Pengertian Variabel dan Macam-Macam Variabel| Para ahli mendefinisikan pengertian variabel dimana memilki beragam macam jenis variabel dan contohnya. Dari berbagai hasil definisi para ahli mengenai pengertian variabel, ditemukan Pengertian Variabel yang sebenarnya, dimana secara umum, Pengertian Variabel adalah suatu besaran yang dapat diubah atau berubah sehingga dapat mempengaruhi peristiwa atau hasil penelitian. Dengan penggunaan variabel, kita dapat dengan mudah memperoleh dan memahami permasalahan. Macam-Macam Pengertian Variabel - Pengertian variabel sangat bermacam-macam bergantung dari mata pelajaran pengertian variabel dimaksudkan seperti dalam mata pelajaran, sains, matematika, ilmu komputer, dan logika matematika. Berikut pengertian variabel dari setiap macam-macam pelajaran antara lain sebagai berikut..
Dalam Sains, Pengertian variabel adalah objek penilitian. artinya segala sesuatu yang harus diteliti Variabel terdiri atas nama dan nilai atau dapat dikosongkan dan diisi nilainya.
Dalam Matematika, Pengertian variabel adalah karakter atau abjad yang menggunakan jumlah yang belum ditentukan. Setiap variabel mengandung nilai. variabel dalam matematika memudahkan mengerjakan soal, terutama soal aljabar.
Dalam Ilmu Komputer, Pengertian variabel adalah nama yang umumnya berupa abjad, karakter, atau kata yang mewakili beberapa nilai dalam memori komputer
Dalam Logika Matematika, Pengertian variabel adalah salah satu simbol yang mewakili sebuah simbol Macam-Macam Pengertian Variabel Menurut Definisi Para Ahli -Seperti yang telah dikemukakan di awal, bahwa banyak para ahli yang telah mengemukakan pendapatnya mengenai definisi variabel. Macam-macam pengertian variabel menurut definisi para ahli antara lain sebagai berikut..
Menurut F.N Kerlinger, Pengertian variabel adalah sifat yang diambil dari suatu nilai yang berlainan
Menurut Sutrisno hadi, Pengertian variabel adalah objek penelitian yang bervariasi. Contohnya ukuran tinggi manusia yang divariasikan menjadi tingkatan umur, kelamin serta lokasi tempat tinggal manusia tersebut.
Menurut Bagja Waluya, Pengertian variabel adalah konsep yang tidak pernah ketinggalan dalam setiap eksperimen/penelitina (research).
Menurut Tia Mutiara, Pengertian variabel adalah sesuatu yang menjadi fokus perhatian yang memberikan pengaruh dan mempunyai nilai (value).
Menurut Sugiarto, Pengertian variabel adalah karakter yang dapat diobservasi dari unit amatan yang merupakan suatu pengenal atau atribut dari sekelompok objek. Maksud dari
1
variabel tersebut adalah terjadinya variasi antara objek yang satu dengan objek yang lainnya dalam kelompok tertentu. Macam-Macam Variabel dan Contohnya- Variabel terdiri dari beberapa macam antara lain sebagai berikut..
Variabel Independen (Variabel Bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau sebab perubahan timbulnya variabel terikat (dependen). Variabel Independen disebut juga dengan variabel perlakuan, kausa, risiko, variabel stimulus, antecedent, variabel pengaruh, treatment, dan variabel bebas. Dapat dikatakan variabel bebas karena dapat mempengaruhi variabel lainnya. Contoh Variabel Bebas (Independen) seperti "Pengaruh Terapi Musik terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan",
Variabel Despenden (Variabel Terikat) adalah variabel yang dipengaruhi, akibat dari adanya variabel bebas. Dikatakan sebagai variabel terikat karena variabel terikat dipengaruhi oleh variabel independen (variabel bebas). Variabel Despenden disebut juga dengan variabel terikat, variabel output, Konsekuen, variabel tergantung, kriteria, variabel terpengaruh, dan variabel efek. Contoh Variabel Terikat (Despenden) seperti PengaruhTerapi Musik terhadap Penurun Tingkat Kecemasan
Variabel adalah variabel yang mempengaruhi baik itu memperkuat atau memperlemah hubungan antara Variabel bebas dan terikat. Variabel juga disebut dengan Variabel Independen Kedua. Skema variabel yaitu Variabel Bebas (Independen) - - Despenden. Contoh Variabel adalah Hubungan motivasi dan prestasi belajar akan semakin kuat bila peranan dosen dalam menciptakan lingkungan belajar yang baik, dan hubungan semakin rendah bila peranan dosen kurang baik dalam menciptakan lingkungan belajar.
