BAB I PENDAHULUAN
Memiliki bayi yang sehat adalah harapan setiap keluarga di semua komunitas. Selain itu, mengurangi angka kematian bayi adalah tujuan kesehatan nasional di sebagian besar negara. Secara tradisional, perawatan obstetrik telah difokuskan untuk memastikan bayi yang sehat lahir hidup, bebas dari efek kerusakan iskemik hipoksia dan infeksi perinatal. Meskipun tidak semua masalah dalam kehamilan dapat dicegah, tetapi mengidentifikasi faktor risiko dan melakukan tindakan yang tepat akan hal tersebut dapat meningkatkan jumlah bayi sehat.1,2 Sebuah penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 42% dari kehamilan yang tidak diinginkan telah menyebabkan aborsi dan 14% menyebabkan kematian janin. Di Belanda, 459 wanita hamil yang dirujuk ke klinik perawatan prakehamilan, menunjukkan bahwa sekitar 65% dari ibu memiliki setidaknya satu faktor risiko. Menurut survei sebelumnya, kehamilan yang tidak diinginkan atau yang berhubungan dengan penyakit kronis ibu, seperti obesitas, depresi, atau dengan interval antarkehamilan yang dekat; terkait dengan banyak komplikasi dan memiliki risiko lebih tinggi untuk ibu dan bayi. Oleh karena itu, semua wanita harus memiliki perencanaan prakonsepsi dan mengambil manfaat dari layanan ini untuk deteksi dini dan menemukan faktor risiko yang berpengaruh terhadap kehamilan.1 Namun, beberapa faktor risiko seperti pada kondisi: kehamilan di bawah usia 18 tahun atau lebih dari 35 tahun, kehamilan dengan berbagai penyakit penyerta (hipertensi, diabetes dan lain-lain), dan kehamilan keempat atau lebih; dapat dihilangkan melalui pendidikan tentang usia yang tepat untuk kehamilan dan konseling sebelum hamil. Meskipun faktor risiko lain tidak dapat dicegah atau dihindari, dalam beberapa kasus seperti menderita penyakit penyerta yang berbeda, melakukan konseling dan pemeriksaan prakonsepsi serta memberikan pengetahuan yang diperlukan untuk hal itu, dapat meminimalkan komplikasi selama masa kehamilan.1
1
Menurut penelitian sebelumnya, wanita yang telah menerima konseling dan perawatan prakonsepsi memiliki usia kehamilan lebih matur dan berada dalam kondisi yang lebih baik dalam hal skor APGAR, kelahiran prematur dan berat lahir dibandingkan dengan kelompok kontrol.1 Konseling prakonsepsi merupakan ilmu kedokteran obstetrik preventif. Banyak faktor yang mungkin mempengaruhi prognosis bayi dapat diketahui sebelum kehamilan, selain wanita yang bersangkutan dinasehati mengenai risiko yang ada, dan ditawarkan intervensi yang mungkin memperbaiki prognosis kehamilan. Agar efektif, konsultasi mengenai potensi risiko kehamilan dan intervensi untuk mencegahnya, harus diberikan sebelum konsepsi. Untuk dokter dalam layanan primer konseling prakonsepsi akan didominasi oleh wanita dengan faktor risiko rendah untuk meminta saran diet dan pilihan rencana akses ke perawatan persalinan. Kualitas konseling ini mungkin memiliki potensi untuk secara signifikan mempengaruhi kesehatan masyarakat. Sedangkan, di rumah sakit, konseling prakonsepsi sebagian besar akan melibatkan wanita dengan komplikasi penyakit tertentu mencari nasihat tentang potensi kehamilan yang sukses dan implikasi terkait kondisi latar belakang medis mereka.2,3 Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 menetapkan peraturan tentang pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, yakni pelayanan kesehatan masa sebelum hamil adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang ditujukan pada perempuan sejak saat remaja hingga saat sebelum hamil dalam rangka menyiapkan perempuan menjadi hamil sehat. Pengaturan pelayanan kesehatan masa sebelum hamil bertujuan untuk menjamin kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas, mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru lahir, menjamin tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak reproduksi, dan mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang bermutu, aman, dan bermanfaat sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.4 Pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota menjamin ketersediaan sumber daya kesehatan, sarana, prasarana,
2
dan penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil. Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil diselenggarakan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative yang dilaksanakan secara menyeluruh terpadu dan berkesinambungan, serta dilakukan sesuai standar. Pelayanan kesehatan sebelum hamil dilakukan untuk mempersiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi yang sehat yang dilakukan pada remaja, calon pengantin dan/atau pasangan usia subur.4 Kegiatan pelayanan kesehatan masa sebelum hamil meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, pemberian imunisasi, suplementasi gizi, konsultasi kesehatan, dan pelayanan kesehatan lainnya. Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan tanda vital, dan pemeriksaan status gizi. Pemeriksaan status gizi harus dilakukan terutama untuk menanggulangi masalah kurang energi kronik (KEK), dan pemeriksaan status anemia. Pemeriksaan penunjang merupakan pelayanan kesehatan yang dilakukan berdasarkan indikasi medis, terdiri atas pemeriksaan darah rutin, pemeriksaan darah yang dianjurkan, pemeriksaan penyakit menular seksual, pemeriksaan urin rutin, dan pemeriksaan penunjang lainnya.4 Pemberian
imunisasi
dilakukan
dalam
upaya
pencegahan
dan
perlindungan terhadap penyakit tetanus yang dilakukan untuk mencapai status T5 hasil pemberian imunisasi dasar dan lanjutan ditujukan agar wanita usia subur memiliki kekebalan penuh. Pemberian imunisasi tetanus toxoid dapat dilakukan saat yang bersangkutan menjadi calon pengantin dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pemberian suplementasi gizi bertujuan untuk pencegahan anemia gizi yang dilaksanakan dalam bentuk pemberian edukasi gizi seimbang dan tablet tambah darah. Konsultasi kesehatan berupa pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi dapat diberikan oleh tenaga kesehatan dan tenaga nonkesehatan. Tenaga nonkesehatan meliputi guru usaha kesehatan sekolah, guru bimbingan dan konseling, kader terlatih, konselor sebaya, dan petugas lain yang terlatih. Komunikasi, informasi, dan edukasi antara lain diberikan melalui ceramah Tanya jawab, kelompok diskusi terarah, dan diskusi
3
interaktif dengan menggunakan sarana dan media komunikasi, informasi, dan edukasi.4 Materi pemberian komunikasi informasi dan edukasi dilakukan sesuai tahap perkembangan mental dan kebutuhan. Materi pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi untuk remaja meliputi : perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), tumbuh kembang anak usia sekolah dan remaja, kesehatan reproduksi, imunisasi, kesehatan jiwa dan NAPZA, gizi, penyakit menular termasuk HIV dan AIDS, pendidikan keterampilan hidup sehat (PKHS), dan kesehatan intelegensia. Materi pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi untuk calon pengantin dan pasangan usia subur (prakonsepsi) meliputi : informasi pra nikah meliputi : kesehatan reproduksi dan pendekatan siklus hidup, hak reproduksi, persiapan yang perlu dilakukan dalam persiapan pranikah, dan informasi lain yang diperlukan; informasi tentang keadilan dan kesetaraan gender dalam pernikahan termasuk peran laki-laki dalam kesehatan. Persiapan pranikah antara lain persiapan fisik, persiapan gizi, status imunisasi Tetanus Toxoid, dan menjaga kesehatan organ reproduksi.4 Jika perawatan prenatal atau perawatan ibu dan intervensi lain selama kehamilan dapat mengatasi kondisi yang terjadi selama kehamilan, hal-hal ini tidak dirancang untuk mengatasi faktor-faktor risiko tinggi untuk hasil kehamilan yang merugikan, sebelum kehamilan. Intervensi untuk mengurangi hasil kehamilan yang merugikan atau meningkatkan hasil kelahiran mungkin perlu untuk dimulai sebelum kehamilan. Saat ini, perawatan kesehatan prakonsepsi sangat didukung oleh para peneliti dan dokter.4 Meskipun asuhan prenatal yang memadai dan layanan perawatan primer dapat mengurangi angka kematian bayi dan ibu, konseling dan perawatan prakonsepsi mengacu tidak hanya untuk pencegahan primer morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal, tetapi juga sebagai pendekatan utama yang digunakan untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan. American College of Obstetricians and Gynecologist (2005) juga menegaskan kembali pentingnya konseling prakonsepsi. Data terakhir dari CDC (Centers for Disease Control and
4
Prevention) menjelaskan status kesehatan wanita yang melahirkan bayi hidup di Amerika Serikat pada tahun 2004, seperti pada tabel 1,3 Tabel 1. Prevalensi perilaku, pengalaman, kondisi kesehatan dan riwayat kehamilan sebelumnya pada Ibu Prahamil di Amerika Serikat tahun 2004.3 Faktor Penggunaan Tembakau Konsumsi Alkohol Konsumsi Multivitamin Tanpa Kontrasepsi Kunjungan ke Dokter Gigi Penyuluhan Kesehatan Kekerasan Fisik Stress Berat Badan Rendah Kegemukan Obesitas Diabetes Asma Hipertensi Masalah Jantung Anemia Riwayat Berat Badan Lahir Rendah Riwayat Bayi Prematur
Prevalensi (%) 23 50 35 53 78 30 4 19 13 13 22 2 7 2 1 10 12 12
Tabel ini memperlihatkan tingginya prevalensi banyak penyakit yang dapat diintervensi selama periode prakonsepsi. Selain itu, CDC menetapkan tujuantujuan berikut untuk memajukan konseling prakonsepsi:3 1. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku pria dan wanita yang berkaitan dengan kesehatan prakonsepsi. 2. Memastikan bahwa semua wanita usia subur menerima pelayanan konseling prakonsepsi–termasuk skrining risiko, promosi kesehatan, dan intervensi– yang memungkinkan mereka memasuki kehamilan dengan kesehatan optimal.
