Kitab Suci Weda 2f2m37

BAB 6 KITAB SUCI

A. Pengertian Weda Kata Weda berasal dari kata ”Vid” yang artinya mengetahui. Jadi Weda berarti ilmu pengetahuan suci. Apabila kata Weda ditulis dengan huruf ā (panjang), Wedā artinya kata-kata yang diucapkan/dilagukan dengan aturan-aturan tertentu. Dari pengertian ini akhirnya dipergunakan istilah mantra yang artinya menurut Bhagawan Medhaniti adalah ucapan suara yang diatur berdasarkan urutan-urutan tertentu. Bhagawan Manu dalam ajarannya tentang sastra Weda sebagaimana yang ditulis oleh Bhagawan Bhrgu memberi penjelasan bahwa Weda adalah wahyu Tuhan yang kebenarannya tidak dapat diragukan dan menjadi sumber ajaran agama Hindu.

B. Sapta Rsi Penerima Wahyu Weda Para Rsi penerima wahyu Weda adalah Sapta Rsi. Sapta Rsi berasal dari bahasa Sansekrta yaitu Sapta berarti tujuh. Kata Rsi berasal dari urat kata “Drs” yang berarti memandang/melihat. Jadi Sapta Rsi berarti tujuh orang yang memiliki pandangan tentang kebenaran dan kebijaksanaan berdasarkan wahyu dari Tuhan serta memiliki pengetahuan Tri Samaya yaitu Atita, Wartamana dan Anagata (waktu lampau, waktu sekarang dan waktu yang akan datang). Secara etimologi, kata Rsi berasal dari akar kata ”ŗ” yang berarti suara gaib yang kemudian menjadi wahyu (Agni Purana). Sapta Rsi memiliki pengertian yaitu tujuh orang yang menerima wahyu Tuhan (Weda). Sedangkan Maharsi artinya Rsi yang agung, memiliki sifat-sifat mulia dan utama. Adapun Sapta Rsi penerima wahyu Tuhan (Weda) adalah sebagai berikut. 1. Maharsi Grtsamada Maharsi Grtsamada adalah Maharsi yang banyak dihubungkan sebagai penghimpun ayat-ayat/mantra-mantra Weda terutama Rg. Weda Mandala II, tetapi sayangnya sejarah kehidupan Maharsi Grtsamada tidak begitu banyak diketahui. Ada beberapa keterangan yang menyatakan bahwa Maharsi Grtsamada adalah keturunan Sunahotra dari keluarga Angira. Sumber yang lain ada menyebutkan bahwa Maharsi Grtsamada adalah keturunan dari keluarga Bhagawan Bhrgu. Maharsi Grtsamada juga dikatakan putra Maharsi Sanaka, salah seorang Maharsi yang terkenal pada jaman Mahabharata. Maharsi Sanaka juga merupakan Maharsi terhormat dalam sejarah agama Hindu.

Kitab Suci by Made Urip Dharmaputra, S.Ag

1

2. Maharsi Wiswamitra Maharsi Wiswamitra adalah Maharsi kedua yang namanya sering disebut-sebut sebagai penerima wahyu Weda. Maharsi Wiswamitra sering dikaitkan sebagai penghimpun ayat-ayat suci dalam kitab Rg. Weda Mandala III yang terdiri dari 58 sūkta. Diantara ayat-ayat suci dalam Rg. Weda Mandala III, ada yang menyebutkan nama-nama Maharsi yang lain seperti Maharsi Kusika, Maharsi Isiratha dan yang lainnya. Sumber yang lainnya menyatakan bahwa Maharsi Wiswamitra adalah putra dari keturunan Maharsi Kusika dan ayat-ayat suci dalam kitab Rg. Weda Mandala III sudah ada sebelum kemunculan Maharsi Wiswamitra. Gambar 6.1 Ilustrasi Maharsi Wiswamitra Asal-usul dari Maharsi Wiswamitra tidak banyak diketahui secara pasti. Ada yang menghubungkan Maharsi Wiswamitra dan Maharsi Isiratha adalah satu keluarga dan ada pula yang menyatakan bahwa ayat-ayat suci yang lainnya dalam kitab Rg. Weda Mandala III dihimpun oleh Prajapati yang merupakan putra dari Maharsi Wiswamitra. Selain itu dalam dua sūkta terakhir kitab Rg. Weda Mandala III, ada menyebutkan nama Mahrsi Yamadagni yang dihubungkan dengan turunnya ayat-ayat suci Rg. Weda Mandala III. Sumber lainnya menyebutkan bahwa Maharsi Wiswamitra bukanlah berasal dari golongan Brahmana melainkan dari golongan Ksatria. Penggolongan status seorang Rsi dengan Catur Warna sesungguhnya tidak begitu menentukan karena hal tersebut bukan merupakan prasyarat seorang Maharsi.

