LUKA BAKAR (COMBUSTIO) I. Pendahuluan Gambaran anatomi kulit normal
Definisi Luka bakar merupakan suatu kelainan berupa kerusakan jaringan akibat trauma terkena api, air panas atau air keras, apapun yang menyebabkan kulit rusak. Berat ringannya luka bakar tergantung pada luas jaringan tubuh yang terkena dan kedalaman luka tersebut.
Pembagian zona kerusakan jaringan: 1. Zona koagulasi: Zona yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein) akibat pengaruh panas. 2. Zona statis: Berada di luar zona koagulasi, terjadi kerusakan endotel pembuluh darah disertai kerusakan lekosit dan trombosit, sehingga terjadi gangguan perfusi yang diikuti perubahan permeabilitas kapiler dan respon inflamasi local. Berlangsung 12-24 jam pasca cedera, kemungkinan berakhir dengan nekrosis jaringan. 3. Zona hiperemi: Berada di luar zona statis, reaksi berupa vasodilatasi tanpa banyak melibatkan reaksi seluler. Zona ini dapat sembuh spontan.
II. Penyebab Luka Bakar (Etiologi) Api (56%); Air mendidih (40%); Listrik (3%); Bahan kimia (1%) Ada lima mekanisme timbulnya luka bakar: 1. Api: kontak dengan kobaran api. 2. Luka bakar cair: kontak dengan air mendidih, uap panas, dan minyak panas. 3. Luka bakar kimia: asam akan menimbulkan panas ketika kontak dengan jaringan organik. 4. Luka bakar listrik: tidak terlalu sering terjadi di Indonesia. Bisa timbul dari sambaran petir atau aliran listrik. Luka bakar listrik memiliki karakteristik yang unik, sebab sekalipun sumber panas (listrik) berasal dari luar tubuh, kebakaran/kerusakan yang parah justru terjadi di dalam tubuh. 5. Luka bakar kontak : kontak langsung dengan obyek panas, misalnya dengan wajan panas atau knalpot sepeda motor. Hal ini sangat sering terjadi di Indonesia.
III. Patofisiologi Luka Bakar Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh darah kapiler yang terpajan suhu tinggi akan rusak dan permeabilitas meningkat. Peningkatan permeabilitas pembuluh darah menyebabkan oedem dan timbul bula yang mengandung banyak elektrolit. Hal ini mengakibatkan volume cairan intravaskuler berkurang. Kerusakan kulit karena luka bakar mengakibatkan penguapan cairan berlebihan, sehingga cairan tubuh berkurang jauh hingga hilang. Oleh karena itulah penderita merasa haus, kulit tampak kering akibat kekurangan atau kehilangan cairan tubuh dalam jaringan. Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme sehingga keseimbangan protein menjadi negatif. Protein tubuh banyak hilang karena eksudasi, metabolisme tinggi, dan infeksi. Penguapan berlebihan dari kulit yang rusak juga
memerlukan kalori tambahan. Tenaga yang diperlukan tubuh pada fase ini terutama didapat dari pembakaran protein dari otot skelet. Oleh karena itu, penderita menjadi sangat kurus, otot mengecil, dan berat badan menurun. Bila luas luka bakar < 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bias mengatasinya. Sebaliknya, bila > 20% akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala klinis seperti gelisah, pucat, dingin, keringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun dan produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi perlahan-lahan, maksimal terjadi setelah 8 jam. Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi serta penyerapan kembali cairan oedem ke dalam pembuluh darah. Luka baker sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati yang merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Infeksi ringan dan non-invasif (tidak dalam) ditandai dengan keropeng yang mudah terlepas dengan nanah yang banyak. Infeksi yang invasif ditandai dengan keropeng yang kering dengan perubahan jaringan di tepi keropeng yang mulanya sehat menjadi nekrotik. Infeksi kuman menimbulkan vaskulitis pada pembuluh kapiler di jaringan yang terbakar dan menimbulkan trombosis. Ketika luka bakar terjadi, tubuh berupaya untuk memperbaiki jaringan yang rusak. Badan akan mengerahkan seluruh darah dan antibodi ke lokasi luka bakar. Proses ini dapat menyebabkan terbentuknya eschar.