Variabel Intervening adalah variabel yang mempengaruhi variabel bebas dan variabel terikat secara teoritis, tetapi tidak dapat diamati dan diukur. Variabel intervening merupakan variabel antara/penyela pada variabel bebas dan variabel terikat, sehingga variabel bebas tidak langsung mempengaruhi perubahan variabel terikat. Contoh Variabel Intervening adalah Hubungan antara Kualitas Pelayanan dengan kepuasan konsumen dan Loyalitas (Dependen)
Variabel Kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tidak terpengaruh oleh faktor luat yang tidak telitit. Variabel kontrol sering digunakan sebagai pemanding melalui penelitian eksperimental. Contoh Variabel Kontrol adalah Apakah perbedaan tenaga penjual (sales force) yang lulus D3 dan SI, maka terlebih dahulu harus ditetapkan variabel kontrol contohnya berupa gaji yang sama, peralatan yang sama, lingkungan kerja yang sama. Jadi, variabel kontrol memudahkan dalam menentukan perbedaan
A. Definisi :
2
A variable which is postulated to be a predictor of one or more dependent variables, and simultaneously predicted by one or more independent variables. Synonym : mediating variable. (1) A variable (as memory) whose effect occurs between the treatment in a psychological experiment (as the presentation of a stimulus) and the outcome (as a response), is difficult to anticipate or is unanticipated, and may confuse the results (2) Menurut Tuckman (dalam Sugiyono, 2007) variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela / antara variabel independen dengan variabel dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen. “A mediating variable is one which specifies how (or the mechanism by which) a given effect occurs between an independent variable (IV) and a dependent variable (DV).” (Holmbeck, 1997, p. 599). Dari definisi ini, intervening (mediator) dikatakan memberikan pengaruh di antara IV dan DV. Dapat merubah hasil, persamaannya adalah mediator variabel / variabel perantara, sulit untukj diantisipasi, dll. Dimananakah posisinya ?? yaitu di tengah. Perhatikan penjelasan berikut (cth variabel diambil dari buku Prof. Sugiyono, 2007) : Penghasilan (IV) —>
gaya hidup (M)
—>
harapan hidup (Y)
Dari gambar anak panah dapat diketahui bahwa : 1. 2. 3.
Penghasilan mempengaruhi gaya hidup. Gaya hidup mempengaruhi harapan hidup Karena adanya variabel gaya hidup ini maka hubungan yang terjadi antara penghasilan (X) ke harapan hidup (M) menjadi hubungan yang tidak langsung karena diperantarai gaya hidup (Y)
3
Penjelasan model ini dapat di pada artikel Paul Jose tentang Model Mediasi B. PERBEDAAN VARIABEL MEDIATOR DENGAN Ditinjau dari definisinya, variabel mediasi (intervening) dan sama-sama mempengaruhi hubungan independen terhadap dependen, lalu dimana perbedaannya ?? Untuk menjelaskan hal ini saya kembali mengambil contoh dalam buku Prof. Sugiyono (2007:40-41) mengenai variabel dan paradigma hubungan.
Perhatikan dua model di atas ..ada dua perbedaan mendasar yaitu :
4
1. 2. 3.
Variabel mediator berada dalam satu jalur hubungan, di luar Variabel mediator dipengaruhi IV dan mempengaruhi DV, lebih banyak tidak dan…ciri khas variabel mediator (terutama dalam penelitian sosial/keperilakuan) adalah mudah berubah, misal mood, emosi, rasa puas, benci, sedih, dll. Sedangkan lebih susah berubah seperti kepribadian, usia, masa kerja, budaya, dll.
