BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Bersama dengan meningkatnya arus globalisasi dan informasi dewasa ini, maka dengan itu terjalin kegiatan yang mengarah kepada upaya peningkatan hubungan persahabatan serta kerjasama antar negara untuk meningkatkan pembangunan setiap negara, banyak negara-negara yang mengadakan kerjasama antar negara baik negara-negara dalam satu kawasan maupun berbeda kawasan tetapi memiliki tujuan yang sama. Globalisasi merupakan proses dimana fenomena menjadi mendunia, kebutuhan dan ketergantungan negara yang satu dengan negara yang lainnya semakin meningkat, yang seolah-olah menjadi satu. Batasan antar negara yang semakin tidak terlihat sehubungan dengan kemajuan teknologi yang lebih mempermudah komunikasi sehingga kerjasama antar negara dapat terjalin dalam waktu yang sangat singkat.1 Negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang tergabung dalam organisasi regional ASEAN dituntut untuk dapat memainkan peranannya dalam upaya memajukan kawasan terutama bidang ekonomi yang dijadikan prioritas mengingat besarnya potensi ekonomi yang dimilikinya. Salah satunya dengan cara mengintensifkan hubungan kerjasama ekonomi baik dalam kerangka hubungan intra ASEAN maupun hubungan eksternal ASEAN, dimana semakin beratnya tantangan yang dihadapi dalam upaya merespon kecenderungan yang terjadi dalam ekonomi internasional, tentu saja hal itu bukan merupakan tugas yang 1
“48 Menlu Setujui Perdagangan Bebas”, Media Indonesia, Jakarta 29 Juni 1999, hlm.
III.
1
2
mudah bagi ASEAN yang senantiasa dihadapkan pada keterbatasannya, berbagai kritikan mengenai kinerja ASEAN yang menjadi pertanyaan dan keragu-raguan akhir-akhir ini apakah ASEAN akan tetap relevan dan efektif dimasa yang akan datang ataukah hanya sebagai organisasi fiktif yang sedang mengalami krisis identitas.2 Kritikan-kritikan itu tentunya menjadi masukan bagi ASEAN untuk dapat meningkatkan efektifitas kerjanya dan berusaha menjawab keraguan yang dialamatkan kepadanya, upaya tersebut dapat terlihat dari pada pengembangan dan perluasan hubungan eksternal ASEAN sebagai alternatif pilihan dimana dituntut harus bersifat fleksibel dan tanggap menghadapi kecenderungan situasi internasional bersifat terbuka untuk menggalang kerjasama dengan pihak lain diluar anggotanya yang dapat merangsang perekonomian ASEAN yang belum bekerja secara optimal, apalagi setelah krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997 yang berdampak sangat besar terhadap kondisi perekonomian di Asia termasuk negara-negara ASEAN diawali dengan melemahnya nilai tukar mata uang sejumlah negara terhadap dollar Amerika yang melumpuhkan perekonomian Asia saat itu. ASEAN yang tumbuh pesat dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi ternyata sangat rapuh karena tingginya ketergantungan ekonomi ASEAN terhadap pasar Amerika Serikat dan Eropa yang mendominasi dan menguasai pasar internasional dan juga sebagai negara tujuan utama kegiatan ekspor, hal itu menjadi suatu koreksi bagi ASEAN dimana sebagian besar anggotanya adalah negara
berkembang. 2
Posisi ASEAN
yang
strategis
tidak
selamanya
Juwono Sudarsono, Politik Ekonomi dan Strategi (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995), hlm. 123.
3
menguntungkan apabila diantara negara-negara anggota ASEAN sendiri tidak ada kesepakatan atau perjanjian yang saling menguntungkan. Menguntungkan bukan saja dalam kerangka kerjasama antar anggota ASEAN, tapi juga dalam kerjasama untuk menghadapi blok-blok atau organisasi kawasan lain seperti Uni Eropa, Amerika Serikat dan Afrika terutama yang menyangkut rencana liberalisasi perdagangan dan ekonomi serta juga masalah-masalah lain seperti hukum, sosialbudaya, agama dan sebagainya.3 Fenomena diatas mendorong ASEAN untuk mengadakan suatu kerjasama dengan tujuan dan kesepakatan bersama, selain dengan ASEAN + 3 (Cina, Jepang dan Korea Selatan), ASEAN juga memperdalam hubungan kerjasama eksternal dengan India dalam kerangka kerjasama ASEAN + 1 (India) yaitu selain untuk menjalin persahabatan juga untuk saling mengisi kekurangan dalam memenuhi kebutuhan hidup kedua belah pihak. Secara ekonomis India yang mempunyai potensi untuk berkembang, dan pada pasca perang dingin hubungan dagang antara India dan ASEAN mengalami peningkatan pesat.4 India sebagai negara kelima yang kegiatan perekonomian terbesar di dunia, telah mengembangkan basis-basis industri yang sangat beragam dan kompetitif merupakan tatanan perekonomian baru yang dapat meyakinkan India tidak lagi terisolasi dari pasar internasional juga didukung dengan banyaknya kehadiran sektor swasta yang kuat dan investasi luar negeri yang masuk dalam banyak sektor. Untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang positif, India memperkenalkan tax holiday (keringanan pajak) untuk beberapa sektor ekonomi,
3
“Tajuk Rencana: Indonesia Harus Manfaatkan Forum ASEAN”, Rebuplika, Jakarta 30 November 2004. 4 Ade Priangani dan Oman Heryaman, Kajian Strategis dalam Dinamika Hubungan Luar Negeri Indonesia (Bandung: Centre for Political and Local Autonomy Studies, 2003), hal. 132.