IV. Diagnosis Diagnosis luka bakar ditegakkan berdasarkan: luas, lokasi, kedalaman, dan penyebab. Terutama mengenai luas luka bakar, selain menegakkan diagnosis, juga untuk menentukan prognosis apakah baik atau buruk. Luas luka bakar pada orang dewasa berdasarkan “rule of nines”: Kepala+leher (9%); lengan+tangan kanan dan kiri (2x9%); dada, perut, punggung, bokong (4x9%); paha, betis+kaki kanan dan kiri (4x9%); genitalia externa (1%). Luas luka bakar pada anak-anak: Kepala+leher (15%); dada+perut, punggung+bokong (2x20%); lengan+tangan kanan dan kiri (2x10%); tungkai+kaki (2x15%) Luas luka bakar pada bayi: Kepala+leher (20%); dada+perut, punggung+bokong (2x20%); lengan+tangan kanan dan kiri (2x10%); tungkai+kaki (2x10%) Tabel Lund & Browder terutama pada anak
Area
Age (Years) 0-1
1-4
5-9
10-15
Head
19
17
13
10
Neck
2
2
2
2
Anterior trunk
13
13
13
13
Posterior trunk
13
13
13
13
Buttock
5
5
5
5
Genetelia
1
1
1
1
Arm
4
4
4
4
Forearm
3
3
3
3
Hand
2
2
2
2
Thigh
5
6
8
8
Leg
5
5
5
6
Foot
3
3
3
3
Luka bakar yang terjadi pada daerah muka dan leher jauh lebih berbahaya daripada luka bakar di tungkai bawah. Sebab, luka bakar di tempat ini dapat berakibat pada terjadinya pembengkakan di daerah leher. Maka, kita mesti sangat waspada terhadap timbulnya obstruksi jalan napas. Berdasarkan kedalaman kerusakan jaringan, luka bakar dibagi dalam 3 derajat: Derajat I: Kerusakan hanya terjadi di permukaan kulit (epidermis) dan tidak memerlukan perawatan khusus. Misalnya: kulit terbakar akibat berenang. Kulit akan tampak kemerahan dan terasa nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi. Setelah 24 jam timbul gelombang yang kemudian kulit mengelupas. Penyembuhan terjadi secara spontan dalam 5-10 hari, kulit sembuh tanpa cacat. Derajat II: Bisa bersifat dangkal dan dalam. Pada kerusakan kulit yang dangkal (epidermis-dermis), biasanya kulit tampak kemerahan, nyeri dan ditandai dengan gelembung air. Asal bebas dari infeksi sebelum 3 minggu akan sembuh dengan sendirinya. Sementara jika kerusakan kulit terjadi lebih dalam, diperlukan tindakan, sulit sembuh sendiri. Kalaupun sembuh sendiri akan memakan waktu berbulan-bulan dan meninggalkan cacat seperti jaringan parut (keloid). Luka bakar derajat dua dibagi:
Derajat dua superficial (dangkal): Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh. Penyembuhan secara spontan dalam 10-14 hari. Derajat dua profunda/deep (dalam): Kerusakan hamper seluruh bagian dermis. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh. Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung dari epitel yang tersisa (umumnya lebih dari satu bulan).
Derajat III: Kerusakannya lebih dalam dari jaringan kulit sekitarnya dan lebih berat (dari endodermis sampai ke tulang). Kulit berwarna pucat, keabu-abuan dan pada lapisan kulit yang terkena trauma tampak eschar (koagulasi protein). Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami kerusakan. Bila kulit yang terbakar tidak diangkat akan menimbulkan cacat. Penyembuhan luka terjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan dari dasar luka. Eschar ialah jaringan parut palsu. Ia bukanlah kulit sejati, tetapi menyelimuti luka bagaikan lapisan kulit. Eschar merupakan jaringan mati yang terdiri dari sel-sel kulit yang mengelupas. Karena ia tak hidup, ia tak bernapas dan tidak memungkinkan lalu lintas keluar masuknya bahan-bahan ke bagian dalam kulit. (Dengan penjelasan mengenai derajat luka bakar di atas, kita dapat mendeskripsikan derajat luka bakar pada gambar berikut ini)