Paul Jose (2008) menjelaskan perbedaan dan kesamaan mediator dan sebagai berikut :
Similarities: 1. They both involve three variables; 2. You can use regression to compute both; 3. You wish to see how a third variable affects a basic relationship (IV to DV). Differences: 1. You create a product term in moderation; not in mediation; 2. You don’t have to centre anything in mediation; 3. Moderation can be used on concurrent or longitudinal data, but mediation is best used on longitudinal data. 4. Graphing is critical for moderation; helpful for mediation.
Apa yang bisa disimpulkan dari model di atas : 1.
Pertama, stressor (penyebab stres) berakibat terhadap stres yang dirasakan. Stessor ditempatkan sebagai penyebab (independen), dan stres yang dirasakan ditempatkan sebagai mediator (M). 2. Kedua, pada hubungan antara stressor dan stress yang dirasakan ini akan sangat dipengaruhi oleh salah satunya tipe kepribadian (misal tipe A). Mengapa demikian ?? 5
Dalam kaitannya dengan pengalaman stres tersebut, beberapa ahli menyatakan bahwa kepribadian tipe A lebih mudah terkena stres. Hal ini dikarenakan pola perilaku tipe A cenderung lebih agresif dan ambisius (Johns, 1996). Sikap permusuhan individu tipe A juga lebih mudah muncul, dan mereka merasakan sangat pentingnya waktu. Pada umumnya, kepribadian tipe A ini tipe orang yang tidak sabar, sangat kompetitif, serta pikiran mereka dipenuhi oleh masalahmasalah pekerjaan (Gibson, 1996:356). Dengan demikian, meski sumber stressnya sama..stres yang dirasakan oleh setiap orang akan berbeda tergantung kepada tipe kepribadian yang dimilikinya. Lalu, stres yang dirasakan ini akan mempengaruhi perilaku pegawai (yang dalam hal ini dikonsepkan sebagai kinerja). Hubungan ini kembali dinaik turunkan oleh variabel tipe kepribadian. Tipe kepribadian A yang dicirikan pribadi yang terburu-buru, berorientasi pada angka, meski dipercaya lebih mudah terserang stress namun bukti empiris membuktikan mereka memiliki kinerja lebih tinggi dibanding tipe kepribadian B. C. KESIMPULAN AKHIR Ada lima hal yang menurut Paul Jose membingungkan dalam menjelaskan variabel mediator dan , yaitu : 1. 2. 3. 4.
5.
Moderation and mediation sound alike. It makes it seem that they are very similar, and or they derive from the same origin. They are somewhat similar (cousins), but they don’t come from the same place. Second, statistics textbooks typically do not do a very good job of explaining these two approaches. Exception: Howell (2006). Third, reports of moderation and mediation in the research literature are not always clear or accurately performed. Both are special cases of two separate broad statistical approaches: mediation is a special case of semi-partial correlations (path modeling) and moderation is a special case of statistical interactions (from ANOVA). Both are included under GLM, but this is not usually appreciated. It’s not entirely clear what distinguishes a moderating variable from a mediating variable. Can one a prioridefine mediating and moderating variables?
Memang membingungkan dan masih terus berkembang… Pengertian Definisi Operasional Variabel pengertian definisi operasional variabel pengertian definisi operasional variabel contoh definisioperasional variabel variabel penelitian Apa sih yang dimaksud dengan Definisi Operasional Variabel itu? Apa pula indikator variabel? Inilah rahasianya. VARIABEL
6
Bicara tentang variabel penelitian, kita memang harus mendefinisikan dengan jelas dan tegas. Untuk membahasnya, kita berangkat dari pertanyaan "apakah variabel itu?", lalu "apakah definisi operasional", dan terakhir "apakah indikator". 1.Apakah yang dimaksud dengan variabel ? Ini sudah dijelaskan pada tulisan saya sebelumnya, bukan? Silahkan pelajari di sini! 2. Apa yang dimaksud dengan “Definisi operasional variabel”? Variabel dapat didefinisikan dengan dua cara. Ada definisi konsep dan ada definisi opersional. Definisi konsep adalah definisi yang telah menjadi teori. Teori ini ada dalam setiap buku teks yang disarankan oleh para dosen (sesuai bidang ilmu masing-masing). Misalnya, Menurut pendapat X, motivasi adalah....., perilaku konsumen adalah...., perilaku organisasi adalah...., pelatihan adalah......, strategi produk adalah...., penetapan harga adalah....., promosi adalah...., distribusi adalah....kepuasan konsumen adalah.....lingkungan kerja adalah....., kepuasan kerja adalah...., produktivitas adalah...., kinerja adalah......, pelanggan adalah...., konsumen adalah..., pasar adalah...penjualan adalah.....dll Dalam karya ilmiah berupa skripsi (S1), tesis (S2) dan desertasi (S3/program doktor), definisi konsep ini diuraikan dalam Bab Tinjauan Teori atau Tinjauan Kepustakaan. Itu semua adalah definisi konsep. Nah sekarang, apa yang dimaksud Definisi operasional variabel? Definisi operasional variabel adalah pengertian variabel (yang diungkap dalam definisi konsep) tersebut, secara operasional, secara praktik, secara riil, secara nyata dalam lingkup obyek penelitian/obyek yang diteliti. Operationalization is the process of strictly (dengan tegas) defining variables into measurable factors. The process defines fuzzy (samar) concepts and allows them to be measured, empirically (secara berdasarkan pengalaman) and quantitatively. Operasionalisasi (variable) adalah menjadi faktor-faktor
proses yang
mendefinisikan variable dengan tegas, sehingga dapat diukur. Mengapa?