4
lingkungan yang kompetitif telah menjadikan tantangan positif bagi dunia industri dalam negeri India, yang dapat menyesuaikan diri dengan cepat untuk memenuhi keinginan pasar.5 Dari sekian banyak kerjasama antara India dan ASEAN mulai dari India mendukung zona bebas nuklir ASEAN, Inisiatif Integrasi ASEAN (IAI), kerjasama Mekong-Ganga dan ekonomi. Untuk memperjelas kerjasama ekonomi India-ASEAN, dalam Konfrensi Tingkat Tinggi ke-9 ASEAN yang berlangsung tanggal 7-8 Oktober 2003 di Nusa Dua Bali Indonesia, para pemimpin negara ASEAN menandatangani perjanjian (engagement) mengenai Comprehensive Economic Partnership (CEP) yang merupakan embrio free trade area (FTA) dengan pemimpin India. FTA ASEAN dengan India ditargetkan dapat dicapai pada tahun 2012. 6 Dengan perjanjian ini perdagangan intra ASEAN diharapkan dapat meningkat, dengan penduduk India satu miliar dan ASEAN mencapai 550 juta orang. CEP merupakan platform penting untuk memperkuat kemitraan ekonomi kawasan. Kesepakatan FTA ASEAN dengan India akan tertuang dalam ASEAN-India Regional Trade and Investment Area (RTIA). Gagasan mengenai kerjasama ekonomi ASEAN dengan India muncul saat pertemuan menteri-menteri ekonomi ASEAN dan India di Brunei Darussalam tanggal 15 September 2002. Saat itu, menteri-menteri ekonomi menugaskan para pejabat senior membentuk satuan tugas
dalam
5
rangka
menyusun
konsep
perjanjian
kerjasama
ekonomi
“India Perekonomian” dalam http:// www.kompas.com/2003, di akses 7 Februari 2005. “ASEAN Sepakati Perjanjian CEP dengan Jepang dan India”, Harian Kompas, Jakarta 4 November 2003, hlm. 1. 6
5
komprehensif antara ASEAN dengan India (Framework Aggrement on Comprehensive Economic Cooperation between ASEAN and Republic of India).7 Perjanjian yang diadakan India dan ASEAN akan berdampak terhadap ekonomi negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia. Hubungan kerjasama Indonesia dan India di bidang ekonomi dan perdagangan mulai timbul seiring dengan adanya upaya-upaya kearah kerjasama antara ASEAN dan Asosiasi Kerjasama Regional Asia Selatan (SAARC) untuk menuju kerjasama yang lebih luas di kawasan Asia. Secara lebih kongkrit lagi, hubungan dan kerjasama yang lebih dekat telah terwujud dalam hubungan kemitraan antara ASEAN dan India melalui format pertemuan tingkat tinggi ASEAN + 1 (India) yang diadakan di Bali.8 Melalui hubungan ini Indonesia dapat mencatat adanya komitmen yang semakin besar dari India untuk lebih meningkatkan hubungan dan kerjasama dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik dengan meletakkan sebuah kebijakan baru New East Look Policy, yang lahir setelah perang dingin tahun 1991, merupakan keinginan India untuk mempererat kerjasama ekonomi tetapi juga dari sudut politik dan keamanan. Hal ini yang tersirat dan tersurat dalam kebijaksanaan look east policy, yang pada pokoknya menyimpulkan bahwa peningkatan interaksi dengan Asia Tenggara adalah merupakan suatu keharusan demi mendapatkan keuntungan timbal balik dalam bidang ekonomi dan politik.9 Yang terjadi diakhir perang dingin 1991 dalam sebuah konggres pemerintahan yang dipimpin oleh P.V Narasimba Rao menjadikan sebuah kekuatan bagi India.
7
Ibid. “Upaya Merajut Kerjasama Ekonomi dengan India”, Harian Kompas, Jakarta 14 November 2003, hlm. III. 9 “Laporan Tahunan 2001 Jilid II DEPLU RI”, (Jakarta: DEPLU, 2001), hlm.153. 8
6
Kebijakan yang instan dan sukses tersebut membawa India menjadi dialoque partner of ASEAN pada Januari 1992 dan sepenuhnya pada bulan Desember 1995. Pada Juli 1996 India menjadi anggota ASEAN Regional Forum (ARF). Bagi Indonesia kebijakan baru India tersebut perlu ditanggapi secara positif untuk mencari dan menambah berbagai peluang kerjasama yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak, khususnya dibidang ekonomi, investasi dan perdagangan serta sosial budaya. Bagi kepentingan Indonesia, kebijakan baru India di kawasan Asia Pasifik itu dapat dijadikan salah satu peluang cukup besar dalam rangka membantu mengurangi krisis ekonomi dan keuangan yang masih berkepanjangan dan yang masih dirasakan oleh sebagian besar rakyat Indonesia. Dari segi jumlah penduduk yang besar diantara kedua negara, banyak sekali peluang ekonomi, investasi, perdagangan dan pariwisata serta bidang lainnya seperti pendidikan, kesehatan dan ilmu pengetahuan yang dapat dikembangkan oleh kedua negara. Neraca perdagangan antara kedua negara pada periode 19982002 selalu menunjukkan posisi surplus untuk Indonesia. Data bulan JuniSeptember 2002, ekspor non migas Indonesia ke India sebesar 534.780.000 dollar AS, sedangkan impor dari India tercatat sebesar 84.610.000 dollar AS. Secara keseluruhan, sampai akhir tahun 2002, ekspor Indonesia ke India sebesar 1,3 miliar dollar AS, sedangkan impor dari India 637 juta dollar AS.10 Dibidang perdagangan antara Indonesia dan India minyak sawit (O) merupakan salah satu komoditi ekspor yang besar dan selalu menunjukkan surplus bagi perdagangan Indonesia, karena kelapa sawit merupakan tanaman serba guna, Indonesia yang memiliki potensi lahan yang subur serta pasokan tenaga kerja yang cukup untuk menjadikan kelapa sawit sebagai andalan pertumbuhan 10
Ibid.
7
ekonomi.11 Dalam beberapa tahun terakhir ini India adalah tujuan ekspor utama minyak mentah sawit dunia, terutama dari Indonesia. Penduduk negara itu, yang mencapai satu miliar jiwa, merupakan pasar potensial. Karena itu, tidak heran jika permintaan O di India terus melonjak setiap tahun. Apalagi industri pengolahan produk turunan O, seperti minyak goreng juga terus bertambah. Lebih dari 1,9 juta ton ekspor O Indonesia dikirim ke India. Angka ini termasuk terbesar ketimbang tujuan negara ekspor lainnya dilebih 100 negara. Pada sektor investasi, minat para investor India cukup besar untuk menanamkan modalnya di Indonesia, khususnya dibidang industri kimia dan obatobatan. Kerjasama investasi dibidang ini memiliki potensi yang sangat besar mengingat India mempunyai kemampuan yang tinggi dalam memproduksi obatobatan dengan harga yang sangat kompetitif. Dan juga adanya rencana India untuk menghapuskan atau mengurangi hambatan-hambatan tariff maupun non tariff agar bisa lebih memperlancar arus perdagangan antara kedua belah pihak.12 Sebagai negara demokrasi terbesar, dan sebagai negara terbesar di wilayah masing-masing, India dan Indonesia dapat menjadi sendi penting bagi hubungan antara Asia Tenggara dan Asia Selatan apalagi India telah menjadi anggota ARF (ASEAN Regional Forum) dan mitra dialog ASEAN.13 Diharapkan kerjasama antara kedua sub regional ini, sebagai upaya mendorong pertumbuhan perekonomian kawasan terutama ASEAN dan dapat memberi pengaruh terhadap perkembangan kerjasama ekonomi Indonesia dan India melalui kerjasama ekonomi diantaranya pada bidang perdagangan, investasi, 11
Aditiawan Chandra, “Revitalisasi Industri Kelapa Sawit Nasional”, dalam http://www.ppklipi.go.id/informasi/ berita/berita-detil asp?Vnomer=161, diakses pada 7 Juli 2005. 12 Ibid. hlm. IV 13 Dino Patti Djalal, “Prospek Hubungan RI-India”, Media Indonesia, Jakarta 13 Februari 2001, hlm. III.
