasi Elemen vegetasi memiliki peran yang sangat besar bagi kehiclupan manusia clan mahluk hidup lainnya. Selain berperan clalam proses fotosintesis, tanaman juga turut melinclungi manusia dari berbagai konclisi cuaca, baik dari panas terik matahari, terpaan angin, clan clerasnya air hujan. Di sisi lain, tanaman atau vegetasi juga dapat mengurangi tingkat kebisingan, clan polusi udara yang clitimbulkan oleh asap kenclaraan bermotor. Dalam kaitannya clengan permasalahan lingkungan, elemen vegetasi turut berperan dalarn menjaga claerah resapan air tanah clan mencegah terjadinya longsor pada per• mukaan yang tinggi. Selain berbagai peranan penting di atas, secara arsitek• tural, elemen vegetasi kerap cligunakan untuk mencip• takan ruang clan mempertegas jalur sirkulasi. Sebuah pohon clengan tajuk yang lebar akan memiliki kemam• puan untuk menciptakan ruang melalui bayangan yang clihasilkannya. Ruang ini kemuclian climanfaat• kan sebagai area parkir clan area bersantai. Penernpat• an elemen vegetasi clengan pola lingkaran, kotak, segitiga, maupun linear akan menghasilkan ruang se• suai clenganpola-pola tersebut. Beragamnya jenis elemen vegetasi, baik clalamukuran, bentuk, tekstur, serta wama, memungkinkan peran• cang untuk menggunakannya pada berbagai kepen-
_Konsep PencahayaanEksterior -------------------------------------~~~tingan perancangan ruang luar. Perancang dapat menggunakan elemen vegetasi sebagai elemen pene• duh pada sebuah ruang terbuka atau sebagai filter kebisingan pada ruang eksterior yang clekat dengan jalan. Di sisi lain, elemen vegetasi juga dapat diguna• kan sebagai pelapis bidang horizontal clan vertikal, baik sebagai ground coverdengan menggunakan rum• put maupun tanaman semak pada permukaan tanah atau sebagai penutup dinding dengan menggunakan tanaman merambat.
Gombor 4.8 Elemen vegetosi mompu menciptokon keteduhon don kesejukon yang dibutuhkon bogi kenyomonon pengguno ruong lerbuko
Gombor 4.9
Elemen vegetosi dopa! berfungsi sebagoi pembentuk ruang moupun penegos runnq sirkulosi
I 06
Desain Pencahayaan Arsitektural
·--------------------------------------------------------------------· 4.1.5 Elemen Air Air merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam se• buah perancangan lanskap maupun eksterior. Sebagai bagian dari unsur alam, air seolah menyatukan ling• kungan buatan dengan alam. Di daerah perkotaan, kehadiran air pada ruang-ruang terbuka sangat mem• bantu penciptaan kenyamanan, baik yang dihasilkan oleh tampilan visualnya yang mampu menggambarkan keadaan alam dengan suara-suaranya, atau oleh ke• mampuannya untuk menyejukkan dan mendinginkan suasana. Karena mempunyai bentuk yang sangat tergantung pada keberadaan tempatnya, pada perancangan eks• terior, pengolahan elemen air sering kali dikelompok• kan menjadi tiga bagian, yaitu I. kolam
(pool). Kolam merupakan wadah yang menampung air dalam berbagai bentuk clanfungsi, contohnya adalah kolam hias atau kolam renang.
2.
3.
air mancur (fountain). Air mancur sering kali digunakan untuk menciptakan suatu pergerakan yang menarik secara visual dan untuk mencip• takan kenyamanan dan kesejukan. Di samping itu, suara yang dihasilkannya mampu membuat sese• orang merasa dekat dengan alam. air terjun (cascade). Seperti air mancur, air terjun kerap digunakan untuk menciptakan suasana yang nyaman pada sebuah ruang terbuka. Pada bagian ini, pergerakan pada air lebih disebabkan karena gaya gravitasi dan kecenderungan air yang terus mengalir untuk mengisi ruang kosong yang lebih rendah.
· Konsep PencahayaanEk sterior
·---------------------------
107 --------------------------------- ·
Penempatan elemen air serta pemilihan material tentu akan sangat memengaruhi penciptaan suasana ruang luar yang nyaman. Material-material yang mengan• dung unsur alam, seperti batu candi, batu kali, dan sebagainya dapat menciptakan kesan alami yang kuat pada elemen air. Namun, material buatan ~un kera~ mampu menghadirkan suasana yang menarik, s~pert1 penggunaan material kaca sebagai wadah atau bidang vertikal bagi air terjun. Namun, dalam perancangan lanskap dengan elemen air, baik pada sebuah kolam, air mancur, maupun air terjun, perancang juga perlu mempertimbangkan ke• tersediaan cadangan air. Permasalahan lingkungan yang sedang dihadapi oleh dunia global mem~ng me• nuntut kita untuk memanfaatkan air dengan bijaksana. Oleh sebab itu, penggunaan air harus betul-betul mempertimbangkan dampak yang timbul pada ling• kungan. Misalnya, penggunaan air untuk kol~m d~pat terintegrasi dengan perawatan elemen vegetas1sehing• ga air tidak akan langsung terbuang, tetapi d~pa~ di• manfaatkan untuk kepentingan lainnya, atau air tidak terbuang di permukaan, tetapi dapat disimpan sebagai cadangan air tanah.
Gambar 4.10 Permoinon air podo sebuoh desoin lonskop dopa! menciptokon kenyomonon don kesejukon, serto memosukkon elemen olom podo sebuoh ruong terbuko
Desain Pencahayaan Arsitektural
108
Konsep Pencahayaan Eksterior
·--------------------------------
------------------------------~~~
Gambar 4.11
Komposisi air sebagoi elemen cair dengan bidang masif mampu menghadirkan kesan visual yang menarik Gambar 4.12
Pembersihan kolam secara teratur dapat menjaga ke• bersihan air sehingga pergantian air dapat dilakukan dalam jangka waktu yang lebih lama. Sebaliknya, ke• bersihan air yang tidak terjaga akan membuat air menjadi lebih sering diganti. Kondisi ini jelas tidak mendukung upaya penciptaan lingkungan yang ber• kelanjutan.
Air mancur yang dipancarkan secara legak lurus akan menciplakan suasana yang nyaman don baik bagi indra visual, pendengaran, maupun peraba
Sebagai unsur alam yang mampu berperan sebagai reflektor, air yang tenang juga dapat digunakan untuk menciptakan pantulan bagi objek yang ada di sekitar• nya, khususnya bangunan. Adanya pantulan bangunan pada permukaan air dapat menciptakan kesan monu• mental pada bangunan tersebut ketika bayangan dan bangunan bersatu sehingga kesan vertikal bangunan• nya menjadi semakin kuat (Gambar 4.13). Gambar 4.13
Dalam kondisi tenang, air dapal berperan sebagai reflektor
Desain Pencahayaan Arsitektural
110
4.2
MENERJEMAHKAN KONSEP ARSITEKTURAL
Dalam menciptakan suatu sinergi antara desain pen• cahayaan dengan desain arsitektural, desainer penca• hayaan harus mampu menerjemahkan konsep arsi• tektural yang telah dibuat oleh pihak arsitek peren• cana. Tanpa adanya pemahaman terhadap konsep arsi• tektural, kondisi visual yang dihasilkan justru dapat merusak tatanan yang telah dibentuk. Pasalnya, kehadiran pencahayaan seharusnya dapat memperkuat citra visual bangunan, bukan sebaliknya. Sebagaipenegasan, arsitek dan perancang pencahayaan memang harus bekerja sama. Untuk itu, keterlibatan perancang pencahayaan sangat dibutuhkan sejak awal proses perancangan arsitektur. Dengan memiliki pe• mahaman terhadap konsep arsitektural yang sudah dibuat, perancang pencahayaan akan menyusun kon• sep pencahayaan yang dapat mendukung konsep keseluruhan dan kondisi visual yang diharapkan, baik secara kualitas maupun kuantitas. Secara kualitas, konsep pencahayaan yang diusulkan harus mampu menampilkan citra visual yang jauh lebih baik dibandingkan dengan kondisi visual pada siang hari. Sedangkan secara kuantitas, konsep pen• cahayaan harus mampu menunjang berbagai aktivitas yang telah disusun melalui pengolahan ruang oleh arsitek. Dengan demikian, pencahayaan telah mampu menjalankan fungsinya dalam penciptaan kondisi visual lingkungan yang baik. Perancang pencahayaan dituntut untuk memahami berbagai elemen yang ada pada perancangan arsitektur dan lanskap, kualitas ruang, skala ruang, dan berbagai material dan keterkaitannya dengan pencahayaan.
· Konsep Pencahayaan Eksterror
·----------------------------
-----------------------------------·
Kondisi nyata bangunan juga menjadi bagian yang sungguh-sungguh harus dipahami oleh perancang pencahayaan sebelum menyusun konsep pencahayaan.
4.3
KONSEP PENCAHAYAAN EKSTERIOR
4.3.l PencahayaanEksterior Pencahayaan ruang luar melingkupi sebuah area pu• blik sebagai tempat berlangsungnya berbagai kegiatan masyarakat (Lumsden, 1974). Secara umum, pencah~~ yaan ruang luar berfungsi untuk menciptakan kondisi visual yang dapat menunjang berbagai kegiatan di luar bangunan. Pencahayaan ruang luar terbagi menjadi tiga bagian, yaitu 1. pencahayaan fasad (building floodlighting), 2. pencahayaan jalan (street lighting), dan 3. pencahayaan ruang terbuka/taman (park lighting). Berikut adalah penjelasan mengenai ketiga bagian dari pencahayaan ruang luar. 1. Pencahayaan pada Fasad Efek pencahayaan yang diciptakan pada suatu ba• ngunan dapat menimbulkan suatu kesan tertentu, serta dapat menonjolkan detail-detail yang spesifik pada bangunan. Suasana yang membosankan, mu• ram, dan tidak nyaman secara visual tentu akan tercipta apabila pencahayaan pada bangunan mau• pun wajah kota hanya memperhatikan faktor fungsional dan peraturan lampu jalan. Karakter sebuah bangunan dipertimbangkan untuk menjadi sebuah produk bagi bentuknya di dalam elemen• elemen vertikal dan horizontal (komposisi keisti-
111
-~~!
Desain Pencahayaan Arsitektural
-------------------------------------------------· mewaan utama, seperti pintu, jendela, garis atap dan detail-detail dekoratif). Pada siang hari, elemen-elernen ini akan terlihat menonjol dengan adanya bayangan, tekstur permukaan, dan warna, namun pada malam hari elemen-elemen tersebut akan hilang dalam kegelapan (Phoenix). Penca• hayaan dapat digunakan untuk meningkatkan kua• litas suatu bangunan dan menciptakan dekorasi wama yang berbeda dengan warna aslinya. Penca• hayaan juga dapat digunakan untuk menginter• pretasikan hubungan massa, bidang, dan detail bangunan. Penggunaan pencahayaan pada masing• masing elemen tersebut dapat memperbaiki wajah bangunan (Moyer, 1992). Dalam perancangan pencahayaan, efek visual me• rupakan hal yang harus dipertimbangkan karena berkaitan dengan citra yang akan dihasilkan pada bangunan dalam skala mikro dan karakter kawa• san secara keseluruhan pada skala makro. Dalam penciptaan efek visual pencahayaan bangunan, Lumsden (1974) mengatakan bahwa di saat ba• ngunan memiliki suatu bentuk arsitektural yang menentukan, floodlighting (lampu sorot) harus dirancang untuk dapat mendukung bentuknya. Bangunan dengan penekanan pada unsur vertikal harus disinari dari satu sisi, saat garis-garis hori• zontal pada desain lain mungkin menginginkan sebuah perlakuan frontal atau linear. Perencanaan floodlighting yang baik dapat memberikan kesan yang lebih baik bagi sebuah bangunan biasa, atau menciptakan hubungan pada sebuah fasad yang berantakan.