3. Maharsi Wamadewa Maharsi Wamadewa adalah Maharsi yang paling banyak dihubungkan dengan turunnya ayat-ayat suci/mantra-mantra dalam Rg. Weda Mandala IV. Hampir semua mantra yang terdapat dalam kitab Rg. Weda Mandala IV merupakan wahyu yang diterima oleh Maharsi Wamadewa. Hanya saja salah satu mantra yang terpenting yaitu Gayatri tidak terdapat dalam Rg. Weda Mandala IV tetapi terdapat dalam Rg. Weda Mandala III. Di dalam kitab-kitab Purana diceritakan bahwa Maharsi Wamadewa telah mencapai pencerahan atau penerangan yang sempurna sejak masih ada di dalam kandungan. Sejak masih di dalam kandungan, Maharsi Wamadewa sempat berdialog dengan Dewa Indra dan Aditi. Maharsi Wamadewa juga disebutkan telah mencapai kesempurnaan yang sejati dan dianggap telah memiliki kedudukan yang suci sehingga kelahirannya begitu ajaib karena Maharsi Wamadewa dilahirkan tidak melalui saluran biasa/rahim.

Kitab Suci by Made Urip Dharmaputra, S.Ag

2

4. Maharsi Ātri Maharsi Ātri adalah seorang Maharsi yang banyak dikaitkan dengan turunnya mantramantra dalam Rg. Weda Mandala V. Kitab Rg. Weda Mandala V banyak dihubungkan dengan wahyu yang diterima oleh Maharsi Ātri dan keluarganya. Riwayat hidup Maharsi Ātri juga tidak banyak diketahui, hanya dalam kitab Matsya Purana diceritakan bahwa nama Ātri tidak saja merupakan nama keluarga melainkan juga sebagai nama pribadi/individu. Dalam keluarga Ātri yang tergolong Brahmana disebutkan beberapa nama seperti Saryana, Udwalaka, Sona, Sukratu, Gaugriwa dan yang lainnya. Dalam beberapa kitab Purana diceritakan pula bahwa Maharsi Ātri banyak dikaitkan dengan Angira. Sedangkan dalam kitab Rg. Weda Mandala V disebutkan bahwa tidak hanya Maharsi Ātri yang menerima wahyu tetapi ada juga nama-nama lain seperti Dharuna, Prabhuwasu, Samwarana (putra Prajapati), Gaurawiti dan Putra Sakti. Kitab Rg. Weda Mandala V terdiri dari 87 sūkta, 14 sūkta diantaranya dihimpun oleh Maharsi Ātri sedangkan yang lainnya dihimpun oleh keluarga Maharsi Ātri. Ada 36 Rsi dari keluarga Maharsi Ātri yang dianggap sebagai penerima wahyu Weda terutama Rg. Weda Mandala V. 4. Maharsi Bharadwāja Maharsi Bharadwāja adalah Maharsi yang banyak dikaitkan dengan turunnya mantramantra dalam Rg. Weda Mandala VI dengan 75 sūkta di dalamnya. Hampir seluruh isi kitab Rg. Weda Mandala VI merupakan kumpulan mantra-mantra yang diterima dan dihimpun oleh Maharsi Bharadwāja, hanya sedikit saja yang dihimpun oleh keluarga Maharsi Bharadwāja antara lain seperti Sahotra, Sunahotra, Nara dan Gargarjiswa. Riwayat hidup Maharsi Bharadwāja tidak banyak diketahui, ada yang menyebutkan bahwa Maharsi Bharadwāja adalah putra dari Rsi Brhaspati. Gambar 6.2 Ilustrasi Maharsi Bharadwaja Sumber cerita tersebut belum dapat dipastikan kebenarannya karena selain nama Maharsi Bharadwāja terdapat pula nama Rsi Samyu yang dikatakan sebagai putra keturunan Rsi Brhaspati. Sedangkan hubungan Maharsi Bharadwāja dengan Rsi Samyu tidak diketahui secara pasti, ada pula yang menyebutkan bahwa Maharsi Bharadwāja dan Rsi Samyu adalah satu keluarga. 5. Maharsi Wasistha Kitab Suci by Made Urip Dharmaputra, S.Ag

