Nilai :
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK BIOPROSES (Produk Hilirisasi Enzimatis)
Oleh : Nama
: Tio Febriananda
NPM
: 240110160084
Hari, Tanggal Praktikum
: Selasa, 21 Mei 2019
Waktu
: 13.00 – 15.00 WIB
Co. Ass
: Ima Renicha
LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2019
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Produk pangan adalah produk yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Urgensi
terhadap pangan adalah sangat tinggi sekali arena tubuh manusia memerlukan berbagai gizi untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Keberagaman dari produk pangan sangat diperlukan seiring dengan kebutuhan manusia dan persaingan di bisanis pangan, berbagai pemanfaatan banyak diterapkan demi memaksimalkan dari kualitas pangan sehingga banyak produk hilir pangan yang dikombinasikan dengan berbagai mikroorganisme yang aman untuk dikonsumsi. Beberapa contoh prosesnya adalah pembuatan roti dan kegiatan fermentasi. Proses pembuatan roti terdiri dari beberapa tahap, yaitu penimbangan bahan, pencampuran dan pengadukan, fermentasi awal, rounding, intermediate proofing, sheeting, moulding, panning, final proofing, baking, depanning, pendinginan, dan pengemasan. Fermentasi merupakan suatu proses perubahan kimia pada suatu substrat organik melalui aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme Proses fermentasi dibutuhkan starter sebagai mikroba yang akan ditumbuhkan dalam substrat. Starter merupakan populasi mikroba dalam jumlah dan kondisi fisiologis yang siap diinokulasikan pada media fermentasi. Banyak lagi contoh lainnya yang dimana pada praktikum kali ini akan dibahas beberapa proses hilirisasi enzimatis lainnya
1.2
Tujuan Percobaan Tujuan dari praktikum kali ini adalah mahasiswa mengetahui kinerja enzim
pada proses pembuatan produk hilirisasi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Yoghurt Yogurt dapat didefinisikan sebagai sejenis produk susu terkoagulasi, yang diperoleh dari fermentasi asam laktat tertentu melalui aktivitas Streptococcus salivarius var. thermophilus dan Lactobacillus delbrueckii var. bulgaricus dimana mikroorganisme dalam produk aktif harus hidup-aktif dan berlimpah (Codex Alimentarius, 1976). Yoghurt berasal susu yang kemudian ditambahkan dengan bakteri yang akan membentuk asam laktat. Bakteri yang biasa digunakan dalam proses pembuatan yogurt adalah bakteri Bifidobacterium sp., Lactobacillus sp. atau bakteri Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus. Bakteri-bakteri ini yang akan memicu proses fermentasi dari susu, mengubah laktosa pada susu menjadi asam laktat (Abdullah, 2012). Lactobacillus bulgaricus adalah bakteri yang membantu dalam proses fermentasi yoghurt. Bakteri ini mengubah laktosa menjadi asam laktat. Asam ini sekaligus dapat mengawetkan susu dan mendegradasi laktosa sehingga orang yang toleran terhadap susu murni dapat mengkonsumsi yogurt tanpa mendapat masalah kesehatan (Rorooh, 2012). Selama proses fermentasi terbentuk asam laktat hasil metabolisme laktosa susu oleh starter bakteri menjadi glukosa atau galaktosa-6- fosfat. Selanjutnya melalui rantai glikolisis glukosa diubah menjadi asam laktat melalui siklus Kreb (Helferich dan Westhoff, 1980). Aroma dan rasa yoghurt dipengaruhi oleh karena adanya senyawa tertentu dalam yoghurt seperti senyawa asetaldehida, diasetil , asam asetat dan asam-asam lain yang jumlahnya sangat sedikit . Senyawa ini dibentuk oleh bakteri Streptococcus thermophillis dari laktosa susu, diproduksi juga oleh beberapa strain bakteri Lactobacillus bulgaricus (Friend dkk, 1985).