Konsep Pencahayaan Eksterior
----------------------~~~-·
·------------------------------------------
Konsep pencahayaan bangunan sebenarnya adalah untuk menyoroti sebuah fasad (Moyer, 1992). Lebih lanjut Moyer mengatakan bahwa selama pembuatan konsep perancangan, para perancang pencahayaan (lighting designer) perlu mengeva• luasi penampilan bangunan untuk menentukan kepentingan-kepentingannya dalam komposisi ca• haya (luminous) dan merencanakan bagaimana pencahayaan harus me- render bangunan. Penca• hayaan yang tidak baik pada fasad akan merusak penampilan bangunan secara keseluruhan. Arma• tur yang terlalu banyak akan meninggalkan kele• mahan pada efek pencahayaan dan sering kali mengabaikan detail-detail bangunan. Armatur yang terlalu banyak juga dapat menciptakan ting• kat terang yang besar pada satu atau lebih area bangunan atau membuat bangunan terlalu terang sehingga tidak dapat menyatu dengan lingkungan• nya. Penentuan daya lampu atau wama yang salah dapat menimbulkan kelebihan cahaya yang akan menimbulkan ketidakserasian pencahayaan de• ngan material bangunan. Pada prinsipnya, bangun• an yang akan diberi pencahayaan memiliki suatu pengaruh yang kuat pada kawasan. Oleh karena itu, perancang pencahayaan sebaiknya bisa meng• hasilkan efek pencahayaan yang baik. Menurut Moyer, ada tiga elemen pencahayaan yang menentukan keberhasilan efek pencahayaan yang baik pada fasad, yaitu a.
direction (arah) Arah cahaya akan memengaruhi penampilan tekstur, bayangan, dan bagian-bagian penting lainnya. Faktor tersebut juga dapat digunakan
Desain PencahayaanArsitektural
I 14
·--------------------------------------------------------------------· untuk menekankan aspek tiga dimensi sebuah bangunan atau menambahkan kedalaman pan• dangan terhadap bangunan. Arah cahaya yang berbeda akan menciptakan pola cahaya yang berbeda pula. b. intensity (intensitas) Intensitas cahaya digunakan untuk menyeim• bangkan variasi bagian-bagian penting ba• ngunan terhadap letaknya pada site. Para perancang perlu melakukan evaluasi terhadap bagian-bagian bangunan maupun fasad, kemu• dian menyusunnya ke dalam suatu urutan yang dimulai dari bagian-bagian yang terpen• ting untuk memulai perencanaan brightness. c.
color(wama) Warna dapat digunakan membedakan suatu objek dengan objek lainnya. Warna lampu da• pat meningkatkan penampilan bangunan, me• nyeimbangkan, atau membedakannya (con• trast) dengan elemen-elemen perancangan. Warna dapat dimasukkan melalui pergantian tipe lampu dari satu armatur ke armatur lain• nya, atau dengan menambahkan filter wama (color filter). Namun, pengaruh-pengaruh wama yang terlalu kuat atau terlalu bervariasi dapat merusak tampilan bangunan maupun lokasi pencahayaan secara keseluruhan.
2. Pencahayaan Jalan (Street Lighting) Tujuan utama dari pencahayaan jalan bagi pengen• dara dan pejalan kaki adalah untuk menciptakan lingkungan yang kondusif pada malam hari bagi kecepatan, keakuratan, dan kenyamanan (JES
Ek
.
Konsep Pencahayaan stenor ·--------------------------
---------------------------------------·
Lighting Handbook, 1987).Untuk para pengendara motor, pencahayaan jalan yang baik akan mem• bantu mereka melihat detail-detail dengan lebih jelas, menempatkan mereka pada posisi yang pasti, clan menciptakan keselamatan di jalan. Sementara bagi para pejalan kaki, pencahayaan harus dapat membantu mereka melihat detail-detail fasilitas pejalan kaki, mengetahui kehadiran para pejalan kaki lainnya maupun pengendara motor, dan mengenali objek-objek di sekitar mereka. Dengan demikian, setiap objek maupun detail-detail dalam suatu kawasan dapat diterima oleh objek pengli• hatan manusia sehingga terciptalah kenyamanan, keamanan, keselamatan, kecepatan, clan aktivitas pada kawasan tersebut dapat berjalan dengan baik. Prinsip dasar pencahayaan jalan adalah untuk menerangi bidang horizontal atau jalan itu sendiri sehingga pencahayaan dapat memberikan orientasi dan informasi visual kepada pengendara mengenai kondisi yang ada pada jalan tersebut dan arah yang dituju oleh jalan tersebut. Sementara itu, menurut Moyer (1992), pencaha• yaan jalan akan mencakup hal-hal berikut. a. tingkat penerangan. Hal ini tergantung pada lokasi, jumlah pejalan kaki, lalu-lintas ken• daraan, tingkat cahaya sekitar, dan peraturan pemerintah. b. keselamatan. Orang akan merasa aman jika bisa melihat dengan jelas lingkungan di seki• tarnya. O~h karena itu, pencahayaan harus dapat menciptakan pandangan yang jelas bagi pengguna jalan.
II 5
116
----------------------------------c.
Desain Pencahayaan Arsitektural
--------------------------------·
material, paving atau tempat berjalan dengan berbagai jenis, bentuk, dan warna.
d. ?ola la~pu. Pencahayaan di sepanjang jalur jalan disebut baik jika pencahayaan tersebut tidak membingungkan para pengguna jalan. e. pe1:1ilihan armatur. Hal ini mencakup dua hal, yaitu s~bagai bagian dari dekorasi dan sebagai penyedia efek lampu dari lokasi yang tersem• bunyi. 3. Pencahayaan Taman (Park Lighting) Pencahayaan taman meliputi pencahayaan pohon, s~mak, bunga, dan jalur, bahkan bila memung• kmkan, pencahayaan kolam dan air mancur. Tuju• an pencahayaan taman adalah untuk mendefinisi• kan elemen-elemen yang terdapat di taman, baik elemen vegetasi, elemen air, maupun elemen pendukung lainnya. Untuk memilih teknik pencahayaan yang sesuai untuk tanaman tertentu, perancang perlu mem• perhatikan bagaimana tanaman membentuk kom• posisi cahaya dan juga efek visual yang ingin di• tampi~kan pada tanaman. Menurut Moyer (1992), ada tiga variabel yang dipakai untuk memper• timbangkan pencahayaan tanaman, yaitu a. arah c~haya. Variabel ini terdiri atas uplight, downlight, atau sidelight Pemilihan arah ca• haya berpengaruh pada penampilan tanaman. Me_skipun_ ~egitu, lokasi pemasangan lampu senng kali tidak tersedia. b.
lokasi pemasangan. Lokasi pemasangan me• merlukan pertimbangan letak terhadap tanam• an, apakah di depan, di samping, di belakang
Konsep Pencahayaan Eksterior tanaman, atau kombinasinya. Keputusan ter• sebut memengaruhi bentuk, warna, detail, efek 3 dimensi, dan tekstur dari tanaman yang disinari. c. jumlah cahaya. Variabel ini menunjukkan pen• tingnya tanaman pada desain secara keseluruh• an. Jenis material tanaman turut memengaruhi desain pencahayaan yang ada, elemen-elemen tersebut adalah karakteristik fisik, penampilan fisik, dan pertumbuh• an. Bagaimana tanaman dapat menjadi bagian dari kom• posisi tergantung dari seberapa besar cahaya yang mengenainya dan bagaimana tanaman diatur sede• mikian rupa dengan pencahayaan. Apakah pohon menjadi titik fokus utama, sampingan, elemen transisi, atau elemen latar belakang. Sebagai fokus utama, pohon harus diberi cahaya se• hingga tampak lebih terang dari objek di sekitarnya. Kemudian, perancang harus menentukan jumlah cahaya yang diperlukan. Pohon dengan warna daun yang lebih gelap akan memerlukan cahaya yang lebih banyak untuk menjadi fokus utama. Frontlighting menciptakan bentuk, mengikat area ke dalam kesatuan komposisi. Backlighting menimbulkan ketertarikan pada suasana dan dapat menambah ke• dalaman dengan memisahkan tanaman dari latar be• lakangnya. Sidelighting memberikan tekanan tekstur pada tanaman dan menciptakan bayangan, baik ver• tikal maupun horizontal.
117
1 118
Desain Pencahayaan Arsitektural
4.3.2 Mendef inisikan Ruang Sebuah ruang dapat terbentuk apabila memiliki ba• tasan-batasan yang jelas. Batasan ruang dapat terbaca karena adanya perbedaan dengan lingkungan sekitar• nya. Perbedaan tersebut dapat berupa elemen fisik maupun nonfisik. Ruang sosial, misalnya, dapat terbentuk akibat adanya perbedaan status sosial dalam masyarakat. Demikian halnya dengan ruang publik dan privat yang dibedakan oleh status kepentingan yang terdapat di dalamnya. Secara visual, ruang dapat dibaca karena adanya per• bedaan elemen-elemen visual, termasuk elemen fisik. Perbedaan elevasi lantai, perbedaan dimensi dinding, wama, dan sebagainya akan mempertegas batasan ruang yang satu dengan ruang lainnya. Keberadaan sesuatu di dalam atau di luar ruang memang sangat tergantung pada batasan-batasan tersebut. Namun, ruang hanya dapat dipahami keberadaannya secara visual apabila ada cahaya yang memadai, yang mampu memberikan informasi visual dari elemen-elemen pembentuk ruang tersebut. Elemen-elemen pembentuk ruang tidak saja berupa sebuah objek permanen, seperti dinding bata, dinding kayu, kolom beton, dan sebagainya, tetapi juga objek• objek yang tidak permanen. Sebuah kain tipis yang digantung secara vertikal akan membentuk sebuah ruang dan memisahkannya dengan ruang lainnya. Ruang juga tidak hanya dibentuk oleh elemen-elemen vertikal (seperti dinding), tetapi juga dibentuk oleh elemen horizontal (lantai dan langit-langit). Per• bedaan ketinggian lantai dengan lingkungan sekitar• nya telah menciptakan ruang tersendiri. Hal yang sama juga berlaku untuk perbedaan tekstur, wama,
· Konsep Pencahayaan Eksterior --------------------------
·-----------------------
119 · --------------
dan pola lantai, walaupun ketinggian lantainya sama.
(b)
(a)
~ =----j I n
Ji (d)
(c)
(e)
Gambar 4.14 Ruong-ruong yang dibenluk dengon berbogoi cora, yoilu dengon (a) perbedoon elevosi, (b) perbedoon tekstur/worno, (c) penggunoon shelter, (d) elemen goris verlikol, don (e) elemen bidong vertikol
Pencahayaan dapat digunakan untuk ruang melalui dua pendekatan, yaitu
.
membentuk
1. mempertegas elernen struktural dan 2. menggunakan intensitas cahaya, wama cahaya, dan pola cahaya.
' 120 Desain Pencahayaan Arsitektural - ----------------------------------------------------· Ruang memang tidak hanya mampu diterjemahkan oleh indra penglihatan saja. Indra lain pada manusia pun dapat mendefinisikan ruang. Namun, ruang yang diterjemahkan secara visual sangat tergantung pada cahaya sehingga volume, suasana, dan kualitas ruang tersebut dapat didefinisikan.
