PANDUAN KEWASPADAAN STANDAR RSUD BLAMBANGAN
PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN JL. LETKOL ISTIQLAH NO 49 TELPON (0333) 421118 BANYUWANGI 1
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kewaspadaan Standar atau Standar Precautions di susun oleh CDC tahun 1996 dengan menyatukan Universal Precaution atau kewaspadaan terhadap darah dan cairan tubuh yang telah di buat tahun 1985 untuk mengurangi risiko terinfeksi pathogen yang berbahaya melalui darah dan cairan tubuh lainnya. Body Substance Isolation atau Isolasi Duh Tubuh yang di buat tahun 1987 untuk mengurangi risiko pengurangan pathogen yang berada dalam bahan yang berada dari tubuh pasien yang terinfeksi. Pedoman Kewaspadaan Isolasi dan pencegahan Transmisi penyebab infeksi di sarana kesehatan diluncurkan Juni tahun 2007 oleh CDC dan HIAC, menambahgemukkan HAIs (Healthcare Associated Infectins) yang mengantikan istilah Infeksi Nosokomial. Kewaspadaan yang terpenting, dirancang untuk diterapkan secara rutin dalam perawatan seluruh pasien dalam rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lain,baik terdiagnosis infeksi maupun kolonisasi. Kewaswpadaan standar diciptakan untuk mencegah transmisi silang sebelum diagnosis ditegakkan atau hasil laboratorium belum ada. Strategi utama untuk PPI adalah menyatukan Universal Precautions dan Body Substance Isolation adalah kewaspadaan dalam pencegahan dan pengendalian infeksi rutin dan harus diterapkan terhadap semua pasien di semua Fasilitas Kesehatan. B. TUJUAN 1. Sebagai acuan tata cara menerapkan kewaspadaan standar oleh petugas kesehatan RSUD Blambangan dalam menjalankan tugasnya. 2. Mencegah dan menjaga petugas kesehatan supaya tidak terpajan oleh pasien atau bahkan menularkan infeksi dari pasien satu ke pasien yang lain.
2
BAB II RUANG LINGKUP KEGIATAN A. DEFINISI 1. Kewaspadaan standar adalah pencegahan penularan dari agen yang terinfeksius pada ruang lingkup pekerja kesehatan. 2. Agen infeksius adalah organisme yang dapat menyebabkan penyakit: bakteria, virus, jamur, protozoa, parasit. 3. Sumber Infeksi Endogenous (Self infection/Auto infection): infeksi sendiri disebabkan oleh kuman dari penderita itu sendiri yang berpindah tempat dari satu jaringan kejaringan lain seperti E. coli. 4. Sumber infeksi Exogenous atau infeksi silang (Cross Infection) disebabkan oleh kuman yang didapat dari orang atau penderita lain di rumah sakit secara langsung atau tidak langsung seperti perawat, dokter, pasien lainnya, dan lingkungan. 5. Reservoirs (tempat tinggal/hidup) yaitu tempat dimana agen infeksius tinggal dan hidup (large intestine, blood, mouth). 6. Portal of exit (pintu keluar) yaitu adanya pintu keluar mikroba dari manusia biasanya melalui satu tempat, meskipun dapat juga dari beberapa tempat. Portal of exit yang utama adalah saluran pernapasan, saluran cerna dan saluran urogenitalia. 7. Means of transmission (cara penularan) adalah perpindahan mikroba dari sumber ke host. Penyebaran dapat melalui kontak, lewat udara dan vektor. Cara penularan yang paling sering terjadi pada infeksi nosokomial adalah dengan cara kontak. Pada cara ini terdapat kontak antara korban dengan sumber infeksi baik secara langsung, tidak langsung maupun secara droplet infection. 8. Portal of entry (pintu masuk) yaitu tempat masuknya kuman dapat melalui kulit, dinding mukosa, saluran cerna, saluran pernafasan saluran urogenitalia, integritas kulit yang tidak utuh, pemasangan alat kesehatan yang masuk ke dalam kulit . Mikroba yang terinfesius dapat masuk ke saluran cerna melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi seperti E.coli, Shigella. Mikroba penyebab rubella dan toxoplasmosis dapat masuk ke host melalui placenta.
3
9. Penderita (host) yang rentan : Masuknya kuman kedalam tubuh penderita tidak selalu menyebabkan infeksi. Respon penderita terhadap mikroba dapat hanya infeksi subklinis sampai yang terhebat yaitu infeksi berat yang dapat menyebabkan kematian. B. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1. SASARAN Semua petugas kesehatan yang kontak/merawat pasien harus mengangap semua orang berpotensi terinfeksi atau kolonisasi dengan organisme yang kemungkinan dapat menularkan di area /ruang lingkup rumah sakit/klinik. 2. TEMPAT Semua unit di RSUD Blambangan yang melayani pasien baik rawat Inap maupun Rawat Jalan ( Ruang Rawat Inap, Ruang Rawat Jalan, Laboratorium, Radiologi, Hemodialisa, Unit Gawat Darurat, Bagian Kebersihan, ICU, dll). 3. PELAKSANA Semua tenaga kesehatan (dokter, perawat, bidan, analis kesehatan, radiographer, petugas rehabilitasi medik), yang kontak dengan darah, cairan tubuh dan bahan-bahan infeksius lainnya. 4.