Definisi “konsep”, sering masih samar bagi pembaca hasil riset. Bagi orang awam, definisi konsep bisa masih sangat samar (fuzzy). Itulah sebabnya, operasionalisasi variable atau mendefinisikan variable secara lebih tegas, menjadi sangat penting untuk dilakukan. Perhatikan ilustrasi hipotesis (penelitian) berikut! "Anak-anak tumbuh lebih cepat jika mereka mengkonsumsi sayuran" Apa yg dimaksud dengan pernyataan tersebut? Perhatikan kata "anak-anak"! Siapa anak-anak yang dimaksud dalam penelitian itu? 7
Apakah mereka dari Amerika, Indonesia, Afrika? Ada begitu banyak anak-anak di dunia, bagaimana Anda mendefinisikan sampel penelitian? Perhatikan kata Bagaimana kata “tumbuh” Bertambah berat, tinggi, tumbuh secara mental, atau Bagaimana kemudian kita mendefinisikan sampel penelitian? Lalu Bagaimana Unit atau
perhatikan skala
kata waktu
Lalu perhatikan Begitu banyak ragam Sayuran mana yang Anda teliti?
apa juga sayuran
tumbuh
"tumbuh"! didefinisikan? lebih kuat?
“lebih yang kata di
cepat”! mengukur/melihatnya? akan digunakan? “sayuran”! dunia ini.
Inilah mengapa sebabnya “operasionalisasi variable” menjadi bagian yang sangat penting dilakukan dalam penelitian. Tiap faktor yang secara konsep masih samar, harus dibuat definisinya dengan lebih tegas. hal ini akan sangat terkait dengan pengambilan sample penelitian. Contoh lain: Menurut Fandy Tjiptono (1997), kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara harapan dan kinerja atau hasil yang dirasakan. (INI DEFINISI KONSEP). Apa yang dikemukakan oleh Fandy tersebut adalah pengertian secara umum. Padahal Anda kan sedang mengadakan penelitian tentang kepuasan/ketidakpuasan pelanggan terhadap Kinerja Maju Unggul Airlines? Jadi, bagaimana? Definisi konsep saja belum cukup bagi pembaca/penikmat tulisan ilmiah anda. Anda harus mendefinisikan variabel, secara lebih operasional (dapat dipahami/jelas/tegas). Inilah yang dinamakan Definisi Operasional. Apakah sebenarnya yang anda maksud dengan “kepuasan pelanggan” DALAM penelitian yang sedang anda lakukan ini? Apa sesungguhnya yang Anda maksud dengan “kinerja” DALAM penelitian Anda ? (yang ANDA maksud, BUKAN yang dimaksudkan oleh para teoritikus/pakar) Nah, jawaban Anda atas pertanyaan-pertanyaan itulah yang dimaksud dengan definisi operasional variabel penelitian anda. 8
Anda harus mendefinisikan (secara lebih operasional/tegas) variabel kepuasan dan Anda juga harus mendefinisikan (secara lebih operasional/tegas) variabel kinerja. Anda dapat menuliskannya seperti ini: “Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan kepuasan pelanggan adalah kepuasan pelanggan Maju Unggul Airlines, yang berarti perbedaan antara harapan konsumen Maju unggul, Airlines., dengan kinerja Maju Unggul., Airlines. Secara operasional, variabel kepuasan pelanggan didefinisikan sebagai “respon