1. MempertegasElemen Pembentuk Ruang Pada siang hari, elemen-elemen eksterior mampu memberikan informasi visual clan menampilkan batasan-batasan ruang yang dibentuk oleh e1emen• e1emen titik, garis, maupun bidang. Informasi visual mengenai batasan-batasan ruang tersebut mampu dicapai karena terpenuhinya kebutuhan cahaya oleh matahari, terlebih jika dalam kondisi cuaca yang mendukung. Ruang-ruang yang telah dirancang oleh arsitek maupun arsitek lanskap dengan elemen arsitek• tura1 atau struktural, seperti dinding, kolorn, lantai, 1angit-1angit,jalur pejalan kaki, clan elemen vegetasi, dapat dibaca clan didefinisikan karena terpenuhinya kebutuhan cahaya oleh matahari. Perbedaan struktur, bentuk, dimensi, material, warna, tekstur, elevasi, clan sebagainya akan ter• baca dengan jelas clan membentuk batasan-batasan yang akan dipahami clan dimengerti sebagai sebuah ruang. Pada malam hari, tanpa adanya pencahayaan yang memadai, batasan-batasan tersebut akan menghi• lang di dalam kegelapan. Secara visual, seluruh elemen yang terdapat pada 1ingkungan tersebut menjadi sama, yaitu tidak memiliki informasi visual. Tanpa informasi visual dari e1emen-e1emen tersebur, sebuah ruang tidak dapat didefinisikan
Eks
·
·-K-o-n-s-e-p--P-e-n-c-a-h-a-y-a-a-n----t-e-nor
121 ----------------------------------------·
clan dipahami keberadaannya. Tanpa adanya caha• ya, ruang tidak dapat didefinisikan karena batasan• batasannya tidak terbaca. Dalam kondisi ini, pencahayaan artifisial akan memainkan peran pentingnya. Pencahayaan arti• fisial dapat menampilkan kembali batasan-batasan ruang dengan menerangi elemen-elemen pemb~n• tuknya. Melalui pencahayaan artifisial, ku~~ta~ ruang dapat ditampilkan seperti pada kondisi di siang hari dengan pencahayaan baur (diffuse). S~• lain itu, pencahayaan artifisial juga dapat di• gunakan untuk meningkatkan kualitas ruang ~an mempertegas batasan-batasannya dengan menc1p• takan kekontrasan pada elemen pembentuk ruang dengan lingkungan sekitarnya. Elemen-elemen pembentuk ruang tersebut berupa elemen vertikal clanhorizontal.
a. Elemen Vertikal Elemen-elemen arsitektural pembentuk ruang dapat digunakan untuk membentuk ruang de• ngan menciptakan batasan-batasan secara ver• tikal clan horizontal. Secara vertikal, elemen• elemen pembentuk ruang yang biasa digunakan adalah dinding clan kolom. Pada malam hari, kedua elemen tersebut dapat dipertegas keberadaannya dengan pencahaya• an artifisial, baik menggunakan arah cahaya menyebar (diffuse), dari bawah (uplight) mau• pun dari atas (downlight).
.
I 22
·-------
Desain Pencahayaan Arsitektural
- - - - ----------------------------------------------------·
Gambar 4.15 Elemen-elemen vertikol pembentuk ruong dopot didefinisikon dengon pencohoyoon (simulosi dengon software Diolux 4.2 don lompu Erco)
1111111
b. Elemen Horizontal Elemen-elemen arsitektural pembentuk ruang secara horizontal adalah lantai clan langit• langit. Elemen-elemen tersebut dapat hadir secara terpisah atau secara bersamaan saat proses penciptaan ruang. Ketika kedua elemen tersebut hadir secara bersamaan, ruang yang terbentuk akan semakin tegas clan ruang tersebut dapat membedakan posisi "di dalam" clan "di Iuar" dengan sangat jelas. Sama halnya dengan elemen vertikal, kedua elemen ter• sebut dapat dipertegas keberadaannya dengan pencahayaan djffuse, upHght, atau downHght. Gambar 4.16 Ruang-ruang yang dibentuk oleh elemen horizontal dopa! dipertegas dengon berbogoi pendekoton pencohoyaan {simulasi dengan software Diolux 4.2 don lompu Erco)
Ek
·
Konsep Pencahayaan stertor ·------------------------------------
----------------------·
2. Menggunak.an Intensitas Cahaya, Warna Cahaya, clan Pola Cahaya Ruang dibentuk dengan menciptakan batasan• batasannya. Artinya, batasan-batasan tersebut ti• dak hanya berupa sebuah massa atau objek padat. Dengan kata lain, pencahayaan pun dapat diguna• kan untuk membentuk sebuah ruang. Namun, ber• beda dengan ruang yang dibentuk secara struk• tural, ruang yang dibentuk dengan pencahayaan hanya dapat dirasakan keberadaannya secara visual. Batasan-batasan ruang secara visual dibentuk dengan beberapa pendekatan pencahayaan, seperti perbedaan intensitas cahaya, perbedaan warna cahaya, dan perbedaan pola cahaya. a. Intensitas Cahaya Perbedaan intensitas cahaya atau tingkat te• rang cahaya dapat membentuk ruang dengan adanya kekontrasan antara gelap dan terang. Semakin tinggi kekontrasan yang dihasilkan, semakin tegas pula batasan-batasan ruang yang terbentuk. Ketika diadakan pesta api unggun di sebuah lapangan terbuka, peserta pesta pasti akan me• ngelilingi api unggun pada area yang diterangi oleh cahaya api unggun tersebut. Area yang dikenai cahaya akan membentuk sebuah ruang dan para peserta pesta akan berupaya untuk berada pada area tersebut. Namun, batasan ruang yang terbentuk oleh cahaya api unggun akan menja'di sangat fleksibel. Ketika intensitas cahaya api unggun semakin mengecil karena
123
124
Desain PencahayaanArsitektural
-----------------------------------------------·
Konsep PencahayaanEksterior
125
·--------------------------------------------------------------------·
bahan bakarnya berkurang, ruang yang ter• bentuk pun akan semakin mengecil.
berlaku pada sebuah lingkungan tanpa perbe• daan elevasi yang batasannya ditentukan oleh pertemuan antara gelap dengan terang. Cahaya dapat digunakan untuk mendefinisikan atau menciptakan ruang dengan menggunakan intensitas cahaya tertentu. Penetapan inten• sitas cahaya yang digunakan sangat dipenga• ruhi oleh fungsi ruang. Fungsi ruang ditetap• kan berdasarkan kegiatan yang akan dilakukan didalamnya. Setiap kegiatan pun masih memi• liki kebutuhan intensitas cahaya yang berbeda, begitu juga dengan pengguna ruang. Pengguna ruang akan memiliki kemampuan berbeda dalam mendapatkan informasi visual. Hal ini sangat terkait pada perbedaan usia yang di• miliki masing-masing pengguna dan faktor internal lainnya.
Gambar 4.17 Cahaya yang dihasilkan oleh api unggun akan mendefinisikon ruang dengan luos tertentu yang sangal lergontung pada intensilas cohayo yang dihasilkon
Hal yang sama juga terjadi pada sebuah ruang pertemuan dengan intensitas cahaya yang se• suai standar clan digunakan untuk acara yang dihadiri oleh banyak orang pada malam hari. Pada awalnya, ruang pertemuan tersebut dapat didefinisikan dengan baik. Batasan-batasan ruang yang terbentuk oleh dinding, kolom, lantai, langit-langit, atau elemen fumitur dapat diterima secara visual. Namun, ketika secara tiba-tiba terjadi pemutusan aliran listrik yang mengakibatkan semua sumber cahaya padam, orang-orang yang ada akan panik karena batasan ruangnya "hilang".
b. Warna Cahaya Pada prinsipnya, penciptaan ruang dengan wama cahaya sama seperti penciptaan ruang dengan intensitas cahaya. Pada wama cahaya, batasan ruang dibentuk dengan kekontrasan antara wama yang satu dengan warna lain. Semakin kontras warna-warna tersebut, serna• kin kuat ruang yang terbentuk, misalnya pe• makaian wama merah dengan biru dan seba• gainya. Demikian juga sebaliknya, semakin ti• pis perbedaan warna-wama tersebut, semakin kabur batasan ruang yang ada, misalnya pema• kaian wama merah dengan ungu, atau warna biru dengan -ungu.
Dengan adanya kekontrasan pada sebuah ling• kungan, kita dapat membedakan sesuatu yang berada di dalam atau di luar ruang tanpa harus menggunakan pembatas struktural. Hal ini pun
Dalam menciptakan variasi warna, sumber• sumber cahaya dapat ditambah dengan filter
i,
Desain Pencahayaan Arsitektural
126
wama sesuai dengan dengan lampu LED. merupakan aksesoris pabrik pada beberapa produksi.
kebutuhan desain atau Filter wama biasanya yang disediakan oleh armatur yang mereka
· Eksterio r
Konsep Pencahayaan ·---------------------------
127 ------------------------'------------·
nambahkan lensa yang berbeda pada armatur lampu yang sama.
Gambar 4.19
Gambar 4.18
Ruang sirkulasi linear dibentuk dengan permainan polo cahaya (simulasi dengan software Dialux 4.2 don lampu Erco)
Warna cohaya dapat digunokon untuk menciptakan ruang don mempertegas batasan• batasan ruang (Sumber: ERCO Program 2008/09)
c. Pola Cahaya Ketika kita pada malam hari berada di sebuah ruang terbuka yang sangat luas yang tidak berdinding pembatas, kita akan melihat bahwa sumber cahaya yang dihadirkan pada ruang terbuka tersebut akan mengenai elemen permukaan horizontal (lantai, tanah, rumput, dan sebagainya) dan menciptakan batasan ruang sesuai dengan pola cahaya yang terben• tuk. Dengan memainkan pola cahaya, perbeda• an antara pola cahaya yang satu dengan yang lainnya akan terbentuk. Pola-pola cahaya ter• sebutlah yang akan menciptakan ruang. Pola cahaya dapat diciptakan dengan menggunakan armatur lampu yang berbeda atau dengan me-
4.3.3 Mendefinisikan Massa Arsitektur dapat disebut permainan massa dan ruang untuk memenuhi kebutuhan fungsional atau konsumsi estetika visual. Dalam menciptakan ruang fungsional yang mengakomodasi berbagai aktivitas,. permainan dan pengolahan massa menjadi bagian di dalamnya. Massa-rnassa yang membentuk ruang dapat berupa elemen titik maupun bidang. Elemen titik kerap diim• plementasikan melalui pengolahan dan pengaturan kolom, sedangkan elemen bidang membentuk ruang melalui pengolahan dinding. Selain mewadahi aktivitas dalam perwujudan ruang, permainan massa "1.iwujudkan dalam suatu produk desain untuk memenuhi kebutuhan estetika, misalnya sebuah sculpture yang sering kali lebih ditujukan
128
Desain Pencahayaan Arsitektural
---------------------------------------------------------· untuk tujuan visualnya dibandingkan tujuan fungsi• onal atau kegunaannya. Ketika muncul kebutuhan akan suatu makna yang spesifik dari arsitektur sebagai perwujudan identitas atau kekhasan lokal, maka elemen-elemen tersebut mendapat suatu perlakuan khusus dalam penyelesaian desainnya. Setiap pertemu• an kerap dianggap sebagai sesuatu yang penting. Massa pun mengalami suatu transformasi dari bentuk geo• metri aslinya. Proses transformasi tersebut yang di• padukan dengan pengoptimalan material dan tekstur menghasilkan banyak karya arsitektur yang sangat menarik.
Konsep Pencahayaan Eksterior
·-----------------------------------------------------------
129
Pendekatan pencahayaan yang berbeda pada sebuah massa yang sama akan menghasilkan impresi yang berbeda pula. Intensitas cahaya, wama cahaya, arah cahaya, dan pola cahaya yang diberikan pada sebuah massa akan menghasilkan beragam variasi kesan visual. Gambar 4.20 menunjukkan efek visual yang dihasilkan oleh penggunaan cahaya langsung (kiri), kombinasi cahaya langsung dan baur (tengah), dan penggunaan cahaya baur (kanan). Dalam hal ini, ba• yangan turut memperkuat dan sekaligus melemahkan kesan visual sebuah massa sehingga konsep pen• cahayaan harus mempertimbangkan kekuatan karakter sebuah objek.