2.2 Roti Salah satu bahan baku roti yang paling peting dalam proses pembuatan soft bread adalah ragi atau yeast. Ragi adalah mikroorganisme hidup yang berkembangbiak dengan cara memakan gula. Fungsi utama ragi adalah mengembangkan adonan. Pengembannan adonan terjadi karena ragi menghsilkan gas karbondioksida (CO2) selama fermentasi. Gas ini kemudian terperangkap dalam jaringan gluten yang menyebabkan roti bias mengembang. Komponen lain yang terbentuk selama proses fermentasi adalah asam dan alkohol yang berkontribusi terhadap rasa dan aroma roti, namun alkohol akan menguap dalam proses pengembangan roti. Proses pengembangan adonan merupakan suatu proses yang terjadi secara sinkron antara peningkatan volume sebagai akibat bertambahnya gas-gas yang terbentuk sebagai hasil fementasi dan protein larut, lemak dan karbohidrat yang juga mengembang dan membentuk film tipis. Beberapa faktor yang mempengaruhi daya produksi gas adalah konsentrasi ragi roti, gula, malt, makanan ragi dan susu selama berlangsungnya fermentasi. Kualitas roti secara umum disebabkan kaena variasi dalam penggunaan bahan baku dan proses pembuatannya. Jika bahan baku yang digunakan mempeunyai kualitas yang baik, dan proses pembuatannya benar, maka roti yang dihasilkan akan mempunyai kualitas yang baik pula. Jenis dan mutu produk roti sangat bervariasi tergantung jenis bahan-bahan dan formulasi yang digunakan dalam pembuatannya. Variasi produk ini diperlukan untuk memenuhi adanya variasi selera dan daya beli konsumen (Desrosier, 1987). Tepung merupakan bahan baku utama roti. Tepung yang bisa digunakan untuk roti adalah tepung gandum, jagung dan lain sebagainya. Untuk roti yang memerlukan pemuaian, lebih baik digunakan tepung gandum karena beberapa jenis protein yang terdapat pada gandum jika dicampur dengan air akan menghasilkan glutein. Glutein inilah yang dapat membuat roti mengembang selama proses pembuatan. Jaringan sel-sel ini juga cukup kuat untuk menahan gas yang dibuat oleh ragi sehingga adonan tidak mengempis kembali, yang harus dipertimbangkan adalah terutama kadar protein tepung terigu dan kadar abunya. Kadar protein
mempunyai korelasi yang erat dengan kadar glutein, sedangkan kadar abu erat hubungannya dengan tingkat dan kualitas adonan (Roberts, 1989) . 2.3 Kimchi Kimchi adalah makanan tradisional Korea yang merupakan salah satu jenis asinan sayuran hasil fermentasi yang diberi bumbu pedas. Setelah digarami dan dicuci, sayuran dicampur dengan bumbu-bumbu yang terbuat dari kecap ikan, bawang putih, jahe, bubuk cabai merah, dan beberapa bumbu lainnya Sayuran yang paling umum dibuat kimchi adalah sawi putih, mentimun, kubis dan lobak (Tajuddin, 2008). Kimchi berasal dari kata chim artinya direndam dan chae berarti sayuran.jadi chim-chae diartikan sebagai “sayuran yang direndam”. Di Korea, kimchi selalu dihidangkan di waktu makan sebagai salah satu jenis banchan yang paling umum. Asinan berwarna hijau merupakan bentuk awal Kimchi sewaktu cabai belum dikenal di Korea. Setelah dicampur dengan garam, sayuran seperti kubis dimasukkan ke dalam guci tanah liat setelah diberi garam dan dipendam di dalam tanah sebagai persediaan makanan sewaktu sayuran segar tidak tersedia di musim dingin (Raymond, 2007).
2.4 Fermentasi Fermentasi bahan pangan adalah hasil kegiatan dari beberapa spesies mikroba seperti bakteri, khamir dan kapang. Mikroba yang melakukan fermentasi dengan memberikan hasil yang dikehendaki dapat dibedakan dari mikroba-mikroba penyebab penyakit dan penyebab kerusakan. Mikroba fermentasi mendatangkan hasil akhir yang dikehendaki, misalnya bakteri akan menghasilkan asam laktat, khamir menghasilkan alkohol, kapang menghasilkan tempe (Muchtadi, 1989). Fermentasi biasanya dilakukan dengan menggunakan kultur murni yang dihasilkan di laboratorium. Kultur ini dapat disimpan dalam keadaan kering atau dibekukan, misalnya kultur murni dari bakteri asam laktat untuk membuat keju. Kadang-kadang tidak digunakan kultur murni untuk fermentasi sebagai laru (starter). Misalnya pada pembuatan tempe atau oncom digunakan hancuran tempe dan oncom yang sudah jadi (Winarno, dkk, 1984).