3

Nama Wasistha sering dipergunakan sebagai nama keluarga atau nama pribadi. Maharsi Wasistha banyak dikaitkan dengan turunnya mantra-mantra dalam kitab Rg. Weda Mandala VII yang menyebutkan bahwa putra Maharsi Wasistha yaitu Rsi Sākti juga dikenal sebagai penerima wahyu. Dalam cerita Mahabharata, nama Wasistha disamakan dengan nama Wiswamitra. Cerita tersebut menyatakan bahwa Maharsi Wasistha bertempat tinggal di hutan Kamyaka dekat tepi sungai Saraswati. Sedangkan dalam kitab Matsya Purana, Maharsi Wasistha diceritakan telah menikahi Arundhati (saudara perempuan Rsi Naradha). Dari pernikahan inilah lahir seorang putra yang bernama Sākti. Gambar 6.3 Ilustrasi Maharsi Wasistha

5. Maharsi Kanwa Maharsi Kanwa banyak dikaitkan dengan turunnya mantra-mantra dalam Rg. Weda Mandala VIII. Kitab Rg. Weda Mandala VIII isinya bermacam-macam dan sebagian besar memuat ayat-ayat suci yang dihimpun oleh keluarga Maharsi Kanwa, sedangkan Maharsi Kanwa sendiri hanya menghimpun sebagian kecil saja dari isi kitab Rg. Weda Mandala VIII. Nama Maharsi Kanwa banyak disebut-sebut dalam kisah cinta Sakuntala hasil karya sastrawan Kalidasa. Selain nama Maharsi Kanwa dan keluarganya, dalam kitab Rg. Weda Mandala VIII juga disebutkan nama-nama seperti Bhagawan Kasyapa, putra Rsi Marici, putra Maharsi Kanwa yang bernama Paraskanwa, Gosukti, Aswasukti, Pustigu, Bhagawan Bhrgu, Manu Waiswatha, Nipatithi dan lain-lain. Adapun mantra-mantra yang terdapat dalam Rg. Weda Mandala I, IX dan X merupakan kumpulan ayat-ayat suci dari berbagai nama Maharsi dan keluarganya. Dari kesepuluh Mandala yang ada, Mandala IX dan Mandala X adalah Mandala yang paling lengkap dan sempurna. Mandala IX dan Mandala X memuat pokok-pokok dan intisari dari ajaran agama Hindu.

