K3 BEJANA TEKAN PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN DIPABRIKASI PEMBUAT / PEMANUFAKTUR
1. UMUM Dalam pelaksanaan pengawasan secara preventif berdasarkan Undangundang No. Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, maka penghawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 ) terhadap bejana tekan dimulai dari tahap perencanaan, selama pembuatan, pengangkutan / peredaran, pemakaian dan pemeliharaan Khususnya dalam tahap pembuatan bejana tekan pengawasan dan pemeriksaan meliputi : a. Kualifikasi pabrik pembuat / pemanufaktur b. kualifikasi ada / tidaknya Inspektur pabrik pembuat (Quality Control) c. Kualifikasi juru las d. Penilaian terhadap produk yang dihasilkan 2. PEMERIKSAAN SEBELUM PEMBUATAN ( PRA PABRIKASI ). Sebelum pembuatan bejana tekan dimulai, pabrik pembuat / pemanufaktur harus memiliki pengesahan perencanaan/desain atau gambar rencana terlebih dahulu dan semua sertifikat atau dokumen serta menetapkan prosedur kerja. disamping itu lembar pengesahan harus diteliti secara cermat atau seluruh persyaratan yang harus dilaksanakan pada pembuatan bejana tekan, baik persyaratan teknis maupun istratif termasuk pembuatan laporan pemeriksaan ( Inspection Report dan Lain-lain ) 3. SERTIFIKAT MATERIAL Semua bahan yang digunakan dalam konstruksi atau pembuatan bejana tekan harus mempunyai sertifikat yang disyahkan oleh instansi atau badan yang berwenang mengeluarkan sertifikat bahan 4. PROSEDUR PENGUJIAN PEMADATAN Penelitian dilakukan berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia, dan meliputi hal-hal sebagai berikut : a. Persiapan pengujian b. Kalibrasi, tempat/daerah, kerja maksimum dari pedoman tekanan, temperatur dan perekam tekanan c. Medan uji d. Cara pengisian dan pemadatan e. Tekanan uji dan holding time f. Cara pengosongan dan pembersihan
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN BEJANA TEKAN UNTUK MENDAPATKAN IZIN PEMAKAIAN 1. Pemeriksaan dan pengujian pertama di tempat kerja setelah selesai pemasangan instalasi. Pada prinsipnya izin pemakaian bejana tekan hanya dikeluarkan satu kali selama bejana tekan tersebut masih beroperasi (dapat digunakan dalam proses produksi) 2. Meneliti dokumen Pabrikasi/pembuatan Meneliti dokumen teknis pembuatan bejana tekan dari perusahaan/pabrik pembuat termasuk pemeriksaan dan pengujian selama pembuatan sesuai yang disyaratkan meliputi : a. Sertifikat material yang digunakan b. perhitungan kekuatan konstruksi c. Gambar desain/konstruksi d. Laporan hasil pemeriksa tidak merusak ( NDT ) e. laporan hasil pengolahan panas ( bila ada ) f. Sertifikat pengelasan meliputi prosedur pengelasan dan hasil pengujian prosedur pengelasan ( Wps dan Pqr ) serta sertifikat juru las ( bila ada ) g. Sertifikat kalibrasi alat-alat pengaman ( bila ada ) 3. Pengujian pemadatan atau pressure test Pemeriksaan dilakukan mulai tahap persiapan, pelaksanaan dan sesudah pengujian meliputi ghal-hal sebagai berikut : a. Sertifikat kalibrasi dan identifikasi dari pedoman tekanan bila disyaratkan b. Bagian-bagian kerja maksimum dan lokasi pedoman tekanan dan perekaman tekanan c. Tekanan uji pada pedoman tekanan dan perekaman tekanan d. Lakukan pemeriksaan kebocoran dan perubahan bentuk pada daerah atau bagianbagian yang kritis pada tekanan pemadatan dan sesudah pemadatan 4. Pengujian Tingkap Pengaman Hal-hal yang perlu diperhatikan : a. Sertifikat kalibrasi dari tingkap pengaman b. Tekanan saat tingkap pengaman membuka dan saat menutup harus sesuai dengan peraturan standar yang digunakan dan sesuai peraturan yang berlaku
BEJANA TEKAN TANPA DOKUMEN ATAU DOKUMENNYA TIDAK LENGKAP