2.5 Tempe Tempe merupakan produk hasil fermentasi kedelai yang sudah lama dikenal di Indonesia. Faktor terpenting dalam pembuatan tempe adalah inokulum atau laru yang mengandung kapang Rhizopus sp. Jenis kapang yang berperan dalam fermentasi tempe adalah R. oligosporus dan R. oligopsorus dan kapang lain seperti R. stolonifer dan R. arrhizus. Inokulum tempe digunakan sebagai agensia pengubah kedelai yang telah mengalami proses perebusan dan perendaman menjadi tempe (Kasmidjo, 1990, dalam Hidayat, dkk, 2009). Tahap pengolahan kedelai menjadi tempe meliputi secara umum terdiri dari tahap perebusan ke 1, pengupasan, perendaman dan pengasaman, perebusan ke 2, pematusan air, inokulasi menggunakan ragi tempe, pembungkusan dan fermentasi. Beberapa faktor dalam proses pengolahan diperkirakan mempunyai pengaruh yang sangat nyata (signifikan) terhadap kualitas tempe, faktor-faktor tersebut antara lain perebusan, ruang fermentasi, kadar air kedelai, pematusan air, kelembaban ruang fermentasi, suhu fermentasi, lama fermentasi, rak fermentasi dan jenis bahan pembungkus (plastik, pelepah pisang, daun pisang, dan kertas) (Mujianto, 2013). Ragi tempe merupakan sediaan fermentasi atau dikenal dengan stater yang mengandung mikroorganisme yang mempunyai peran penting dalam fermentasi tempe, mikroorganisme tersebut berasal dari jenis kapang Rhizopus diantaranya Rhizopus oligosporus, Rhizopus oryzhae, dan Rhizopus stolonifer (Mujianto, 2013). 2.6 Tape Tape merupakan makanan tradisional yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, terutama orang sunda. Tape ini dibuat dengan cara difermentasikan selama 2-3 hari, dengan bantuan bakteri saccharomyces cerivisiae, mucor chlamidosporus dan Endomycopsis fibuligera. .
BAB III METODOLOGI PENGAMATAN DAN PENGUKURAN
3.1
Alat dan Bahan
3.1.1 Alat Alat yang digunakan pada praktikum kali ini, yaitu: 1. Alumunium foil; 2. Blender; 3. Erlenmeyer; 4. Garpu; 5. Gelas; 6. Kain; 7. Kompor; 8. Loyang; 9. Oven; 10. Panci; 11. Pisau; 12. Plastik; 13. Saringan; 14. Sendok; 15. Spatula; 16. Toples; dan 17. Wadah; 3.1.2 Bahan Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini, yaitu: 1. Air; 2. Bawang bombay; 3. Bawang putih; 4. Beras ketan; 5. Cabai bubuk; 6. Garam; 7. Gula pasir;
8. Jahe; 9. Kedelai; 10. Mentega; 11. Ragi roti; 12. Ragi tape; 13. Ragi tempe; 14. Saus tiram; 15. Sawi; 16. Starter; 17. Susu; 18. Telur; dan 19. Tepung terigu;
3.2
Prosedur Percobaan Adapun prosedur yang dilakukan pada praktikum ini, yaitu:
3.2.1 Pembuatan Tempe 1. Mencuci kedelai sebanyak tiga kali. 2. Merendam kedelai selama 24 jam. 3. Memisahkan kedelai dari kulitnya. 4. Merebus kedelai selama 30 menit. 5. Membuang air rebusan dan meniriskannya hingga dingin. 6. Menaburkan ragi sebanyak 1 gram pada 1 kg kedelai. 7. Memasukkan kedelai yang telah diberi ragi ke plastik. 8. Melubangi plastik tersebut menggunakan garpu. 9. Menyimpan kedelai tersebut selama 36 jam. 3.2.2 Pembuatan Kimchi 1. Mencuci sawi. 2. Menuangkan ½ gelas garam kasar ke dalam wadah. 3. Mencampurkan garam tersebut dengan air sampai homogen. 4. Merendam sawi pada larutan garam selama 6 jam. 5. Mencuci sawi tersebut dan dipotong-potong. 6. Mencampurkan bumbu menggunakan blender.