8
pariwisata, penurunan tarif dalam kerangka kerja ASEAN + 1 dalam mewujudkan kerjasama ekonomi regional dan global yang lebih luas dalam era globalisasi, tentunya kita mengharapkan serta mendorong kerjasama internasional baik secara bilateral, regional dan global sebagai bagian dalam dinamika hubungan internasional agar mengarah pada terwujudnya sinergi antar usaha pendekatan kerjasama tersebut yang bersifat saling mengisi antara satu dengan yang lainnya. Studi ini lebih menekankan pada pengkajian Organisasi istrasi Internasional dan Ekonomi Politik Internasional mengenai perjanjian kerjasama dibidang ekonomi negara-negara ASEAN dengan mitra dialognya India meskipun tidak menutup kemungkinan akan terjadi saling keterkaitan dengan core subjects lainnya, yang berhubungan dan berpengaruh dengan permasalahan yang dikaji. Dengan melihat dan memperhatikan sumber permasalahan maka penulis lebih menitikberatkan pembahasan masalah pada kerjasama ekonomi ASEAN dengan mitra dialognya India, dengan adanya perjanjian kerjasama tersebut diharapkan dapat memberi pengaruh terhadap perkembangan kerjasama ekonomi antara Indonesia dan India melalui kerjasama yang intensif, untuk itu penulis mengambil judul:
“PENGARUH
INDIA-ASEAN
ENGAGEMENT
TERHADAP
PERKEMBANGAN KERJASAMA EKONOMI RI-INDIA DIBIDANG PERDAGANGAN MINYAK SAWIT (O)”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas penulis membuat identifikasi masalah dalam upaya mempermudah pemahaman masalah yang diteliti, adalah sebagai berikut: 1. Apa yang menjadi faktor-faktor pendorong India-ASEAN Engagement?
9
2. Apa yang menjadi sasaran kerjasama ekonomi ASEAN + 1 ? 3. Bagaimana
peran
pemerintah
Indonesia
dalam
meningkatkan
perekonomian ? 4. Bagaimana upaya RI dalam meningkatkan kerjasama ekonomi dengan India dalam bidang perdagangan minyak sawit/O? 5. Apakah yang menjadi peluang dan kendala dalam kerjasama ekonomi RIIndia dibidang perdagangan minyak sawit (O)? 1. Pembatasan Masalah Supaya pembahasan masalah tidak keluar dari topik yang akan dibahas, penulis mencoba membatasi permasalahan mengenai perjanjian kerjasama ekonomi ASEAN + 1 dalam perkembangan kerjasama ekonomi Indonesia dan India dibidang perdagangan minyak sawit pada periode 2002-2004. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas untuk mempermudah penganalisaan penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: “Bagaimana pengaruh India-ASEAN Engagement yang diimplementasikan dengan kerjasama ASEAN + 1 terhadap peningkatan kerjasama ekonomi RI-India dibidang perdagangan minyak sawit”. C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Ingin mengetahui apa yang melatarbelakangi terbentuknya India-ASEAN Engagement yang diimplementasikan dengan kerjasama ASEAN+1. b. Ingin mengetahui perkembangan perdagangan minyak sawit antara Indonesia dan India.
10
c. Untuk mengetahui pengaruh kerjasama tersebut terhadap perkembangan kerjasama ekonomi Indonesia-India. 2. Kegunaan Penelitian a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik bagi diri penulis pribadi sebagai upaya mengembangkan kemampuan secara nalar maupun sebagai referensi bagi pihak-pihak yang berminat dalam meneliti masalah-masalah internasional
khususnya
mengenai
kerjasama ASEAN + 1 dan
perdagangan minyak sawit antara Indonesia dan India. b. Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam memperkaya khazanah pemikiran bagi studi Hubungan Internasional khususnya mengenai engagement kerjasama ASEAN + 1 dan pengaruhnya terhadap perkembangan kerjasama ekonomi antara Indonesia dan India yang sedang diteliti dan dikembangkan serta dapat dijadikan pembanding bagi studistudi lainnya yang berkaitan dengan Organisasi istrasi Internasional dan Ekonomi Politik Internasional untuk melakukan penelitian lebih lanjut sebagai literatur tambahan dalam mempelajari dan menganalisa masalah internasional. c. Untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian sidang Sarjana Strata 1 (S1) pada Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pasundan Bandung.
D. Kerangka Teoritis dan Hipotesis 1. Kerangka Teoritis
11
Untuk mempermudah proses penelitian ini maka penulis menggunakan dasar pemikiran yang diperoleh dari beberapa teori dan pendapat para ahli yang mengkaitkannya dengan objek penelitian. Teori-teori serta pendapat-pendapat tersebut akan digunakan sebagai langkah penulis dalam mengemukakan kerangka teoritis, diharapkan hasilnya tidak jauh dari sifat yang ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis. Dalam mengangkat fenomena-fenomena yang ada dan terjadi dalam hubungan internasional, penulis akan menggunakan teori-teori yang ada hubungannya dengan permasalahan yang diteliti sebagai sarana pedoman dalam membentuk pengertian dan menjadikannya pedoman dalam objek penelitian ini. Diawali dengan menjelaskan pengertian dari pada Hubungan Internasional, K.J Holsti menyebutkan “Hubungan Internasional adalah semua bentuk interaksi antara anggota masyarakat bangsa-bangsa yang berbeda baik dengan atau tanpa pemerintah masing-masing. Hubungan Internasional ini mencakup suatu analisa mengenai politik luar negeri dan analisa proses politik antar bangsa”14 Relevan dengan kutipan diatas ditambahkan lagi pengertian Hubungan Internasional, Suwardi Wiriatmadja menyebutkan: Bahwa hubungan internasional pada saat sekarang merupakan suatu studi dari masyarakat dunia dalam masa peralihan atau transisi. Selanjutnya mereka mengatakan bahwa asas-asas atau prinsip-prinsip dan faktor-faktor dalam hubungan internasional tidak mengalami perubahan tetapi suasana atau lingkungan internasional yang sudah berubah dan terus berubah.15
Berdasarkan penjelasan diatas Hubungan Internasional memiliki asas-asas atau prinsip-prinsip tetap namun situasi dan lingkungan bersifat dinamis menuntut perubahan melalui segala bentuk interaksi internasional
ditunjang dengan
14 K.J. Holsti, Politik Internasional Suatu Kerangka Analisa (Terjemahan Wawan Juanda) (Bandung: Bina Cipta, 1987), hlm. 21. 15 Suwardi Wiriatmadja, Pengantar Hubungan Internasional (Surabaya: Pustaka Tinta Mas, 1983), hlm. 37.
12
kemajuan pesat dibidang komunikasi dan teknologi serta kebutuhan dan kesadaran manusia dalam melaksanakan interaksinya dengan negara-negara lain didunia sehingga diperlukan suatu organisasi internasional sebagai sarana dari hubungan internasional harus dapat menampung dan memperjuangkan aspirasi dan kepentingan anggotanya sehingga mempunyai peranan yang penting, adapun pengertian Organisasi istrasi Internasional menurut T. May Rudy adalah: Pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara dan didasarkan pada struktur organisasi yang jelas dan lengkap diharapkan dan diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antar pemerintah maupun antar kelompok non pemerintah pada negara yang berbeda.16
Organisasi Internasional tumbuh karena adanya kebutuhan dan kepentingan masyarakat antar bangsa sebagai alat sarana untuk mengkoordinasikan hubungan antar bangsa dan antar negara kearah pencapaian tujuan yang sama serta perlu diusahakan secara bersama-sama, mengingat luasnya cakupan Organisasi Internasional
maka berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti mengenai
forum kerjasama ASEAN + 1 berdasarkan ruang lingkup kegiatan dan keanggotaannya digolongkan sebagai bentuk dari Organisasi Internasional, selanjutnya T. May Rudy menyebutkan “Organisasi Internasional Regional adalah organisasi yang wilayah kegiatannya regional dan keanggotaannya hanya diberikan bagi negara-negara pada kawasan tertentu”.17 Berdasarkan pengertian diatas peranan suatu organisasi regional sangat penting sebagai wadah dan sarana yang dapat memperjuangkan kepentingan dan aspirasi anggotanya yang memang diutamakan bagi negara-negara dalam kawasan tertentu. Seiring dengan perkembangan zaman kecenderungan semakin maraknya 16
T. May Rudi, istrasi dan Organisasi Internasional (Bandung: PT Eresco, 1998),
17
Ibid, hlm.5.
hlm. 3.