C. Sifat dan Fungsi Weda Kitab Suci by Made Urip Dharmaputra, S.Ag

4

Sifat Weda adalah Anadi Ananta yang artinya Weda itu bersifat abadi. Weda merupakan sabda suci dari Tuhan yang diterima oleh para Maharsi. Walaupun usia Weda sudah sangat tua, namun ajaran yang terkandung di dalamnya masih relevan dengan perkembangan jaman. Sifat-sifat Weda dapat dikategorikan sebagai berikut. 1. Weda tidak berawal karena Weda merupakan sabda suci Tuhan yang telah ada sebelum alam semesta ini diciptakan oleh-Nya. 2. Weda tidak berakhir karena ajaran dalam Weda berlaku sepanjang jaman. Mengingat ajaran Weda tidak berawal dan tidak berakhir, maka disebut dengan Anadi Ananta. 3. Weda bersifat universal (menyeluruh) yaitu berlaku untuk semua umat manusia. Hal ini disebabkan karena keluhuran ajaran suci Weda. 4. Weda berlaku sepanjang jaman sebagai tuntunan hidup manusia yang dapat memberikan penjelasan mengenai hakikat Tuhan dan alam semesta sesuai dengan kemampuan daya pikir manusia. 5. Weda bersifat Apauruçyam yang artinya Weda tidak dibuat oleh manusia melainkan diterima oleh orang-orang suci/para Maharsi berdasarkan wahyu. Weda bukanlah agama, budaya dan bukan hasil karya manusia. 6. Weda bersifat fleksibel yang artinya mempunyai keluwesan, tidak kaku dan tidak memaksa. Weda adalah kitab suci yang menjadi sumber keyakinan dan kepercayaan umat Hindu. Dengan demikian, fungsi dari kitab suci Weda adalah sebagai berikut 1. Weda sebagai kitab suci agama Hindu. 2. Weda sebagai sumber hukum agama Hindu dan sumber dari segala kebenaran (Dharma) seperti yang dijelaskan dalam sloka berikut ini. ”Wedo ’khilo dharma mūlam smrti śīle ca tad vidām, Ācāraś caiva sādhūnam ātmanastustir eva ca”. (Manawadharmasatra II.6) Terjemahan: Weda adalah sumber dari segala Dharma (agama), kemudian barulah Smrti disamping Sila (kebiasaan/tingkah laku yang baik dari dari orang yang menghayati dan mengamalkan ajaran Weda) dan Acara (tradisi-tradisi yang baik dari orang suci) serta Atmanastusti (rasa puas diri yang dipertanggungjawabkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa). 3. Weda sebagai pedoman hidup yang memberikan tuntunan dan bimbingan kepada umat manusia dalam usaha untuk mencapai tujuan hidup. 4. Weda merupakan ajaran kebenaran yang sangat utama dalam kehidupan manusia.

Kitab Suci by Made Urip Dharmaputra, S.Ag

5

5. Weda merupakan dasar keyakinan dan kepercayaan yang sangat mendalam bagi umat Hindu karena Weda dapat menuntun manusia untuk mencapai kesempurnaan lahir bathin (Mokshartam Jagadhita Ya Ca Iti Dharma).

D. Kodifikasi Weda Upaya pengkodifikasian Weda diprakarsai oleh Bhagawan Wyasa (Krsna Dwipayana). Menurut tradisi Hindu di India, Bhagawan Wyasa adalah seorang Maharsi terbesar dan sangat berjasa dalam menghimpun serta mengkodifikasikan Weda. Dalam upaya mengkodifikasikan Weda, Bhagawan Wyasa dibantu oleh empat orang muridnya yaitu: 1. Bhagawan Pulaha (Bhagawan Paila) menghimpun mantra-mantra Rg. Weda Samhita. 2. Bhagawan Jaimini menghimpun mantra-mantra Sama Weda Samhita. 3. Bhagawan Waisampayana menghimpun mantra-mantra Yayur Weda Samhita. 4. Bhagawan Sumantu menghimpun mantra-mantra Atharwa Weda Samhita.

Gambar 6.4 Ilustrasi Maharsi Wyasa Menurut para ahli, sistem pengkodifikasian Weda didasarkan pada pertimbanganpertimbangan sebagai berikut. 1. Perhimpunan berdasarkan umur kitab suci Weda Perhimpunan berdasarkan usia kitab suci Weda sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Walaupun perhimpunan berdasarkan usia kitab suci Weda masih bersifat teoretis, namun sudah dapat dibuktikan dengan masuk akal. Dari keempat Weda yaitu Rg. Weda, Sama Weda, Yayur Weda dan Atharwa Weda, para ahli berpendapat bahwa Rg. Weda adalah Weda yang tertua daripada Weda yang lainnya karena Rg. Weda pertama kali diwahyukan. Berbagai pendapat para sarjana Barat maupun Timur tidaklah sama. Adapun beberapa pendapat tentang kapan Weda itu diwahyukan adalah sebagai berikut.

Kitab Suci by Made Urip Dharmaputra, S.Ag

6

(a) Widyarānya memperkirakan bahwa Weda diwahyukan sekitar tahun 1500 SM. (b) Lokamaya Tilak Shastri memperkirakan bahwa Weda diwahyukan sekitar tahun 6000 SM. (c) Bal Gangadhar Tilak memperkirakan bahwa Weda diwahyukan antara tahun 4000 SM. (d) Dr. Haug memperkirakan bahwa Weda diwahyukan sekitar tahun 2400 SM. (e) Dr. Max Muller memperkirakan bahwa Weda diwahyukan sekitar tahun 1200800 SM. (f) Heigene Gelderen memperkirakan bahwa Weda diwahyukan sekitar tahun 11501000 SM. (g) Sylvalin Levy memperkirakan bahwa Weda diwahyukan sekitar tahun 1000 SM. (h) W. Stutterheim memperkirakan bahwa Weda diwahyukan sekitar tahun 1000500 SM. Demikian pendapat para sarjana dengan perkiraan mengenai masa diturunkannya wahyu Weda yang sudah sangat tua dan sampai kini ajaran Weda menjadi sumber dari ajaran agama Hindu serta senantiasa menjadi pedoman bagi umat Hindu. 2.