7. Sawi kemudian dicampurkan dengan bumbu yang telah di-blender tadi. 8. Memasukkan sawi tersebut ke dalam toples lalu ditutup rapat. 9. Mendiamkannya selama 72 jam. 3.2.3 Pembuatan Tape Beras Ketan 1. Mencuci beras ketan. 2. Merendam beras ketan selama 1,5 jam. 3. Mengukus beras ketan hingga matang. 4. Mendiamkan beras ketan yang telah dikukus hingga dingin. 5. Menambahkan ragi tape pada beras ketan. 6. Memasukkan beras ketan yang telah diberi ragi ke dalam toples. 7. Mendiamkan beras ketan selama 3 sampai 4 hari. 3.2.4 Pembuatan Yogurt 1. Menyiapkan susu murni. 2. Memanaskan susu hingga volume bertambah ¾ dari volume awal. 3. Menunggu susu hingga suhu 85-90oC dan memanaskan selama 10-15 menit. 4. Mendiamkan susu hingga suhu 45oC. 5. Menambahkan starter pada susu. 6. Mengaduk susu tersebut. 7. Memasukkan susu ke dalam erlenmeyer. 8. Menginkulasi susu pada suhu 45oC selama 4 hingga 8 jam. 3.2.5 Pembuatan Roti 1. Mencampurkan 2 kotak susu cair dan 2 telur lalu diaduk hingga rata. 2. Menambahkan 520 gram tepung terigu, 6 gram ragi, dan 60 gram gula pasir pada campuran susu dan telur. 3. Mengaduk adonan tersebut hingga kalis. 4. Menambahkan 60 gram mentega dan 4 gram garam pada adonan. 5. Mengaduk kembali adonan hingga kalis. 6. Menutup adonan menggunakan kain basah. 7. Mendiamkan adonan selama 1 jam. 8. Membentuk adonan diatas loyang. 9. Mendiamkan adonan selama 10 menit. Mengoven adonan selama 25 menit.
BAB IV HASIL PERCOBAAN 4.1. Tabel Hasil Pengamatan Tabel 1. Data Pembuatan Tempe Hari Pertumbuhan ke-
Kapang
Belum terlihat 1
aktivitas
Gambar
Aroma
1
2
3
4
Wangi khas kacang
kapang
kedelai Wangi khas
Terlihat 2
kacang
sedikit
kedelai
aktivitas
dan
kapang
sedikit asam
Lebih banyak 3
terlihat
Bau asam khas
aktivitas
fermentasi
kapang
(Dokumentasi Pribadi, 2019).
Tabel 2. Data Pembuatan Kimchi Hari pH Aroma ke-
0
4
Berbau Pedas dan Asam, serta aroma bumbu rempah segar
Gambar
5
Bau Asam dan Pedas sedikit 1
3,5
meningkat, bau rempah semakin kuat
Bau Asam meningkat dan lebih 2
kuat dibandingkan aroma
3
pedasnya, bau bumbu rempah sangat kuat
Bau Asam sangat kuat dan aroma 3
3
pedas semakin terkalahkan, bau campuran bumbu rempah juga sangat menyengat
Tabel 3. Data Pembuatan Tape Ketan Hari ke-
0
1
Tekstur
Aroma
Agak keras
Sedikit ada
& kering
khas tape
Agak keras
Sedikit ada
& kering
khas tape
Masih keras 2
sedikit berlendir dibawahnya
Kandungan air
Belum ada
Beum ada
Aroma tape sudah sedikit ada
Sedikit
Gambar
3
Berbelatung
Agak bau
Berlendir
Tabel 4. Data Pembuatan Yogurt Jam ke-
Koagulan
Warna
Belum 0
terbentuk
Putih Susu
yogurt
Belum 1
terbentuk
Putih susu
yogurt
2
Mulai
Mulai
mengental
menguning
Bagian atas
3
Mulai terpisah
sedikit lebih
antara susu
kuning
dan yogurt
dibandingkan bagian bawah
Gambar
4
Bagian atas
Bagian atas
lebih kental
lebih lebih
dimana yogurt
kuning
mulai
dibandingkan
terbentuk
bagian bawah
Tabel 5. Data Pembuatan Roti Loyang ke-
Tekstur
Bentuk
Lembut,
1
mudah diiris
Persegi
serta memiliki
panjang
tingkat
membentuk
kekasaran
Loyang
yang tidak
dengan tepat.