13
berbagai bentuk organisasi regional berdasarkan konsep regionalisme hal itu menunjukkan perkembangan yang semakin relevan dalam menghadapi situasi internasional yang dinamis. Pengertian regionalism, Jack C. Plano dan Roy Olton menyimpulkan “Konsep mengenai bangsa yang terdapat dikawasan geografis tertentu atau bangsa yang memiliki hirauan bersama dapat bekerjasama melalui organisasi dengan keanggotaan terbatas untuk mengatasi masalah fungsional, militer dan politik”.18 Agar tidak menimbulkan pertentangan dalam menetapkan negara-negara kedalam suatu kawasan Theodore A. Couloumbis dan James H. Wolfe menyebutkan pengertian studi kawasan yaitu: Kriteria geografis: mengelompokkan negara berdasarkan lokasinya dalam benua, sub-benua, kepulauan, dan lain-lain misalnya Eropa dan Asia. Kriteria politik dan militer: mengelompokkan negara-negara berdasarkan keikutsertaannya dalam berbagai aliansi, atau berdasarkan orientasi ideologis dan politik, misalnya blok komunis, blok kapitalis, NATO, Pakta Warsawa dan Dunia ketiga. Kriteria ekonomi: mengelompokkan negara-negara berdasarkan kriteria-kriteria terpilih mengenai perkembangan (pembangunan) ekonomi, seperti GNP dan output industri, sebagai contoh, negara-negara industrialis vs negara-negara terbelakang. Kriteria transaksional: mengelompokkan negaranegara berdasarkan jumlah dan frekuensi pertukaran penduduk, barang-barang, jasa-jasa seperti para imigran, para turis, perdagangan dan berita-berita misalnya, Amerika Serikat dan Kanada, wilayah pasar Eropa Barat, dan wilayah pasar Eropa Timur.19
Adanya interaksi antar negara pada hakekatnya merupakan suatu usaha dari suatu negara untuk memenuhi kepentingan nasionalnya yang merupakan penentuan “opportunities” dengan lingkungannya, politik luar negeri sering dijadikan instrumen untuk mewujudkan cita-cita nasional suatu negara. Politik Luar Negeri, Sumpena Prawira Saputra mengatakan bahwa “Kumpulan kebijaksanaan suatu negara untuk mengatur hubungan luar negerinya. Juga merupakan bagian dari kebijaksanaan nasional, semata-mata dimaksudkan 18 Jack.C Plano dan Roy Olton, Kamus Internasional (Terjemahan Wawan Juanda ) (Bandung: Putra A Bardin, 1999), hlm. 281. 19 Theodore A. Couloumbis dan James H. Wolfe, Pengantar Hubungan Internasional Keadilan dan Power (Alih Bahasa Marcedes Marbun) (Bandung: Abardin, 1990), hlm. 312-313.
14
mengabdi pada tujuan-tujuan yang telah ditetapkan khususnya tujuan untuk kurun waktu yang telah dihadapi, lazimnya disebutkan sebagai kepentingan nasional”.20 Pendapat lain menyebutkan definisi Politik Luar Negeri, Cecil V. Crabb menyebutkan: Jika dilihat dari unsur-unsur fundamentalnya, politik luar negeri terdiri dari dua elemen yaitu: tujuan nasional yang akan dicapai dan alat-alat untuk mencapainya. Interaksi antara tujuan nasional dengan sumber-sumber untuk mencapainya merupakan subjek kenegaraan yang abadi. Dalam unsur-unsurnya itu terdapat politik luar negeri semua negara, besar atau kecil, semuanya sama.21
Mochtar Kusuma Atmadja menyebutkan arti lain Politik Luar Negeri adalah: Politik Luar Negeri pada hakekatnya merupakan alat suatu negara untuk mencapai kepentingan nasionalnya, kebijaksanaan politik luar negeri merupakan cita-cita suatu bangsa dan oleh karenanya politik luar negeri merupakan aspek dari strategi nasional beserta sasarannya yang merupakan sasaran jangka panjang maupun jangka pendek.22
Berdasarkan perkembangan yang terjadi dalam dinamika hubungan internasional bahwa kerjasama internasional semakin mengarah pada kebutuhan akan kerjasama ekonomi sebagai prioritas yang dijadikan tulang punggung bagi kemajuan kerjasama dibidang lainnya, mengingat isu ekonomi muncul dalam percaturan politik internasional bersamaan dengan arus globalisasi ekonomi dewasa ini, dimana kebijakan ekonomi suatu negara terutama negara-negara besar walaupun ditujukan untuk perbaikan ekonomi dalam negeri tidak lepas pengaruhnya terhadap negara-negara lain. Sehingga menempatkan kajian studi ekonomi internasional berkembang pesat, pengertian Ekonomi Internasional, Nopirin menyebutkan: Ekonomi Internasional mempelajari alokasi sumber daya langka guna memenuhi kebutuhan manusia yang dipelajari dalam ruang lingkup Internasional. Artinya masalah alokasi dianalisa dalam hubungan antar pelaku ekonomi satu negara
20
Sumpena Prawira Saputra, Politik Luar Negeri (Jakarta: 1983), hlm. 7. Cecil V. Crabb, Jr., American Foreign Policy in the Nuclear Age, Edisi ketiga (New York: Harper & Row, 1972), hlm. 1. 22 Mochtar Kusuma Atmadja, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional (Surabaya: Tinta Mas, 1994), hlm. 153. 21
15
dengan negara lain yang dapat mempengaruhi alokasi sumber daya baik antar dua negara tersebut maupun beberapa negara.23
Melalui kerjasama ekonomi dapat mempersempit ketimpangan ekonomi internasional serta upaya mencari solusi daripada problematika ekonomi yang dihadapi suatu negara melalui dialog, perundingan dan pertukaran pandangan untuk meningkatkan intensitas kerjasamanya sehingga menghasilkan keuntungan yang dapat dijadikan pemicu dalam memajukan perekonomiannya. Oleh karena itu kerjasama ekonomi sering disebut sebagai aspek fundamental dalam kerjasama internasional. Pendapat lain tentang Ekonomi Internasional, Dominick Salvatore menyebutkan “ekonomi Internasional adalah aktivitas yang timbul oleh ekonomi dari keadaan saling ketergantungan unit-unit politik yang melintasi batas-batas negara dan bersifat Internasional”.24 Masalah ekonomi muncul bersamaan dengan semakin kompleksnya kehidupan manusia dalam masyarakat internasional, kembali Dominick Salvatore memberi batasan
mengenai
ekonomi
internasional,
yang
mengatakan
“ekonomi
internasional membahas hubungan antara negara-negara saling ketergantungan (interdependence) yang timbul sebagai akibat daripada kepentingan terhadap kesejahteraan ekonomi dihampir semua negara di dunia yang semakin meningkat”.25 Adanya interdependensi tidak hanya membuat negara-negara saling bekerjasama, tetapi juga memunculkan kemungkinan timbulnya suatu konflik. Pembuatan keputusan politik luar negeri dibidang ekonomi pada dasarnya
23