Namun, berbagai sajian visual yang telah dihasilkan tidaklah dapat dinikmati tanpa adanya cahaya. Hal ini tentu saja sangat dipahami oleh setiap arsitek. Sebuah massa berbentuk kotak akan dapat dipahami bentuk• nya apabila pertemuan-pertemuan bidang pennukaan atau sisi-sisinya dapat diakses secara visual. Kurangnya pencahayaan akan menyebabkan terjadinya pergeser• an persepsi pada sebuah massa karena banyak infor• masi visual akan menghilang, baik informasi bentuk, wama, tekstur, kedalaman, dan infonnasi fisik lainnya. Namun, tingkat intensitas cahaya yang berlebihan pun dapat menimbulkan dampak visual yang sama. Cahaya yang berlebihan akan menyebabkan massa atau bidang permukaan memantulkan dan membiaskan cahaya lebih banyak sehingga mata tidak dapat mengakses informasi visual dengan baik. Misalnya, sebuah bi• dang permukaan dengan tekstur kasar yang dikenai cahaya berlebih akan kehilangan informasi visual mengenai detail tekstur yang dimilikinya. Bayangan yang dibutuhkan dalam menyampaikan informasi visual mengenai kedalaman tekstur juga tidak akan tercipta ketika cahaya yang diberikan berlebihan.
Gambar 4.20 Penggunoon cahoyo longsung (kiri), longsung don hour (tengoh), don cahoyo hour (konon) memherikon efek visual yang herhedo (Sumber: Ganslandt & Hofmann, 1992)
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh arsitek dalam pendefinisian massa, yaitu bentuk, detail, material, tekstur, dan struktur.
1. Bentuk Dalam arsitektur maupun bidang desain lainnya, termasuk desain lanskap sampai desain produk, bentuk akan menjadi suatu pertimbangan utama. Bentuk, yang untuk alasan inilah arsitektur hadir,
_ 130 -----------------
Desain PencahayaanArsitektural
-- ------------------------------------· bukan hanya sebagai sebuah sajian visual untuk kenikmatan indra visual kita. Tetapi bentuk me• miliki tanggung jawab yang sangat besar terhadap kenyamanan, keamanan, dan keberlangsungan se• buah aktivitas. Bentuk sebuah ruang akan merne• ngaruhi kenyamanan pada ruang tersebut serta kualitasnya dalam menjalankan tugas fungsional• nya. Bentuk sebuah bangunan akan mencitrakan bangunan tersebut dalam konteksnya, bahkan akan melekatkan sebuah jati diri pada pemiliknya. Bentuk sebuah lanskap pun sama, bentuk tersebut akan menentukan apakah bentuk tertentu akan mampu menyita perhatian dan melayani orang yang berada di dalamnya. Pada perkembangannya, bentuk mengalami berba• gai perubahan yang terkait dengan perkembangan aliran dan perubahan gaya hidup (life style). Namun, dalam berbagai perkembangan yang terja• di, kehadiran bentuk-bentuk dasar geometri, se• perti kotak, lingkaran, dan segitiga, tetap dapat dirasakan. Sebuah bentuk massa bangunan akan dapat di• rasakan makna kehadiran dan kekuatan desainnya apabila terdapat cahaya yang memadai. Pada siang hari, di sebuah ruang terbuka, kehadiran bentuk dapat diakses secara visual. Sebaliknya, pada malam hari, dengan latar belakang kegelapan kita dapat melakukan penekanan-penekanan dalam pendefinisian dan penegasan bentuk massa ba• ngunan, sekaligus menyimpan bagian lainnya. Hal ini dapat dilakukan dengan pendekatan melalui desain pencahayaan yang baik.
.Konsep PencahayaanEksterior -------------------------------------~~~Seperti halnya sebuah ruang yang dapat dirasakan keberadaannya apabila batasan-batasannya dapat dipahami dengan baik, sebuah bentuk massa ba• ngunan pun juga demikian. Sebuah bentuk kotak akan dipahami kekotakannya hanya jika kita men• dapatkan informasi mengenai pertemuan bidang• bidang sebagai elemen pembentuknya. Pertemuan• pertemuan tersebut patut mendapatkan penekanan dalam desain pencahayaan karena dalam perte• muanlah sebuah makna keberadaan dapat dipahami. Gambar 4.21 (a) dan (b) dapat menggambarkan perbedaan kesan visual yang dihasilkan oleh penempatan pencahayaan uplight yang berbeda. Gambar 4.21 (a) lebih menekankan pertemuan antara dua bidang permukaan sehingga batasan• batasannya yang [elas akan mampu memberikan informasi visual tentang bentuk massa secara keseluruhan. Hal ini tidak tetjadi pada gambar 4.21 (b) karena keempat bidang vertikal akan terbaca sebagai bidang-bidang yang saling terpisah sehingga tidak mampu membentuk persepsi me• ngenai bentuk rnassa dengan baik.
Gambar 4.21
Peletakan lampu uplightakan memengaruhi impresi pada sebuah mossa
132
Desain PencahayaanArsitektural
·--------------------------------------------------------------------·
·-K-o--n-s-e-p-P-e-n-c-a-h--a-y-a-a-n-E-k-s-t-er-ior
-------------------------------------~~~-
Gambar 4.23 menunjukkan bentuk yang mendo• minasi konteks melalui penambahan filter warna pada lampu Doodflight.
Gambar 4.22 Pertemuon ontorbidong don goris yang jelos, serto lotor belokong yang gelop membuot sebuoh mosso dopot dipohomi dengon boik (Foto: Wiyatiningsih)
Dalam sebuah ruang visual dengan informasi visual yang sangat kompleks, mata tidak akan memiliki fokus terhadap sebuah objek tertentu. Seluruh objek yang terdapat dalam ruang visual akan memiliki porsi visual yang relatif sama. Dalam kondisi ini, sering kali intensitas pen• cahayaan tidak mampu memberikan aksentuasi pada sebuah objek. Di sisi lain, jika intensitas caha• yanya semakin tinggi, tingkat kesilauan (glare) yang dihasilkannya pun akan semakin besar, dan hal ini tentu akan memengaruhi tingkat kenya• manan visual. Dalam kondisi ini, pemberian wama pada cahaya merupakan suatu pendekatan yang mungkin diterapkan. Warna cahaya melalui pe• nambahan filter warna dapat digunakan untuk mempertegas sebuah bentuk massa, menampilkan batasan-batasan, dan memperkuat kesan visualnya.
Gambar 4.23 Penombohon filter worno mompu membuot sebuoh rnussn mendominosi konteks (Foto: Wiyatiningsih)
2. Detail Detail arsitektural merupakan suatu penghargaan terhadap pertemuan elemen-elemen arsitektural. Keberadaannya menjadi penting karena hadir dari kesadaran seorang perancang akan pentingnya sebuah aksentuasi pada pertemuan tersebut, baik pertemuan kolom dengan balok, bidang vertikal dengan bidang horizontal, dinding dengan din• ding, maupun pertemuan antarbidang atap. Detail berbeda dengan sebuah ornamen yang hadir pada sebuah bidang permukaan, baik dalam ben• tuk dua dimensi maupun tiga dimensi. Kehadiran
134
Desain Pencahayaan Arsitektural omamen yang lebih ditekankan pada pengisian sebuah bidang permukaan membuat omamen memiliki peran yang lebih kecil dibandingkan sebuah detail yang menyatu dengan sebuah desain. Melalui desain pencahayaan, kekuatan sebuah detail sekaligus aksentuasi sebuah pertemuan dapat lebih diperkuat. Penggunaan intensitas cahaya yang lebih tinggi pada sebuah detail akan mem• buat perannya menjadi semakin penting dalam sebuah ruang visual.
·K-o--n-sep ---P--e-n-c-a-h-a-y-a-a-n-E-k--st-e-r-io-r---- -
--------------------------------~~~-
paran akan meneruskan cahaya ke bagian sisi lainnya, sedangkan bidang permukaan yang masif akan memiliki kecenderungan untuk memantul• kan cahaya. W ama material pun akan meme• ngaruhi besamya cahaya yang dipantulkan atau diserap. Wama gelap akan lebih banyak menyerap cahaya, sedangkan wama cerah akan cenderung memantulkan cahaya. Besamya cahaya yang dapat diteruskan oleh sebuah bidang permukaan sangat dipengaruhi oleh tingkat transparansi bidang tersebut. Kaea bening akan meneruskan lebih banyak cahaya dibanding• kan kaca buram. Dengan demikian, pemilihan material bangunan harus dipertimbangkan sejak awal proses desain. Dengan kata lain, peran seorang lighting designertidaklah selalu dilibatkan pada tahap akhir ketika bangunan sudah berdiri, namun sejak tahap awal perancangan agar dapat memutuskan kesan visual dan dampaknya ter• hadap lingkungan visual.
Gambar 4.24 Pertemuan kolom don bolok menjodi semakin kuot melolui pencohoyoon
3. Material Material memiliki pengaruh yang sangat besar pada perilaku yang dihasilkan oleh cahaya. Jenis material yang digunakan oleh bidang permukaan pun akan menentukan apakah cahaya akan di• teruskan, dipantulkan, atau diserap oleh sebuah bidang permukaan. Bidang permukaan yang trans-
(a)
(b)
(c)
Tabel 4.1 menunjukkan perilaku material dalam memantulkan cahaya yang mengenainya, dengan arah cahaya y~g tegak lurus terhadap bidang permukaan. Pemahaman mengenai hal ini menjadi penting, tidak hanya untuk mengetahui efek caha-
Gambar 4.25 Tingkot tronsporansi don jenis material okan memengaruhi aroh don sebaron cohayo: (o) tronsmisi long sung, (b) tronsmisi menjolor, don (c) tronsmisi menyebar (Sumber: Steffy, 2002)
Konsep Pencahayaan Eksterior
Desain Pencahayaan Arsitektural
136
Tabel 4.2 Bahan-bahan yang tembus cahaya
ya yang mengenai bidang permukaan, namun juga untuk memahami banyaknya cahaya yang akan dipantulkan dan memengaruhi kondisi visual di sekitarnya. Cahaya pantulan (luminance) yang berlebihan akan menyebabkan ketidaknyamanan visual lingkungan dan akan memengaruhi citra vi• sual bangunan secara keseluruhan. Selain memiliki kemampuan untuk memantulkan cahaya, sebagian material lainnya juga dapat meneruskan cahaya. Perilaku untuk meneruskan cahaya tergantung pada jenis material dan tingkat transparansi yang dimilikinya. Tabel 4.1 Bahan-bahan tembus cahaya ' Refleksi yangh tidakKemompuon penyebaron cahoya % songot lemoh aluminium songot mengkilou 80-85 aluminium mot/burom 55-65 kuot sedong email putih 65-75 kuot sedong gips putih segor kertos 85-95 lemoh putih burom kertos 70-80 songot lemoh putih mengkilou cermin songot lemoh 70-80 koco 80-88 lemoh sedong perok dipoles 90-92 le mah gronit 20-25 sedong songat lemoh botu kapur 35-55 songot lemoh koyu mohoni dipoles 6-12 lemoh lemoh 40-45 plesteron kopur putih 0-25 sedong kuot plesteron cot gelop 0-0,5 kuot bohon hitom 0-40 kuot koyu kcsnr 8-30 botu bolo (basoh) botu bolo (kering) 20-30 beton kosar 10-15 genting meroh boru 5-10 genting kotor Bohan
I
137
·--------------------------------------------------------------------· Tebal Bohan
kaco polos terang koca prismo kaco ornomen (cohoyo podo sisi holus) kaco mot est (cahoyo podo sisi holus) kaco opal albaster murni koco termoluks putih kertas pergomen serot-serot putih (sutro, katun)
mm/ ·
Ji'jinstriiS:i ·h~ntaran'. %
Refleltsi
Absorpsi
Tingkot penyebaran coho a sangot lemoh kuot lemah
pontu % ·•
1-4 3-6 3-6
90-92 90-70 90-60
6-8 5-20 7-20
2-4 5-10 3-20
2-3
78-63
12-20
10-17
2-3 11-13 5-8 1-2 tipis
66-36 30-17 47-21 55-35 70-30
31-54 54-62 37-48 35-50 30-60
3-10 16-21 16-25 10-15 2-8
lemoh
kuot kuot sedong sedong sedong
Perriontulon kuot songot lemoh lemoh songot lemoh lemoh sedong kuot kuot
(Sumber: Mongunwijoyo, 2000)
Gambar 4.26 Sumber cahaya yang diletakkan di dalam kaco semilransporan mampu memberikan efek visual yang menarik
(Sumber: Mangunwijaya, 2000)
1
138
Desain Pencahayaan Arsitektural
·--------------------------------------------------------------------·
·K-o--n-s-e-p-P-e-n--c-a-h-a-y-a-a-n-E-k-s-t-e-r-io-r------------
-----------------------~~:.