Perhimpunan berdasarkan pengkodifikasian/pengelompokan isi dan Guna Mantra Sistematika pengkodifikasian Weda dilakukan oleh Maharsi Manu dengan membagi isi kitab suci Weda ke dalam dua kelompok besar yakni: (a) Weda Sruti Weda Sruti adalah Weda berdasarkan wahyu Tuhan yang didengarkan secara langsung oleh para Sapta Rsi. Kata Sruti berasal dari kata ”Sru” yang artinya mendengar. Weda Sruti dapat diartikan sebagai sabda suci yang didengarkan. Menurut Bhagawan Manu, Weda Sruti adalah Weda yang sebenarnya. Berdasarkan sifat dan isinya, Weda Sruti dibagi menjadi 3 bagian yaitu: 1.

Kitab Mantra Kitab Mantra terdiri atas empat himpunan Samhita yang disebut Catur Weda Samhita, antara lain: a. Rg. Weda Samhita terdiri dari 10.552 mantra, isinya terbagi atas 10 Mandala yang memuat kumpulan mantra-mantra dan ajaran-ajaran umum dalam bentuk pemujaan kehadapan Tuhan (Rcas artinya pemujaan/doa). Pendeta yang melantunkan mantra Rg. Weda disebut Hotr (Hotri). Kitab Rg. Weda terbagi atas 10 Mandala yang tidak sama panjangnya. Disamping terbagi atas 10 Mandala, Rg. Weda juga dibagi dengan 8 bagian yang disebut Astaka. Rg. Weda Mandala II-VIII merupakan himpunan dari satu keluarga Maharsi, sedangkan Mandala I, IX dan X merupakan himpunan mantra-mantra dari berbagai Maharsi.

Kitab Suci by Made Urip Dharmaputra, S.Ag

7

b. Sama Weda Samhita sebenarnya terdiri dari 1810 mantra tetapi ada juga yang menyatakan bahwa Sama Weda Samhita terdiri dari 1875 mantra. Sama Weda Samhita isinya memuat lagu-lagu pujaan yang dinyanyikan pada saat upacara. Kata Sama berarti irama atau melodi (Sāman). Pendeta yang menyanyikan mantra Sama Weda disebut Udgatr (Udgatri/Udgatra). c. Yayur Weda Samhita terdiri dari 1975 mantra yang memuat ajaran umum tentang pokok-pokok/hakikat pelaksanaan yadnya. Yayur Weda juga terdiri atas mantra-mantra yang sebagian besar bersumber dari Rg. Weda dan beberapa mantra lainnya merupakan tambahan baru. Pendeta yang melantunkan mantra Yayur Weda Samhita disebut Adwaryu. Yayur Weda Samhita terdiri dari dua bagian yaitu: (1) Yayur Weda Hitam isinya menguraikan arti dan hakikat pokok pelaksanaan yadnya. Resensi Yayur Weda Hitam memuat tentang pokok-pokok upacara Darsapurnamasa yaitu upacara yadnya yang harus dilakukan pada saat bulan purnama (Krsna Badra) dan bulan gelap (Krsna Paksa). Disamping itu Resensi Yayur Weda Hitam juga memuat berbagai jenis upacara-upacara besar yang penting artinya untuk dilakukan setiap hari. (2) Yayur Weda Putih (Sukla Yayur Weda) yang dikenal dengan Wajasaneyi Samhita isinya menekankan tentang mantra-mantra/doadoa pada saat pelaksanaan upacara yadnya. Resensi dari Yayur Weda Putih memuat berbagai jenis Yadnya yang tingkatannya tinggi seperti Wajapena, Rajasuya, Aswamedha, Sarwamedha dan berbagai jenis yadnya lainnya. Bagian akhir dari resensi Yayur Weda Putih memuat mantra-mantra yang kemudian dijadikan Isa Upanisad.

d. Atharwa Weda Samhita Atharwa Weda terdiri dari 5.987 mantra yang berbentuk prosa. Atharwa Weda Samhita memuat tuntunan hidup sehari-hari yang berhubungan dengan kehidupan duniawi. Dalam kitab ini juga banyak memuat mantramantra yang bersifat magis. Pendeta yang melantunkan mantra Atharwa Weda disebut dengan Gopatha Brahmana.