Pembagian Luka Bakar Berdasarkan Kategori Penderita 1. Luka bakar ringan: derajat I; derajat II < 15% 2. Luka bakar sedang: derajat II 15-40%; derajat III < 10% kecuali muka, tangan dan kaki. 3. Luka bakar berat/kritis: derajat II-III > 40%; derajat III pada muka, tangan, dan kaki; trauma inhalasi; luka bakar listrik; disertai trauma lainnya seperti cedera kepala, fraktur iga/costa, dll. Indikasi rawat inap: 1. Dewasa: derajat II dengan luas >= 15%, anak atau orang tua derajat II dengan luas >= 10% 2. Derajat III >= 10% 3. Luka pada wajah, tangan, genital/perineal
4. Penyebabnya kimia dan listrik 5. Menderita gangguan atau penyakit lain
V. Diagnosis Banding Combustio karena bahan kimia; combustio karena listrik; combustio karena petir
VI. Penatalaksanaan Luka Bakar Tindakan Pertolongan Tindakan pertama yang harus dilakukan ketika kulit terkena panas (api, air panas) adalah mendinginkan luka tersebut, dengan menyiramnya dengan air dingin. Langkah berikutnya, keringkan, beri antiseptik, tutup dengan kasa steril, bawa ke rumah sakit. Dengan catatan bila terjadi pelepuhan, jangan dipecahkan. Perawatan Luka
Luka bakarnya dibersihkan dengan NaCl 1 flabot dan savlon, dipasang sofratul dan balut tebal pada derajat III, balut diganti tiap minggu. Bila perlu gunakan salep antibiotic yang mengandung Silver Sulfadiazine dan Vaseline (ex: Burnazine atau Silvazine). Untuk derajat II tiap hari diganti dan diberi Silver Sulfa Diazine selama masih ada eschar. Obat-obat sistemik: antibiotic (golongan aminoglikosida), analgesic, toxoid/ATS, anti ulserasi lambung (antasida atau AH2). Nutrisi
Stabilisasi Luka Bakar 1. Airway. Manifestasi klinis dari trauma inhalasi mungkin tidak jelas dan sering tidak terlihat dalam waktu 24 jam pertama. Bila penanganan terlambat dan sudah terjadi edema saluran nafas, maka harus dilakukan krikotiroidotomi atau trakeostomi. 2. Breathing. Pengobatan inisial didasarkan atas tanda dan gejala yang timbul sebagai akibat dari:
Trauma bakar langsung yang menyebabkan edema atau obstruksi dari saluran nafas atas.
Inhalasi dari hasil pembakaran yang tidak sempurna (partikel karbon) dan asap beracun menyebabkan trakeo-bronkhitis kimiawi, edema dan pneumonia.
Keracunan monoksida. Pengobatan awal ialah intubasi endotrakeal disertai ventilasi mekanis, selanjutnya dilakukan analisa gas darah untuk mengetahui status paru.
3. Circulation Resusitasi Cairan pada Luka Bakar
Langkah-langkah:
1. Penentuan derajat dan luas luka bakar 2. Mengukur berat badan pasien 3. Pemberian cairan, jumlah cairan, jenis cairan, dan pemantauan yang dilakukan 4. Informasi tentang fungsi organ-organ penting 5. Penggunaan obat-obat rasional
Formula yang dipakai: 1. Formula Evans-Brooke 2. Formula Baxter (dengan larutan RL)
Formula Evans 1. Luas luka (%) x BB (kg) = ml NaCl per 24 jam 2. Luas luka (%) x BB (kg) = ml plasma per 24 jam 3. Sebagai pengganti cairan yang hilang akibat penguapan, diberikan 2000 cc glukosa 5% per 24 jam Formula Baxter
Kebutuhan cairan = BB x % luka bakar x 4 cc / 24 jam Cara pemberian: 8 jam pertama sejak luka bakar terjadi diberikan 50%. 16 jam kedua diberikan 50%. Misal: seorang dewasa dengan berat badan 50 kg dan luas luka bakar 20%. Dengan rumus ini, yaitu 50 x 20 x 4 cc = 4000 cc dalam waktu 24 jam. Berarti pada 8 jam pertama dan 16 jam kedua diberikan masingmasing 2000 cc.
Kebutuhan penderita luka bakar
Minuman diberikan pada penderita luka bakar: segera setelah peristaltik menjadi normal; sebanyak 25 ml/kgBB/hari; sampai diuresis sekurang-kurangnya 30 ml/jam.