4. Tekstur
7
peran dalam memperkuat kesan visual bangunan Tekstur sebuah bidang permukaan memiliki suatu
dut datang (sama engan sudut pantul pada
sudut datang
maupun lanskap. Kehadiran tekstur kerap mampu memberikan kesan yang lebih mendalam pada sebuah desain. Penggunaan batu alarn, rnisalnya, akan mernbuat kesan alarni sebuah bangunan rnen• jadi lebih kuat. Di sisi lain, tekstur juga memiliki peran fungsional, baik untuk rnenjaga keselamatan pengguna jalur pejalan kaki rnaupun plaza, sampai pada sebuah elemen pengarah bagi kaum difabel.
~aterial biasa)
0
(a)
Penggunaan cahaya dengan intensitas tinggi dapat berdampak pada hilangnya informasi visual me• ngenai karakteristik tekstur sebuah bidang permu• kaan. Cahaya yang datang secara frontal dengan intensitas tinggi akan menyebabkan hilangnya bayangan yang dibutuhkan untuk menampilkan kesan tiga dimensi dan kedalaman tekstur. Se• baliknya, kurangnya pencahayaan juga dapat menurunkan karakter tekstur. Tiap-tiap tekstur akan memiliki perilaku yang berbeda dalam merespon cahaya. Beberapa jenis tekstur mampu memantulkan cahaya secara me• nyebar (diffuse), sedangkan jenis lainnya akan rnemantulkan cahaya sesuai dengan sudut datang• nya cahaya (specular).
(b)
Gombor 4.27 Arah pantulan cahaya songat ditentuknn oleh tekstur permukaan: (a) pantulan specular, (b) pantulan semispecu!or,
~J:M.JD&M\;t,i$&:4'Ziiil@.'!ffif.ffiAA'l'&iffiili
(c) pantulan menyebar (Sumber: Steffy, 2002)
(c)
.
140
--------------------D--e-s-a-i-n P-e-n--c-a-h-a-y-a-a-n-A-r-s-i-te--k-tu--ra-l·
Konsep PencahayaanEksterior
141
Elemen garis, misalnya, dapat diberi penekanan dengan spotlight, narrow beam, atau sudut cahaya yang kecil. Besar-kecilnya sudut cahaya harus disesuaikan dengan dimensi struktur, kolom beton berdimensi 40 x 40 cm tentu mendapat perlakuan yang berbeda jika dibandingkan dengan rangka baja 10 cm.
Gambar 4.28 Tekstur yang berbeda poda sebuah fosad akan menghosilkon efek cohoya yang berbeda pulo
5. Struktur Elemen struktur bangunan merupakan performa kekuatan bangunan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa elemen struktur memiliki peran visual yang sangat penting. Elemen struktur yang terdiri atas elemen garis, bidang, clan ruang akan menjadi sangat dominan di dalam sebuah penampilan ba• ngunan. Elemen garis yang dibentuk oleh struktur rangka, baik berupa kolom maupun balok, akan memengaruhi citra visual sebuah bangunan clan bahkan mampu mendominasi konteks. Dengan demikian, elemen struktur dapat menjadi semakin dominan secara visual dengan penekanan melalui pencahayaan. Namun, pemilihan sumber cahaya clan armatur lampu juga harus disesuaikan dengan bentuk clan karakter struktur tersebut.
Gambar 4.29 Elemen goris yang dibentuk oleh rongko bojo podo Menaro Eiffel tetop dopa! diakses secara visual walau dori jarok yang cukup jouh (Foto: Wiyatiningsih)
Pada gambar 4.29, elemen garis yang dibentuk oleh struktur rangka baja, menjadi kekuatan visual Menara Eiffel. Pada malam hari, menara tersebut justru semakin mendominasi konteks dengan latar belakang kegelapan malam. Bahkan, dari jarak yang cukup jauh, elemen garis rangka bajanya masih dapat di,,akses secara visual. Pencahayaan Menara Eiffel merupakan salah satu contoh pendekatan pencahayaan yang sangat baik.
142
Desain PencahayaanArsitektural
-- ----------------------------------------------------------· Berbecla clengan Menara Eiffel yang keseluruhan tampilannya cliclominasielemen struktur rangka, citra visual geclung HSBC di Hong Kong (Gambar 4.30) clibentuk oleh kombinasi dari elemen garis clan biclang. Penggunaan struktur suspended men• citrakan kekuatan clan kekokohan bangunan. Pada siang hari, elemen struktur mampu tampil secara baik karena cukup mampu menclominasi fasacl. Pada malam hari, aksentuasi garis-garis struktur semakin clominan pada fasacl, bahkan pada kawa• san tersebut.
Konsep PencahayaanEksterior
pohon, memiliki elemen struktur clan pengisi se• perti halnya sebuah bangunan. Pohon yang di• clominasi oleh batang-batang sebagai elemen strukturnya dapat diperlakukan sama seperti ba• ngunan clalam hal penclekatan pencahayaan. Sebuah pohon clengan batang-batang yang besar clapat clipertegas clengan lampu floodlight clengan warna cahaya kekuningan agar memberikan kesan visual yang menarik pada lanskap secara kese• luruhan. Di sisi lain, pohon yang memiliki elemen pengisi yang menarik, seperti daun atau bunga yang alami, clapat clipertegas clan dijaga citra visualnya clengan menggunakan cahaya putih.
4.3.4 h\endefinisikanfungsi Tujuan utama dari sebuah pencahayaan aclalah peme• nuhan tujuan fungsional yang berkaitan erat clengan aktivitas yang terjacli pada sebuah ruang. Dalam menjalankan tugas fungsionalnya, pencahayaan harus clirancang untuk terlebih clahulu mengetahui kegiatan yang akan berlangsung, tingkat ketelitian yang di• butuhkan, konclisi pencahayaan sekitar (lighting exis• ting), clan material yang ada clalam kaitannya clengan kemampuan untuk memantulkan cahaya.
Gambar 4.30 Struktur gontung gedung HSBC Hong Kong semokin dominon podo molom hori
Penclekatan serta pemahaman mengenai penca• hayaan pada elemen struktur pada hakikatnya tidak hanya berlaku pada sebuah bangunan, tetapi dapat cliimplementasikan pada objek lainnya, se• perti sculpture, elemen lanskap, pagar, clan elemen vegetasi. Elemen vegetasi, atau clalam hal ini
143
·--------------------------------------------------------------------·
Namun, sebagai bagian dari sebuah penciptaan konclisi visual, pencahayaan dapat berperan clalam penciptaan estetika ruang clan bentuk. Pada sebuah ruang luar, fungsi ruang harus dapat cliclefinisikanmelalui cahaya, khususnya untuk konclisi pada malam hari. Sebuah taman yang digunakan untuk jalan-jalan, duduk• duduk, atau sekacl~ mengobrol tentu akan mem• punyai penclekatan pencahayaan yang berbecla clengan taman yang cligunakan untuk membaca, berdiskusi,
. ~~~------------------------------------
Desain Pencahayaan Arsitektural.
serta pekerjaan ringan lainnya. Perbedaan yang terjadi adalah pada intensitas cahaya yang dibutuhkan (lihat Bab 2) pada kegiatan-kegiatan tersebut. Kebutuhan akan fungsi yang akan diakomodasi pada sebuah ruang terbuka tentu saja bukanlah keputusan seorang lighting designer, namun merupakan kepurus• an klien dan arsitek perencana. Seorang lighting designerakan bertugas untuk mewujudkan ruang yang mampu mendefinisikan fungsi, menciptakan kondisi visual yang menarik, dan mampu memberikan infor• masi visual lingkungan sekitarnya. Untuk itu, per• timbangan perancangan harus dilakukan secara kuan• titatif dan kualitatif agar mampu menghasilkan desain yang baik.
Konsep Pencahayaan Eksterior
·-------------------------------------
-------------------------~~~
menjadi bagian utama, demikian pula halnya dengan keamanan dan keselamatan pengguna ruang. Setelah mendapatkan beberapa layer yang dibutuhkan, perancang dapat melakukan eksekusi desain, memilih sumber cahaya dan armatur, menentukan intensitas cahaya yang dibutuhkan, sampai memutuskan letak dan sudut lampu. Dengan demikian, desain penca• hayaan yang dihasilkan akan lebih terintegrasi, baik secara fungsional dan estetika, mampu menjamin ke• amanan dan kenyamanan pengguna, serta mernper• mudah operasional dan perawatan perangkat lampu.
Pada sebuah ruang terbuka publik, pengguna ruang harus dapat mengakses informasi visual, seperti ber• bagai rarnbu-rambu, tanda (signage), informasi peta, dan informasi keberadaan objek-objek di sekitar (pohon, bangku, jalur pejalan kaki, kolam, dan seba• gainya). Hal ini dibutuhkan tidak hanya sebagai pe• nunjang keberlangsungan sebuah kegiatan, namun sebagai penjamin keamanan, keselamatan, dan keya• manan pengguna ruang. Untuk mewujudkan desain yang akomodatif terhadap kegiatan yang ada sekaligus menciptakan kondisi vi• sual yang menarik, beberapa layer dalam proses peran• cangan perlu dibuat. Layer-layer tersebut dapat terdiri atas layer fungsi utama, fungsi pendukung, layer estetika, layer keamanan dan keselamatan, dan layer• layer lainnya. Dengan adanya layer-layer tersebut, skala prioritas dapat dipetakan dengan baik dalam desain. Tentu saja dalam hal ini kebutuhan fungsi
Gambar 4.31 Seloin horus mompu mendefinisikan fungsi serto oktivitos yang terjodi, sebuoh plaza kola juga horus mompu menciptokon kondisi visual yang menorik (Foto: Wiyatiningsih)
4.3.5 Mendefinisikan Pergerakan Berbagai kegiatan yang terjadi di ruang terbuka akan berlangsung dalam sebuah pergerakan. Pergerakan dalam hal ini memiliki berbagai tingkatan kecepatan, kegiatan yang terjadi di sebuah taman tentu memiliki kecepatan yang berbeda dengan kegiatan jalan kaki pada sebuah jalur- pejalan kaki. Di sisi lain, kegiatan pejalan kaki memiliki kecepatan yang berbeda pula dengan pergerakan kendaraan bermotor di sebuah
.