begitu terasa. Lembut, mudah diiris serta memiliki 2
tingkat kekasaran yang tidak
Dikepang menyerupai kepangan rambut.
begitu terasa. Lembut,
3
mudah diiris
Persegi
serta memiliki
panjang
tingkat
deingan irisan
kekasaran
pada tengah
yang tidak
tiap sisinya.
begitu terasa.
Gambar
BAB V PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini praktikan melaksanakan praktikum tentang proses hilirisasi enzimatis produk pangan. Pengamatan pertama yang dilakukan adalah terhadap pembuatan tempe. Pada hari pertama pengamatan hasil pembuatan tempe adalah belum terlihatnya aktifitas kapang dan hanya memunculkan bau kedelai seperti biasa, pada hari ke dua mulai terlihat aktivitas kapang dan selain wangi khas kacang kedelai muncul juga sedikit masam dari kacang kedelai tersebut, pada hari ke tiga mulai menunjukkan aktifitas kapan yang baik dan juga memunculkan bau asam khas fermentasi. Pembuatan tempe tersebut dibantu oleh ragi yang dimana ragi tersebut berfungsi untuk memicu timbulnya jamur rhizopus oryzae, dan juga fungsi pelubangan pada plastik adalah agar terdapat sirkulasi udara. Bahan yang diamati selanjutnya adalah kimchi, pada hari pertama dan kedua bau masam dari kimchi masih sedikit dengan bau rempah yang masih mendominasi, namun pada hari kedua mulai meningkat dan pada puncaknya pada hari ketiga bau masam kimchi semakin kuat dan mengalahkan bau rempah yang segar yang dimana sebelumnya lebih dominan, hal ini disebabkan karena proses pendiaman dan reaksi pada kimchi tersebut selama proses penyimpanan yang telah tertutup dengan sangat rapat. Bahan selanjutnya yang diamati adalah tape ketan, pada pengamatan awal dan hari pertama kondisi tape ketan masih keras dan kering dan belum terdapat air, pada hari kedua mulai tercium aroma dari tape tersebut dan sedikit terdapat air pada tape, pada hari ke tiga tape sudah berlendir dan terdapat belatung, hal tersebut terjadi karena kelalaian praktikan dalam melaksanakan proses pengamatan tape ketan ini. Dalam pembuatannya tape ketan dicampur dengan agi yang dimana ragi ini berfungsi untuk memecah glukosa menjadi karbondioksida, asam asetat, energi, dan alkohol, dan secara umumnya berfungsi untuk membantu fermentasi pada pembuatan tape ketan. Selanjutnya adalah pengamatan pada pembuatan yogurt, pada hari awal dan hari pertama susu masih dalam kondisi putih sebagaimana susu biasanya, pada hari kedua mulai menguning dan pada hari ketiga dan keempat mulai terdapat perbedaan warna yaitu antara warna putih dan kuning serta mulai
terpisahnya antara susu dengan yogurt tersebut. Pada pelaksanaannya pembuatan yogurt ini dilakukan penambahan starter yogurt yaitu fungsinya adalah untuk memicu aktivitas bakteri serta produksi asam pada yogurt. Pengamatan terakhir yang dilakukan adalah mengamati pembuatan roti, pada sampel roti yang dibagi pada tiga loyang tidak mengalami perbedaan yang terlalu jauh, dan pada umumnya berada dalam kondisi yang baik, hanya berbeda bentuk rotinya saja. Fungsi penambahan ragi pada pembuatan roti adalah agar mematangkan dan mengempukan gluten sehingga adonan bisa menangkap karbon dioksida yang dihasilkan pada pembubatan roti.