5
3. Mengurangi risiko yang diindikasikan oleh adanya penyimpangan pada hasil akhir kehamilan sebelumnya melalui intervensi antarkonsepsi untuk mencegah atau memperkecil berulangnya penyimpangan tersebut. 4. Mengurangi kelainan pada kehamilan yang menyimpang. Oleh karena itu, konseling prakonsepsi ini sangat bermanfaat untuk memberikan informasi dan nasehat kepada pasangan usia subur untuk menyiapkan lingkungan yang optimal bagi perkembangan konseptus, memperhatikan faktor– faktor yang berpotensi mempengaruhi hasil akhir kehamilan, wanita yang bersangkutan diberi nasihat tentang resiko yang ada pada dirinya dan diberikan suatu strategi untuk mengurangi/mengeliminasi pengaruh patologis yang diketahui berdasarkan riwayat keluarga, medis atau obstetri. Konseling prakonsepsi yang diberikan sebelum kehamilan dan asuhan antenatal selama kehamilan sangat penting untuk menjaga kesehatan dan memastikan kesuksesan kehamilan1,5
6
BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Konseling prakonsepsi/prakehamilan adalah serangkaian layanan, terutama didasarkan pada upaya preventif, untuk membantu pria dan wanita mempersiapkan kehamilan dengan cara meningkatkan kesehatan mereka sebelum konsepsi, termasuk praktek-praktek kesehatan yang berkaitan dengan menjaga kesuburan, mempersiapkan kehamilan, serta mengidentifikasi dan mengatasi faktor-faktor risiko melalui penyediaan konseling dan melakukan diagnostik, terapi dan intervensi farmakologis. Dengan demikian, konseling dan perawatan prakonsepsi penting untuk memberikan kehamilan yang aman serta menjaga kesehatan ibu dan janin.5 Konseling ini dilakukan terhadap pasangan usia subur sebelum terjadinya kehamilan. Konseling ini termasuk salah satu tindakan preventif dalam ilmu kedokteran obstetri. Pada tahun 2006, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mendefinisikan konseling prakonsepsi sebagai serangkaian intervensi yang ditujukan untuk menemukan dan memodifikasi risiko biomedis, perilaku, dan sosial pada hasil akhir kehamilan atau kesehatan wanita melalui pencegahan dan penatalaksanaan.3,5 B. Tujuan Tujuan utama konseling dan perawatan prakonsepsi yaitu peningkatan kondisi kesehatan ibu, menilai faktor risiko, menerapkan langkah-langkah medis yang tepat, dan memberikan dukungan mental pada ibu, sebelum kehamilan.6 Konseling prakonsepsi memiliki peranan yang penting karena dapat mengetahui wanita mana yang diuntungkan dari intervensi dini, seperti
7
mereka yang menderita diabetes melitus atau hipertensi dan dapat membantu mengurangi cacat janin. Organogenesis dimulai 17 hari setelah fertilisasi, maka sebaiknya diperhatikan lingkungan yang baik untuk perkembangan hasil konsepsi. Hasil akhir maternal dan perinatal juga bergantung pada interaksi antara faktor ibu, janin dan lingkungannya, serta sulit untuk menerangkan hasil akhir kehamilan hanya berdasarkan satu intervensi spesifik. Tujuan dari konseling prakonsepsi, yaitu sebagai berikut.7 1. Meminimalkan kehamilan yang tidak direncanakan 2. Memaksimalkan penyakit-penyakit kronik untuk kehamilan (DM, epilepsi, hipotiroid, gangguan kardiovaskular) 3. Menganjurkan perilaku sehat selama kehamilan 4. Konseling mengenai suplemen nutrisi, diet yang adekuat dan olahraga cukup 5. Menawarkan vaksinasi yang tepat sebelum kehamilan (rubella, difteri, hepatitis B) 6. Skrining terhadap kelainan genetik atau kromosomal 7. Meningkatkan kesiapan pasien untuk kehamilan dan menjadi orang tua. C. Manfaat Uji-uji acak yang mengevaluasi manfaat konseling prakonsepsi jarang dilakukan, sebagian karena tidak memberikan konseling adalah tindakan yang tidak etis. Selain itu, karena hasil akhir pada ibu dan janin bergantung pada interaksi berbagai faktor ibu, janin dan lingkungan. Suatu hasil akhir yang terjadi sulit dikaitkan dengan intervensi tertentu. Oleh sebab itu, hanya ada sedikit studi prospektif dan kelola kasus yang secara jelas memperlihatkan keberhasilan konseling prakonsepsi.3 Menurut survei tahun 2016 di Amerika Serikat, diantara wanita-wanita usia reproduksi, sekitar 50,7% dilaporkan telah menerima konseling prakonsepsi.8 Konseling mengenai risiko kehamilan yang mungkin terjadi dan berbagai strategi pencegahannya perlu diberikan sebelum konsepsi. Pada saat sebagian besar wanita menyadari bahwa mereka hamil – 1 sampai 2 minggu
8
setelah terlambat haid – medulla spinalis janin telah terbentuk dan jantung telah berdenyut. Karena itu, banyak strategi pencegahan, misalnya asam folat untuk mencegah defek tabung saraf, kurang efektif jika dimulai pada waktu ini. Diperkirakan bahwa hampir separuh dari semua kehamilan adalah tidak direncanakan, dan kehamilan inilah yang mungkin berisiko paling besar. Kehamilan yang tidak direncanakan lebih besar kemungkinannya terjadi pada wanita muda atau lajang, memiliki tingkat pendidikan relatif rendah; merokok, minum alkohol, atau memakai obat terlarang, dan tidak mendapat asam folat.3,9 D. Konselor Dan Klien Prakonsepsi Praktisi yang memberi layanan perawatan kesehatan rutin memiliki kesempatan terbaik untuk melakukan konseling pencegahan. Dokter ahli ginekologi, ahli penyakit dalam, dokter umum, dokter keluarga dan dokter anak dapat melakukannya sewaktu melakukan pemeriksaan berkala. Hasil pemeriksaan kehamilan yang negatif merupakan waktu yang tepat untuk konseling. Dokter keluarga dapat melakukan dua hal untuk mempromosikan kesehatan prakonsepsi sebagai perawatan kesehatan. Pertama, meminta setiap wanita usia reproduksi apakah dia berniat untuk hamil di tahun berikutnya. Menanyakan setiap wanita tentang niat reproduksinya dan mempromosikan gagasan bahwa kehamilan harus direncanakan, dan dengan menyediakan kontrasepsi untuk wanita yang tidak bermaksud untuk hamil dan mempromosikan inisiasi strategi dengan konseling prakonsepsi bagi wanita itu, jika dan ketika mereka memiliki keinginan untuk hamil. Kedua, menginformasikan pada wanita-wanita tersebut bahwa kondisi kesehatan ibu dan obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi hasil kehamilan dan kehamilan tersebut dapat mempengaruhi kesehatan wanita secara umum.3,9 Semua wanita usia reproduksi dan memiliki potensi untuk hamil yang datang ke layanan primer adalah kandidat yang dipertimbangkan untuk konseling prakonsepsi. Dapat diberikan nasihat dasar mengenai diet, bahaya pemakaian alkohol, obat terlarang, dan merokok; asupan vitamin, olahraga
9
dan perilaku lain. Catatan medis yang relevan perlu diteliti. Konselor perlu mengetahui tentang penyakit medis, riwayat pembedahan, penyakit reproduksi atau penyakit genetik dan harus mampu menginterpretasi data dan rekomendasi yang diberikan oleh spesialis lain. Jika praktisi merasa kurang nyaman dalam memberi konseling maka wanita atau pasangan yang bersangkutan dapat dirujuk ke konselor yang sesuai.6,8,9 E. Hal-Hal
yang
Harus
Diperhatikan
pada
Kunjungan
Konseling
Prakonsepsi 1. Suplementasi Asam Folat Suplementasi asam folat 400 mcg/hari yang yang dimulai sebelum kehamilan dan diteruskan hingga 6-12 minggu pascakonsepsi dapat menurunkan kejadian defek tabung saraf hingga 75%. Satu studi menunjukkan bahwa wanita yang menerima konseling prakonsepsi dari dokter keluarganya lima kali lebih mungkin mengkonsumsi asam folat sebelum konsepsi. Wanita yang mengkonsumsi antagonis asam folat atau memiliki fetus dengan DTS (defek tabung saraf) atau neural tube defect atau kelainan bawaan lainnya dihubungkan dengan defisiensi asam folat (contoh: labiognatoschizis, penyakit katup jantung, anomali traktus urinarius, hidrosefalus) harus mengkonsumsi 4-5 mg asam folat per hari mulai 3 bulan sebelum kehamilan dan diteruskan hingga 12 minggu pascakonsepsi. Wanita dengan penyakit penyerta (epilepsi, IDDM, obesitas dan riwayat keluarga dengan DTS) juga harus mengkonsumsi dosis tinggi asam folat.9,10 2. Wanita dengan Berat Badan Kurang Wanita dengan berat badan kurang (IMT <18,5 kg/m2) dihubungkan dengan kejadian kelahiran prematur dan bayi berat lahir rendah. Berat badan kurang juga dikaitkan dengan defisiensi gizi, osteoporosis, amenore, infertilitas, dan aritmia. Bayi dengan ibu yang memiliki berat badan kurang juga memiliki risiko tinggi menderita gastroschisis. Wanita dengan IMT kurang harus ditangani sebagai 10
gangguan makan dan diberikan konseling bahwa berat badan kurang dapat mempengaruhi kesehatan dan kehamilannya.10 3. Kondisi-kondisi dimana kehamilan merupakan Kontraindikasi Ada beberapa kondisi medis dimana kehamilan merupakan kontraindikasi.