Makanan diberikan oral pada penderita tersebut: segera setelah dapat minum tanpa kesulitan; sedapat mungkin 2500 kalori/hari; sedapat mungkin mengandung 100-150 g protein/hari
Sebagai tambahan diberikan setiap hari: vitamin A, B, dan D; vitamin C 500 mg; Fe Sulfat 500 mg; antasida
Menghadapi Luka Bakar Ringan Jangan lupa untuk lepaskan semua perhiasan dan pakaian yang menutupi daerah kulit yang terbakar, karena daerah tersebut dapat terjadi pembengkakan dan pakaian dapat menempel hingga mengakibatkan kerusakan yang lebih berat. Jika luka bakar itu terasa sangat sakit, mungkin itu hanya mengenai permukaan kulit saja. Rasa sakit tersebut segera dikurangi dengan mendinginkannya dengan air selama 10 menit, atau lebih jika rasa sakit itu masih ada. Berikan Betadine 0,5% (antiseptik lokal) lalu tutupi luka bakar itu dengan kain steril. Setelah pertolongan pertama diberikan, bawalah korban segera ke dokter atau ke ruang gawat darurat di rumah sakit terdekat. Terdapat tiga prioritas penting dalam perawatan luka bakar ringan. • Selalu dahulukan tindakan medis dan bedah. Sebagai contoh dalam menghadapi seorang pasien yang mengalami kesulitan bernapas, prioritas pertama kita ialah mengatasi masalah pernapasan. Baru setelah pernapasannya stabil, kita bergerak ke problem kulit. • Setelah tuntas dengan urusan emergency, baru kita berupaya mempertahankan bentuk dan fungsi bagian tubuh yang terkena luka bakar. • Prioritas berikutnya ialah upaya menciptakan penampakan jaringan parut sebaik mungkin. Hal ini merupakan problem utama dari pasien-pasien luka bakar. Upaya terpenting yang bisa dikerjakan ialah dengan pemberian tekanan di atasnya selama 612 bulan. Menghadapi Luka Bakar Berat Pada prinsipnya, harus diperhatikan tentang gangguan saluran pernafasan dan cara bernafas si korban apakah ada gangguan, serta kenali tanda-tanda syok: nadi lemah, bibir serta ujung jari tangan dan kaki pucat kebiruan. Apabila luka bakar terjadi pada sebagian besar tubuh korban seperti, tangan, paha, atau dada, maka dapat menimbulakan syok dan harus segera dibawa ke rumah sakit. Baringkan si korban, lebih baik di atas karpet atau alas kain untuk mencegah bagian kulit yang terbakar menyentuh lantai. Jika memungkinkan, lepaskan cincin, jam tangan atau baju yang ketat sebelum kulit yang terbakar itu membengkak. Untuk luka bakar berat jangan coba untuk melepaskan apapun yang melekat pada luka yang terbakar. Hubungi ambulans atau bawa si korban ke ruang gawat darurat di rumah sakit terdekat. Jangan lupa untuk menutupi kulit yang terbakar tersebut dangan kain yang bersih dan tidak berbulu. Pasang kain tersebut dengan baik. Sementara untuk luka bakar pada wajah, buatlah topeng dengan menggunakan sarung bantal yang bersih dengan membuat lubang untuk bagian hidung, mulut dan mata. Tindakan Pembedahan
Escharotomi. Yaitu pengangkatan keropeng dengan membuat irisan memanjang yang membuka keropeng sampai penjepitan karena pengerutan keropeng dan pembengkakan dapat bebas. Perlu diketahui bahwa pengerutan keropeng dan pembengkakan yang terus berlangsung dapat membahayakan sirkulasi (aliran darah tubuh). Debridemen diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati dengan jalan eksisi tangensial. Tindakan ini dilakukan setelah keadaan penderita menjadi stabil. Skin graft. Luka bakar yang telah dibersihkan atau luka granulasi dapat ditutup dengan cangkok kulit yang umumnya diambil dari penderita sendiri. Penutupan luka bakar dengan bahan biologis seperti kulit mayat atau kulit binatang dianjurkan jika transplantasi dengan kulit penderita menemui kesulitan. Bahan tersebut berfungsi sebagai pencegah infeksi, penghalang penguapan berlebihan, dan mengurangi rasa nyeri.
VII.Prognosis Umumnya dapat bersifat baik bila ditangani sedini mungkin. Dapat bersifat buruk bila sampai timbul cacat pada kulit yang terbakar (biasanya terdapat pada luka bakar derajat II dalam dan derajat III apabila dibiarkan sembuh sendiri tanpa pengobatan).
Kontraktur
Kontraktur(kekakuan) adalah keadan yang ditimbulkan oleh proses kontraksi. Jenis-jenis Kontraktur menurut jaringan yang terlibat yaitu:
a.kontraktur dematogen dimana hanya terbatas pada kulit saja. b.kontraktur desmogen,mengenai jaringan di bawa kulit,misalnya tendon dan latn-lain c.kontraktur artrogen ,sudah mengenai bagian dari sendi Menurut bentuknya kontraktu terbagi atas: a.Kontraktur linier b.kontraktur difusa a. kontraktur linier berbentuk garis lurus,dipingir garis ini ada web yang merupakan kelebihan kulit,dan pada penangulanganya dibuat desainZplasty,yaitu dua buah flap segitiga yang saling dipindahkan tempatnya.dengan desain ini maka garis kontraktur akan diperpanjang dengan dimanfaatkan kelebihan kulit pada sisi-sisi garis kontraktur tersebut b. Kontraktur difusa berbentuk difusa pada persendian,pada penangulanganya, dilakukan pelepasan dan kekurangan kulit yang timbul ditutup dengan full Thickness Skin Graft