Nopirin, Ekonomi Internasional (Yogyakarta: BPFE, 1991), hlm. 1. Dominick Salvatore, Ekonomi Internasional (Terjemahan Rudi Sitompul) (Jakarta: Erlangga, 1984), hlm. 5. 25 Dominick Salvatore, Theory and Problem of International Economy (Saduran Rudi Sitompul) (Jakarta: Erlangga, 1986), hlm. 1. 24
16
bertujuan untuk mendukung ekonomi dalam negeri, seperti pengamanan kebutuhan ekonomi nasional, misalnya melalui pengamanan dari impor barangbarang ekonomi yang mempunyai nilai strategis, meningkatkan kekayaan negara melalui kebijakan ekspor yang ekspansif, peningkatan efisiensi ekonomi negara dan peningkatan mutu ekonomi negara terutama melalui alih teknologi dan industri serta manajemen sumber daya manusia. Karena semakin tinggi kualitas dan kuantitas kegiatan produksi yang dilakukan oleh suatu bangsa maka semakin tinggi juga efisiensi perputaran roda ekonominya. Apabila hubungan kerjasama sudah mencapai pada suatu tahap yang harmonis dan seimbang, maka dapat diamati tindakan ekonomi yang saling menguntungkan seperti penghapusan tariff dan kuota impor. Adapun tujuan ekonomi internasional R.E.A Mamoer menyebutkan: Tujuan ekonomi internasional adalah untuk mencapai tingkat kemakmuran yang lebih tinggi bagi umat manusia. Pelaksanaan ekonomi internasional adalah kerjasama bantu membantu antar bangsa dan negara. Dengan adanya kerjasama ini kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh persediaan didalam negeri dapat dipenuhi oleh negara lain.26
Dalam ruang lingkup internasional fenomena ekonomi global menunjukkan perkembangan yang tidak merata ditandai dengan ketimpangan yang terjadi dalam sistem ekonomi internasional ditunjang dengan persaingan yang semakin kompetitif antar pelaku ekonomi internasional ditengah era globalisasi ekonomi. Demikian pula halnya dengan ASEAN terutama Indonesia menyadari akan semakin beratnya tantangan yang akan dihadapi serta senantiasa berusaha mencari solusi dalam mengatasi permasalahan ekonominya, menempatkan kerjasama ekonomi sebagai alternatif pilihan dalam meningkatkan perekonomiannya, dan pada akhirnya muncul suatu ketergantungan atau interdependensi, T. May Rudy 26
R.E.A Mamoer, Ekonomi International: Suatu Pengantar (Bandung: Yayasan Fakultas UNPAD, 1974) hlm. 1.
17
mengatakan “ketergantungan ekonomi adalah salah satu dasar kondisi kehidupan internasional, tidak satu pun negara bangsa ini secara ekonomi dapat berdiri sendiri dalam rangka mempertahankan hidupnya.27 ASEAN memandang pentingnya untuk memperdalam dan mengembangkan kerjasamanya dengan India sebagai salah satu negara yang tingkat kemajuan ekonominya sedang tumbuh pesat, ditunjang dengan semakin tingginya tingkat interdependensi antar negara dalam satu kawasan menunjukkan semakin tinggi pula keterkaitan ekonomi dengannya. Disisi lain semakin terintegrasinya pasar Amerika Serikat dan Eropa sebagai negara yang menguasai dan mendominasi pasar internasional dan juga sebagai negara tujuan utama bagi kegiatan ekspor ASEAN. Apalagi setelah krisis ekonomi yang melanda Asia menunjukkan lemahnya negosiasi negara-negara Asia termasuk ASEAN dalam forum kerjasama internasional yang lebih luas seperti dalam APEC dan WTO telah mendorong mempercepat inisiatif ASEAN untuk bekerjasama lebih dekat dan kompak dengan India dalam upaya menggali potensi ekonomi yang dimilikinya melalui manajemen yang baik agar dapat berjalan secara optimal dalam kerangka kerja ASEAN + 1. Yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan ekonomi yang dihadapi seperti mengurangi ketergantungan terhadap negara barat dan mengimbangi dominasinya dalam kekuatan ekonomi internasional yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan perekonomian ASEAN pada umumnya dan Indonesia pada khususnya. Mengutip yang dikemukakan Mushadid Ali dan Manjeet S. Pardesi adalah: 27
T. May Rudi, Etika dan Kebijakan Hubungan Internasional (Bandung: Bina Budaya, 1993), hlm. 119.
18
Perjanjian kerjasama yang dilakukan ASEAN dan India akan membawa kepada perdagangan regional dan investasi area pada suatu kesepakatan dalam kerangka kerjasama dua pihak dan juga termasuk pada area perdagangan bebas (FTA), jasa dan investasi dalam satu dekade. FTA diharapkan dapat memberi manfaat yang besar terhadap perdagangan ASEAN dengan India, dimana sangat potensial bagi pertumbuhan ekonomi.28
Perjanjian internasional dapat dikategorikan menjadi sederhana atau sempit dan penting atau luas, yang termasuk sederhana atau sempit adalah perjanjian dibidang perdagangan dan pemberian bantuan.29 Pengertian perjanjian internasional yang dikemukakan oleh T. May Rudy, “perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan antara masyarakat bangsa-bangsa dan bertujuan untuk menimbulkan akibat hokum tertentu”.30 ASEAN sebagai organisasi regional di kawasan Asia Tenggara masih tetap eksis dan mampu bertahan selama lebih dari tiga dekade, berbagai kritik dan saran sebagai suatu masukan bagi proses pendewasaan organisasi regional ini, faktorfaktor yang mendasar seperti kedekatan geografi, persamaan latar belakang, kepentingan serta kedekatan dari segi politik, ekonomi dapat memperkuat dan mempererat hubungan antar negara anggotanya yang harus tetap dipelihara dan dijaga untuk lebih meningkatkan semangat kerjasama diantara mereka. Dewasa ini kerjasama internasional merupakan suatu keharusan yang wajib dilakukan oleh setiap negara untuk menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara dalam forum internasional. Tentu saja dengan menghormati kedaulatan dan hakhak negara lain. Dikarenakan secara geografis terletak suatu kawasan dan memiliki beberapa kesamaan, selanjutnya negara-negara yang berada dalam suatu kawasan berintegrasi. 28
Mushadid Ali dan Manjeet S. Pardesi, “Asean-India Strategic Engagement: SingaporeIndia Sinergy” dalam http://www.google.com, diakses 7 Februari 2005. 29 Priyatna Abdurrusyid, “Lokakarya Hukum Perdata Internasional Tentang Instrumen Hukum Nasional Dalam Peratifikasian Perjanjian-Perjanjian internasional”, (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, 1992), hlm. 13. 30 T. May Rudy, Hukum Internasional 2 (Bandung: Refika Aditama,2002), hlm. 123.