Ada
keengganan
umum
untuk
menginstruksikan
perempuan untuk tidak hamil karena akhirnya itu sebenarnya keputusan mereka. Wanita dengan hipertensi pulmonal yang memiliki risiko hingga 50% kematian, wajar untuk memberikan saran eksplisit terhadap konsepsi dan nasihat tentang kontrasepsi yang sesuai. Beberapa kondisi jantung lainnya dapat diberi saran serupa dan kontrasepsi untuk kelompok berisiko tinggi ini mungkin memerlukan saran para ahli. Gangguan pernapasan tingkat lanjut dapat berarti bahwa kehamilan merupakan kontraindikasi. Biasanya akan menjadi jelas bahwa kondisi medis parah akan terdapat pada pasien dengan kondisi latar belakang medis mereka dengan penyakit seperti kistik fibrosis atau toleransi latihan mereka terbatas. Saran dari para ahli harus selalu diminta sebelum menginformasikan pasien bahwa kehamilan merupakan kontraindikasi. Pada wanita dengan kanker tertentu seperti kanker payudara, fokus akan lebih ditujukan untuk memastikan interval bebas penyakit sebelum konsepsi. Pada wanita dengan kelainan ginjal yang mengancam nyawa, mungkin kehamilan yang lebih baik yaitu berusaha hamil lebih cepat daripada menundanya. Bahwa konsepsi sebaiknya terjadi pada gagal ginjal ringan sampai sedang daripada gagal ginjal berat dengan ibu makin berusia lanjut. Skenario klinis seperti ini adalah peluang bagus untuk meninjau kebutuhan konseling prakonsepsi dan untuk memastikan bahwa metode tatalaksana yang digunakan sesuai dengan kondisi medis yang terlibat.2,10 4. Mengetahui Obat-obat Teratogen Kebanyakan obat aman untuk digunakan dalam kehamilan. Ketika memberikan konseling prakonsepsi, obat-obat harus ditinjau untuk
11
memastikan bahwa tidak ada risiko dari efek teratogenik. Perlu dipertimbangkan dan diberikan saran yang bersifat retrospektif dimana penggunaannya dapat memberikan efek negatif dan obat mana yang perlu diberikan secara hati-hati serta kapan pemberian obat yang paling aman. Teratogenesis adalah defek anatomi pertumbuhan pada janin yang dapat meliputi:2,10 a. Defek struktur mayor atau minor organ janin b. Pertumbuhan janin terhambat c. Kematian janin d. Kegagalan implantasi dan pertumbuhan embrio e. Pengaruh neonatal Obat-obatan seperti metotreksat, ACE inhibitor, karbamazepin, asam valproate, misoprostol dan tetrasiklin harus dapat dihindari selama kehamilan.10 5. Komplikasi Obstetrik Penyulit obstetrik juga dapat menjadi saran untuk menghindari kehamilan. Riwayat perdarahan pasca persalinan berulang atau beberapa bekas luka uterus dengan risiko plasenta akreta. Wanita dengan riwayat onset awal atau preeklampsia berat atau kelahiran prematur dapat diberi peringatan pada konseling prakonsepsi. Wanita mungkin datang untuk konseling mengingat riwayat persalinan traumatis sebelumnya. Kunjungan tersebut biasanya sangat berharga dalam membantu wanita mengetahui penyebab penyulit pada kehamilan sebelumnya, menawarkan penjelasan untuk rencana pengelolaan bila terdapat penyulit yang sama seperti sebelumnya dan membuat rencana yang jelas untuk kehamilan berikutnya. Ini tidak biasa bagi wanita untuk memilih tidak hamil akibat riwayat persalinan traumatis sebelumnya, karena mereka merasa bahwa mereka tentu akan terkena stres yang sama dengan kehamilan berikutnya. Sejauh mana situasi seperti ini timbul belum cukup banyak diteliti. Kunjungan
12
untuk konseling dalam keadaan seperti itu bisa menjadi sangat bermanfaat.10 6. Masa Nifas Kebutuhan untuk transisi ke masa kehamilan telah ditekankan selama konseling prakonsepsi. Maka juga jelas bahwa kelancaran transisi yang sama harus terjadi setelah melahirkan. Nifas adalah waktu dengan risiko yang sangat tinggi untuk pasien kelainan jantung dan juga waktu ketika banyak kehilangan fungsi ginjal dapat terjadi pada wanita dengan penyakit ginjal. Gangguan perdarahan dapat menyebabkan morbiditas utama dalam masa nifas dan kontrol optimal dari insulin dapat membantu ibu diabetes untuk menyusui. Penanganan yang cepat dari adanya masalah imunologi dapat mencegah masalah-masalah besar lainnya di masa nifas. Hal ini sangat penting ditekankan bahwa komunikasi yang baik antara spesialis dan tim obstetrik terjadi setelah melahirkan dan saran dari senior ahli yang terus diberikan untuk pasien tersebut. Rencana untuk transisi ini harus diletakkan pada saat konseling di awal kehamilan.10 Secara umum, CDC mempublikasikan 14 hal yang diutamakan pada konseling dan intervensi prakonsepsi, yaitu sebagai berikut.9,10 Tabel 2. 14 Intervensi dalam Kunjungan Konseling Prakonsepsi Menurut CDC.10 Intervensi prakonsepsi dengan bukti untuk meningkatkan hasil kehamilan Intervensi Efek kesehatan terbukti Suplemen asam folat Vaksinasi rubella Manajemen diabetes Manajemen hipotiroidisme Vaksinasi hepatitis B untuk perempuan yang berisiko
Screening dan pengobatan HIV / AIDS
Mengurangi terjadinya cacat tabung saraf dua pertiga. Memberikan perlindungan terhadap sindrom rubella kongenital. Secara substansial mengurangi peningkatan 3 kali lipat dalam cacat lahir pada bayi dari wanita diabetes. Menyesuaikan dosis levothyroxine awal kehamilan melindungi pengembangan neurologis yang tepat. Mencegah penularan infeksi pada bayi dan menghilangkan risiko untuk wanita dari gagal hati, kanker hati, sirosis, dan kematian akibat infeksi HBV.
13
Screening dan pengobatan STD (penyakit menular sexual)
Manajemen Phenylketonuria ibu Manajemen penggunaan antikoagulan oral
Manajemen penggunaan obat antiepilepsi Manajemen pengobatan yang akurat
Konseling berhenti merokok
Menghilangkan penggunaan alkohol
Kontrol obesitas
Memungkinkan untuk penanganan yang tepat waktu dan memberikan wanita (atau pasangan) dengan informasi tambahan yang dapat mempengaruhi waktu kehamilan dan pengobatan. Mengurangi risiko kehamilan ektopik, infertilitas, dan nyeri panggul kronis yang berhubungan dengan Chlamydia trachomatis dan gonore nesseria dan mengurangi risiko yang mungkin untuk janin kematian janin dan cacat fisik dan perkembangan, termasuk keterbelakangan mental dan kebutaan. Mencegah bayi dari lahir dengan keterbelakangan mental PKU- terkait. Beralih wanita off antikoagulan teratogenik (yaitu, warfarin) sebelum hamil menghindari paparan berbahaya. Berubah untuk rejimen pengobatan kurang teratogenik mengurangi eksposur berbahaya. Mencegah kehamilan bagi wanita yang menggunakan isotretinoin (Accutane) atau berhenti menggunakan isotretinoin sebelum konsepsi, menghilangkan paparan berbahaya. Menyelesaikan berhenti merokok sebelum perawatan kehamilan dapat mencegah kelahiran merokok terkait prematur, berat badan lahir rendah, atau hasil perinatal lainnya yang merugikan. Mengontrol alkohol pesta minum dan / atau sering minum sebelum kehamilan mencegah sindrom alkohol janin dan cacat lahir yang berhubungan dengan alkohol lainnya. Mencapai berat badan yang sehat sebelum kehamilan mengurangi risiko cacat tabung saraf, kelahiran prematur, diabetes, operasi caesar, dan hipertensi dan penyakit tromboemboli yang terkait penyakit yang berhubungan dengan obesitas.
F. Identifikasi Faktor Risiko Setelah anamnesis, pemeriksaan fisik, dan tes medis, dokter akan mengidentifikasi dan menilai faktor potensial, termasuk faktor genetik, lingkungan, psikologis, dan perilaku, yang mungkin mengakibatkan cacat lahir atau hasil kehamilan yang merugikan lainnya. Untuk pasangan tanpa faktor risiko, dokter akan menyarankan bahwa mereka datang secara teratur untuk mendapatkan konseling kesehatan yang lebih. Jika hanya satu pasangan
14
berpartisipasi dalam pelayanan, dokter akan menyarankan bahwa pasangan lainnya berpartisipasi sesegera mungkin. Bagi mereka yang memiliki faktor risiko potensial, dokter akan menginformasikan beberapa faktor risiko dan potensi dampak yang akan terjadi pada janin, selain dari merekomendasikan konsultasi lebih lanjut, pemeriksaan, rujukan, dan pengobatan, sementara menunda subur jika perlu.11
Adapun faktor-faktor tersebut antara lain: 1. Riwayat Pribadi dan Keluarga Perlu dilakukan anamnesis menyeluruh tentang riwayat medis, obstetrik, sosial dan keluarga. Informasi yang bermanfaat besar kemungkinannya diperoleh dengan mengajukan pertanyaan spesifik tentang masing-masing aspek dan tentang anggota keluarga daripada mengajukan pertanyaan umum yang terbuka. Anamnesis mungkin memerlukan waktu 30 menit sampai satu jam. Beberapa keterangan penting dapat diperoleh dengan kuisioner, idealnya pada kunjungan prakehamilan rutin. Juga tersedia kuisioner yang sudah jadi tentang topiktopik diatas. Jawaban diulas bersama dengan pasangan yang bersangkutan untuk memastikan tindak lanjut yang sesuai, termasuk memperoleh rekam medis yang relevan.11 2. Riwayat Medis Konseling prakonsepsi membahas semua faktor risiko yang penting bagi ibu dan janin. Hal-hal umum mencakup bagaimana kehamilan akan mempengaruhi kesehatan ibu, dan bagaimana kondisi risiko-tinggi dapat mempengaruhi janin. Yang terakhir, berikan nasihat untuk memperbaiki prognosis kehamilan. Hampir semua penyakit medis, obstetris atau genetik perlu dipertimbangkan sebelum kehamilan. Semua ini dibahas dalam
15