pelanggan Maju Unggul Airlines, yang dinyatakan dengan rasa sangat tidak puas hingga sangat puas, terhadap kinerja Maju Unggul Airlines”. Perhatikan!, konsumen diminta memberi respon terhadap kinerja Maju Unggul Airlines. Oleh karenanya, Anda harus mendefinisikan kinerja. Anda harus ingat Maju Unggul Airlines, bergerak dalam bidang apa? Jasa penerbangan, misalnya. Maka, Anda harus cari teori yang terkait dengan kinerja. Dengan kata lain, temukan dulu definisi konsepnya. Anda dapat berangkat dari sini: Menurut Peppard dan Rowland (1995), faktor yang sering digunakan dalam mengevaluasi kepuasan adalahperformance, features, reliability, conformance to specification, ......(INI ADALAH DEFINISI KONSEP). Menurut Fandy Tjiptono (1997), dalam mengevaluasi atau menilai kinerja jasa yang bersifat intagible, umumnya menggunakan beberapa faktor antara lain reliability, assurance, tangible, emphaty, responsiveness.(INI ADALAH DEFINISI KONSEP) Jadi bagaimana definisi operasional kinerja? “Kinerja, dalam penelitian ini adalah kinerja Maju Unggul, Airlines, yang diukur (dilihat) dari lima faktor pelayanan, yaitu reliability, assurance, tangible, emphaty, responsiveness.” Apakah ini sudah selesai? Ini belum selesai! Belum cukup operasional, ini masih samar! Karena pembaca masih akan bertanya-tanya apa yang anda maksud dengan reliability, assurance, tangible, emphaty, responsiveness. Selama pembaca masih meraba-raba, masih belum jelas, itu berarti definisi anda belum mencapai "definisi operasional" (masih berkutat pada definisi konsep). Tanda-tanda bahwa definisi operasional Anda jelas adalah : pembaca tidak lagi punya pertanyaan tentang variabel anda, sebab Anda sudah menjelaskan hingga tuntas, sampai pada bagaimana cara mengukurnya. Artinya, semua sudah terjelaskan. 9
Oleh karenanya, cari dan putuskan terlebih dahulu definisi konsep mana yang Anda rujuk/ Anda gunakan sebagai rujukan/referensi, untuk masing-masing faktor/variabel tersebut, yakni apa yang dimaksud denganreliability, assurance, tangible, emphaty, responsiveness. LALU>>>
Cobalah mendefinisikan secara operasional dengan mengikuti pola seperti ini: Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan reliability adalah terbang tepat waktu dan tiba di tujuan sesuai jadwal...., yang dimaksud dengan assurance adalah.... reputasi yang baik dalam hal keselamatan penumpang, Tangible adalah....pesawat, tempat pemesanan tiket, seragam... Emphaty adalah....memahami kebutuhan khusus penumpang, mengantisipasi kebutuhan pelanggan. Responsiveness adalah..... sistem ticketing, inflight dan penanganan bagasi yang cepat, 3. Apa yang dimaksud dengan indikator? Definisi operasional (seperti telah dijelaskan sebelumnya), sangat erat kaitannya dengan indikator. Berbicara Indikator adalah berbicara tentang ukuran dan bagaimana mengukurnya.