Bilamana karena sesuatu hal bejana tekan tidak memiliki dokumen teknis yang lengkap ( hilang atau tidak lengkap ) dan bejana tekan tersebut akan dipakai / dioperasikan, maka bejana tekan tersebut perlu dilakukan pemeriksaan khusus guna mengetahui apakah bejana tekan tersebut cukup memenuhi persyaratan keselamatan kerja yang telah ditetapkan. Langkah-langkah yang perlu dilakukan : Pembenahan Dokumen Teknis a. Bila tidak memiliki gambar konstruksi, lakukan pemeriksaan dimensi dengan melakukan pemeriksaan ketebalan, pengukuran badan (sheel) tanpa head (dari sambungan sampai dengan sambungan) panjang head (tutup) jumlah alat-alat perlengkapan dan alat pengaman, volume bejana dan tanda-tanda pengenal (pelat nama dan lain-lain yang dipandang perlu). Kemudian dibuatkan gambar konstruksi lengkap dengan skala paling kecil 1 : 10 diatas kertas kalkir berukuran paling kecil A5. b. Bila tidak memiliki sertifikat material Bila berbagai usaha untuk mendapatkan sertifikat material tidak didapatkan, maka harus dilakukan pemeriksaan / penyelidikan bahan. Pelaksanaan pemeriksaan/penyelidikan bahan dilakukan sebagai berikut : 1. Lakukan hardnees tester terhadap semua bagian bejana meliputi badan (sheel), tutup (head) dan bagian-bagian lainnya yang dianggap meragukan (bagian-bagian yang lemah). 2. Bila dipandang perlu untuk mengetahui komposisi bahan dapat dilakukan pengambilan contoh pelat (PB). Laporan hasil pemeriksaan / penyelidikan bahan tersebut pada a dan b digunakan sebagai pengganti sertifikat material. c.
1. 2. 3. 4.
Pengujian pemadatan / pressure test Pemeriksaan dilakukan pada tahap-tahap persiapan pelaksanaan dan sesudah pengujian meliputi hal-hal sebagai berikut : Sertifikat kaliberasi dan identifikasi dari pedoman tekanan (termasuk untuk pedoman temperatur dan perekam tekanan jika disyaratkan). Daerah kerja maksimum dan lokasi dari pedoman perekam tekanan. Tekanan uji pada pedoman dan perekam. lakukan pemeriksaan kebocoran dan perubahan bentuk pada daerah kritis lainnya pada tekanan pemeriksaan dan sesudah pengujian.
d. Pengujian tingkap pengaman Hal-hal yang diperhatikan : 1. Sertifikat kaliberasi dari pedoman tekanan. 2. Tekanan saat tingkap pengaman membuka, dan saat menutup harus sesuai dengan persyaratan standar yang digunakan. 3. Evaluasi dan laporan hasil pengujian.
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN KHUSUS Dimaksud pemeriksaan dan pengujian khusus adalah suatu pemeriksaan dan pengujian bejana tekan yang sifatnya insidentil dan dapat dikelompokkan dalam jenis pekerjaan : a. Bejana tekan yang dimodifikasi. b. Bejana tekan yang mengalami kerusakan karena terbakar, sehingga mengalami perbaikan. c. Bejana tekan yang mengalami perubahan tekanan dan gas yang dikemasnya. Bejana tekan yang dimodifikasi Bejana tekan sejak mula telah dirancang untuk keperluan tertentu Langkah-langkah pemeriksaan/pengujian yang harus dilakukan adalah : 1. Meneliti Dokumen Bejana Tekan : a. Penelitian data-data dalam ijin / pengesahan pemakaian. b. Gambar konstruksi bejana tekan yang telah disyahkan (setelah dimodifikasi) termasuk perhitungan kekuatan konstruksinya. c. Prosedur / keterangan modifikasi d. Prosedur pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan 2. Pemeriksaan dan Pengujian Bejana Tekan yang dimodifikasi a. Pemeriksaan sifat tampak atau visual. b. Pengujian pemadatan c. pengujian tingkap pengaman
BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pada saat ini banyak perusahaan, baik perusahan swasta maupun BUMN yang memakai Bejana Tekanan atau lazim disebut dengan Bejana Tekan. Demikian pentingnya suatu Bejana Tekan di perusahaan-perusahaan tertentu, sehingga banyak
perusahaan yang terpaksa harus terhenti proses produksi di pabriknya akibat Bejana Tekan yang dipakainya mengalami kerusakan. Manfaat atau kegunaan Bejana Tekan sedemikian penting
pada perusahaan-
perusahaan tertentu, namun di balik itu terkandung potensi bahaya yang amat tinggi yang apabila sampai suatu bertekanan meledak kemungkinan akan menimbulkan korban manusia dan rusaknya sumber produksi. Mengingat
demikian
dahsyat
peledakan
yang
ditimbulkan
dan
demikian
memprihatinkan dan merugikan berbagai pihak dari dampak negatip yang di timbulkannya, maka Pengawasan K3 termasuk pembinaan K3 di perusahaanperusahaan pemakai Bejana Tekan mutlak diperlukan. Peran AK3U
dalam tugasnya membantu pimpinan perusahaan dalam upaya
mencegah terjadinya peledakan suatu Bejana Tekan di perusahaan tempat tugasnya adalah merupakan salah satu faktor penentu safe atau tidaknya pemakaian suatu Bejana Tekan di perusahaan ybs. B.
TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Tujuan Pembelajaran Umum
Dengan mempelajari modul ini diharapkan peserta
pelatihahan AK3U mampu
memahami K3 Bejana Tekan. 2. Tujuan Pembelajaran khusus Dengan mempelajari modul ini diharapkan peserta pelatihan mampu; a. Menyebutkan dasar hukum pengawasan K3 Bejana Tekan. b. Menyebutkan pengertian Bejana Tekan. c. Menjelaskan jenis-jenis Bejana Tekan. d. Menjelaskan beberapa contoh pemanfaatan Bejana Tekan. e. Menjelaskan persyaratan teknik Bejana Tekan. f. Menjelaskan standar warna cat Bejana Tekan g. Menjelaskan pemeriksaan wajib setiap Bejana Tekan h. Menjelaskan persyaratan istratif Bejana Tekan i. Menjelaskan penanganan botol baja di tempat kerja. j. Menjelaskan pemeriksaan visual rutin-internal Bejana Tekan. C. RUANG LINGKUP Yang akan dipelajari dalam modul ini sbb : 1. Dasar hukum pengawasan / penerapan K3 Bejana Tekan. 2. Pengertian Bejana Tekan. 3. Jenis-jenis Bejana Tekan.
4. pemanfaatan Bejana Tekan. 5. Persyaratan Teknik Bejana Tekan. 6. Standar warna cat Bejana Tekan. 7. Pemeriksaan wajib setiap Bejana Tekan 8. Persyaratan istratif Bejana Tekan 9. Penanganan Botol Baja secara aman di tempat kerja. 10. Pemeriksaan visual rutin-internal sesuatu Bejana Tekan.
BAB II DASAR HUKUM DAN PENGERTIAN A.
DASAR HUKUM
Dasar hukum pengawasan penerapan K3 bejana tekanan di Indonesia sebagai berikut ; 1. Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. 2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per.01/Men/1982 tentang bejana tekanan. 3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.Per.02/Men/1982 tentang kwalifikasi juru las. B. PENGERTIAN Dari peraturan perundangan K3 yang berlaku maka dapat dituliskan beberapa pengertian sbb ; 1. Bejana Tekanan Bejana tekanan ialah bejana selain pesawat uap didalamnya terdapat tekanan yang melebihi tekanan udara luar, dan dipakai untuk nenampung gas atau campuran gas termasuk udara, baik dikempa menjadi cair dalam keadaan larut atau beku. 2. Alat Pengaman Alat pengaman ialah semua alat perlengkapan bejana tekanan yang ditujukan untuk melengkapi bejana agar pemakaiannya dapat digunakan dengan aman.