kaitannya dengan risiko bagi ibu dan janin, dan pasangan yang bersangkutan perlu ditawari tentang evaluasi prakehamilan.11 a. Penyakit Genetik Wanita-wanita yang latar belakang etnis, ras atau riwayat pribadi atau keluarganya menmpatkan mereka pada risiko memiliki janin dengan penyakit genetik perlu mendapat konseling yang sesuai. Para wanita ini memerlukan kunjungan konseling tambahan ke konselor genetik yang terlatih. Mereka juga mungkin memerlukan konsultasi dengan spesialis lain, misalnya ahli anestesi, dokter jantung atau dokter bedah.11 b. Riwayat Reproduksi Riwayat reproduksi mencakup upaya konsepsi sebelumnya, ada tidaknya infertilitas dan hasil akhir kehamilan yang tidak normal, termasuk keguguran, kehamilan ektopik, atau kematian janin berulang; dan penyulit obstetris misalnya preeclampsia, abrupsio plasenta dan persalinan preterm. Riwayat reproduksi anggota keluarga dekat juga mungkin bermanfaat. Sebagai contoh, pada kematian janin berulang, adanya anggota keluarga lain dengan riwayat sama meningkatkan risiko adanya translokasi tataulang (rearrangements) kromosom lainnya yang bersifat familial. Riwayat yang mengisyaratkan inkompetensi serviks atau anomali uterus sebaiknya segera dievaluasi.11 3. Riwayat Sosial a. Usia Ibu Pertanyaan yang sering muncul yaitu mengenai kelayakan kehamilan pada usia tertentu. Usia ibu lebih tua terkait dengan peningkatan risiko pre-eklampsia, diabetes gestasional, masalah medis insidental, aneuploidi dan keguguran. Usia ibu memiliki dampak pada hasil akhir kehamilan di kedua ujung usia reproduksi. Remaja lebih besar kemungkinan mengalami anemia dan berisiko tinggi mengalami persalinan prematur, dengan akibat meningkatnya kematian bayi. Insiden penyakit menular seksual –yang
16
sering pada remaja- bahkan lebih tinggi selama kehamilan. Karena sebagian besar kehamilan mereka tidak direncanakan, maka remaja jarang mencari konseling prakonsepsi. Para wanita muda ini biasanya masih tumbuh dan berkembang sehingga membutuhkan kalori yang lebih besar daripada wanita yang lebih tua. Remaja normal dan yang kurang beratnya perlu dinasihati untuk meningkatkan asupan kalori sebesar 400 kkal/hari. Sebaliknya, remaja dengan obesitas kemungkinan tidak memerlukan tambahan kalori. Terkadang, pertanyaan spontan dapat mengungkapkan adanya riwayat penyalahgunaan obat terlarang.11 Saat ini, sekitar 10% kehamilan terjadi pada wanita berusia lebih dari 35 tahun. Wanita berusia lebih tua lebih sering meminta konseling prakonsepsi, baik karena ingin menunda kehamilan dan sekarang ingin mengoptimalkan kehamilannya, maupun karena berencana menjalani terapi infertilitas. Wanita ini mungkin mengalami peningkatan risiko penyulit obstetrik serta morbiditas dan mortalitas perinatal jika mereka menderita penyakit kronis atau kondisi fisiknya buruk. Akan tetapi, untuk wanita yang beratnya normal dan secara fisik bugar tanpa masalah medis, risiko tampaknya tidak meningkat secara nyata. Angka kematian ibu hamil lebih tinggi pada wanita berusia 35 tahun atau lebih. Dibandingkan dengan wanita dalam usia 20-an, wanita berusia 35-39 tahun 2,5 kali lebih sering dan wanita berusia 40 tahun atau lebih 5,3 kali lebih sering mengalami mortalitas terkait-kehamilan.11 Risiko janin terkait-usia ibu terutama berasal dari:11 (1) Persalinan kurang bulan atas indikasi penyulit pada ibu, misalnya hipertensi dan diabetes (2) Persalinan kurang bulan spontan (3) Gangguan pertumbuhan janin yang berkaitan dengan penyakit kronik pada ibu atau gestasi multijanin (4) Aneuploidy janin (5) Kehamilan yang diperoleh dengan bantuan teknologi reproduksi
17
b. Usia Ayah Meskipun terdapat peningkatan insiden penyakit genetik pada anak akibat mutasi dominan autosom baru pada pria berusia lebi tua, namun insidennya masih tetap rendah. Karena itu, masih diperdebatkan apakah pemeriksaan sonografik terarah perlu dilakukan semata-mata atas indikasi usia ibu atau ayah yang lanjut.11 c. Obat-obatan dan Merokok Kunci untuk mencegah kerusakan janin akibat obat adalah mengupayakan wanita yang bersangkutan jujur mengenai pemakaian obatobat terkait. Pertanyaan seyogyanya tidak menghakimi. Retardasi mental terkait alkohol saat ini merupakan satu-satunya sindrom retardasi mental yang dapat dicegah. Wanita pecandu alkohol dapat diidentifikasi dengan mengajukan pertanyaan TACE. Hal ini adalah satu rangkaian yang terdiri atas 4 pertanyaan mengenai toleransi terhadap alkohol, merasa terganggu (annoyed) oleh komentar mengenai kebiasaan minum mereka, upaya untuk berhenti (cut down), dan riwayat minum-minum pada dini hari (eye opener).11 Merokok mempengaruhi pertumbuhan janin secara dependen-dosis. Merokok meningkatkan risiko kelahiran prematur, hambatan pertumbuhan janin, dan berat badan lahir rendah serta attention defisit hyperactivity disorder (ADHD) dan masalah perilaku dan belajar saat anak mencapai usia sekolah. Merokok juga meningkatkan risiko penyulit kehamilan yang berkaitan dengan insufisiensi vaskular, seperti insufisiensi uteroplasenta dan solusio plasenta. Tingkat pemakaian tembakau harus ditentukan dan wanita yang bersangkutan perlu ditawari program prakehamilan untuk mengurangi atau menghentikan kebiasaan merokok. 11 d. Pajanan di Lingkungan Meskipun semua orang terpajan bahan-bahan tertentu di lingkungan, namun hanya beberapa bahan yang meningkatkan risiko kehamilan. Pajanan ini mencakup organisme penginfeksi, sebagai contoh, perawat bayi baru lahir berpotensi terpajan sitomegalovirus atau respiratory
18
syncytial virus, dan petugas tempat penitipan anak mungkin terpajan logam berat atau bahan kimia, misalnya pelarut organik. Pasien yang tinggal di pedesaan mungkin terpajan pestisida yang berpotensi merugikan air sumur yang tercemar. 11 Metil merkuri adalah pencemar lingkungan yang berpotensi mempengaruhi semua wanita hamil karena ikan-ikan besar tertentu tercemar oleh bahan ini. Merkuri adalah suatu neurotoksin yang mudah menmebus plasenta dan berefek buruk pada janin. Karena itu, US Food and Drugs istration (2004) menganjurkan bahwa wanita hamil tidak mengkonsumsi ikan hiu, ikan todak, king mackered, atau tilefish, dan bahwa mereka mengkonsumsi tidak lebih dari 12 ons kerang-kerangan atau ikan lain per minggu. Albacore atau tuna putih mengandung lebih banyak merkuri daripada tuna kalengan lainnya. 11 Lebih lanjut dibahas, tidak terdapat bukti pada manusia atau hewan bahwa pajanan ke berbagai medan elektromagnetik, misalnya kabel listrik tegangan tinggi, selimut listrik, oven microwave, dan telepon seluler berefek buruk pada janin. 11 4. Gaya Hidup dan Pekerjaan
Sangat ideal untuk mendorong pasien mengadopsi gaya hidup sehat saat mereka berencana untuk hamil. Sebagai perempuan, mereka akan mengalami peningkatan motivasi untuk meningkatkan kesehatan mereka. Mereka harus didorong untuk makan diet seimbang, berolahraga secara teratur, berhenti merokok, menghindari konsumsi alkohol, berhenti menggunakan narkoba, menghilangkan paparan racun lingkungan, dan mengurangi stres.9,11 a. Diet dan Berat Badan Berat badan memiliki dampak yang jelas pada hasil kehamilan, yaitu indeks massa tubuh (IMT) rendah dikaitkan dengan pertumbuhan janin terhambat, IMT tinggi dengan berat badan janin yang meningkat, memiliki risiko yang mungkin lebih besar terkena defek tabung saraf, diabetes
19
gestasional, risiko distosia bahu, komplikasi anestesi dan morbiditas terkait lainnya. Kegemukan dilaporkan berkaitan dengan sejumlah penyulit maternal, seperti hipertensi, preeklamsia, kesulitan persalinan, kehamilan postmatur, pelahiran Caesar dan penyulit operasi.3,10,11 Pika terhadap es, tepung binatu, tanah liat, sampah atau bahan bukan makanan lainnya harus segera dihentikan. Pada beberapa kasus, hal ini mungkin mencerminkan respons fisiologik tak lazim terhadap difisiensi besi. Banyak diet vegetarian kurang mengandung protein, tetapi hal ini dapat diperbaiki dengan meningkatkan konsumsi telur dan keju. Selain defisiensi gizi, anoreksia dan bulimia meningkatkan risiko gangguan elektrolit, aritmia jantung dan patologi saluran cerna. Penyulit terkait kehamilan antara lain adalah peningkatan risiko berat lahir rendah, lingkar kepala kecil, mikrosefalus dan kecil untuk usia kehamilan. 3,11 b. Olahraga Belum ada data yang menunjukkan bahwa olahraga merugikan kehamilan. Sebagian besar wanita hamil dapat melanjutkan olahraga mereka selama gestasi, meskipun mereka perlu menyadari bahwa kehamilan dapat menyebabkan masalah keseimbangan dan bahwa relaksasi sendi dapat menjadi predisposisi terjadinya cedera ortopedi. Wanita perlu dianjurkan untuk tidak berolahraga hingga kelelahan dan perlu meningkatkan pengeluaran panas dan penggantian cairan. Wanita hamil perlu menghindari posisi terlentang, aktivitas yang memerlukan kesimbangan tinggi, dan kondisi cuaca ekstrim.11 Latihan aerobik setiap hari selama 30 sampai 60 menit dapat membantu menjaga kebugaran fisik, kardiorespirasi dan mempersiapkan diri untuk perubahan fisik kehamilan. Latihan mungkin juga meningkatkan kesehatan mental, mengurangi stres melalui peningkatan endorfin dan penurunan kortisol.11 c. Kekerasan dalam Rumah Tangga Kehamilan dapat memicu masalah antarpribadi dan merupakan saat risiko kekerasan oleh pasangan meningkat. Wanita yang melaporkan
20