19
Dimana kerjasama sebagai bentuk interaksi internasional mempunyai peranan penting untuk mencapai tujuan dan kemajuan bersama. Kerjasama menurut Soejono Soekanto adalah “ Suatu usaha bersama antara orang-perorang atau sekelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan. Kerjasama akan berkembang apabila faktor-faktor didalamnya memiliki kesadaran bahwa tujuan bersama akan dicapai benar-benar memiliki manfaat bagi semua pihak”31 Untuk mendapatkan hubungan internasional dibutuhkan kerjasama yang kokoh dan saling pengertian dalam konstalasi hubungan internasional dewasa ini, merupakan keharusan yang wajib dilakukan oleh setiap negara untuk menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara dalam forum internasional, tentu dengan menghormati kedaulatan dan hak-hak negara lain. Konteks dan interaksi yang timbul dalam politik internasional merupakan dorongan dari adanya suatu kepentingan nasional yang pada akhirnya akan menimbulkan suatu kerjasama internasional. Soejono soekanto kembali menggambarkan arti kerjasama sebagai berikut: Kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan, mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan tersebut. Kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerjasama yang berguna.32
Dalam upaya menghadapi kecenderungan yang terjadi dalam lingkungan internasional yang bersifat dinamis ditunjang dengan kemajuan sistem komunikasi dan teknologi dapat memberikan pengaruh yang besar, dan dengan cepat menyebar keseluruh dunia atau dengan kata lain mempunyai dampak global, disamping memberikan peluang dan kesempatan sekaligus dihadapkan pada 31
Soejono Soekanto, Sosiologi sebagai Suatu Pengantar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1990), hlm. 79. 32 Ibid. hlm. 80.
20
tantangan yang besar pula sehingga mendorong pada suatu kebutuhan dan kesadaran semangat kerjasama antar negara yang terorganisir serta ditunjang oleh semakin tingginya tingkat interdependensi atau saling ketergantungan antar negara-negara didunia terutama antara negara-negara dalam kawasan yang mendorong pada suatu kerjasama dalam masyarakat internasional. Mochtar Mas’oed menyebutkan: Pengertian kerjasama ekonomi internasional secara sederhana dirumuskan sebagai suatu proses dimana diantara negara yang berhubungan secara bersamasama melakukan pendekatan untuk mencari pemecahan terhadap masalah ekonomi yang dihadapi melalui pendekatan satu sama yang lainnya, mengadakan pembahasan perundingan mengenai masalah tersebut, dan mengadakan perundingan antara kedua belah pihak.33
Dikarenakan secara geografis terletak suatu kawasan dan memiliki beberapa kesamaan, maka negara-negara yang berada dalam suatu kawasan berintegrasi dan terjadilah kerjasama regional yang dikemukakan B.N Marbun adalah “kerjasama regional merupakan persekutuan atau kerjasama diantara negara-negara yang memiliki kesamaan kepentingan ekonomi, politik dan militer diantara negara dalam suatu kawasan, tujuannya untuk memelihara perimbangan kekuatan, karakteristiknya adalah berdekatan secara geografis dan memiliki latar belakang politik, ideologi, sosial dan budaya yang sama”.34 Kerjasama ekonomi antar negara merupakan unsur pokok dari upaya suatu negara untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonominya dan menjadi salah satu bukti adanya sikap dari anggota masyarakat internasional yang saling berkepentingan seperti negara maju yang memprakarsai kerjasama ekonomi global, negara-negara berkembang pun melaksanakan hubungan kerjasama ekonominya dengan negara lain dalam mengatasi dan memenuhi target dalam 33
Mochtar Mas’oed, ASEAN Problem dan Prospek Dasawarsa (Jakarta: Deplu RI, 1977),
34
B.N Marbun, Kamus Politik (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996), hlm. 332.
hlm. 33.
21
pembangunan ekonominya. Mengenai kerjasama ekonomi dikemukakan oleh T. May Rudy “kerjasama dalam pembangunan ekonomi dewasa ini merupakan tujuan utama setiap negara, karena setiap negara memiliki keterbatasan sumber daya, kemampuan istrasi dan ketrampilan teknik”.35 Berdasarkan uraian diatas bahwa keberadaan forum kerjasama antara ASEAN dan India akan semakin relevan dimasa yang akan datang terlebih setelah adanya krisis yang melanda negara-negara ASEAN termasuk Indonesia. Sementara itu seperti yang dikatakan Dirjen Kerjasama Industri dan Perdagangan Internasional (KIPI) Depperindag Pos M. Hutabarat “Jika perdagangan bebas ASEAN-India dilakukan, maka hal itu akan menguntungkan Indonesia termasuk negara-negara ASEAN lainnya karena produk-produk Indonesia akan mempunyai pangsa pasar yang lebih besar di India’.36 Oleh karena itu produk-produk Indonesia tersebut akan diekspor ke India, adapun pengertian ekspor adalah “kegiatan perdagangan dengan cara melakukan penjualan barang-barang dari dalam negeri ke luar negeri”.37 dan negara India dalam artian akan mengimpor produk-produk dari Indonesia, definisi impor adalah “kegiatan perdagangan dengan cara mendatangkan barang-barang dari luar negeri untuk dijual atau digunakan didalam negeri”.38 Adanya kerjasama lebih luas antara ASEAN dan India memberikan peluang dan kesempatan yang lebih besar bagi perekonomian Indonesia untuk mengurangi besarnya impor terhadap barang-barang yang konsumtif. Melalui kerjasama yang intensif ASEAN dengan India ditunjang dengan semakin tingginya tingkat 35
T. May Rudi, Loc. Cit. “ASEAN Sepakati Perjanjian CEP dengan Jepang dan India”, Sinar Harapan, Nusa Dua Bali 8 Oktober 2003, hlm. III. 37 “Konsep dan Definisi Perdagangan Luar Negeri”, dalam http://www.bps.jakarta.go.id/p3-stat/P3A-perdag/P3AI-def.htm, diakses 7 Juli 2005. 38 Ibid. 36
22
interdependensi antara negara dalam satu kawasan sehingga diharapkan dengan adanya kerjasama tersebut akan dapat meningkatkan pertumbuhan perekonomian ASEAN umumnya dan Indonesia pada khususnya. Lima format kerjasama Indonesia-India Sabam Siagian menyebutkan: Kerjasama bilateral itu ditampilkan dalam lima format yakni, pembentukan Komite Indonesia-India, bidang pertahanan, bidang kebudayaan, bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dan bidang pertanian. Komite bersama itu dibentuk agaknya supaya berperan sebagai badan yang memayungi, memonitor dan mendorong kegiatan kerjasama diberbagai bidang khusus tersebut.39
Dalam suatu kerjasama antara negara-negara didunia sudah terjalin suatu hubungan perdagangan satu sama lainnya. Perdagangan Internasional, Soelistyo menyebutkan: Perdagangan Internasional pada saat ini merupakan proses kegiatan ekonomi yang penting. Perdagangan yang terjadi dalam beberapa skala memungkinkan terjadinya saling tukar-menukar barang-barang dan jasa, pengerahan sumber daya, juga meliputi pertukaran dan perluasan penggunaan teknologi yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup dan kemakmuran bangsa-bangsa.40
Untuk lebih meningkatkan keuntungan dari perdagangan internasional yang terjalin dalam suatu kawasan dapat diperoleh dengan melakukan perdagangan bebas. Soedrajat Djiwandono menyebutkan definisi perdagangan bebas adalah: Bahwa negara-negara dalam kawasan yang menjadi anggotanya sepakat untuk membebaskan perdagangan diantara mereka yang mencakup perdagangan. Jika para anggota sepakat untuk menyatukan kebijaksanaan perdagangan dalam bentuk penghapusan bea masuk untuk perdagangan antar negara anggota guna mendorong peningkatan perdagangan antara mereka. 41
Pendapat diatas memperjelas bahwa kerjasama regional para anggota sepakat membebaskan perdagangan diantara negara-negara anggota untuk meningkatkan volume perdagangan negara-negara anggota. Dalam hal ini khususnya perdagangan bebas berfungsi atau berperan untuk menumbuhkan perekonomian 39
Sabam Siagian, “Kerjasama Indonesia-India Penting di Abad Ke-21”, Harian Pikiran Rakyat, Bandung 26 Januari 2001, hlm.I. 40 T. May Rudy, Op.Cit., hlm. 103. 41 Rina Rosanti, “Pembentukan Kawasan Perdagangan Bebas Asia Timur (EAFTA) dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”, Skripsi FISIP-HI Unpas, 2003, hlm. 14.