BAB III POKOK BAHASAN A. JENIS-JENIS BEJANA TEKAN Bejana Tekanan dikelompokkan menjadi 4 ( empat) macam, sebagai berikut ; 1. Botol-botol baja yang memiliki volume air maksimun 60 liter 2. Bejana transport yang mempunyai volume air lebih dari 60 liter
3. Bejana penyimpanan gas atau campuran dalam tekanan padat dikempa menjadi cair terlarut atau beku. 4. Pesawat pendingin
yang
digunakan
sebagai
pendingin suatu zat dengan
memproses gas pendingin yang ada dalam pesawat, sedemikian rupa sehingga temperatur gas endingin tersebut lebih rendah dari pada temperatur sekitarnya dan dapat menyerap temperatur zat atau temperatur ruangan yang lebih tinggi menjadi lebih rendah sesuai dengan kebutuhan yang dikehendaki. B. PEMANFAATAN BEJANA TEKANAN Instalasi pipa bertekanan penyalur gas atau udara yang memiliki isi lebih dari 220 Cm3 dan tekanan kerjanya lebih dari Kg/Cm2 juga termasuk bejana tekan yang diatur dalam Permenaker No.Per.01/Men/1982. Di tempat-tempat kerja Bejana Tekan juga banyak digunakan untuk tempat penampungan udara atau gas bertekanan. Gas tersebut antara lain sebagai berikut ; 1. Innert gases Gas ini dapat mengurani kadar zat asam dan dalam keadaan biasa mudah bereaksi dengan bahan bakar, sebagai contoh Argon dan helium. 2. Flamable gases Gas ini mudah bereaksi dengan oksigen mudah menimbulkan kebakaran , titik nyalanya hanya 1000 C atau kurang, sebagai contoh LPG dan acetylene. 3. Corrosive gases Gas ini suatu gas yang karena reaksi kimia dapat mengakibatkan kerusakan apabila kontak dengan jaringan hidup dan sangat menyengat, sebagai contoh Chlore, sulfur diokside dan anhydrous amonia. Dibawah ini ditunjukkan gambar dari Bejana Tekan berisi Chlore bertekanan kerja 12 Kg/Cm2 yang dipakai pada suatu pabrik pulp. 4. Oxidizing Gases Gas pengoksid ini adalah suatu gas yang mungkin tidak mudah terbakar tetapi dapat menghasilkan oksigen yang dapat mempermudah pembakaran, dan gas ini sangat berbahaya apabila terserap lewat pernafasan. 5. Mixure Gases Gas campuran ini adalah suatu campuran dua atau lebih gas yang dibuat untuk keperluan tertentu dengan ketentuan gas-gas tersebut tidak akan bereaksi atau sama lain menjadi senyawa lain,contoh ; campuran CO ( 100 % ) dan ( 90 % ). 6. Liquid Gases Gas cair ini adalah suatu gas yang karena tekanan tertentu dapat berubah menjadi cair mempunyai titik didih 900 C , tekanan 14,2 Psi. 7. Medical Gases
Gas untuk keperluan kesehatan ini adalah suatu gas yang digunakan untuk keperluan kedokteran, sebagai contoh ; oksigen, udara tekan. C. PERSYARATAN TEKNIS BEJANA TEKAN Persyaratan teknis Konstruksi bejana tekanan yang harus dipenuhi bagi setiap bejana tekanan yang dipakai di Indonesia sbb ; 1.
Konstruksinya
Konstruksi Bejana Tekan yang memenuhi syarat indikasinya antara lain sbb ; a. Jenis material memenuhi standar yang berlaku. b. Tebal material tidak kurang dari hasil perhitungan kekuatan konstruksi berdasarkan formula yang diakui. c. Kondisi material tidak terdapat cacat yang melebihi batas. d. Sambungan las memenuhi syarat. e. Untuk ketebalan pelat drum dan head dengan ketebalan tertentu telah dilakukan heat treatmen setelah seluruh pengelasan selesai. f. Pada hydrostatic Test tidak ditemui kebocoran, rembesan, keretakan atau perubahan bentuk yang menetap. 2.
Alat pengaman
Alat pengamannya harus lengkap, kondisinya / ukurannya memenuhi standar dan berfungsi dengan baik. Alat pengaman pada botol baja harus terdiri dari sbb; a. Katup penutup. Katup penutup ini berfungsi mengendalikan tekanan, dimana manakala tekanan udara/gas dalam botol baja melebihi tekanan kerja yang diizinkan maka sebagian gas/udara akan keluar dari tabung sehingga tekanan turun kembali ke tekanan kerja yang diizinkan. Masing-masing katup penutup harus memiliki ukuran yang cukup. Jika botol-botol baja yang sejenis dengan tekanan kerja yang sama dirangkaikan satu sama lainnya, diperbolehkan memakai satu katup penutup bersama jika dari sudut keselamatan dapat di pertanggung jawabkan. Katup penutup untuk botol baja acetyllen atau amonia harus terbuat dari baja , sedangkan katup penutup untuk botol baja lainnya harus terbuat dari perunggu atau logam lainnya yang cukup baik. b. Kap pelindung Kap atau tutup pelindung ini harus kuat dan baik dan diberi lubang dengan garis tengah sekurang-kurangnya 6,5 mm atau apabila diberi dua lubang maka garis tengahnya masing-masing tidak boleh kurang dari
5 mm.