WAKTU Diterapkan pada saat melakukan praktek klinis terhadap darah, semua cairan tubuh kecuali keringat, mucous membranes dan kulit yang tidak utuh.
5. KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB a. Komite PPI 1) Membuat Panduan Kewaspadaan Standar untuk dipergunakan sebagai tata cara /acuan melakukan kewaspadaan standar. 2) Memantau dan mengawasi pelaksanaan Kewaspadaan standar di seluruh Unit Rumah Sakit bersama dengan IPCN , IPCLN dan kepala ruang b. Seluruh staff Rumah Sakit yang kontak dengan pasien Mengerti dan memahami Panduan Kewaspadaan standar, sehingga dalam menjalankan tugasnya melakukan sesuai prosedur yang ditetapkan ,supaya terhindar dari penularan dan paparan c. Kepala Ruangan Memastikan seluruh staf diruangan memahami dan menjalankan kewaspadaan standar, dengan memastikan bahwa staff menjalankan prosedur yang berlaku d. Manajer 4
1)Memantau dan memastikan panduan Kewaspadaan Standar dikelola dengan baik oleh Kepala Ruang Perawatan. 2) Menjaga standarisasi dalam menerapkan panduan Kewaspadaan Standar pasien. e. Direktur Menetapkan kebijakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi dengan salah satu cara adalah Melakukan Kewaspadaan Standar.
BAB III TATA LAKSANA A. Komponen Kewaspadaan Standar 1. Cuci tangan 5
2. Penggunaan Alat Pelindung Diri 3. Manajemen terpapar darah dan cairan tubuh 4. Penempatan pasien yang tepat 5. Praktek aman tindakan injeksi 6. Respiratory hygiene dan etika batuk 7. Manajemen terpapar darah/cairan tubuh dan tertusuk benda tajam (needle stick injuries) 8. Manajemen pembuangan sampah 9. Manajemen laundry (linen) 10. Dekontaminasi Lingkungan 11. Dekontaminasi peralatan medik yang digunakan kembali (reuseable) B. Tata Laksana 1. Cuci tangan a. Sebelum & setelah kontak pasien b. Diantara prosedur berbeda pada pasien yang sama c. Setelah kontak dengan cairan tubuh,darah dengan atau tanpa menggunakan sarung tangan d. Setelah menangani peralatan/benda/lingkungan yang terkontaminasi e. Segera cuci tangan setelah melepas APD f. Dekontaminasi tangan dengan menggunakan air dan sabun jika tangan terlihat kotor g. Jika tangan terlihat bersih dekontaminasi dengan “alcohol based hand rub/gel” h. Edukasi kepada pasien, keluarga dan pengunjung pasien i. Pastikan fasililitas tersedia
2. Penggunaan Alat Pelindung Diri a. APD terdiri dari : Sarung tangan, apron/gowns, Pelindung mata, hidung, mulut b. Petugas Kesehatan harus dapat mengkaji penggunaan APD pada saat melakukan prosedur tindakan : Prosedur biasa, Resiko terpapar darah/cairan tubuh, Resiko terkontaminasi. 6
3. Manajemen terpapar darah dan cairan tubuh a. Terpapar Cairan Tubuh, Muntah Faeces atau Urine 1) Bersihkankan material dengan tissue buang segera 2) Bersihkan dengan detergen netral dan air hangat 3) Desinfektan dengan larutan chlorine 1000 ppm atau instruksi pabrik,bilas dan keringkan 4) Buang sarung tangan dan apron 5) Dekontaminsai tangan 6) Jangan memberikan chlorin untuk percikan urine karena chlorin akan menguap b. Terpapar darah 1) Dekontaminasi percikan darah dengan desindektan-berbasis chlorin (bubuk, granul atau larutan yng mengandung 10,000 ppm chlorine) atau alternatif lain yang sesuai dengan instruksi pabrik 2) Bersihkan percikan dengan tissue buang ke sampah medis 3) Bersihkan area dengan pembersihan biasa menggunakan detergen netral dan air 4) Lepas sarung tangan dan apron 5) Dekontaminasi tangan 4. Penempatan pasien yang tepat Petugas kesehatan harus menempatkan pasien berdasarkan potensial menularnya agen infeksius. 5. Praktek aman tindakan injeksi a. Semua injeksi harus disiapkan di area bersih bebas kontaminasi b. Tehnik aseptik selalu dilakukan pada saat mengambil obat injeksi dari vial dan saat memberikan ke pasien c. Pakai jarum steril, disposible untuk mencegah kontaminasi pada peralatan injeksi d. Gunakan single dose vial jika memungkinkan e. Jangan gunakan single dose vial pada banyak pasien kecuali untuk dosis anak anak.