146
Desain Pencahayaan Arsitektural
·--------------------------------------------------------------------· jalan, baik di jalan lingkungan, jalan protokol, atau jalan tol. Dalam mendefinisikan pergerakan yang terjadi pada malam hari, pencahayaan memainkan peran yang sangat vital. Dalam konteks ini, keamanan dan kese• lamatan pengguna ruang merupakan prioritas yang utama. Kedua faktor ini dapat dicapai apabila peng• guna ruang mendapatkan informasi yang jelas menge• nai kondisi di sekitar mereka. Informasi tersebut mencakup hal-hal, seperti kondisi ruang, lebar jalur pejalan kaki, jalan yang dilalui, material yang diguna• kan, kondisi bidang horizontal, dan bidang-bidang pembatasnya. Dengan mendapatkan informasi yang jelas, pengguna ruang dapat menentukan tingkat ke• cepatan yang akan digunakan ketika berada pada ruang-ruang terbuka tersebut. Pencahayaan dapat digunakan untuk menerangi kese• luruhan ruang terbuka (termasuk jalur pejalan kaki dan jalan) dengan menggunakan pole lighting (lihat sub-subbab 3.2.4), atau hanya menerangi bidang horizontal (lantai, jalur pejalan kaki, jalan) dengan menggunakan bollard. Namun, tentu saja penggunaan salah satu armatur ini harus disesuaikan dengan stan• dar kebutuhan rnang linear yang ada. Semakin tinggi tingkat pergerakan, semakin besar kebutuhan akan informasi visual, dan semakin kecil kebutuhan akan detail dari informasi visual tersebut. Dengan demikian, penggunaan sumber cahaya seperti merkuri dan lampu sodium bertekanan tinggi atau High Pressure Sodium yang memiliki eflicacy tinggi, namun memiliki renderasi yang buruk, sangatlah tepat.
· Konsep Pencahayaan Ekstenor
·-------------------------------------
147 ----------------·
Bollard akan lebih tepat jika digunakan pada ruang• ruang terbuka dengan pergerakan yang memiliki kecepatan yang relatif rendah seperti jalur pejalan kaki.
Gombar 4.32 lampu jo\on s memiliki peron yang ongot vital dalam mendefinisikan pergerokan dengan kecepoton tinggi (Foto: Wiyatiningsih)
Gambar 4.33 Cahoya yang dihosilkan hollordmompu mendefinisikon pergerakan pejolon koki pado jalur pejalan koki (Sumber: ERCO Program 2008/09)
...
148
·-----
Desain Pencahayaan Arsitektural
·
---- ------------------------------------------------------· Pergerakan yang terjadi pada sebuah ruang terbuka dapat dipahami lebih jauh lagi, tidak hanya mencakup pergerakan atau perpindahan yang terjadi pada aktivi• tas manusia. Pergerakan yang terjadi pada objek lain di sekitar kita juga dapat didefinisikan melalui pencaha• yaan. Pergerakan air, misalnya, baik air mancur (foun• tain) maupun air terjun (cascade), harus dapat didefi• nisikan dengan baik oleh cahaya karena pergerakan air merupakan elemen penting pada perancangan ruang luar. Pergerakan air dapat ditekankan melalui pen• cahayaan yang datang dari luar maupun dari dalam air, hal ini sangat tergantung pada konsep perancangan secara keseluruhan. Namun, tentu saja perancangan harus dapat mendefinisikan pergerakannya secara jelas dan lengkap. Air mancur dengan ketinggian 3 meter harus mampu dijangkau oleh cahaya secara utuh. Cahaya yang hanya mengenai sebagian air mancur akan menghilangkan informasi visual dan memberikan persepsi yang negatif. Air yang bergerak umumnya akan menghasilkan wama putih. Dengan demikian, penggunaan warna lampu dapat lebih bervariasi, apakah akan memper• tahankan wama air atau bahkan memberikan efek kontras dengan menambahkan filter wama kuning, hijau, biru, atau wama lainnya.
Konsep PencahayaanEksterior
149
· ---------------------------------------------------- ---------------
Gambar 4.34 Dengan desain pencahayaan yang baik, pergerakan air dapat menciptakan sajian visual yag menorik (Foto: Ing. Castaldi lluminazione General Catalogue 1/2005)
•
Penekanan pencahayaan pada air mancur dapat di• lakukan dengan pembagian air mancur ke dalam bebe• rapa layer (lapisan). Air mancur yang menghasilkan wama putih dapat dipertahankan atau dipertegas dengan cahaya yang berwama putih, sedangkan air permukaan yang tenang dapat menggunakan wama cahaya yang berbeda, misalnya dengan penambahan filter wama kuning, biru, atau hijau. Namun, tentu saja, pemilihan wama harus disesuaikan dengan konsep perancangan ruang luar secara komprehensif.
Gambar 4.35 Pergerokan air dengan kecepatan tinggi tetap dapat dinikmati dengan aksentuasi pencohayaan (Sumber: ERCO Program 2008/09).
150
Desain Pencahayaan Arsitektural
---------------------------------------------·
BABS Dokumentasi
Teknik dan Tahap lnstalasi
Dalam setiap proses perancangan, pembuatan doku• mentasi hasil perancangan merupakan tahap yang sangat penting. Dokumentasi teknik merupakan jem• batan antara gagasan dan perwujudan perancangan, sekaligus menjadi benang merah antara perancang/ desainer dan pelaksana sebagai pihak yang bertang• gung jawab pada tahap konstruksi. Hal yang sama tetjadi pada setiap perancangan pen• cahayaan, baik pencahayaan interior maupun ekste• rior. Gagasan desain yang sudah tertuang secara kon• septual membutuhkan gambaran detail secara menye• luruh agar dapat diwujudkan. Dalam hal ini, lighting designer bertanggung jawab dalam pembuatan doku• mentasi teknik agar pihak pelaksana atau kontraktor dapat mewujudkan gagasan tersebut. Pada umumnya, dokumentasi teknik dibuat setelah konsep pencahayaan disetujui oleh klien/pemilik proyek. Gagasan yang dipresentasikan secara jelas dan dapat merepresentasikan keadaan sesungguhnya akan memberikan gambaran yang jelas bagi klien untuk mengambil keputusan. Untuk itu, pada tahap penyam• paian gagasan/konsep desain, teknologi komputer modelling dengan hasil rendering yang baik akan sering digunakan. Teknik lain yang sering digunakan adalah teknik mock-up, namun cara ini membutuhkan
Desain PencahayaanArsitektural
152
biaya yang besar. Ketika konsep pencahayaan telah disetujui, pihak pe• rancang akan membuat dokumentasi teknik atau gambar ketja yang digunakan sebagai pedoman bagi pihak pelaksana/kontraktor dalam tahap instalasi dan konstruksi. Dengan demikian, berbagai proses instalasi yang harus dilakukan oleh pihak pelaksana dapat dibaca pada dokumen yang dibuat yang meliputi hal• hal, seperti rencana titik lampu, spesifikasi lampu (tipe armatur, sumber cahaya, daya yang dibutuhkan, dan sebagainya), gambar detail pelaksanaan, pengelom• pokan lampu (grouping), arah/sudut cahaya, dan rencana anggaran biaya.
5.1
DOKUMENTASI TEKNIK
5.1.l Rencana Titik Lampu Selain berorientasi pada konsep desain untuk mewu• judkan kondisi visual yang diinginkan, pembuatan rencana titik lampu juga harus memperhatikan kondisi di lapangan. Pembuatan rencana titik lampu tidak dapat mengabaikan kondisi nyata maupun peran• cangan arsitektur. Selain agar tercipta desain yang utuh, hal tersebut dilakukan agar proses instalasi atau konstruksi dapat dilaksanakan dengan baik. Peletakan lampu downlight pada plafon, misalnya, harus mem• perhatikan pola plafon dan posisi balok-balok rangka plafon agar mendapatkan posisi peletakan yang baik. Demikian pula halnya pada lampu uplight, diffuse, wallwasher, dan lampu lainnya. Selain memengaruhi posisi lampu, kondisi nyata juga akan menentukan sistem jaringan kabel yang akan dibuat.
Dokumentasi Teknik dan Tahap lnstalasi
·--------------------------------------------Peletakan lampu uplight, diffuse, dan wallwasher tidak hanya memperhatikan posisi sasaran yang akan diterangi, namun juga harus memperhitungkan jarak Iampu dari sasaran dan lokasi peletakan yang me• mungkinkan. Peletakan yang salah, walaupun mem• berikan efek pencahayaan yang baik pada sasaran, hanya akan mengganggu kesatuan desain secara ke• seluruhan. Selain itu, hal tersebut juga akan meng• ganggu aktivitas yang tetjadi di dalam ruang, dan mengurangi kenyamanan dan keselamatan pengguna ruang. Pada rencana titik lampu, berbagai data harus disaji• kan secara jelas agar pihak pelaksana dapat melakukan proses instalasi sesuai dengan yang diingink~~ peran• cang. Data tersebut meliputi letak atau poslSl lampu serta arah atau sasaran yang akan disorot (khususnya bagi lampu sorot, floodlight, dan wallwasher), letak/ posisi ballast atau transformer, sistem ~ontrol _ serta grouping lampu, jaringan kabel, dan s1mbol-s1mbol yang digunakan. Informasi yang tidak jelas hanya akan membuat proses instalasi menjadi terganggu. Rencana titik lampu juga akan menjadi suatu arahan pada gambar detail serta spesifikasi lain yang lebih konkret.
...
153
-~~!------------------------------------
Dokumentasi Teknik dan Tahap lnstalasi
Desain Pencahayaan Arsite~tura~.
TREE Of{ SUILOiNO MOUNfE:O ADJUS!ABlE FIXTURE
[JJ
STAKEMOUNH!U AQjUSiASLE Fi;(TLIRt
s
·----------------------------------------------------------karakter cahaya yang akan dihasilkan, baik intensitas cahaya, wama cahaya, maupun pola cahaya. Dari sisi teknis, perancang akan mempertimbangkan secara tersendiri daya yang dibutuhkan, ballast yang diguna• kan, dan harga yang ditawarkan oleh produsen produk-produk tersebut.
.HJNCT!ON aox SlNGiE POL£ SWITCH
Si.VD LOWVOLTAGE DIMMER []
81::tO'.'YGRAD!::HXlURt
;-()
WALL MOUNT SCONCE
(0
S:m-
Setelah membuat konsep desain pencahayaan, lighting designerdapat memilih berbagai tipe, jenis, dan merek sumber cahaya, dan armatur yang sesuai. Untuk itu, lighting designer dapat berdiskusi dengan produsen lampu untuk mendapatkan spesifikasiyang menunjang konsep perancangan. Walaupun setiap produsen atau pabrik lampu telah mengeluarkan katalog untuk tiap• tiap produk yang mereka produksi, perancang harus tetap melihat secara langsung efek cahaya yang di• hasilkan oleh produk-produk tersebut, hal ini ber• hubungan dengan karakter cahaya yang sangat spesifik.
'l-WAVOIMM(R SW!lCH
PAlHUGHT
STEP-UGHl f•tOE.$lRiAN LiGHl
(.)
Gambar 5.1 Contoh simbol yong dopa! digunokon podo rencono titik lompu (Sumber: Mayer, 1992)
'i. tao.
,,,~-, STR££TUGHT
-ft]-
-
ro OE lJETEH~NED NUMB£::RED NOTE
BOllARO
INCANOtSCSNt .STRIPUGHl
CENTERL!Nt
DEfAJl
e G')
SECTION HXfURE fYPt .10£.:NflFICAllON
5.1.2 Spesifikasi Teknis Seperti halnya dokumentasi perancangan arsitektur yang dilengkapi dengan detail spesifikasimaterial serta perlengkapan yang akan digunakan, desain pencaha• yaan pun dilengkapi dengan hal-hal yang sama. Ren• cana titik lampu yang telah dibuat harus dilengkapi dengan spesifikasi sumber cahaya dan armatur lampu yang akan digunakan. Hal ini menjadi penting karena rencana tersebut akan berkaitan dengan hasil yang diharapkan pada konsep perancangan. Pemilihan jenis sumber cahaya dan armatur lampu tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan estetika untuk tampilan fisiknya, namun berhubungan dengan
..