Harus didesign
sedemikian rupa sehingga jarak antara bagian dalam Kup pelindung dengan katup penutup tidak kurang dari 3 mm.
Kup pelindung ini harus selalu dipasangkan kecuali jika botol baja
sedang
dipergunakan. c. Alat anti guling Untuk menghindarkan menggelindingnya botol – botol baja yang dapat mengakibatkan cacat, maka alat anti guling sangat penting ada pada botol baja. Selain alat pengaman tersebut diatas, harus dipenuhi bahwa ulir penghubung pada botol-botol baja dengan pipa pengisi yang dipergunakan untuk gas yang mudah terbakar harus kekiri, sedangkan untuk gas lainnya harus mempunyai ulir kanan. Khusus untuk botol acetyllene harus mempunyai ulir kanan. Alat pengaman pada bejana tekan, kompressor yang memadat gas ke dalam bejana tekan atau pesawat pendingin harus dienhkapi dengan alat pengaman sbb ; a. Manometer yang memiliki angka skala tekanan paling kurang sama dengan tekanan percobaan, dan dilengkapi dengan ; 1). Strip merah pada tekanan tertinggi yang diizinkan. 2). Keran cabang tiga yang mempunyai flens dengan garis tengah 40 mm ,tebal 5 mm. b. Tingkap pengaman yang bekerja bilamana tekanan yang terjadi melebihi tekanan tertinggi yang diizinkan. c. Bejana
Tekan ini harus dilengkapi alat anti guling, kecuali yang karena
pengangkutannya dan pemakaiannya tidak mungkin menggelinding. Selain alat pengaman yang harus terpasang tersebut diatas, setiap Bejana Tekan harus diberikan tanda-tanda pengenal sbb ; a. Nama pemilik b. Nama dan nomor urut pabrik pembuat. c. Nama gas yang diisikan (bukan simbol kimia ) d. Berat dari botol baja dalam keadaan kosong tanpa keran dn tutup. e. Tekanan pengisian yang diizinkan. f. Berat maksimum dari sisinya untuk bejana tekan berisi gas yang dikempa menjadi cair. g. Besarnya volume jika diisi air untuk bejana berisi gas yang dikempa. h. Tanda dari bahan pengisi ( untuk botol baja yang berisi larutan acetyllen. i. Bulan dan tahun pemadatan pertama dan berikutnya. Tanda pengenal ini harus permanen ( slugh letter ) pada head bejana tekan, tetapi untuk pelat bejana tekan yang ketebalannya kurang dari 4 mm adalah dilarang dan dapat digantikan dengan pelat nama.
D. STANDAR WARNA Untuk secara visual dapat membedakan isi media dalam suatu bejana tekan sehingga sesuai dengan peruntukan yang dikehendaki, maka setiap botol baja harus dicat dengan warna yang telah ditetapkan berdasarkan peraturan perundangan K3 atau standar yang berlaku. Dapat kita bayangkan bagaimana sendainya botol baja bercat warna abu-abu yang tentunya berisi Nitrogen, kemudian oleh perusahaan distributor gas dikirim ke rumah sakit yang semestinya yang dibutuhkan oleh rumah sakit untuk pasien bukan nitrogen tetapi oksigen, maka akibatnya dapat kita bayangkan. Bejana tekan yang dipergunakan untuk menampung zat asam harus dicat warna biru muda, untuk menampung gas yang mudah terbakar harus dicat berwarna merah, untuk menampung gas beracun harus dicat berwarna kuning dan untuk menampung gas beracun yang juga mudah terbakar harus dicat berwarna kuning dan merah. Untuk lebih rinci dan memudahkan peengelompokan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel.1. Warna cat untuk botol baja atau tabung gas
Sebagaimana dijelaskan sebelunya bahwa instalasi pipa yang didalamnya terdapat/mengalir udara atau gas yang tekanannya melebihi tekanan udara luar juga termasuk Bejana Tekan. Pewarnaan yang benar pada instalasi pipa bertekanan juga perlu diterapkan di tempat-tempat kerja sehingga dengan secara visual saja siapapun dapat mengetahui jenis media yang mengalir di dalamnya. Daftar warna cat yang perlu dipedomani oleh AK3U dan diterapkan di tempat-tempat kerja pada area perusahaan ditempat tugasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel.2. Daftar warna cat untuk instalasi pipa bertekanan
E. PEMERIKSAAN WAJIB BAGI SETIAP BEJANA TEKAN 1. Pemeriksaan pada fabrikasi Setelah gambar rencana sesuatu Bejana Tekan disyahkan oleh Dirjen Binwasnaker Depnakertrans
RI,
maka
proses
pembuatannya
di
pabrik
pembuat
Bejana