Kitab Suci by Made Urip Dharmaputra, S.Ag

8

2.

Kitab Brahmana (Karma Kanda) Kitab Brahmana (Karma Kanda) adalah kitab yang memuat ajaran dan kewajiban hidup beragama. Disamping itu kitab Brahmana juga memuat himpunan doa-doa yang dipergunakan dalam upacara yadnya. Kitab Brahmana (Karma Kanda) sesungguhnya merupakan penjelasan arti kata (ucapan mantra).

3. Kitab Upanisad dan Aranyaka (Jnana Kanda) Kitab Upanisad dan Aranyaka (Jnana Kanda) isinya adalah himpunan mantramantra yang membahas berbagai segi tentang filsafat Ketuhanan. Kitab Upanisad dan Aranyaka (Jnana Kanda) sering disebut dengan kitab Rahasya Jnanam karena isinya membahas tentang hal-hal yang bersifat rahasia.

(b) Weda Smrti Weda Smrti merupakan penjelasan dari Weda Sruti. Kedudukan antara Weda Sruti setara dengan Weda Smrti seperti yang dijelaskan dalam sloka berikut ini. ”Śrutistu vedo vidñeyo dharma śāstran tu vai smrtih, te sarvārthesvamīmāmsye tābhyām dharmo ni nirbabhau”. (Manawadharmasatra II.10) Terjemahan: Sesungguhnya Sruti (wahyu) adalah Weda, demikian pula Smrti itu adalah Dharmasatra, kedua kitab tersebut tidak boleh diragukan kebenarannya dalam hal apapun, sebab keduanya merupakan kitab suci yang menjadi sumber hukum Hindu (Dharma). Kata Smrti berasal dari kata ”Smr” yang artinya ingat. Jadi Weda Smrti adalah Weda yang ditulis/disusun kembali berdasarkan ingatan. Secara garis besarnya Weda Smrti dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu: 1. Kelompok Wedangga (Batang tubuh Weda) Kata Wedangga berasal dari bahasa Sansekrta yaitu Weda dan Angga. Weda artinya ilmu pengetahuan suci dan Angga berarti bagian, anggota, badan, sumber atau dasar. Jadi Wedangga berarti batang tubuh dari Weda. Wedangga sebagai kitab Smrti terdiri dari 6 bagian yaitu: a. Siksa (Phonetik) Kitab Siksa (Phonetik) isinya memuat petunjuk-petunjuk tentang cara yang tepat dalam pengucapan mantra serta intonasi tinggi rendahnya tekanan suara.

Kitab Suci by Made Urip Dharmaputra, S.Ag

9

b. Wyakarana (Tata Bahasa) Kitab Wyakarana memuat tentang ilmu tata bahasa. Ilmu tata bahasa berfungsi untuk membantu umat Hindu dalam memahami penjelasan Weda Sruti. Wyakarana sebagai kitab yang memuat tentang ilmu tata bahasa bersumber dari kitab Pratisakhya. Tokoh-tokoh yang mengkodifikasikan ilmu tata bahasa adalah Bhagawan Sakatayana, Bhagawan Panini, Bhagawan Patanjali dan Bhagawan Yaska. Diantara tokoh-tokoh tersebut, yang paling terkenal adalah Bhagawan Panini dan Bhagawan Patanjali. Bhagawan Panini menulis kitab Astādhyayi dan Bhagawan Patanjali menulis kitab Patanjali Bhasa (sudut pandang bahasa). Bhagawan Panini adalah orang pertama yang mempopulerkan bahasa Sansekrta dan dari Bhagawan Patanjali, kita mengenal kata ”Bhasa” (bahasa) untuk menyebutkan bahasa Sansekrta populer (bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat India) dan bahasa Daiwi Wak. Bahasa Daiwi Wak adalah bahasa Weda atau bahasa para dewa.