Perkembangan teknologi pencahayaan yang sangat cepat harus mampu diimbangi oleh lighting designer yang menyusun konsep perancangan. Pada perkem• bangannya, konsep sustainability yang mendukung terwujudnya kehidupan yang berkelanjutan meng• arahkan teknologi pencahayaan pada produk lampu yang hemat energi, namun tetap mampu menghasil• kan intensitas cahaya yang tinggi. Dengan demikian, update data harus selalu dilakukan oleh pihak pe• rancang dengan selalu menjalin hubungan dan ber• diskusi dengan pihak produsen atau pabrik lampu. Bagi pihak pelaksana, spesifikasi lampu sangat penting bagi proses pengadaan, proses instalasi, kebutuhan daya, dan berbagai kebutuhan teknis lainnya. Untuk
155
156
Desain Pencahayaan Arsitektural
-------------------------------------------------------· itu, data lengkap mengenai spesifikasi lampu yang dilampirkan oleh lighting designer akan sangat membantu pihak pelaksana dalam tahap instalasi dan konstruksi. Spesifikasi teknis ( cut sheets) biasanya telah disediakan secara mendetail oleh tiap-tiap pro• dusen lampu sehingga lighting designer dapat me• lampirkannya sebagai bagian dari dokumentasi teknis yang akan disusun dan memberikan keterangan arahan pada rencana titik lampu yang mengacu pada spesifikasiteknis tersebut.
•-' .---
--....- •
~"!':~ ·
. ..
........ .>(c
<"',io"'"""....
-·
,
------- -------··--
'-----------''""~---------------------.l
:.:.;..,"_:,!,;.',,'".:_:i!7.,.'~,~t.,:,r~ ..:-,;:
1 .. :-
DokumentasiTeknik dan Tahap lnstalasi
157
·--------------------------------------------------------------------·
~..$-=-·-·- --- ·-• _.,,__•a...•••·•H.OI • ':""-" "'_,
...
;._..,..~7.,.;:.::.---• =r-~':'..;r'.... ...;;.;. .;;;·t',:c;;;•· ,~.:u;·;.:.:.: .
~
---
······ h~~-·---·-··· ··
: .... .:·h-~~-
:~~ - -~-
-
:
'""',,,
'
:
u.>:
tr: 1i:
:.~ ...• ~,J
H"!
1.::
::-..=--....:...-.-------------·· ---·--
. . ~-----
-
T'{.'J> , .... ~,i:;a ,..i:,
;'!_
r~
_l
1~~::~-:~
~------.·-----I
ll'fl
~
;;i~
\ •\
~
!'! \Mo:'>
----
---
Gambar S.3 Spesifikosi lompu ho//ordlengkop dengan !otometri, sumber cohoyo, material, don dimensi (Sumber: Ing. Castaldi lluminazione General Catalogue 1 /2006)
i.va "''~ ~-1:'1 IOI ~1• r tr UJJ
r•~
'l ;,11."'
"''; ,-,
5.1.3 PembuatanDetail Gambar S.2 Spesifikosi lompu menunjukkon secoro lengkop fotometri, sumber cohoyo, sudut cohoyo, doyo, intensitos cohoyo serto material, don dimensi ormotur. (Sumber: ERCO Program 2006/07).
W 1,-. , I;;, -~- ~,c,, :ti
~
"'""{)!
t!•
, ....
V· ,..,
Gambar-gambar detail merupakan dokumen yang sangat penting bagi pihak pelaksana dalam melakukan proses instalasi atau konstruksi. Dokumen tersebut akan memuat langkah-langkah yang harus dilakukan pada tahap instalasi, seperti material yang akan digunakan, letak, dimensi, sistem konstruksi, dan pelaksanaannya. ..
-~~~----------------------------
--------D--e-sa-i-n--P-e-n-cah --a-y-a-a-n--A-r-s-it-e-k-tu-r-a-l --·
_Dokumentasi Teknik dan Tahap lnstalasi -----------------------------~~:.
pihak lighting designer terkait dengan konsep yang telah dibuat dan harus disetujui oleh klien ( owner) sebagai pemilik proyek. Dalam RAB, biaya pengadaan dan pelaksanaan men• jadi bagian pokok, di samping anggaran bagi jasa pe• rancang dan pelaksana. Data pengadaan meliputi harga seluruh sumber cahaya, armatur, ballast, transformer, kabel, aksesoris, dan perlengkapan lainnya, sedangkan anggaran pelaksanaan terkait dengan berbagai material yang digunakan pada tahap konstruksi.
Gambar S.4 (ontoh detail konstruksi podo lompu column don f8{{8S80
(Sumber: Ing. Castaldi lluminazione General Catalogue 1 /2006)
5.1.4 Rencana Anggaran Biaya Rencana anggaran biaya (RAB) merupakan dokumen yang berisi anggaran biaya secara keseluruhan yang dibutuhkan dalam perwujudan konsep desain yang telah dibuat. Rencana anggaran biaya dibuat oleh
1.
Armatur dan Sumber Cahaya Bagian ini menjelaskan spesifikasi armatur dan sumber cahaya yang digunakan, merek, daya, jumlah yang dibutuhkan, harga satuan, harga keseluruhan, dan lokasi peletakannya.
2.
Ballastdan Transformer Bagian ini berisi penjelasan tipe ballast dan trans• former yang digunakan, serta harga satuan dan keseluruhan.
3.
Kabel dan Aksesoris Bagian ini menjelaskan jenis kabel yang digunakan dan kebutuhan kabel (dalam meter), dan berbagai aksesoris yang digunakan (lensa, filter wama, dan sebagainya) beserta dengan harga satuan dan keseluruhan.
4. Biaya Konstruksi Bagian ini berisi perincian biaya yang dibutuhkan pada tahap pelaksanaan atau konstruksi, termasuk biaya material dan peralatan yang dibutuhkan.
I 60
·-------
Desain Pencahayaan Arsitektural
- ---------------------------------------------------------· 5.2 PROSfS INSTALASI 5.2.l Tahap Kansfruksi Tahap pelaksanaan atau konstruksi ( construction phase) menjadi awal bagi terwujudnya gagasan yang tertuang dalam konsep perancangan. Di Tahap ini, kontraktor atau pelaksana akan bertanggung jawab secara penuh untuk mewujudkan konsep yang ter• tuang di dalam dokumentasi teknik. Namun, dalarn proses konstruksi, kontraktor harus tetap melakukan koordinasi dengan lighting designer, arsitek peren• cana, maupun arsitek lanskap agar tercapai hasil yang maksimal. Hal ini juga penting untuk menghindari terjadinya kesalahan konstruksi akibat benturan dengan fasilitas lainnya, seperti lanskap dan sistern drainase. Peletakan lampu pada posisi yang sesuai dengan ren• cana peletakan titik lampu menjadi hal yang sangat penting dalam proses pelaksanaan. Di samping itu, sistem jaringan kabel (cabling/wiring) harus tertata dengan baik dan terintegrasi dengan elemen lanskap lainnya, seperti pekerasan, taman, kolam, dan sebagainya. Pada tahap konstruksi, pemasangan lampu yang me• nyatu dengan elemen fisik, seperti trotoar, tangga, dinding, dan langit-langit, harus mendapatkan per• hatian khusus. Pada tahap pelaksanaan, lampu-lampu yang menyatu dengan elemen fisik atau yang dikenal dengan istilah reccesed lighting, harus dipasang ber• samaan dengan proses konstruksi bangunan atau lans• kap. Hal ini untuk menghindari terjadinya pembong• karan pada elemen-elemen tersebut apabila proses
DokumentasiTeknik dan Tahap lnstalasi
161
·--------------------------------------------------------- - -----· instalasi dilakukan setelah konstruksi bangunan/ lanskap. Dengan kata lain, proses konstruksi yang dilakukan secara terintegrasi akan memberikan hasil yang baik, dapat menekan biaya pelaksanaan, dan waktu yang dibutuhkan. Dalam hal ini, koordinasi di antara berbagai pihak akan menentukan hasil yang akan diperoleh. Kesa• lahan yang diakibatkan oleh koordinasi yang buruk tentu akan rnemberikan hasil yang buruk, memakan biaya yang jauh lebih besar, dan menunda waktu penyelesaian konstruksi.
5.2.2 PengaturanAroh Cahaya Tahap terakhir dari proses instalasi pencahayaan ada• lah pengaturan arah cahaya atau aiming. Tahap ini dilakukan setelah seluruh proses instalasi dan kons• truksi selesai dilaksanakan. Pengaturan arah cahaya atau sudut cahaya sangat berpengaruh pada efek cahaya, kualitas cahaya, dan bayangan yang dihasil• kan. Untuk itu, proses ini harus dilakukan di bawah pengawasan dan arahan tim perancang. Pengaturan arah cahaya ditujukan pada lampu dengan arah cahaya tertentu, seperti spotlight, floodlight, atau wallwasher. Beberapa armatur (fixture) telah dileng• kapi dengan fasilitas rotator serta keterangan sudut rotasi yang akurat sehingga proses pengaturan sudut cahaya dan pengunciannya dapat dilakukan dengan cepat dan mudah. Proses ini akan memberikan hasil yang optimal apabila dilakukan pada malam hari. Di dalam kegelapan, arak cahaya akan lebih mudah untuk diatur. Hal ini juga berlaku untuk efek cahaya yang dihasilkan. Dalam beberapa kasus, sudut cahaya yang
162
Desain Pencahayaan Arsitektural
·--------------------------------------------------------------------·
·-------------------------------------------------
ditetapkan di lapangan pada saat pengaturan dapat berbeda dengan perhitungan yang dilakukan pada gambar kerja. Hal ini dapat diakibatkan oleh berbagai faktor, di antaranya kondisi nyata yang berbeda dengan data yang ada clan pengaruh sumber cahaya lain, seperti pantulan benda langit (bulan, bintang, clan langit), maupun sumber cahaya di sekitarnya (bangun• an, jalan, clan kendaraan bermotor). Namun, kondisi ini bukanlah sebuah masalah yang serius karena konsep dasar perancangan tetap menjadi titik tolak dari proses instalasi.
dilakukan secara menyeluruh pada berbagai elemen, yaitu
Dokumentasi
Teknik dan Tahap lnstalasi
1. sumbercahaya Sebagai penghasil cahaya, perawatan sumber caha• ya harus dilakukan secara rutin. Sumber cahaya yang tidak berfungsi harus segera diganti dengan yang baru. Demikian halnya dengan sumber caha• ya yang tertutup oleh debu clan kotoran yang harus segera dibersihkan agar cahaya yang dihasilkan dapat maksimal clan kualitas cahaya dapat tetap dipertahankan. 2. armatur lampu Sebagai rumah lampu bagi sumber cahaya serta berfungsi untuk melindungi sumber cahaya clan menciptakan efek cahaya yang menarik, rumah lampu harus selalu dibersihkan. Berbagai kotoran, debu, clan bahkan binatang yang bersarang di dalamnya dapat mengurangi kualitas clan kuantitas cahaya yang dihasilkan. Berbagai faktor tersebut juga dapat menyebabkan usia lampu menjadi lebih pendek.