Tekan dapat mulai dikerjakan. Pada saat mulai proses pembuatan Bejana Tekan di Indonesia, seharusnya dilakukan pengawasannya secara continue oleh Pengawas Ketenagakerjaan spesialis Pesawat Uap & Bejana tekan atau Ahli K3 spesialis pesawat uap & bejana tekan yang memiliki SKP dari Menteri Tenaga Kerja. Pengujian non destructine test ( NDT) dengan metode radiogaphy test atau ultrasonic test hanya boleh dilaksanakan oleh pihak ketiga yang memiliki SKP yang syah dari Menteri Tenaga Kerja & Transmigrasi R.I. 2. Pemeriksaan pertama Pemeriksaan
ini
wajib
dilaksanakan
sesuai
standar
pemeriksaan
yang
berlaku sebelum sesuatu Bejana Tekan diterbitkan Pengesahan pemakaiannya oleh instansi yang berwenang ( Depnakertrans / Disnakertrans ). Pada pemeriksaan pertama ini, kegiatan yang dilaksanakan oleh
petugas
pemeriksa/penguji tersebut meliputi ; a. Pemeriksaan kelengkapan berkas permohonan. b. Pemeriksaan visual konstruksi dan alat pengamannya. c. Recalculation perhitungan kekuatan konstruksi dengan menggunakan formula yang diakui. d. NDT kembali jika dianggap perlu dengan bantuan pihak ketiga. e. Hydrostatic test f. Pengujian katup penutup / tingkap pengaman. 3. Pemeriksaan Berkala Pemeriksaan berkala untuk Bejana Tekan wajib dilaksanakan sekali setiap lima tahun, untuk Bejana Tekan penampung Chlorine atau senyawa chlorine minimal sekali setiap dua tahun. 4. Pemeriksaan Khusus Pemeriksaan khusus ini wajib dilaksanakan apabila ; a. Terdapat kerusakan / reparasi b. Modifikasi c. Terjadi peledakan pada Bejana Tekannya. Pemeriksaan awal, berkala dan atau khusus tersebut menurut peraturan perundangan yang berlaku adalah wewenang Pengawas Ketenagakerjaan spesialis Pesawat Uap &
Bejana Tekan DEPNAKER/DISNAKER dan atau AK3U spesialis Pesawat Uap & Bejana Tekan dari PJK3 yang ber SKP dari Menteri Tenaga Kerja. F. PERSYARATAN ISTRATIF 1. Prosedur pembuatan Bejana Tekan Pembuatan Bejana Tekan di Indonesia harus didahului dengan pengesahan gambar rencana oleh Dirjen Binwasnaker Depnakertrans RI atas berkas permohonan yang disampaikan oleh pabrik calon pembuatanya. Pabrik pembuat Bejana Tekan di Indonesia harus memiliki SKP yang masih berlaku dari Dirjen Binwasnaker Depnakertrans RI. Selama pembuatan diawasi terus menerus oleh Pengawas / AK3 yang berwenang, dan setelah selesai maka kemudian harus dilengkapi dengan berkas laporan pengawasan pembuatan yang dilampiri gambar konstruksi, gambar detail sambungan , material sertifikat, perhitungan kekuatan konstruksi , hasil pemeriksaan visual sambungan las dll, hasil pemeriksaan kebulatan badan, hasil NDT dan hasil hydrotest. 2. Prosedur penerbitan Pengesahan pemakaian Menurut peraturan perundangan yang berlaku, setiap Bejana Tekan yang dipakai di tempat-tempat kerja di wilayah hukum Republik Indonesia ( pada sektor non Migas ) harus memiliki Pengesahan pemakaian untuknya dari Kadisnaker setempat, kecuali Bejana Tekan tersebut volumenya tidak lebih dari 220 Cm3 dan tekanan kerjanya tidak lebih dari 2 Kg/Cm2. Untuk memperoleh Pengesahan pemakaian dari Bejana Tekan yang akan dipakaianya, calon pemakai harus mengajukan surat permohonan ke Disnaker setempat secara lengkap. Isi berkas tersebut meliputi Formulir permohonan ( lihat pada lampiran modul ini ), plus berkas laporan pengawasan pembuatan Bejana Tekan yang bersangkutan yaitu meliputi gambar konstruksi, gambar detail sambungan, metarial sertifikat, laporan hasil NDT. Berdasarkan permohonan tersebut diatas maka selanjutnya dilakukan pemeriksaan dan pengujian oleh Pengawas Ketenagakerjaan spesialis Pesawat Uap & Bejana Tekan atau AK3 spesialis Pesawat Uap & Bejana Tekan yang berwenang. Dari hasil laporan pemeriksaan yang tertuang dalam fromulir laporan hasil pemeriksaan,
maka
Kadisnaker setempat menerbitkan
yang
Pengesahan pemakaian Bejana Tekan
bersangkutan. Untuk Bejana Tekan rental antar propinsi, Pengesahan pemakaiannya diterbitkan oleh Dirjen Binwasnaker Depnakertrans RI, sedangkan antar lintas Kota/Kabupaten diterbitkan oleh Kadisnaker Propinsi.