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan Kesimpulan yang didapat setelah melakukan praktikum kali ini adalah: 1. Ragi pada pembuatan berfungsi untuk memicu timbulnya jamur rhizopus oryzae; 2. Fungsi pelubangan pada plastik adalah agar terdapat sirkulasi udara; 3. Ragi pada pembuatan tape ketan berfungsi untuk memecah glukosa menjadi karbondioksida, asam asetat, energi, dan alkohol, dan secara umumnya berfungsi untuk membantu fermentasi; 4. Penambahan starter yogurt fungsinya adalah untuk memicu aktivitas bakteri serta produksi asam pada yogurt; 5. Fungsi penambahan ragi pada pembuatan roti adalah agar mematangkan dan mengempukan gluten sehingga adonan bisa menangkap karbon dioksida yang dihasilkan pada pembubatan roti;
6.2
Saran Tidak ada saran yang dapat diberikan untuk praktikm kali ini, karena kekurangan dari praktikum kali ini adalah sarana dan prasarana termasuk kondisi laboratorium yang kurang mendukung.
DAFTAR PUSTAKA
Codex Alimentarius. 1976. Codex Standard for Flavoured Yoghurt (Yogurt) and Products Heat-Treated After fermentation. Codex Stan A-11(b). Desrosier, N.W. 1987.Teknologi Pengawetan Pangan. UI Press. Jakarta. Gianti, Ice dan Herly Evanuarini. 2011. Pengaruh Penambahan Gula Dan Lama Pemyimpanan Terhadap Kualitas Fisik Susu Fermentasi. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Maret 2011, Hal 28-33 Vol. 6, No. 1. Malang. Gumbiro,
Said.
1987. Bio
Industri
Penerapan
Teknologi
Fermentasi.
Jakarta.Mediyatama Sarana Perkasa. Helferich, W . and D.C. Westhoff. 1980. All Abaout Yoghurt. Prentice-Hall Inc, New York . Hidayat, N., Wignyanto, Sri, S., dan Novena, A. N., Produksi Inokulum Tempe dari Kapang R.oligopsorus dengan Substrat Limbah Industri Keripik Singkong, Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya Friend,B .A . and K.M. Shahani . 1985 . Fermented dairy products . In : The Practice of Biotechnology Current Comodity Products. Perganon Press, New York . Muchtadi,T.R. 1989. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. PAU Pangan dan Gizi, IPB Bogor. Mujianto, 2013, Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Proses Produksi Tempe Produk UMKM di Kabupaten Sidoarjo, Jurnal Reka Agroindustri Media Teknologi dan Manajemen Agroindustri, I(1) Purnomo, H. dan M. Padaga, 1993 Susu dan Produk Olahannya. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Raymond, Joan. (2007)."World's Healthiest Foods: Kimchi (Korea)" Health Magazine.http://www.health.com/health/article/0, 23414,1149143,00. html (Diakses pada tanggal 26 Mei 2019). Roberts, Haris dan Endel, Karmas. 1989. Evaluasi Gizi Pada Pengolahan Pangan. ITB. Bandung. Tajuddin dkk. 2008. Sawi Putih. http://www.plantamor.com/index.php?plant=219.
Winarno,F.G, dkk. 1984. Pengantar Teknologi Pangan. PT Gramedia, Jakarta. Rorooh, Marisa Trimega Elisabeth. 2012. Peran Mikroba Dalam Pembuatan Youghurt. http://marisatrimega.blogspot.com/2012/06/peran-mikrobadalam-pembuatan-yoghurt.html
LAMPIRAN Dokumentasi Praktikum
Gambar 1. Pembuatan Roti (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Gambar 2. Pembuatan Tempe (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Gambar 3. Pembuatan Kimchi
Gambar 4. Pembuatan Yoghurt
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)