23
negara-negara anggota. Keterkaitan perdagangan luar negeri dengan pertumbuhan ekonomi, Ricardo Smith dan Mill menyebutkan: Bahwa perdagangan luar negeri dapat memberikan beberapa sumbangan yang pada akhirnya akan mampu memperlaju perkembangan ekonomi suatu negara….Keuntungan lainnya dari hubungan ekonomi dan perdagangan luar negeri yaitu memungkinkan suatu negara memperluas pasar dari hasil-hasil produknya dan memungkinkan suatu negara tersebut menggunakan teknologi yang lebih baik keadaannya dari pada yang terdapat didalam negeri. 42
Pendapat lain menyebutkan konsep dari Perdagangan Luar Negeri adalah “sistem perdagangan yang melewati batas territorial suatu negara. Dalam hal ini, perdagangan luar negeri tersebut mencakup ekspor maupun impor”.43 Salah satu siklus dari kehidupan perdagangan internasional adalah perdagangan bebas (free trade), yang mana perdagangan saat ini telah menjadi fenomena internasional. Perdagangan bebas, Jack C. Plano dan Roy Olton menyebutkan bahwa “perdagangan bebas dimaksudkan untuk mengembangkan pembagian kerja internasional berdasarkan spesialisasi setiap negara dalam berproduksi sehingga tercapai tingkat produktivitas dan standar kehidupan yang setara bagi semua negara didunia”.44 Kesepakatan yang telah dicapai untuk meningkatkan kerjasama diberbagai bidang perlu segera ditindaklanjuti, supaya momentumnya tidak melemah. Setelah krisis moneter yang melanda Indonesia dan negara Asia lainnya pada akhir tahun 1997 dan dampak negatif dari usaha reformasi yang tersendat-sendat, maka Indonesia
tidak
boleh
menunggu
terlalu
lama
untuk
memulihkan
perekonomiannya. Dalam situasi yang demikian maka setiap bantuan dan kerjasama yang diulurkan harus segera disambut dan dikembangkan, kerjasama dengan India begitu penting dalam menghadapi abad ke 21 karena merupakan 42
T.May Rudy, Op.Cit., hlm. 18. “Konsep dan Definisi Perdagangan Luar Negeri”, Op. Cit. 44 Jack C. Plano dan Roy Olton, Op.Cit., hlm. 289. 43
24
proyeksi strategis di Asia. Logis apabila Indonesia menggalang kerjasama strategis dengan India demi keamanan masa depannya. Kebijakan perdagangan luar negeri India antara lain meliputi pelaksanaan perdagangan
luar
negeri
India
yang
didasarkan
pada
Undang-Undang
Perdagangan Luar Negeri tahun 1992 yang melahirkan kebijaksanaan umum dibidang ekspor dan impor dan prosedur umumnya serta klasifikasi barang ekspor dan impor.45 Sementara kebijakan ekonomi luar negeri Indonesia secara umum menekankan pada dua hal yaitu investasi dan pada industri yang berorientasi ekspor, untuk investasi pemerintah Indonesia menekankan agar investasi mampu memberikan kontribusi bagi sektor industri negara, oleh karena itu pemerintah mendukung penuh agar perkembangan industri Indonesia mengarah pada suatu orientasi yang berbasis pada ekspor.46 Demikian juga dengan potensi India menyerap ekspor Indonesia, beberapa produk ekspor unggulan Indonesia ke India meliputi minyak sawit (O), lemak nabati, produk petroleum, batu bara, biji besi, buah-buahan, benang tekstil, hidrokarbon, pulp-waste paper dan rempah-rempah. Makmur Keliat mengatakan “surplus ekspor Indonesia perlu ditanggapi hati-hati. Tampaknya surplus tersebut bukan hanya menunjukkan kinerja ekspor Indonesia semakin baik, tapi karena kemampuan impor Indonesia yang juga menurun, sebagai akibat krisis ekonomi”.47 Dari uraian diatas penulis dapat menarik beberapa asumsi untuk memperkuat perumusan hipotesis, yaitu:
45
KBRI India, Laporan Tahunan 2001 Jilid I, (India: KBRI India, 2001), hlm. 17. http://www.dprin.go.id/ind/statistik/einc/htm, diakses 9 Juni 2005. 47 “Neraca Perdagangan RI ke India masih Surplus”, dalam http://www.pikiran rakyat. Com/cetak/1002/2005/0604.htm, diakses 15 Maret 2005. 46
25
a. Perjanjian kerjasama yang diadakan ASEAN-India ditujukan untuk menciptakan hubungan kerjasama dan persahabatan dalam upaya menanggapi kecenderungan yang terjadi dalam ekonomi internasional seperti semakin kompetitifnya persaingan antara pelaku ekonomi internasional dan tingginya tingkat interdependensi antar negara dalam satu kawasan yang diwujudkan melalui upaya kerjasama yang intensif terutama dibidang ekonomi untuk lebih diperluas dan dikembangkan. b. Peran dan dukungan India penting dalam upaya mendorong kemajuan perekonomian ASEAN karena dapat meningkatkan perdagangan intra ASEAN dimana adanya keterkaitan ekonomi diantara mereka sehingga kerjasama tersebut akan menciptakan suatu sinergi untuk saling mengisi dan melengkapi satu sama lainnya melalui program dan proyek yang ditawarkan dalam kerangka kerjasama tersebut, seperti penurunan tarif. c. Keberadaan forum kerjasama ekonomi ASEAN + 1 (India-ASEAN Engagement) sebagai momentum bagi Indonesia yang dapat dijadikan pemicu
dalam
perekonomian
upaya Indonesia
meningkatkan
kemampuan
ditengah-tengah
era
dan
globalisasi
ketahanan ekonomi
internasional. d. Indonesia berusaha meningkatkan ekspornya dengan harga yang kompetitif dan berkualitas. Dengan adanya perluasan pasar yang besar dari India sehingga peluang pasar produk Indonesia sangat besar karena pasar India cukup potensial. e. Kendala yang dihadapi kedua negara Indonesia dan India dalam perdagangan minyak sawit sampai saat ini karena adanya kebijakan baru
26
berupa peningkatan beta carotene menjadi 500 ppm dan tingginya tarif bea masuk yang diterapkan India dan terjadinya kelangkaan bibit dan pengolahan yang kurang efisien dari pihak Indonesia.