7
f. Jangan tinggalkan sisa obat dan diberikan untuk waktu berikutnya kecuali di ruang anak –anak dan harus disimpan di lemari es dengan suhu dibawah 25 derajat, dengan tidak boleh lebih dari 12 jam g. Klinisi memakai masker pada saat tindakan lumbal punksi, anestesi spinal dan epidural untuk mencegah transmisi droplet flora orofaring 6. Respiratory hygiene dan etika batuk Target : pasien, keluarga dan pengunjung dengan infeksi saluran nafas yang dapat di transmisikan , batuk, rhinorrhoe, pilek Efektif menurunkan transmisi patogen droplet melalui saluran nafas (influenza, adenovirus, B pertusis, mycoplasma pneumoniae) Cara etika batuk adalah sebagai berikut: a. Setiap petugas yang sedang batuk sebaiknya memakai masker. b. Jika batuk tutuplah mulut dan hidung dengan menggunakan bagian dalam sendi siku atau c. Ambil tissue untuk menutupi mulut dan hidung kemudian buang ke temapat sampah infeksius. 7. Manajemen terpapar darah/cairan tubuh dan tertusuk benda tajam (needle stick injuries) Prosedur manajemen terpapar darah/cairan tubuh dan benda tajam (NSI) yang memuat: a. Pertolongan pertama b. Risk assessment dan skrening sumber pasien (jika diketahui) c. Risk assessment pemberian chemoprophylaxis d. Konseling dan monitoring test
8. Manajemen pembuangan sampah a. Pembuangan sampah berdasarkan katagori dengan menggunakan kode warna tertentu b. Katagori sampah: 1)Sampah benda tajam (jarum injeksi, pisau bedah , bekas ampul ) 8
2)Sampah infeksius (sampah yang terkontaminasi dengan darah/cairan tubuh ,jaringan tubuh) 3)Sampah non infeksius (sampah yang tidak
terkontaminasi dengan
darah/cairan tubuh, jaringan tubuh) 4)Sampah daur ulang (botol infus,kardus) 5)Sampah berbahaya tidak menular (obat khemoterapy) 9. Manajemen laundry (linen) a. Laundry harus ditangani dengan cara yang aman untuk mencegah penularan dari micro-organisme ke pasien-petugas kesehatan dan lingkungan b. Staff yang menangani linen kotor harus menggunakan sarung tangan dan apron (baju pelindung) c. Pemilihan/sortir linen tidak diperkenankan di area perawatan pasien
10. Dekontaminasi Lingkungan a. Prosedur pembersihan harus dilakukan secara rutin untuk meminimalkan jumlah mikroorganisme dilingkungan b. Penanganan khusus pada permukaan atau peralatan yang kemungkinan terkontaminasi dengan darah/cairan tubuh seperti pagar tempat tidur, matras,meja pasien, peralatan disekitar lingkungan pasien c. Chemical desinfectans tidak digunakan rutin pada pembersihan lingkungan d. Jika menggunakan desinfektan ikuti petunjuk produk (pabrik) untuk pelarutan dan kontak waktu 11. Dekontaminasi peralatan medik yang digunakan kembali (reuseable) a. Peralatan kesehatan dengan “single use item” tidak dapat diproses ulang untuk digunakan kembali
b. Kategori Alat (criteria Spaulding) 1) Peralatan Non Kritis Peralatan medis yang kontak dengan permukaan kulit yang utuh. Pengelolaan peralatan medis dengan cara disinfeksi tingkat intermediate / tingkat rendah. Contoh: Tensimeter, stetoscope, bedpan, urinal, linen, apron. 9
2) Peralatan Semi Kritis Peralatan yang masuk / kontak dengan membran mukosa tubuh. Pengelolaan peralatan medis dengan disinfeksi tingkat tinggi. Contoh: endotracheal tube, endoscopi, nasogastric tube. 3) Peralatan Kritis Peralatan medis yang masuk kedalam jaringan tubuh steril atau sistem pembuluh darah. Pengelolaan peralatan dengan cara sterilisasi. Contoh: instrumen bedah, kateter intravena, kateter jantung, dll.
10
BAB IV DOKUMENTASI Dilakukan audit di semua unit rumah sakit terutama unit keperawatan tentang kepatuhan pelaksanaan Panduan Kewaspadaan Standar dalam menjalankan tugasnya sehari hari. Hasil audit akan dilaporkan ke unit terkait, Ketua KPPIRS dan direktur RS
11