c. Chanda (Lagu) Chanda memuat tentang aspek-aspek bahasa Weda yang dituangkan dalam bentuk nyanyian atau lagu. Kitab Chanda yang masih utuh ada dua buah yaitu Nidanasutra dan Chandasutra. Kedua kitab tersebut ditulis oleh Bhagawan Pinggala.

d. Nirukta (Sinonim dan Antonim) Kitab Nirukta memuat berbagai penafsiran otentik tentang kata-kata yang terdapat dalam kitab suci Weda. Kitab Nirukta ditulis oleh Bhagawan Yaska pada tahun ± 800 SM. Isi dari kitab Nirukta menguraikan 3 macam hal sebagai berikut. (1) Memuat kata-kata yang memiliki arti sama (Naighantuka Kanda). (2) Memuat kata-kata yang memiliki arti ganda (Naighama Kanda). (3) Memuat tentang nama-nama para dewa yang ada di langit (angkasa), bumi dan sorga/kahyangan (Daiwatakanda).

e. Jyotisa (Astronomi) Kitab Jyotisa memuat pokok-pokok ajaran astronomi (perbintangan) yang dijadikan pedoman dalam melaksanakan upacara yadnya. Kitab Jyotisa banyak membahas peredaran tata surya, peredaran bulan dan matahari serta peredaran benda angkasa lainnya yang dianggap memiliki pengaruh terhadap pelaksanaan upacara yadnya.

Kitab Suci by Made Urip Dharmaputra, S.Ag

10

f. Kalpa (Ritual) Kitab Kalpa isinya lebih banyak menguraikan pelaksanaan yadnya. Kitab Kalpa lebih banyak bersumber dari kitab Brahmana dan hanya sedikit yang bersumber dari kitab Mantra. Menurut jenis dan isinya, kitab Kalpa terdiri atas empat bagian yaitu: (1) Srauta Sutra isinya memuat tentang tata cara melaksanakan yadnya dan menguraikan berbagai jenis yadnya yang berhubungan dengan upacara keagamaan baik dalam tingkatan kecil, sedang maupun upacara yang tingkatannya besar. Kitab Srauta Sutra juga banyak menguraikan pelaksanaan upacara yadnya sehari-hari. (2) Kitab Grhya Sutra isinya menguraikan tentang berbagai macam tata cara pelaksanaan yadnya yang harus dilaksanakan oleh umat Hindu, khususnya bagi orang-orang yang telah hidup berumah tangga. Kitab Grhya Sutra terbagi atas 2 bagian yaitu kitab Sraddha Kalpa dan kitab Pitramedhasutra yang memuat pokok-pokok ajaran mengenai tata cara pelaksanaan yadnya bagi orang yang sudah meninggal. Selain itu terdapat juga kitab Prayascitta Sutra yang merupakan pendukung dari kitab Waitana Sutra (Atharwa Weda). (3) Kitab Dharma Sutra/Dharma Sastra isinya menguraikan tentang berbagai aspek peraturan hidup dalam bermasyarakat dan bernegara. (4) Kitab Sulwa Sutra memuat tentang peraturan-peraturan mengenai tata cara membangun tempat suci seperti pura, candi, mandhira (kuil) dan bangunan-bangunan lainnya yang berhubungan dengan ilmu arsitektur. 2. Kelompok Upaweda (Weda Tambahan) Kata Upaweda berasal dari bahasa Sansekrta yang terdiri dari dua kata yaitu kata Upa artinya dekat dan kata Weda artinya pengetahuan suci. Jadi Upaweda artinya dekat dengan Weda. Upaweda juga diartikan sebagai Weda tambahan. Upaweda sebagai kitab Smrti yang kedua terdiri 6 bagian yaitu: a. Itihasa Kata Itihasa terdiri dari tiga suku kata yakni Iti-ha-sa yang artinya sesungguhnya kejadian itu memang begitulah adanya. Kitab Itihasa terdiri dari dua macam, yaitu: (1) Ramayana ditulis oleh Bhagawan Walmiki yang terdiri dari 7 Kanda dengan 24.000 stansa/sloka di dalamnya. Menurut kitab-kitab Purana, Itihasa Ramayana menggambarkan kehidupan pada jaman Treta Yuga.