kekerasan oleh pasangan selama setahun sebelum hamil berisiko lebih besar mengalami sejumlah penyulit, mecakup hipertensi, perdarahan pervaginam, hiperemesis, persalinan kurang bulan, dan bayi berat lahir rendah.11 Dokter perlu mengajukan pertanyaan mengenai faktor-faktor risiko kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan sebaiknya sekaligus memberikan intervensi jika memungkinkan. KDRT kemungkinan terjaddi pada wanita yang pasangannya menyalahgunakan alkohol atau obat, baru menganggur, memiliki tingkat pendidikan yang rendah atau pendapatan kurang, atau riwayat ditahan. 11 d. Riwayat Keluarga Metode paling menyeluruh untuk memperoleh riwayat keluarga adalah membuat silsilah (pedigree) dengan menggunakan simbol-simbol. Status kesehatan dan reproduksi masing-masing anggota keluarga perlu dikaji secara individual untuk penyakit medis, retardasi mental, cacat lahir, infertilitas dan kematian janin. Ras, etnis atau latar belakang agama tertentu mungkin menunjukkan peningkatan risiko untuk penyakit resesif tertentu.11 e. Imunisasi Konseling prakonsepsi mencakup penilaian terhadap imunitas. Imunisasi-imunisasi lain mungkin diindikasikan bergantung pada status kesehatan, rencana bepergian, dan waktu dalam tahun. Vaksin terdiri dari toksoid-misalnya, tetanus; bakteri atau virus yang sudah mati misalnya influenza, pneumokokus, hepatitis B, meningokokus, dan rabies; atau virus hidup
yang
telah
dilemahkan-termasuk
varisella-zoster,
campak,
gongongan, polio, rubella, cacar air, dan demam kuning. Imunisasi selama kehamilan dengan toksoid atau bakteri atau virus mati belum pernah dilaporkan berkaitan dengan efek buruk pada janin. Sebaliknya, vaksin virus hidup tidak dianjurkan selama kehamilan dan idealnya diberikan paling tidak 1 bulan sebelum upaya mengandung.11 f. Skrining
21
Uji laboratorium tertentu mungkin membantu dalam menilai risiko dan mencegah beberapa komplikasi selama kehamilan. Uji-uji ini mencakup uji-uji dasar yang biasanya dilakukan selama perawatan prenatal. Sebagian contoh adalah bahwa status imun terhadap rubella, varisella, dan hepatitis B perlu diketahui sehingga dapat dilakukan vaksinasi sebagai bagian dari perawatan prakonsepsi. Hemogram akan menyingkirkan sebagian besar dari anemia herediter yang serius. Elektroforesis hemoglobin dilakukan pada orang yang berisiko tinggi – misalya orang Amerika-Afrika untuk penyakit sel sabit dan wanita keturunan Mediterania atau Asia untuk talasemia. Pasangan dari keturunan Yahudi merupakan kandidat untuk pemeriksaan penyakit Tay-Sachs dan Canavan, sementara keturunan Kaukasus Eropa utara mungkin perlu diperiksa untuk fibrosis kistik. Ujiuji yang lebih spesifik dapat membantu evaluasi wanita dengan penyakit medis kronik tertentu.11 G. Skrining pada Semua Wanita Usia Reproduksi Sebagai bagian dari konseling prakonsepsi, semua wanita usia reproduksi harus dilakukan skrining dan dilakukan intervensi jika ditemukan suatu kondisi yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin saat terjadi kehamilan. Adapun yang termasuk dalam skrining tersebut antara lain:12 1. Rencana reproduksi dan risiko kehamilan yang tidak diinginkan Kegiatan promosi kesehatan rutin untuk semua wanita usia reproduksi harus dimulai dengan skrining tentang niat mereka untuk hamil atau tidak hamil dalam jangka pendek atau jangka panjang serta risiko dari kehamilannya. Semua wanita usia reproduksi harus menerima informasi dan konseling tentang semua bentuk kontrasepsi.12 2. Risiko terhadap Infeksi menular seksual Pemeriksaan secara rutin dan kontinyu harus dilakukan untuk mengidentifikasi adanya penyakit infeksi menular seksual. Pasangan usia reproduksi juga diberikan informasi dan konseling tentang pencegahan infeksi menular seksual, dalam hal ini adalah penggunaan kontrasepsi barier (kondom). Skrining IMS meliputi:12
22
a. Chlamidia : semua wanita yang aktif secara seksual yang berusia 25 tahun atau lebih muda dan semua wanita yang memiliki risiko tinggi (memiliki riwayat IMS sebelumnya, wanita dengan beberapa mitra seksual, pekerja seks, dan penggunaan narkoba) harus diskrining setiap tahun sebelum kehamilan.12 b. Gonore : wanita yang berisiko tinggi harus diskrining untuk gonore pada kunjungan prakonsepsi dan harus dirawat jika terbukti terinfeksi. Skrining ini harus diulang pada wanita risiko tinggi dan pada awal kehamilan.12 c. HIV : semua pasangan harus didorong untuk memeriksakan status HIV mereka sebelum kehamilan dan harus diberikan konseling tentang praktik seksual yang aman. Wanita yang terbukti positif HIV harus diberikan konseling tentang risiko penularan vertikal kepada bayinya serta ketersediaan pengobataan untuk mencegahnya.12 d. Hepatitis C : dianjurkan pada wanita yang memiliki risiko tinggi. Wanita yang terbukti positif harus diberikan konseling tentang infeksivitas
yang
tidak
pasti,
pentingnya
menghindari
obat
hepatotoksik, serta risiko terjadinya penyakit hati kronis.12 e. Herpes Simpleks virus : wanita dengan riwayat herpes genital harus diberikan konseling tentang risiko penularan vertikal ke janin, sedangkan wanita yang tidak ada riwayat sebelumnya harus diberikan konseling tentang penyakit yang asimptomatik dan akuisisi infeksi.12 f. Sifilis : semua wanita yang berisiko tinggi harus diskrining untuk sifilis selama kunjungan prakonsepsi dan mereka yang terinfeksi harus dirawat.12 3. Imunisasi Wanita usia reproduksi harus diberikan imunisasi dan konseling tentang penyakit infeksi, meliputi Hepatitis B, Influenza, Measles, Mumps, Rubella, Tetanus, Difteri, Pertusis, serta Varicella.9,12 4. Pemakaian rokok, alkohol Semua wanita reproduksi harus diskrining tentang pemakaian rokok, alkohol dan obat-obat terlarang lainnya. Mereka harus diberikan konseling tentang bahaya rokok dan alkohol yang dikonsumsi baik sebelum maupun saat kehamilan (terutama pada trimester awal).12
23
5. Overweight dan obesitas Semua wanita usia reproduksi harus diberikan informasi tentang risiko-risiko yang dapat ditimbulkan oleh obesitas seperti infertilitas, gangguan pada saat persalinan, serta kelahiran prematur.12 6. Depresi Konselor harus mewaspadai adanya depresi pada semua wanita usia reproduksi. Saat kunjungan, perlu dilakukan identifikasi adanyan depresi dan mengobati depresi sebelum kehamilan.12 7. Pekerjaan dan hobi Wanita usia reproduksi harus ditanya tentang jenis pekerjaan dan hobi yang mereka lakukan serta lingkungan rumah dan tempat kerja mereka, sehingga dapat mengidentifikasi hal-hal yang berpotensi bahaya.12 H. Konseling Prakonsepsi pada Wanita dengan Penyakit Medis Kronik Wanita dengan gangguan medis yang serius memerlukan perawatan dan konseling tertentu sebelum kehamilan. Tujuannya adalah untuk menyediakan perawatan dari keadaan penyakit kronis pada masa awal konsepsi hingga persalinan dan kembali ke perawatan medis jangka panjang. Hal ini penting bagi wanita dengan masalah medis tertentu diberi pertimbangan komplikasi yang dapat terjadi pada trimester pertama.13 Kondisi-kondisi medis kronik tersebut antara lain, sebagai berikut. 1. Hipertensi Hasil akhir kehamilan yang merugikan pada hipertensi kronis serupa dengan yang dijumpai pada penyakit ginjal dan umumnya setara dengan derajat peningkatan tekanan darah. Hipertensi dapat memburuk selama kehamilan, disertai peningkatan morbiditas ibu, perlunya tambahan terapi obat, atau perlunya persalinan prematur iatrogenik.13 Evaluasi dilakukan untuk mencari kausa hipertensi yang nyata. Fungsi ginjal dan jantung dinilai. Meskipun sebagian besar wanita tersebut menderita hipertensi esensial, namun kadang-kadang ditemukan kausa yang dapat diperbaiki dan idealnya diatasi sebelum konsepsi. Pada banyak kasus, kegemukan adalah kofaktor yang dapat diubah dengan penurunan berat badan.13
24
2. Penyakit Ginjal Eksaserbasi hipertensi renoprival bersama preeklamsia merupakan hal yang perlu diperhatikan bagi wanita dengan semua bentuk penyakit ginjal. Pertanyaan
apakah
kehamilan
meningkatkan
kerusakan
ginjal
atau
mempercepat disfungsi permanen masih diperdebatkan, tetapi berbagai efek ini tampaknya lebih berkaitan dengan penyakit yang parah. Penanda baik untuk meramalkan hasil akhir perinatal adalah nilai kreatinin serum melebihi 1,5 mg/dL. Wanita penderita penyakit ginjal berat atau tahap akhir dapat memilih untuk menunggu transplantasi ginjal sebelum mempertimbangkan kehamilan.13 3. Diabetes Mellitus Karena patologi ibu dan janin yang berkaitan dengan hiperglikemia telah dikenal baik, diabetes adalah prototipe dari suatu penyakit yang mendapatkan manfaat dari konseling prakonsepsi. Banyak dari penyulit pada diabetes dapat dihindari jika kontrol glukosa dioptimalkan sebelum konsepsi. The American Diabetes Association and Gynecologist (2005) menyimpulkan bahwa konseling prakonsepsi untuk wanita dengan DM pragestasi bermanfaat dan cost-effective serta harus dianjurkan. Risiko bagi ibu dan janin meningkat pada diabetes yang terekspresi nyata. Komplikasi diabetes dapat mencakup kerusakan retina, ginjal dan jantung, infeksi saluran kemih, dan ketoasidosis diabetikum. Hipertensi sering terjadi dan wanita diabetes yang juga menderita penyakit ginjal berisiko tinggi mengalami preeklamsia. Risiko yang lainnya adalah peningkatan mortalitas perinatal, berbagai malformasi, gangguan pertumbuhan, persalinan prematur iatrogenik dan ketidakstabilan metabolik pada neonates. Defek tabung saraf serta anomali jantung dan ginjal pada janin terjadi dua hingga lima kali lebih sering pada bayi dari ibu diabetes.13 Rekomendasi utama dari ADA pada perawatan prakonsepsi adalah mencapai kadar hemoglobin A1c terendah tanpa menyebabkan risiko
