Kasus 1 1n1x

Kasus I.1 “Rebranding pada BPD Madangkara” BPD Madangkara adalah BUMD pada Provinsi Madangkara. Untuk memulihkan citra sehabis dilanda krisis karena skandal LC bodong, Direksi BPD Madangkara tahun 2009 merilis proyek penggantian logo dan perubahan tampilan identitas perusahaan secara keseluruhan. Tanggal 9 Juni 2010 dibentuk tim standarisasi tampilan gedung kantor pusat dan kantor cabang. Melalui proses pemilihan langsung, tanggal 3 Nov 2010 PT Dinda Indonesia (PT D) ditunjuk sebagai pelaksana pekerjaan standarisasi desain tampilan eksterior dan interior kantor cabang. Kontrak ditandatangani Kepala Divisi Umum tanggal 11 Maret 2011 dan Dirut PT D, Wasis. Pada bulan Oktober 2011, PT D ditunjuk secara langsung sebagai pelaksana untuk implementasi, yaitu membuat perencanaan detail interior, termasuk merancang model meja kursi dengan pertimbangan PT D sebelumnya telah ditunjuk sebagai konsultan standarisasi desain gedung. Jadi, sekalian. Dalam dokumen rencana bisnis 2012 Kantor Pusat BPD Madangkara, anggaran pembelian furniture tampilan baru untuk seluruh cabang Rp20 milyar. Sebagai wirausaha, Wasis menangkap peluang bisnis. Tanggal 27 Desember 2011 dia, bersama kawannya Jacky yang perlente dan Soponyono Ketua Koperasi Karyawan (Kopkar) BPD Madangkara mendirikan perusahaan yang diberi nama PT Oscar Prana Jaya (PT OPJ). Dalam aktanya dibuat PT OPJ kegiatan usahanya segala rupa. Jacky yang kebule-bulean ditunjuk sebagai Dirutnya. PT OPJ akan jadi penyedia furniture, yang akan diberi merek “Oscar”. Walau SIUP baru diperoleh PT OPJ tanggal 13 April 2012, tapi cepat PT OPJ bergerak. Tanggal 2 Februari 2012, PT OPJ menunjuk Kopkar sebagai agen penjual furniture, walaupun Kopkar gak pernah jualan furniture (mengantisipasi ketentuan, bahwa hanya rekanan yg terdaftar di BPD Madangkara yg bisa ikut tender). Dalam perjanjian kerjasama, Kopkar mendapat fee 5%. Dalam rapat direksi tgl 14 Maret 2012, Direksi memilih Sani, Kepala Divisi Umum sebagai penanggung jawab proyek. Namun, secara resmi SK Direksi tentang tim pelaksana proyek baru dikeluarkan tanggal 29 April 2012. Anggotanya sebanyak 9

orang dari lintas divisi, namun yang aktif terlibat dalam proses pengadaan hanya dua orang Sani Kepala Divisi dan staf kepercayaannya, Gam. Dirut secara lisan berpesan kepada Sani, pada saat ultah BPD Madangkara tanggal 10 Agustus 2012, kantor cabang sudah dengan tampilan baru. Sesuai Pedoman Pengadaan Bank B, pengadaan di atas Rp500 juta harus dilakukan secara lelang, kecuali mendesak. Sifat mendesak harus ditetapkan oleh atasan pejabat pemutus. Awal Februari 2012 Sani, Gam, Soponyono, dan Wasis diundang Jacky jalanjalan ke Cina untuk bermain golf sekaligus meninjau pabrik meja kursi. Sani juga diketahui Maret 2012 menerima uang dari Jacky sebesar Rp200juta. Katanya Sani menjual mobil Avanza 2004 miliknya kepada Jacky. Tanggal 14 Maret 2012 PT D mempresentasikan desain furniture di hadapan Rapat Direksi BPD Madangkara. Desain meja dan kursi yang dipresentasikan ciricirinya sama persis dengan meja kursi PT OPJ yang pabriknya di Cina yg diberi merek Oscar. Direksi setuju. Tanggal 24 Maret 2012 PT D menyampaikan dokumen reviu terhadap 5 alternatif merek furniture dengan look and feel serupa, salah satunya tentu merek Oscar dari PT OPJ. Dalam simpulan reviunya, PT D memberikan skor tertinggi pada merek Oscar dibandingkan yang lain. Berdasarkan dokumen hasil reviu PT D tersebut, Sani menyetujui furniture merek Oscar dan menunjuk Kopkar sebagai pemasok. Tanggal 11 April 2012 Sani menandatangani kontrak pengadaan furniture dengan Kopkar untuk satu kantor cabang yang dijadikan mock up (contoh). Kalau hasilnya ok, maka baru dilakukan pengadaan massal. Harga jual meja kursi kepada BPD Madangkara berkisar Rp2.000.000 s.d. 3.500.000. Tanggal 13 Mei 2012, Sani menyurati seluruh kantor cabang untuk memesan meja kursi dari Kopkar dengan jumlah yang sudah ditetapkan tapi dapat berubah disesuaikan dengan kebutuhan kantor cabang. Sani meminta kontrak dibuat antara kepala cabang dan Kopkar, sedang dananya akan disalurkan oleh Kantor Pusat kepada Kantor Cabang.

Walaupun mengaku produsen meja kursi merek Oscar, tidak ada proses produksi yang dilakukan PT OPJ. Showroom dan/atau bengkel kerja juga tidak ada. Kursi dan Meja adalah produk massal tanpa merek yang diimpor dari Cina. Setelah tiba di Indonesia baru ditempeli sticker “Oscar”. Berdasarkan dokumen L/C, harga per unit sekitar Rp130.000,00 s.d. Rp200.000,00. Setelah furniture datang ke pelabuhan Indonesia, PT OPJ buat kontrak dengan PT Caping Gunung (PT CG) sebesar Rp400 juta untuk menyimpan sekaligus mendistribusikan meja kursi ke seluruh kantor cabang. Jadi, kopkar maupun PT OPJ tidak melakukan apa-apa terkait distribusi meja kursi. Ada sedikit perbedaan kualitas antara meja kursi yg dikirimkan dengan mock up (contoh). Permukaan meja lebih kasar sehingga kurang nyaman untuk bekerja.