2. Hipotesis Penelitian Berdasarkan pada penjelasan diatas permasalahan tersebut serta asumsi yang dikemukakan, penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut: ”Jika India-ASEAN Engagement yang berupa kesepakatan kerjasama ASEAN+1 dapat dimanfaatkan Indonesia maka kerjasama ekonomi Indonesia India dapat ditingkatkan yang ditandai dengan peningkatan volume perdagangan minyak sawit/O”.
27
Tabel 1: 3. Operasionalisasi Variabel Variabel Variabel Bebas Jika India-ASEAN Engagement yang berupa kesepakatan kerjasama ASEAN+1 dapat dimanfaatkan Indonesia
Indikator
Verifikasi
1. Adanya kerangka kerjasama ASEAN + 1
1. Data mengenai adanya kerangka kerjasama ASEAN + 1.
2. Adanya Pengintegrasian ekonomi antara India dan ASEAN
2. Data mengenai adanya pengintegrasian ekonomi antara India dan ASEAN
3. Perkembangan perdagangan minyak sawit Indonesia ke India
3. Data mengenai perkembangan perdagangan minyak sawit Indonesia ke India
Variable Terikat Maka kerjasama ekonomi Indonesia-India dapat ditingkatkan yang ditandai dengan peningkatan volume perdagangan minyak sawit/O
4. Adanya upaya peningkatan ekspor minyak sawit Indonesia ke India
4. Data mengenai adanya upaya peningkatan ekspor minyak sawit Indonesia ke India
5. Adanya peran pemerintah didalam perdagangan luar negeri
5. Data mengenai adanya peran pemerintah didalam perdagangan luar negeri
4. Skema Kerangka Teoritis
28
E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data 1. Tingkat Analisis Tingkat analisis yang penulis gunakan adalah korelasionis dimana unit analisanya sama dengan unit eksplanasinya. Penulis menjelaskan bahwa perkembangan kerjasama ekonomi RI-India sebagai akibat dari pengaruh proses
29
pembuatan keputusan perjanjian India-ASEAN. Dimana unit eksplanasinya adalah Pengaruh India-ASEAN Engagement dan sebagai unit analisanya Perkembangan Kerjasama Ekonomi RI-India Dibidang Perdagangan Minyak Sawit (O). 2. Metode Penelitian a. Metode Deskriptif Analitis, yaitu metode yang digunakan untuk menggambarkan atau memaparkan secara sistematis suatu peristiwa atau permasalahan yang menjadi topik kajian dengan melakukan analisa terhadap peristiwa-peristiwa dari sudut sebab akibatnya secara ilmiah. Penerapan metode ini tidak terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data namun meliputi analisa dan interpretasi data tersebut. Dalam operasional pengerjaannya yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang, yakni meneliti pengaruh yang timbul dari perjanjian antara ASEAN dan India terhadap perkembangan kerjasama ekonomi Indonesia dan India. b. Metode Historis Analitis,
yaitu
metode
yang
digunakan
dalam
penyelidikan kritis serta telaah terhadap kejadian-kejadian, perkembangan dan pengalaman masa lalu serta merupakan interpretasi dari data yang tersedia. Metode Historis ini digunakan untuk memaparkan atau merekonstruksikan situasi serta kondisi masa lalu secara sistematis dan objektif.
Dengan
menggambarkan
menggunakan
metode
fenomena-fenomena
ini
melalui
penulis
mencoba
komponen-komponen
waktu, ruang, pokok bahasan seakurat mungkin berdasarkan sumber yang tersedia
30
3. Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan Data yang digunakan penulis adalah: a. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penulis memanfaatkan perpustakaan untuk mengumpulkan data-data dan informasi dari buku yang bersifat teoritis dengan mempelajari literatur-literatur tentang kerjasama ekonomi antar negara, karena sumber sekunder dari bahan bacaan atau perpustakaan sangat penting bagi penulis. b. Wawancara Penulis juga melakukan penelitian melalui wawancara dengan pegawai yang ada pada instansi yang terkait. Wawancara merupakan teknik komunikasi langsung terhadap objek yang diteliti dan diharapkan akan mendapatkan informasi dan gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti.
F. Lokasi dan Lamanya Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang penulis pilih adalah: a.
Departemen Perindustrian di Jln. Gatot Subroto Kav. 52-53 Lt.2 Jakarta.
b.
LIPI di Jln. Jend. Gatot Subroto 10 Jakarta.
c. ASEAN Secretariat di Jln. Sisingamangaraja 70A Jakarta. d. PUSLITBANG Departemen Luar negeri RI di Jln. Taman Pejambon No.6 Jakarta.
31
e. Perpustakaan FISIP Unpas di Jln.Lengkong dan Perpustakaan Unpar di Jln.Ciumbeluit.
2. Lamanya Penelitian Lamanya tahap penelitian yang akan dilaksanakan penulis adalah selama enam bulan dan direncanakan akan dimulai bulan Maret-September 2005. Tabel 2: JADWAL KEGIATAN
32
PENELITIAN
NO Kegiatan I
Tahap Persiapan a. Konsultasi Judul b. Pengajuan Judul
Tahun 2005 Bulan Maret April Mei Juni Juli Agustus Sept Minggu 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
33
II
III IV V
Penyusunan Proposal a. Seminar Proposal b. Pengurusan Ijin Lap. Pengumpulan Data Pengolahan/Analisis Data Kegiatan Akhir a. Penyusunan Skripsi b. Seminar Draf c. Perbaikan Hasil Draf d. Sidang Skripsi
G. Sistematika Penulisan Bab 1 penulis menjelaskan mengenai latar belakang perjanjian antara ASEAN dan India disepakati dalam kerangka kerjasama komprehensif dan kerjasama bilateral Indonesia dan India dalam perdagangan minyak sawit (O), serta teoriteori yang mendukung masalah yang diteliti dalam kernagka teoritis. Bab II penulis menjelaskan tentang perjanjian India dan ASEAN beserta gambaran umumnya, faktor-faktor pendorong terciptanya perjanjian kerjasama tersebut, dan juga penulis menggambarkan selayang pandang tentang India dan ASEAN. Bab III penulis menguraikan tentang perkembangan kerjasama ekonomi antara Indonesia dan India, yang bersifat hubungan bilateral. Termasuk penulis menjelaskan bagaimana asal usul hubungan bilateral antara Indonesia dan India dengan segala kemajuan dan kemunduran hubungan dalam beberapa saat, serta menjelaskan tentang perdagangan minyak sawit (O) antara Indonesia dan India. Bab IV penulis menguraikan tentang pelaksanaan kerjasama ASEAN+1 serta menjelaskan bagaimana perkembangan minyak sawit Indonesia, dan apa saja peluang
dan
kendala
serta
upaya
mengembangkan minyak sawit Indonesia.
yang
dilakukan
pemerintah
untuk
34
Bab V penulis menyampaikan kesimpulan dari Bab IV.