25
hipoglikemia yang tak perlu pada ibu. Selain memantau kontrol diabetes selama 6 minggu sebelumnya, pengukuran HbA1c juga dapat digunakan untuk menghitung risiko terjadinya anomali mayor.13 Konseling prakonsepsi telah dibuktikan menurunkan penyulit terkaitdiabetes pada semua stadium kehamilan. Dunne, dkk. (1999) melaporkan bahwa wanita diabetes yang mendapat konseling akan mengikuti perawatan prenatal yang lebih dini, memiliki kadar hemoglobin A1c yang lebih rendah, dan lebih kecil kemungkinannya merokok selama hamil. Dari para wanita yang mendapat konseling, tidak ada yang melahirkan sebelum 30 minggu dibandingkan dengan 17 persen pada kohort yang tidak mendapat konseling. Yang terakhir, wanita yang mendapat konseling lebih jarang melahirkan bayi makrosomia-25 versus 40 persen; bayi mereka tidak ada yang mengalami hambatan pertumbuhan dibandingkan dengan 8,5 persen pada wanita yang tidak mendapat konseling; tidak ada kematian neonatus dibandingkan dengan 6 persen; dan jumlah bayi mereka yang harus dirawat intensif hanya separuhnya dibandingkan bayi dari ibu yang tidak mendapat konseling-17 versus 34 persen. Demikian juga, Temple, dkk. (2006) mendapatkan bahwa penyimpangan hasil akhir kehamilan dan persalinan kurang bulan pada rnereka yang mendapat perawatan prahamil lebih rendah. Dengan demikian, konseling prakonsepsi mengurangi biaya perawatan kesehatan pada wanita diabetes.13 Tabel 3. Rekomendasi American Diabetes Association untuk perawatan prakonsepsi wanita dengan Diabetes.13 Rekomendasi American Diabetes Association untuk Perawatan Prakonsepsi Wanita dengan Diabetes Riwayat medis dan obstetric Lama dan jenis diabetes. Penyulit akut, termasuk riwayat infeksi, ketoasidosis, dan hipoglikemia. Penyulit kronik, termasuk retinopati, nefropati, hipertensi, penyakit vaskuler aterosklerotik, dan neuropati Penatalaksanaan diabetes, termasuk regimen insulin, pemakaian obat penurun glukosa, regimen pemantauan glukosa diri, serta hasil, gizi, dan aktivitas fisik. Penyakit medis lain yang menyertai. Riwayat haid dan kehamilan, pemakaian kontrasepsi. 26
Sistem-sistem penunjang
Pemeriksaan fisik Tekanan darah, termasuk pemeriksaan untuk perubahan ortostatik. Pemeriksaan retina dengan dilatasi pupil. Pemeriksaan kardiovaskuler untuk tanda-tanda penyakit jantung atau vaskuler perifer-jika ada, periksa kemungkinan adanya penyakit arteri koronaria. Pemeriksaan neurologis Evaluasi laboratorium Hemoglobin A16 Kreatinin serum Protein urin : ekskresi protein > 190 mg/24 jam dapat meningkatkan risiko penyakit hipertensif selama kehamilan , ekskresi protein > 400 mg/24 jam dapat meningkatkan risiko hambatan pertumbuhan janin. Uji fungsi tiroid : 5 sampai 10 persen diabetes tipe 1 disertai oleh disfungsi tiroid. Rencana penatalaksanaan awal Konseling - Risiko dan pencegahan anomali kongenital - Penyulit pada janin dan neonates dari ibu diabetes - Efek kehamilan terhadap penyulit diabetes pada ibu - Risiko penyulit obstetris yang meningkat frekuensinya pada kehamilan dengan diabetes - Perlunya kontrasepsi efektif sampai glikemia dapat dikontrol dengan baik Regimen insulin dipilih untuk mencapai tujuan berikut : - Glukosa plasma kapiler sebelum makan = 80 – 110 mg/dL - Glukosa plasma kapiler 2 jam setelah makan kurang dari 155 mg/dL Pantau kadar hemoglobin A16 dengan interval 1 sampai 2 bulan sampai stabil dengan tujuan untuk mencapai konsentrasi kurang dari 1 persen di atas kisaran normal.
4. Epilepsi Anak dari wanita epilepsi dua sampai tiga kali lebih besar kemungkinan mengalami kelainan struktural dibandingkan dengan mereka yang ibunya sehat; anak terpajan antikonvulsan mungkin mengalami risiko yang lebih tinggi. Konseling prakonsepsi bagi wanita epilepsi biasanya mencakup penilaian tentang aktivitas kejang, diikuti oleh rekomendasi untuk beralih ke
27
regimen obat yang paling nonteratogenik atau bahkan mungkin menghentikan pengobatan sebelum konsepsi. Secara umum, wanita yang mendapat monoterapi dan telah bebas kejang selama paling sedikit 2 tahun merupakan kandidat untuk penghentian pengobatan. Percobaan penghentian pengobatan dilakukan bersama dengan ahli saraf dan umumnya tidak dianjurkan jika wanita yang bersangkutan hamil. Perlu dicatat bahwa suplementasi asam folat perikonsepsi bagi para wanita ini mengurangi insidensi cacat tuba neural janin.13 5. Penyakit Jantung Kongenital Seiring kemajuan dalam perawatan neonates dan teknik bedah, banyak wanita penderita kelainan jantung bawaan dapat bertahan hidup hingga usia subur dan hamil. Fungsi jantung secara cermat dievaluasi untuk keselamatan janin. Catatan pembedahan dikaji ulang, dan semua obat dievaluasi untuk keselamatan janin. Sebagai contoh, warfarin dihentikan. Risiko kematian harus diperkirakan menurut sifat penyakit jantung dan status fungsional jantung. Wanita hipertensi pulmonal apa pun etioya, koarktasio aorta komplikata atau sindrom Marfan disertai keterlibatan aorta memiliki risiko kematian yang cukup besar sehingga layak dianjurkan untuk tidak hamil.13 6. Tromboembolisme Wanita yang memiliki riwayat penyakit tromboembolik berisiko tinggi mengalami embolus berulang selama kehamilan. Risiko yang pasti sulit ditentukan, tetapi mungkin mencapai 10%, dan faktor-faktor tertentu terbukti mempengaruhinya. Sebagai contoh, wanita berusia lebih dari 35 tahun memperlihatkan insidensi dua kali lipat dibandingkan dengan wanita yang lebih muda. Wanita yang lebih tua dan merokok lebih besar kemungkinan mengalami kerusakan vaskular akibat rokok. Faktor risiko yang sangat penting adalah riwayat penyakit tromboembolus dalam keluarga, yang mungkin menginsyaratkan kemungkinan trombofilia herediter.13
28
7. Trombofilia Defisiensi antikoagulan herediter mencakup defisiensi protein C atau protein S, defisiensi antitrombin III, resistensi protein C aktif (mutasi faktor V Leiden), hiperhomosisteinemia (mutasi metilen tetrahidrofolat reductase), dan mutasi prothrombin 20210GA. Selain itu, defek koagulasi didapat mencakup antibodi antifosfolipid, yaitu antikoagulan lupus dan antibodi antikardiolipin. Wanita dengan riwayat tromboembolisme dan trombofilia herediter harus diberi tahu tentang tingginya risiko kekambuhan, dan bahwa kehamilan dapat mempersulit upaya pencegahan. Informasi juga harus diberikan tentang risiko seumur hidup dan kemungkinan perlunya profilaksis kronis. Banyak wanita tidak hamil yang mendapat profilaksis diberi warfarin dan karena teratogenik maka obat ini perlu diganti dengan heparin jika pasien ingin hamil.13 8. Penyakit Jaringan Ikat Risiko yang berkaitan dengan kehamilan untuk masing-masing penyakit otoimun sangat bervariasi dalam keparahannya, berkisar dari minimal hingga mengancam nyawa. Obat yang sering diresepkan untuk penyakit vaskularkolagen, sebagai contoh, kortikosteroid, agen anti inflamasi nonsteroid, dan analgesik tidak menimbulkan risiko bagi janin. Pada kasus berat, mungkin digunakan obat imunosupresif kuat, dan meskipun sebagian besar tidak dianggap membahayakan janin, namun terdapat kekhawatiran teoretis mengenai keamanan obat-obat ini. Inhibitor ACE dapat menimbulkan efek merugikan pada janin dan dihentikan pada wanita yang ingin hamil.13 9. Penyakit Psikiatrik Kambuhnya penyakit psikiatrik selama kehamilan dapat disebabkan oleh penghentian pengobatan oleh pasien sendiri karena mereka beranggapan bahwa obat-obat tersebut dapat membahayakan janin, risiko depresi pascapartum berat atau psikosis meningkat pada wanita dengan riwayat penyakit psikiatrik. Wanita yang pernah mengalami psikosis pascapartum pada
29
kehamilan sebelumnya memiliki risiko kekambuhan 50-75%. Wanita dengan riwayat depresi mayor, sindrom prahaid atau riwayat postpartum blues juga berisiko tinggi. Sebaliknya, kehamilan tampaknya tidak meningkatkan risiko kekambuhan skizofrenia.13 Secara umum, sebagian besar obat psikiatrik belum pernah dilaporkan berkaitan dengan cacat lahir atau kelainan perkembangan. Beberapa jenis penyakit jiwa bersifat herediter. Sementara risiko seumur hidup rata-rata untuk menderita skizofrenia adalah 0,8%; anak dengan satu orang tua skizofrenia memiliki risiko 12%; mereka yang kedua orang tuanya skizofren memiliki risiko 40%; dan saudara kandung dari penderita skizofrenia memiliki risiko 10%. Rata-rata risiko seumur hidup untuk gangguan bipolar diperkirakan adalah 0,5-1,0%; tetapi jika salah satu orang tua penderita gangguan bipolar, maka risiko untuk anak mereka meningkat menjadi 15%. Anak penderita gangguan afektif juga berisiko mengalami ADHD.13 I. Penyakit Genetik Centers for Disease Control and Prevention (2007) memperkirakan bahwa cacat lahir mengenai 1 dari setiap 33 bayi yang lahir di Amerika Serikat setiap tahun. Selain itu, cacat-cacat ini saat ini menjadi penyebab utama mortalitas bayi dan menyebabkan 20% kematian. Manfaat konseling prakonsepsi biasanya diukur dengan membandingkan insiden kasus baru sebelum dan setelah inisiasi program konseling. Sebagian dari contoh penyakit kongenital yang jelas mendapat manfaat dari konseling prakonsepsi adalah cacat tabung saraf, fenilketonuria, talasemia, dan penyakit Tay-Sachs.13 1. Defek Tabung Saraf/CTS (Neural Tube Defect) Insiden kelainan ini adalah 1-2 per 1000 kelahiran hidup, dan penyakit golongan ini menempati posisi kedua di bawah anomali jantung sebagai penyebab tersering malformasi struktural janin tersering. Sebagian dari CTS, serta cacat jantung kongenital berkaitan dengan mutasi spesifik di gen metilen tetrahidrofosfat reduktase (677CT). Sebagian besar dari efek merugikan ini