Kitab Suci by Made Urip Dharmaputra, S.Ag

11

(2) Mahabharata ditulis oleh Bhagawan Wyasa yang terdiri dari 18 Parwa dengan 100.000 sloka di dalamnya. Itihasa Mahabharata menceritakan tentang perang saudara antara Pandawa dan Korawa pada jaman Dwapara Yuga.

Gambar 6.5 Ilustrasi Itihasa Mahabharata b. Purana Purana adalah kitab yang memuat cerita-cerita kuno tentang perjalanan para dewa. Kitab Purana ditulis oleh Bhagawan Romaharsana yang terdiri dari 18 kitab Purana (Mahapurana). Berdasarkan sifatnya yang mengacu pada Tri Guna, kedelapan belas kitab Purana dibagi menjadi 3 kelompok yaitu: (1) Sattwika Purana terdiri dari Wisnu Purana, Narada Purana, Bhagawata Purana, Pa Purana dan Waraha Purana. (2) Rajasika Purana terdiri dari Brahmanda Purana, Brahmawaiwarta Purana, Markandeya Purana, Bhawisya Purana, Wamana Purana dan Brahma Purana. (3) Tamasika Purana terdiri dari Matsya Purana, Kurma Purana, Lińga Purana, Siwa Purana, Skanda Purana dan Agni Purana.

c. Arthasastra Arthasatra adalah kitab yang memuat tentang pokok-pokok ilmu politik, pemerintahan dan tata negara. Kitab Arthasastra ditulis oleh Rsi Kautilya (Rsi Canakhya) yang dijadikan pedoman bagi seorang pemimpin untuk menjalankan pemerintahan. Kitab Arthasastra juga dikenal dengan sebutan Nitisastra.

Kitab Suci by Made Urip Dharmaputra, S.Ag

12

d. Ayur Weda Ayur Weda adalah kitab yang menguraikan tentang ilmu kedokteran baik jasmani maupun rohani. Kitab Ayur Weda ditulis oleh Bhagawan Punarwasu yang dijadikan pedoman dalam bidang pengobatan secara medis. e. Gandharwa Weda Kitab Gandharwa Weda menguraikan tentang berbagai aspek cabang ilmu seni. Kitab Gandharwa Weda terdiri dari beberapa kitab seperti Natya Sastra, Natya Wedagama, Dewa Dasa Sahasri, Rasarnawa dan Rasaratnasamuçcaya. Semua kitab tersebut menguraikan ilmu dan filsafat seni secara menyeluruh (komprehensif).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Weda itu begitu luas dan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Pengkodifikasian Weda dilakukan secara mengkhusus sesuai dengan jenisnya. Hal ini bertujuan untuk membantu menjelaskan pengertian dari Weda Sruti sebagai wahyu dari Ida Sang Hyang Widhi. Sesungguhnya Weda dapat dipelajari secara berjenjang, bertahap dan berkelanjutan. Inilah yang perlu diperhatikan dan dihayati agar kita dapat mengenal isi dari kitab suci Weda secara sempurna, seperti yang disebutkan dalam sloka berikut ini. ”Itihāsa Purānabhyām Vedam samupabrmhayet bibbhettyalpaśtrutād Vedo māmayam praharisyati”. (Vayu Purana I.201) Terjemahan: Hendaknya Weda dipelajari melalui Itihasa dan Purana. Weda merasa takut kalau seseorang yang bodoh membacanya. Weda berpikir bahwa dia (orang yang bodoh) itu akan menendangnya.

Kitab Suci by Made Urip Dharmaputra, S.Ag

13

Weda

Smrti

Sruti

Mantra

Brahmana

Upanisad/ Aranyaka

Wedangga

Upaweda

Rg. Weda

Tiap-tiap Catur Weda Samhita memiliki kitab Brahmana

Tiap-tiap Catur Weda Samhita memiliki kitab Upanisad

Siksa

Itihasa

Wyakarana

Purana

Chanda

Arthasastra

Nirukta

Ayur Weda

Jyotisa

Gandharwa Weda

Sama Weda Yayur Weda Atharwa Weda

Kalpa

Sistematika Kodifikasi Weda

Kitab Suci by Made Urip Dharmaputra, S.Ag

14