Gambar S.S
Tingkot okurosi sudut cohoyo songat dipengoruhi oleh produk ormatur lompu (Sumber: ERCO Program 2008/09)
5.2.3 Perav.iatan Setelah sebuah proses instalasi selesai, clan bangunan serta ruang luamya telah siap untuk menampung seluruh fungsi clan aktivitas yang ada, masih ada satu tahap yang harus dilakukan secara rutin agar pencaha• yaan dapat memberikan kualitas visual yang baik. Tahap tersebut adalah perawatan atau maintenance. Perawatan tidak hanya dilakukan pada sumber cahaya clan armatur lampu, namun juga pada berbagai elemen lampu yang lainnya. Agar pencahayaan eksterior dapat memberikan hasil yang optimal, perawatan harus
3. ballastdan transformer Ballast clan transformer sangat berpengaruh dalam proses operasional sumber-sumber cahaya, untuk itu kedua elemen ini harus selalu mendapat per• hatian. Ballast atau transformer yang rusak harus segera diganti karena dapat mengganggu proses operasional sumber cahaya serta dapat menimbul• kan suara yang mengganggu. 4. sasaran cahaya .. Kualitas cahaya sesungguhnya tidak hanya ter• gantung pada sumber cahaya clan perlengkapan-
163
'
-~~~------------------------------
Desain Pencahayaan Arsitektural
-----------------------------------·
nya, tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi sasaran. Dinding yang kotor akibat debu dan kotoran akan mengurangi tingkat pantulan cahaya yang dihasil• kan. Untuk itu, kotoran yang melekat harus segera dibersihkan, sedangkan dinding yang pudar catnya harus dicat kembali. Hal ini juga berlaku pada objek arsitektural lainnya, seperti sculpture, air, dan vegetasi. Sculpture dan air yang kotor akan mengurangi kualitas cahaya yang dihasilkan, se• dangkan vegetasi yang tidak terawat, yang bentuk dan dimensinya berubah, akan menyebabkan efek cahaya menjadi berbeda dengan konsep awal yang telah ditetapkan.
Daftar Pustaka
Ashihara, Yoshinobu.1970. Exterior Design in Architecture. New York: Van Nostrand Reinhold Company. Chew, Michael. Y. L & Tan Phay Ping. 2003. Staining of Fscede. Singapore: World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd. Ching, D.K. 1979. Architecture: Form, Space & Order. New York: Van Nostrand Reinhold Company. Cullen, Gordon.1975. Townscape. New York: Van Nostrand Reinhold, Egan, M. David. 1983. Concept in Architectural Lighting. New York: McGraw-Hill Book Company. JES Lighting Handbook. 1987. Illuminating Engineering Society of North America Lam, William M.C. 1977. Perception and Lighting as Formgivers for Architecture. New York: McGraw- Hill Book Company. Lechner, Norbert. 2007. Heating, Cooling, Lighting: Metode Desain untuk Arsitektur. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Lumsden, W.K. 1974. Outdoor Lighting Handbook. Epping: Gower Press Limited. Lynch, Kevin. 1960. The Image Of The City. London: The MIT Press .
...
Mangunwijaya, Y.B. 2000. Pengantar Fisika Bangunan. Jakarta: Penerbit Djambatan.
Desain Pencahayaan Arsitektural
166
INDEKS
Manurung, Pannonangan. 2002. "Faktor- Faktor Pen en tu Sistem Pencahayaan Fasade Bangunan Pada Kawasan". Laporan Tesis S2 Magister Desain Kawasan Binaan UGM, Yogyakarta. Manurung, Parmonangan. 2007. "Persepsi Visual dalam Desain Pencahayaan Arsitektural" dalam Proceeding International Conference. Universitas Islam Indonesia. Manurung, Parmonangan. 2008. "Kualitas Pencahayaan pada Bangunan Bersejarah", Jumal Teknik Arsitektur DIMENSI. Surabaya: Universitas Kristen Petra. Moyer, L.M. 1992. The Landscape Lighting. New York: John Wiley & Sons, Inc. Phoenix, G. "Lighting conservation.com>
m
the
Townscape".
cwww.building
Rossi, Aldo. 1982. The Architecture of The City. New York: MIT Press. Sanoff, Henry. 1991. Visual Research Methods in Design. New York: Van Nostrand Reinhold. Satwiko, Prasasto. 2004. Fisika Bangunan 2. Yogyakarta: Penerbit Andi. Smardon, R. 1986. Fondation for Visual Project Analysis. New York: John Wiley and Sons. Inc. Simons, John Ormsbee.1983. Landscape Architecture. McGraw-Hill Book Company.
New York:
Steffy, Gary. 2002. Architectural Lighting Design. New York: John Wiley and Sons. Inc. Walker, Theodore. D. 2002. Rancangan Tapak & Pembuatan Detail Konstruksi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
A
D
air mancur, 78, 89, 99, 106, 107, 116, 148, 149 air terjun, 89, 106, 107, 148 arah cahaya, 10, 19, 20, 25, 26, 69, 70, 72, 73, 75,83,90, 116, 121, 129, 135, 161 armatur lampu, 46, 57, 62, 65, 68,69, 72, 73, 74, 76, 77, 79, 80,81,83,89,90,93, 126, 140, 154, 162
daytime, 31 detail, 1, 5, 6, 9, 10, 11, 24, 26, 33, 77,94,95,96, 111, 113, 115, 117, 128, 129, 134, 146, 151, 152, 153, 154, 157 diffuse, 25, 26, 55, 75, 83, 121, 122, 138, 152, 153 direct lighting, 69 direction, 113 distribusi cahaya, 24, 36, 55, 68, 69, 76,90 downlight, 25, 26, 27, 47, 60, 73, 74,83, 116, 121, 122, 152
B bentuk, 129 bentuk kompak, 58, 59 bollard, 65, 88, 146
c candela, 45 cascade, 106, 148 citravisual, i, 9, 10, 11, 12, 17, 20,53,84,93,96, 110, 136, 140, 142, 143 ~ color, 28, 65, 114 compact fluorescent, 59 computer calculation, 46, 47
E elemen air, 106, 107, 116 elemen dekoratif, 94, 95, 96 elemen garis, 58, 93, 94, 140, 141 elemen horizontal, 86, 118, 122 elemen struktur, 6, 140, 142 elemen vertikal, 111, 118, 121, 122
168 .
Desain Pencahayaan Arsitektural
-------------------------------------------------------------· F
fasad, 5, 19, 25, 61, 79, 93, 94, 95, 96, 98, 111, 112, 113, 114, 142 floodlight, 33, 61, 65, 79, 80, 88, 89, 143, 153, 161 fluorescent lamp, 54, 57 fountain, 106, 148 fungsi, 143
H High Intensity Discharge, 54, 60 High Pressure Sodium, 61, 63, 67, 146
I iluminan,40,41,42,43,45 iluminan horizontal, 45, 48 iluminan vertikal, 45, 48 incandescent lamp, 54 indirect lighting, 71 intensitas cahaya, 8, 9, 14, 17, 18,20,24,25,27,36,38,39, 45,46,59,64,65,68,69, 70, 74, 75,84, 114, 119, 123, 124, 125, 128, 134, 144, 145, 155
K karakter kota, 2, 4, 6 kolam, 37, 78, 89, 99, 106, 107, 108, 116, 144, 160 konsep arsitektural, 20, 110 kualitas pencahayaan, 10, 11, 17, 18, 19,21,31,37,47 kuantitas pencahayaan, 17, 37, 44,45,46
L lampu bawah air, 89 lampu dinding, 83 lampu gantung, 76, 85 lampu pijar, 14, 54, 55, 57, 59, 60,61, 74 lampu sorot, 12, 55, 61, 77, 79, 91, 112, 153 lampu tangga, 84 lampu tiang, 85, 86, 88 LED, 54, 64, 65, 84, 126 lokasi pemasangan, 116 lumen, 45, 46 lumen method, 46 luminan, 45, 48 lux, 45, 46
M
J jumlah cahaya, 45, 117
massa, 8, 18, 19, 112, 123, 127, 128, 129, 130, 131, 132
169
lndeks material, 13, 35, 40, 75, 90, 91, 94,96,97,99, 100, 101, 102, 103, 107, 110, 113, 116, 117, 120, 128, 129, 134, 135, 143, 146, 154, 157, 159 merkuri, 57, 59, 61, 62, 63, 67, 146 metal halida, 61, 62, 63, 67, 88
p penanda kota, 6 pencahayaan bangunan, 31, 112, 113 pencahayaan eksterior, 21, 37, 38,39,40,43,50,61,62,65, 70, 72, 77,90,91,93, 111, 162 pencahayaan jalan, 3, 5, 40, 43, 69, 111, 114, 115 pencahayaanlangsung,50,69 pencahayaan taman, 37, 116 pengaturan arah cahaya, 161 persepsi visual, 21, 22, 23, 25, 26, 30,31,32,34,35 pola cahaya, 5, 20, 26, 27, 68, 74, 77, 79,80,84,88,89, 114, 119, 123, 126, 129, 155 pola lampu, 116 pole lighting, 85, 146 pool, 106 preference, 24, 25
.
R rencana anggaran biaya, 152, 158 rencana titik lampu, 152, 153, 154, 156 ruangterbuka, 13,38,99, 105, 106, 111, 126, 130, 144, 145, 146, 147, 148
s setback, 94, 98 sirkulasi, 19, 65, 82, 86, 91, 93, 100, 101, 103, 104 spaciousness, 24 spesifikasi teknis, 154, 156 spotlight, 77, 79, 89, 141, 161 standar pencahayaan jalan, 40 standar pencahayaan jalur pejalan kaki, 42 standar pencahayaan tempat parkir, 43 step light, 84 struktur, 11, 12, 94, 95, 120, 129, 140, 141 sudutcahaya,69, 77, 79,80,90, 91, 141, 152, 161 sumber cahaya, 14, 15, 19, 32, 44,45,46,47,49,53,54,56, 57,61,62,64,68,69, 70, 71, 74, 75,84,88,89,90,91,93, 124, 125, 126, 140, 145, 146, 152, 154, 155, 159, 162, 163 suspension, 85
170
Desain Pencahayaan Arsitektural
·--------------------------------------------------------------------· T
v
tahap instalasi, 29, 152, 156, 157 tahap konstruksi, 30, 151, 159, 160 tekstur, 6, 12, 13, 26, 31, 96, 97, 99, 104, 112, 113, 117, 118,
vegetasi, 13, 61, 78, 93, 104, 107, 116, 120, 142, 164 visual clarity, 24
120, 128, 129, 138 teniplat~46,48,49,50 tingkat penerangan, 64, 115
u underwater, 89 upligbt; 12,121, 25, 26, 72, 152, 73, 74, 83, 116, 122,27, 131, 153
w wall light, 83 wallwasher, 65, 80, 81, 83, 152, 153, 161 wama cahaya, 13, 14, 20, 25, 27, 56,65, 119, 123, 125, 129, 132, 143, 149, 155
Biografi Singkat
Parmonangan
Manurung lahir di Palangkaraya pada
tanggal 23 Januari 1975. Menyelesaikan program sarjana di Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta, kemudian melanjutkan studi di program pascasarjana Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Gadjah Mada pada tahun 2001 dan meraih gelar Master Teknik pada tahun 2002, dengan tesis mengenai pencahayaan kawasan. Kristen W acana Yogyakarta dan mengampu mata kuliah Desain Saat ini Duta menjadi pengajar tetap Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Pencahayaan Arsitektural. Pada tahun 2005 mengikuti Master Class di Berlage Institute Rotterdam clan memiliki kesempatan untuk mengamati berbagai karya arsitektur di Eropa yang memiliki pendekatan desain pencahayaan yang baik. Ketertarikan terhadap desain pencahayaan clan arsitektur kerap dituang• kan ke dalam tulisan yang dimuat di beberapa media massa nasional, baik koran, tabloid, maupun majalah arsitektur. Selain itu, beberapa tulisan ilmiah dan hasil penelitian tentang desain pencahayaan (alami clan artifisial), baik secara kuantitas maupun kualitas telah diterbitkan dalam jurnal ilmiah clan laporan seminar. Berbekal pengalaman ruang dan visual di beberapa kota di Eropa clan Asia, serta beberapa hasil penelitian clan pengalaman praksis, penulis berupaya menulis buku Desain Pencahayaan Arsitektursl yang diharapkan mampu memberikan pemahaman mengenai desain pencahayaan bagi siapa pun yang membutuhkannya.