3. Prosedur reparasi Pada suatu saat, setiap Bejana Tekan akan mengalami kerusakan sehingga memerlukan reparasi bahkan mungkin afkir karenanya. Untuk reaparasi berat harus dilengkapi pengesahan gambar rencana Sebelum reparasi dilakukan harus dilakukan pemeriksaan khusus terlebih dahulu, kemudian sepanjang waktu reparasi dilakukan pengawasannya dan setelah reparasi selesai juga harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian kembali oleh petugas yang berwenang. Untuk melaksanakan reparasi Bejana Tekan tersebut , pengelasannya hanya boleh dilaksanakan oleh welder yang memiliki sertifikat juru las kelas I yang masih berlaku dari Dirjen Binwasnaker Depnakertrans RI. 4.
Peledakan Bejana Tekan
Bilama terjadi peledakan pada Bejana Tekan yang dipakainya, apakah menimbulkan korban atau tidak menimbulkan korban, maka menurut parturan perundangan yang berlaku pimpinan perusahaan wajib segera melaporkannya ke setempat dan harus bertanggung jawab untuk menjaga jangan sampai terjadi perobahan kondisi tempat kejadian kecelakaan kerja tersebut, namun P3K bagi para korban harus segera dilakukan. Dari pemeriksaan khusus ini dimaksudkan untuk memperoleh fakta sebab-sebab yang mengakibatkan peristiwa tersebut sehingga jelas siapa yang harus bertanggung jawab dan sebagai bahan masukan atau kajian selanjutnya dalam rangka upaya pencegahan peristiwa yang serupa diseluruh wilayah Republik Indonesia. G.
PENANGANAN BOTOL BAJA DI TEMPAT KERJA Kadangkala kita jumpai penanganan botol-botol baja di tempat-tempat kerja masih sedemikian rupa dan membahayakan keselamatan pekerja beserta perusahaan, sebagai contoh ;
menempatkan botol baja
investasi
yang masih berisi di
lapangan yang langsung terkena sinar matahari, terlalu dekat dengan sumber panas / api, memindahkan dengan cara sembarangan dsb. H.
PEMERIKSAAN VISUAL RUTIN-INTERNAL 1. Batas wewenang pemeriksaan Pemeriksaan awal, berkala dan khusus Bejana Tekan, berdasarkan peraturan perundangan K3 yang berlaku adalah wewenang Pengawas Ketenagakerjaan spesialis pesawat uap & bejana tekan dari DEPNAKER/DISNAKER dan AK3 spesialis pesawat uap & bejana tekan
dari PJK3 yang ber SKP syah dari Menteri Tenaga Kerja. Sebagaimana telah diketahui, bahwa pemeriksaan berkala jangka waktunya demikian panjang, maka berdasarkan peraturan yang berlaku, AK3U sesuai dengan batas wewenang yang ada sebaiknya melakukan pemeriksaan visual rutin-internal misalnya sekali setiap bulan, tetapi tanpa merobah konstruksi dan alat pengaman yang bersangkutan. Dengan pemeriksaan visual rutin ini maka manakala terjadi kelainan pada konstruksi atau alat pengaman Bejana Tekan
tersebut secara dini dapat diketahui yang
selanjutnya melalui pimpinan perusahaan dilaporkan ke Disnaker setempat atau PJK3 untuk dilakukan pemeriksaan khusus. 2. Formulir pemeriksaan visual rutin-internal Untuk mempermudah AK3U dalam melaksanakan tugas pemeriksaan visual rutin internal suatu Bejana Tekan di tempat tugasnya ,dapat menggunakan formulir pemeriksaan visual rutin-internal sebagaimana terlampir pada modul ini. Apabila tidak ditemui adanya kelainan, maka hasil pemeriksaan berupa perlu disampaikan pada rapat kerja berkala P2K3, namun apabila ada temuan sebaiknya secepat mungkin segera disampaikan kepada Ketua P2K3 guna ditindak lanjuti sebagaimana mestinya.