Masih relevan dengan contoh di atas. Indikator bahwa pelanggan puas terhadap kinerja Maju Unggul, Airlines ,adalah mereka (responden) memberi nilai sangat penting/ sangat setuju/sangat baik hingga sangat tidak penting/ sangat tidak setuju/sangat tidak baik/sangat tidak puas terhadap hal-hal/pernyataan berikut: Maju Unggul Airlines, terbang tepat waktu dan sampai di tujuan dengan tepat waktu Maju Unggul Airlines, memiliki pesawat yang bagus dan nyaman Maju Unggul Airlines, menyediakan tempat pemesanan tiket yang memadahi, bagus dan nyaman Seragam pramugari Maju Unggul Airlines, sedap dipandang mata Maju Unggul Airlines, mempunyai reputasi yang baik dalam hal keselamatan penumpang Maju Unggul Airlines memahami kebutuhan khusus penumpang, Maju Unggul Airlines mengantisipasi kebutuhan pelanggan. Maju Unggul Airlinesmenyediakan sistem ticketing yang bagus dan canggih, Maju Unggul Airlines menyediakan layanan inflight yang bagus, Maju Unggul Airlines menangani bagasi dengan cepat tepat dan aman. Nah, itulah ilustrasi tentang variabel dan indikator. Bagaimana? Anda tidak akan dapat menentukan indikatornya sebelum menemukan definisi konsepnya dan membuat penjelasan tentang definisi operasional variabel penelitian Anda.
10
11
Definisi Operasional Variabel Penelitian Hasan Mustafa Dalam setiap penelitian pasti terdapat variabel penelitian. Jumlah variabel penelitian bisa hanya satu namun juga bisa lebih dari satu. Variabel penelitian pada hakikatnya merupakan konsep yang nilainya ingin diketahui oleh peneliti. Tidak sedikit variabel yang terlibat dalam suatu penelitian sifatnya abstrak, dalam arti tidak jelas wujud dan ukurannya, sehingga sulit juga ditentukan nilainya. Kalau variabel penelitiannya adalah tinggi badan atau berat badan maka sifat kedua variabel tersebut relatif konkret . Peneliti bisa segera mengukur nilai tinggi badan dengan meteran, sedangkan nilai berat badan diukur menggunakan timbangan. Setelah dilakukan pengukuran maka data nilai tentang tinggi dan berat badan diketahui. Namun jika variabel penelitiannya bersifat abstrak, misalnya motivasi atau kepuasan kerja , maka peneliti perlu menetapkan cara pengukuran variabel tersebut agar dapat memperoleh nilai yang tepat bagi kedua variabel tersebut. Proses penentuan ukuran suatu variabel tersebut dikenal dengan nama operasionalisasi variabel. Apakah semua variabel penelitian harus dibuat definisi operasionalnya? Kalau yang dimaksud dengan definisi operasional variabel adalah proses penentuan ukuran suatu variabel, maka tidak semua variabel penelitianharus disusun definisi operasionalnya . Misalnya penelitian yang tujuannya adalah ingin mengetahui pengaruh iklan terhadap volume penjualan. Iklan adalah variabel bebas dan volume penjualan adalah variabel tergantung. Dari dua variabel tersebut yang perlu dilakukan pengukuran – artinya disusun variabel operasionalnya – adalah volume penjualan. sedangkan variabel “iklan” tidak perlu. Yang perlu dilakukan oleh peneliti adalah menyusun definisi konseptual variabel “iklan”. Jika metode penelitian atau rancangan penelitian yang akan diterapkan adalah “pre and post test design” maka peneliti harus membandingkan volume penjualan sebelum ada iklan dengan volume penjualan setelah ada iklan. Kedudukan “iklan” dalam rancangan penelitian tersebut adalah sebagai betuk “perlakuan” (treatment) Contoh penelitian lain yang tidak memerlukan operasionalisasi variabel, misalnya penelitian yang bertujuan ingin mengetahui strategi bisnis , ingin mengetahui proses seleksi, atau penelitian-penelitian kualitatif yang sasaran utamanya adalah memberikan uraian/deskripsi atau gambaran lengkap dari suatu proses kegiatan. Yang diperlukan oleh penelitian jenis ini adalah definisi konseptual, bukan definisi operasional. Contohnya, ketika peneliti ingin mengetahui bagaimana proses seleksi pegawai di suatu organisasi, maka peneliti harus memiliki definisi