30
tampaknya dapat diatasi dengan pemberian suplemen asam folat perikonsepsi. Meskipun perannya masih diperdebatkan, kadar vitamin B12 yang rendah pada masa perikonsepsi, serupa dengan folat dapat meningkatkan resiko CTS.13 Meskipun jelas bermanfaat, dalam tahun-tahun terakhir hanya 40-50% wanita yang mendapat supplemental asam folat selama periode perikonsepsi. Prediktor terkuat pemakaian tampaknya adalah konsultasi ke petugas kesehatan sebelum konsepsi. Untuk meningkatkan suplementasi, banyak Negara memperkaya tepung gandum dan jagung dengan asam folat untuk menurunkan angka CTS.13 2. Fenilketonuria (PKU) Penyakit metabolisme fenilalanin yang diturunkan ini adalah suatu contoh penyakit dengan janin tidak berisiko mewarisi penyakitnya, tetapi dapat mengalami kerusakan akibat penyakit pada ibunya. Secara spesifik, orang dengan PKU yang makan tanpa batasan akan mengalami peningkatan abnormal kadar fenilalanin darah. Asam ini ini mudah melewati plasenta dan dapat merusak organ-organ janin yang sedang terbentuk, terutama jaringan saraf dan jantung. Dengan konseling prakonsepsi yang sesuai dan kepatuhan terhadap diet rendah fenilalanin sebelum kehamilan, insiden malformasi janin dapat dikurangi secara drastis.13 The Maternal Phenylketonuria Collaborative Study telah memastikan efektivitas perawatan prakonsepsi pada hampir 300 wanita dengan penyakit ini. Dibandingkan dengan bayi yang ibunya kurang mengontrol dietnya, bayi dari para wanita dengan diet rendah fenilalanin memperlihatkan penurunan insiden mikrosefalus, kelainan neurologis, dan cacat jantung. Demikian juga adanya perbaikan berat lahir janin, lingkar kepala, dan skor angka intelegensi (IQ) pada 110 neonatus yang ibunya memulai diet rendah fenilalanin sebelum konsepsi.13 3. Thalassemia
31
Penyakit gangguan sintesis rantai globin ini adalah penyakit gen-tunggal tersering di seluruh dunia. Hampir 200 juta orang membawa sebuah gen untuk salah satu hemoglobinopati ini, dan telah dikenal ratusan mutasi yang dapat menyebabkan sindrom talasemia. Di daerah endemik seperti Negara-negara Mediterania dan Asia Tenggara, konseling dan strategi pencegahan lain telah mengurangi insiden kasus-kasus baru paling tidak sebesar 80%. The American College of Obstetricians and Gynecologists (2007) merekomendasikan bahwa orang yang memiliki riwayat talasemia dalam silsilah keluarganya dianjurkan untuk menjalani skrining karier agar mereka dapat membuat keputusan setelah mendapat penjelasan yang memadai (informed decision) mengenai reproduksi dan diagnosis prenatal.13 4. Penyakit Tay-Sachs Efektivitas konseling prakonsepsi dalam mengurangi penyakit genetik paling jelas terbukti pada penyakit Tay-Sachs. Ini adalah penyakit neurodegeneratif autosom-resesif parah yang menyebabkan kematian pada masa kanak-kanak dini. Pada awal tahun 1970-an, terdapat sekitar 60 kasus baru setiap tahun di Amerika Serikat, terutama pada keturunan Yahudi. Telah dilakukan suatu kampanye intensif untuk memberi konseling kepada pria dan wanita usia subur keturunan Yahudi untuk mengidentifikasi pembawa melalui pemeriksaan genetik, menyediakan pemeriksaan prenatal untuk pasangan berisiko tinggi dan bahkan membantu pembawa heterozigot untuk memiliki pasangan hidup yang tidak terkena. Dalam 8 tahun setelah dimulainya kampanye ini, hampir 1 juta orang dwasa diseluruh dunia telah diperiksa dan diberi konseling. Maka, insiden kasus Tay-Sachs baru telah merosot hingga hanya sekitar 5 kasus baru per tahun.13 J. Topik-Topik Prakonsepsi Dalam kunjungan prakonsepsi, konselor dapat memilih topik-topik konseling yang dapat didiskusikan bersama wanita dan pasangannya, seperti tercantum pada tabel berikut.
32
Tabel 4. Topik-topik Konseling Prakonsepsi (Williams Obstetric 24th ed)13
Kondisi Pajanan lingkungan
Diabetes
Berat abnormal
Penyakit kardiovaskular
Hipertensi kronik
Asma
Trombofilia
Rekomendasi pada saat Konseling Prakonsepsi Metilmerkuri: tidak mengkonsumsi ikan hiu, ikan todak, king mackerel, atau tilefish, dan mengkonsumsi tidak lebih dari 12 ons kerang-kerangan atau ikan lain per minggu. Tidak mengkonsumsi Albacore atau tuna putih lebih dari 6 ons seminggu. Timah: tes kadar timah dalam darah, ditangani bila ada indikasi sesuai rekomendasi Nasihati tentang kontrol glukosa, khususnya selama periode perikonspesi untuk menurunkan tertaogenisitas diabetes. Evaluasi untuk retinopati, nefropati, hipertensi, dsbnya. Hitung IMT setiap tahun IMT ≥ 25 kg/m2: konsultasi tentang diet. Pemeriksaan untuk diabetes dan sindrom metabolik jika diindikasikan. IMT ≤ 25 kg/m2: pemeriksaan untuk gangguan makan (eating disorders) Berikan informasi tentang risiko spesifik selama kehamilan. Berikan informasi kepada wanita yang mendapat ACE inhibitor dan ARB tentang teratogenisitas obat, tentang kontrasepsi efektif selama pemakaian dan tentang perlunya mengganti obat sebelum konsepsi. Diskusikan kapan kehamilan dapat dikontraindikasikan. Tawarkan konsul genetik bagi mereka dengan kelainan jantung kongenital. Kaji ulang situasi untuk antisipasi infeksi endokarditis. Berikan informasi mengenai risiko terhadap jantung selama kehamilan. Optimalkan fungsi jantung dan tawarkan kontrasepsi yang efektif pada periode ini dan bagi mereka yang tidak ingin hamil. Nilai mereka yang mengidap HTN kronik untuk hipertrofi ventrikel, retinopati, dan penyakit ginjal. Diskusikan efek teratogen ARB, warfarin, ACE inhibitor dan jika mungkin ganti dengan obat yang tidak berbahaya saat kontrasepsi direncanakan. Berikan informasi mengenai risiko asma selama kehamilan. Optimalkan fungsi paru dan tawarkan kontrasepsi efektif selama periode ini. Terapi wanita yang bersangkutan dengan terapi farmakologis bertahap untuk asma kronik berdasarkan rekomendasi ACOG-ACAAI (2000) Tanyakan tentang riwayat pribadi atau keluarga mengenai
33
Penyakit ginjal
Penyakit kulit
Penyakit saluran cerna
Penyakit hepatobiliaris
Penyakit darah
Penyakit tiroid
penyakit trombotik atau hasil akhir kehamilan buruk yang berulang. Jika ada, berikan konseling dan lakukan uji penapisan bagi mereka yang ingin hamil. Tawarkan konseling genetik bagi mereka yang mengidap trombofilia. Bahaslah teratogenisitas warfarin, tawarkan kontrasepsi efektif sewaktu pemakaian obat tersebut dan gantilah dengan obat yang kurang teratogenik jika mungkin, sebelum hamil. Berikan konseling tentang risiko spesifik selama kehamilan. Optimalkan kontrol tekanan darah dan tawarkan kontrasepsi efektif selama pengobatan. Berikan konseling bagi wanita yang mendapat ACEI dan ARB tentang tertogenisitas obat, tawarkan kontrasepsi efektif sewaktu pemakaian obat tersebut dan gantilah dengan obat yang kurang teratogenik jika mungkin, sebelum hamil. Bahas teratogenisitas isotretinoin dan etretinat, kontrasepsi efektif selama pemakaian obat-obat tersebut dan perlunya mengganti obat sebelum konsepsi. Inflammatory Bowel Disease: berikan konseling kepada wanita yang mengidapnya tentang risiko subfertilitas dan gangguan kehamilan. Bahaslah teratogenisitas metotreksat dan imunomodulator lain, tentang yang belum banyak diketahui, mis: mikrofenolat mofetil, dsbnya. Tawarkan kontrasepsi efektif selama pengobatan dengan anti obat, jika mungkin, sebelum hamil. Hepatitis B: berikan vaksinasi kepada semua wanita berisiko tinggi sebelum konsepsi. Berikan konseling kepada pembawa kronik tentang pencegahan penularan ke pasangan dan janin. Hepatitis C: lakukan uji penapisan pada wanita berisiko tinggi. Berikan konseling kepada wanita yang terkena tentang risiko penyakit dan penularannya. Rujuk untuk terapi, bahas rincian pengobatan selama kehamilan dan tawarkan kontrasepsi efektif. Anemia defisiensi besi: suplementasi besi, jika ditemukan Sickle-Cell disease: lakukan skrining pada semua wanita kulit hitam. Berikan konseling kepada mereka yang memiliki sifat atau penyakit ini. Periksa pasangan jika diperlukan. Thalassemia: lakukan skrining pada wanita keturunan Asia Tenggara atau Mediterania Lakukan skrining untuk mereka yang memperlihatkan gejala penyakit tiroid. Pastikan diet cukup mengandung iodium. Terapi hipotiroid atau hipertiroidisme sebelum konsepsi. 34
Penyakit jaringan ikat
Penyakit neuropsikiatri
Kanker
Penyakit infeksi