BAB IV SOAL LATIHAN 1. Sebutkan dasar hukum pengawasan / penerapan K3 Bejana Tekan di tempat-tempat kerja ( sektor non migas ) di dalam wilayah hukum RI. 2. Sebutkan jenis-jenis Bejana Tekan menurut peraturan perundangan K3 yang berlaku di Idonesia. 3. Sebutkan alat pengaman yang harus ada pada Bejana Tekan jenis botol baja berisi Oksigen yang banyak dipakai di bengkel las atau rumah sakit. 4. Sebutkan alat pengaman yang harus ada pada Bejana Tekan penampung udara ( air receiver tank-compressor ) bertekanan kerja 10 Kg/Cm2. 5. Apabila di perusahaan saudara bertugas selaku AK3U membeli satu unit Bejan Tekan volume 4000 liter, design pressure
12 Kg/Cm2 kondisi baru 100 % buatan
Tangerang tahun 2009 dengan dokumennya lengkap, bagaimana prosedurnya
untuk memperoleh Pengesahan pemakaian Bejana Tekan tersebut dari Disnaker setempat, jelaskan. 6. Satu
tahun setelah dipakai , ternyata ketel uap di perusahaan tersebut soal No.6
mengalami kebocoran kecil pada las-lasan memanjang drum, Jelaskan isi saran saufara kepada pimpinan perusahaan khususnya yang terkait dengan pemeriksaan khusus Bejana Tekan tsb. 7. Sebutkan jangka waktu pemeriksaan berkala yang wajib dilakukan terhadap Bejana Tekan yang dipakai di tempat-tempat kerja ( Non migas ) di wilayah hukum RI. 8. Sebutkan standar warna untuk botol baja berisi N2, O2 dan NH3. 9. Bagaimana penempatan yang benar di tempat di suatu pabrik boiler dari sejumlah Bejana Tekan di sana, dimana disana terdapat 20 unit botol baja berisi O2 dan 20 unit botol baja berisi Acetyllen. 10.Bagaimana cara membawa yang aman dan efisien terhadap sepasang botol baja berisi O2 dan Acytellen secara mobil dari tempat kerja yang satu ke tempat kerja yang lain di pabrik boiler soal nomor 9 tersebut diatas. BAB V PENUTU P Modul ini dibuat secara singkat dan padat, namun peserta dapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperolah dari pembelajaran ini dengan membaca referensireferensi lainnya terutama referensi yang tertera pada daftar pustaka modul ini. Di harapkan para peserta pelatihan AK3U ini mencoba menjawab soal-soal latihan yang ada di Bab IV modul ini, sehingga contens yang ada dalam modul ini semakin dapat dipahami secara mendalam yang kemudian pengembangannya sesuai kebutuhan tugas dilapangan sebagaimana batas wewenang AK3U yang telah diatur di dalam peraturan perundangan K3.
--o0o—
DAFTAR PUSTAKA 1.
Depnakertrans RI,Himpunan Peraturan Perundang-undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 2006, Jakarta.
2. The American Society of Mechanical Engineers (ASME) II, Boiler and Pressure Vessel Code, 2002, New York. 3. The American Society of Mechanical Engineers (ASME) VIII, Rules for construction of Pressure Vessel , 2007, New York. 4. The American Society of Mechanical Engineers ( ASME ) IX, Boiler and Pressure Pressure Vessel Code, 2007, New York. 5. The American Society of Mechanical Engineers (ASME) B.31.4, Pipeline Transportation Systems for Liquid Hydrocarbon and other Liquids, 2006, New York. 6. Sri Widharto, Menuju Juru Las Tingkat Dunia , Pradnya Paramita, 2007, Jakarta.
LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Formulir Permohonan Pengesahan Pemakaian Bejana Tekan. 2. Copy Pengesahan Pemakaian Bejana Tekan 3. Copy contoh gambar konstruksi Bejana Tekan 4. Formulir pemeriksaan visual-internal Bejana Tekan