konseptual tentang variabel seleksi pegawai, agar yang ditelitinya memang tentang seleksi pegawai, bukan kegiatan lainnya. Definisi konseptual tentang seleksi pegawai harus lengkap dan rinci, termasuk proses dan kegiatan-kegiatan apa yang seharusnya dilakukan dalam seleksi pegawai. Demikian pula ketika peneliti ingin mengetahui bagaimana strategi bisnis suatu perusahaan. Definisi konseptual yang lengkap tetang strategi bisnis dan kegiatan-kegiatannya, harus dikuasai oleh peneliti agar yang ditelitinya memang benar-benhar strategi bisnis, bukan “sekedar” strategi pemasaran, seperti yang banyak dijumpai dalam hasil penelitian yang digunakan untuk penyusunan skripsi atau tesis. Proses Operasionalisasi Variabel Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengembalikan variabel penelitian ke bentuk awal, yaitu konsep penelitian. Peneliti harus mendefinisikan konsep penelitian sesuai dengan definisi-definisi yang telah diberikan oleh para akhli yang relevan dengan konsep penelitiannya. Jika konsep penelitiannya adalah “motivasi kerja”, maka peneliti harus
12
menemukan definisi “motivasi kerja” yang telah banyak diakui kebenarannya oleh para pakar di bidang tersebut. Dalam tahapan ini studi kepustakaan menjadi salah satu tahap yang harus dilalui. Melalui studi kepustakaan yang mendalam dan memadai, peneliti akan mampu merumuskan definisi konsep penelitiannya dengan benar. Jadi ketika konsep penelitiannya adalah tentang “motivasi kerja” maka kepustakaan atau literatur tentang konsep tersebut harus benar-benar dipahami dengan baik oleh peneliti. Perlu diketahui, tidak sedikit kita menemukan satu konsep dengan definisi yang berbeda. Misalnya, definisi “motivasi” yang dikemukakan oleh A.H. Maslow berbeda dengan Victor Vroom. Maslow mendefinisikan motivasi sebagai “motivation arises from the needs and wants of an individual and drives the people towards action or work by doing which he makes efforts to fulfill these needs and wants. (kebutuhan-kebutuhan atau keinginan-keinginan individu yang membuatnya terdorong untuk melakukan sesuatu agar kebutuhan-kebutuhan tersebut terpuaskan) . Sedangkan Vroom mengatakan bahwa “motivation is a product of the individual’s expectancy that a certain effort will lead to the intended performance, the instrumentality of this performance to achieving a certain result, and the desirability of this result for the individual, known as valence”. (S.E. Condrey, 2005, p.482). Berdasarkan definisi tersebut disusunlah rumus M= ExIxV. Oleh karena itu, agar punya landasan teoritis yang jelas biasanya untuk kepentingan penyusunan definisi operasional variabel , peneliti hanya memilih atau menggunakan satu definisi tertentu yang cocok atau sesuai dengan tujuan penelitiannya. Beberapa penulis menamakan langkah pertama ini dengan nama definisi konseptual Langkah berikutnya adalah menemukan cara mengetahui besaran (ukuran) dari variabel penelitian berdasarkan definisi konseptual, atau dengan kata lain mulai mengoperasionalisasikan variabel penelitian. Agar lebih cepat dipahami simaklah contoh berikut ini. Kita ambil satu contoh penelitian tentang motivasi yang menggunakan konsep Victor Vroom. Terlebih dahulu ditentukan definisi konseptualnya, kemudian disusun definisi operasionalnya. Agar lebih dipahami, sebaiknya definisi konseptual dan operasional variabel penelitian dimasukan ke dalam satu tabel seperti di bawah ini: Definisi Operasional Variabel Definisi Konseptual Dimensi Skor Motivasi Skala Pengkuran a.Ekspektancy dan 1.Expectancy: Instrumentality “Motivation is a product of Keyakinan Keyakinan sangat the seseorang bahwa tinggi, skor 1 individual’sexpectancy that dia mampu Keyakinan tinggi a certain effort will lead to mengerjakan skor 0,75 the intended performance, tugas yang Keyakinan cukup, Motivasi theinstrumentalityof this dibebankan skor 0.50 Interval performance to achieving a kepadanya Keyakinan rendah certain result, and the 2.Instrumentality: 0,25 desirability of this result Keyakinan Keyakinan sangat for the individual, known seseorang bahwa rendah skor 0.00 as valence”. jika dia berhasil mengerjakan b. Valence 13