Berikan konseling tentang risiko penyakit terhadap hasil akhir kehamilan. RA: berikan konseling tentang risiko kekambuhan setelah kehamilan. Bahaslah tertaogenisitas metotreksat dan leflunomid serta kemungkinan efek samping imunomedulator lain. Tawarkan kontrasepsi efektif selama pemakaian obat tersebut an ganti obat sebelum konsepsi. Tunda NSAID hingga gestasi 27 minggu. SLE: berikan konseling tentang risiko selama kehamilan. Optimalkan terapi penyakit dan tawarkan kontrasepsi efektif selama waktu ini dan mereka bagi mereka yang tidak ingin hamil. Bahas teratogenisitas mikrofenolat dan siklofosfamid serta kemungkinan efek berbagai imunomedulator yang lebih baru. Kontrasepsi efektif selama pengobatan. Jika mungkin ganti obat sebelum konsepsi. Gangguan kejang: optimalkan kontrol kejang dengan menggunakan monoterapi jika mungkin Depresi: lakukan skrining untuk gejala-gejala depresi. Pada mereka yang mengidap, berikan konseling tentang risiko terapi dan risiko penyakit yang tidak diobati serta risiko tinggi kekambuhan selama kehamilan dan masa nifas. Berikan konseling tentang pilihan mempertahankan kesuburan sebelum terapi kanker dan tentang penurunan fertiltas setelah pemberian obat-obat tertentu. Tawarkan konseling genetik bagi mereka yang mengidap kanker terkait-mutasi. Evaluasi fungsi jantung pada mereka yang mendapat obat kardiotoksik, misalnya adriamisin. Lakukan mammografi bagi mereka yang pernah mendapat radioterapi thoraks sewaktu kanak-kanak. Bahaslah kemoterapi dan kemungkinan efek teratogeniknya jika pengobatan berlanjut selama kehamilan. Bakteriuria asimptomatik: konseling prakonsepsi tidak berperan Vaginosis bakteri: konseling prakonsepsi tidak berperan Influenza: berikan vaksinasi kepada wanita yang akan hamil selama musim flu. Vaksinasi wanita risiko tinggi sebelum musim flu. Malaria: berikan konseling untuk menghindari bepergian ke daerah endemik selama konsepsi. Jika tidak mungkin, tawarkan kontrasepsi efektif selama perjalanan atau berikan kemoprofilaksis bagi mereka yang berencana hamil. Rubella: lakukan pemeriksaan untuk imunitas rubella. Jika tak imun, berikan vaksinasi dan konseling tentang pentingnya 35
Penyakit menular seksual
kontrasepsi efektif selama 3 bulan berikutnya. Tuberkulosis: lakukan skrining untuk wanita risiko-tinggi dan berikan terapi sebelum konsepsi. Tetanus: perbarui vaksinasi, sesuai kebutuhan, pada semua wanita usia subur. Varisella: tanyakan tentang imunitas. Jika tak-imun, berikan vaksinasi. Gonore, sifilis, infeksi klamidia: lakukan skrining untuk wanita risiko-tinggi dan terapi sesuai indikasi. HIV: lakukan skrining terhadap wanita berisiko. Berikan konseling bagi wanita yang terkena tentang risiko selama kehamilan dan pada penularan perinatal. Bahaslah tentang inisiasi terapi sebelum kehamilan untuk menurunkan risiko penularan. Tawarkan kontrasepsi efektif bagi mereka yang tidak ingin hamil. HPV: lakukan skrining PAP smear. Vaksinasi kandidat pasien. HSV: lakukan skrining serologis terhadap wanita asimptomatik yang pasangannya mengidap penyakit ini. Berikan konseling bagi wanita yang terkena mengenai risiko penularan perinatal dan tindakan pencegahan selama trimester ketiga dan persalinan.
Dari beberapa topik di atas, ada beberapa topik yang paling penting untuk dimasukkan dalam konseling prakonsepsi, di antaranya topik tentang diabetes mellitus, hipertensi kronik, asma, penyakit hepatobiler (misalnya hepatitis), serta penyakit infeksi (rubella, tetanus, dll). Hal ini karena kondisikondisi tersebut cukup dapat memberikan efek yang tidak baik dalam kehamilan, serta memiliki angka kejadian yang cukup tinggi di Indonesia.13 K. Rekomendasi untuk Meningkatkan Kesehatan Prakonsepsi Menurut survei tahun 2016 di Amerika Serikat, diantara wanita-wanita usia reproduksi, sekitar 50,7% dilaporkan telah menerima konseling prakonsepsi. Meningkatkan kesehatan prakonsepsi (dalam konseling dan perawatan prakonsepsi) dapat menghasilkan peningkatan hasil kesehatan reproduksi, juga dengan potensi untuk mengurangi biaya sosial. Konseling prakonsepsi bertujuan untuk mempromosikan kesehatan wanita usia
36
resproduksi sebelum konsepsi dan dengan demikian maka dapat meningkatkan hasil yang dapat dicapai sehubungan dengan kehamilan. di Februari 2012, sebuah pertemuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bersama-sama dengan penelitian, praktisi dan manajer program dengan pengalaman dalam perawatan prakonsepsi, serta lembaga negara dan organisasi mitra bekerja sama untuk mencapai konsensus global pada tempat perawatan prakonsepsi sebagai bagian dari keseluruhan strategi untuk mencegah kematian dan kesakitan ibu dan anak-anak. Agenda untuk tindakan yang disepakati pada pertemuan tersebut, termasuk tindakan untuk membangun kapasitas regional dan nasional untuk merencanakan, melaksanakan dan memantau program layanan perawatan prakonsepsi, selanjutnya untuk merangsang dan mendukung aksi negara, melaksanakan proyek percontohan di negara-negara yang dipilih, dan mendokumetasikan serta menyebarkan praktek perawatan prakonsepsi yang baik.13,14,15 Oleh karena itu, terdapat 10 rekomendasi dari Department of Health and Human Service, Centers for Disease Control and Prevention untuk meningkatkan kesehatan wanita sebelum konsepsi, apakah untuk kehamilan pertama atau kehamilan berikutnya. Rekomendasi-rekomendasi tersebut antara lain: 1)tanggung jawab individu, 2) kesadaran klien, 3) kunjungan pencegahan 4) intervensi untuk risiko yang teridentifikasi, 5) perawatan interkonsepsi, 6) pemeriksaan pra kehamilan, 7) cakupan asuransi kesehatan untuk wanita dengan pendapatan rendah, 8) program dan strategi kesehatan masyarakat, 9) penelitian, dan 10) monitoring perkembangan.15 Rekomendasi ini adalah rencana strategis untuk meningkatkan kesehatan prakonsepsi melalui perawatan klinis, perubahan perilaku individu, program kesehatan masyarakat berbasis masyarakat, dan kampanye pemasaran sosial untuk mengubah pengetahuan, sikap dan praktek konsumen. Perubahan kebijakan di tingkat lokal dan secara nasional akan diperlukan untuk mendukung beberapa rekomendasi ini. Kebijakan ini akan membahas perubahan akses, pembayaran, dan jenis layanan yang tersedia. Empat tujuan ditetapkan untuk mencapai rekomendasi ini: 1) meningkatkan pengetahuan,
37
sikap dan perilaku laki-laki dan perempuan yang berhubungan dengan kesehatan prakonsepsi; 2)menjamin bahwa semua wanita usia subur menerima layanan perawatan prakonsepsi (yaitu, skrining risiko berbasis bukti, promosi kesehatan, dan intervensi) yang akan memungkinkan mereka untuk memasuki kehamilan dengan kesehatan yang optimal; 3) mengurangi risiko (ditunjukkan oleh hasil kehamilan sebelumnya yang merugikan) melalui intervensi selama periode interkonsepsi, yang dapat dicegah atau diminimalkan mengenai masalah kesehatan untuk ibu dan masa mendatang; dan 4) mengurangi kesenjangan akibat hasil kehamilan yang tidak sesuai harapan.15 Adapun dalam hal skrining, uji lab tertentu mungkin membantu dalam menilai resiko dan mencegah beberapa komplikasi selama kehamilan, diantaranya pemeriksaan darah rutin, gula darah, fungsi hati, HbsAg, fungsi ginjal seperti serum kreatinin,urinalisa, serta fungsi tiroid.15
38
DAFTAR PUSTAKA 1. Shahidi S, Aghdak P, Farajzadegan Z, et al. 2011. Reviewing the Effectiveness of Pre-pregnancy Counseling Protocol on Pregnancy and Labor Indices. IJNMR 2011; 16(4): 265-72. 2. Edmonds DK. 2012. Dewhurst’s Textbook of Obstetrics & Gynaecology 8th Ed. London: Blackwell Publishing. p.34-37. 3. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, et al. 2014. Williams Obstetrics 24th Ed. McGraw-Hill Education. p.156-164. 4. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 97. 5. Li C, Zhao K, Farah OI, et al. 2014. Free Preconceptual Screening Examination Service in Rural Areas of Hubei Province, China in 2012. J PLos ONE 2014;9(11):1-8. 6. Smith RP. 2008. Netter’s Obstetrics and Gynecology 2nd Ed. Philadelphia: Saunders Elsevier. p.450-452. 7. Miller ES, Lee CJ. 2011. Deja Review Obstetrics & Gynecology 2nd Ed. New York: McGraw-Hill Companies. p.244 8. Farahi N, Zolotor A. 2013. Recommendations for Preconception Counseling and Care. J Am Fam Physician 2013;88(8):499-506. 9. Albright CM. 2016. Association Between Preconception Counseling and Vitamin Intake among Reproductive-aged Women in the United States. Am J of Obs Gyn 2016;S295. 10. Chandranipapongse W, Koren G. Preconception Counseling for Preventable Risks. J of Canad Fam Physician 2013;59:737-9. 11. Paden MM, Avery Jr DM. 2012. Preconception Counseling to Prevent the Complications of Obesity during Pregnancy. Am J of Clin Med 2012;9(1):305.
39
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, et al. 2014. Williams Obstetrics 24th Ed. McGraw-Hill Education. p.156-164. 12. Georgia Department of Community Health. 2008. Every Woman, Every Time Evidence-based Preconception Care Recommendations To Improve Pregnancy Outcomes For Women and Their Offspring. 13. Mitchell EW, Verbiest S. 2013. Effective Strategies for Promoting Preconception Health–From Research to Practice. Am J of Health Promotion 2013;27(3):S1-3. Smith RP. 2013. Netter’s Obstetrics and Gynecology 3rd Ed. Philadelphia: Saunders Elsevier. p.450-452. 14. WHO. 2013. Preconception Care: Maximizing The Gains For Maternal And Child Health. Geneva: Switzerland. 15. Centre for Effective Practice. 2015. Preconception Health Care Tool. J of Ontario College of Family Physicians.p.1-2.
40