M=ExIxV Victor Vroom
tugas maka dia akan memperoleh imbalan 3.Valence Nilai imbalan bagi seseorang ketika imbalan tersebut diperoleh
Nilai imbalan sangat tinggi, skor 1 Nilai imbalan tinggi, skor 0,75 Nilai imbalan cukup, skor 0,50 Nilai imbalan rendah, skor 0,25 Nilai imbalan sangat rendah, skor 0,00
Contoh berikutnya: Variabel penelitiannya adalah “kepuasan kerja”. Definisi konseptual kepuasan kerja adalah berdasarkan konsep JDI (Job Descriptive Index) adalah“sikap pekerja terhadap dimensi-demensi pekerjaan (gaji, pekerjaan itu sendiri, rekan kerja, atasan dan promosi}.” Berdasarkan definisi konseptual tersebut disusun definisi operasional, yang sasaran utamanya adalah agar definisi konseptual bisa diukur sehingga dapat ditetapkan nilai atau skornya. Agar lebih jelas dan juga mudah dimengerti, definisi konseptual dan operasional dapat disatukan dalam satu tabel seperti di bawah ini. Definisi Operasional Variabel
Kepuasa n Kerja
Definisi Konseptual Sikap pekerja terhadap dimensidimensi pekerjaan
Dimensi
Skor Sikap
1. Upah/gaji 2. Pekerjaan itu sendiri
Sangat Tidak Suka: 1 Tidak Suka: 2 Cukup: 3 Suka: 4 Sangat Suka: 5
Skala Pengukuran
Interval
3. Rekan kerja 4. Atasan 5. Promosi Catatan: Peneliti boleh membagi sikap dalam beberapa jenjang. Umumnya variabel sikap dibagi menjadi tiga atau lima jenjang. Penetapan jenis skala pengukuran harus sesuai dengan aturan baku yang dibahas dalam statistika, jaitu skala nominal, ordinal, interval, dan rasio. Skala sikap termasuk ke dalam skala interval karena berfungsi membedakan, menjenjangkan, dan memberikan skor relatif. Artinya makin tinggi skornya makin positif sikap responden terhadap sesuatu hal (dalam contoh di atas, terhadap dimensi pekerjaan) Contoh lain: Variabel penelitian adalah “Kepuasan Konsumen terhadap kualitas pelayanan”. Definisi kepuasan menurut Kottler , 1997 : “Kepuasan adalah perasaan suka atau kecewa yang 14
dihasilkan dari proses perbandingan kinerja sesuatu hal dengan harapan seseorang”. Jadi kalau yang ingin diketahui adalah kepuasan konsumen, maka kata “seseorang” diganti menjadi konsumen. Selanjutnya Kottler dalam buku yang sama membahas juga tentang “kualitas pelayayan” – service quality. Dimensi yang harus diukur agar bisa memperoleh data tentang kualitas pelayananan adalah Reliability, Responsiveness, Assurance , Empathy, dan Tangible. Dengan demikian, definisi konseptual “Kepuasan Konsemen Terhadap Mutu Pelayanan” yang mengacu pada pendapat Kottler adalah perasaan suka atau kecewa konsumen terhadap dimensi-dimensi pelayanan (Reliability, Responsiveness, Assurance , Empathy, dan Tangible) yang dihasilkan dari proses perbandingan kinerja mutu pelayanan dengan harapan” Selanjutnya Kottler menyatakan bahwa “jika kinerja dipandang lebih baik daripada harapan maka terjadi perasaan sangat puas; jika kinerja dipandang sama dengan harapan maka ada perasaan puas, dan jika kinerja dipandang lebih buruk daripada harapan maka muncul perasaan tidak puas Variabel
Kepuasan Konsumen Terhadap Mutu Pelayanan
Definisi Konseptual Perasaan suka atau kecewa konsumen terhadap dimensidimensi peyananan (Reliability, Responsiveness , Assurance , Empathy, dan Tangible) yang dihasilkan dari proses perbandingan kinerja mutu pelayanan dengan harapan”
Dimensi
Definisi Operasional Skor Kepuasan
1. Reliability 2. Responsiveness 3. Assurance 4. Empathy 5. Tangible
Kinerja lebih buruk daripada harapan skor 1 (tidak Puas) Kinerja sama dengan harapan skor 2 (puas) Kinerja lebih baik daripada harapan skor 3 (sangat puas)
Skala Pengukuran
Interval
Contoh lainnya: Variabel penelitian “ Motivasi Berprestasi” menurut konsep David McClelland. Definisi konseptualnya adalah: Achievement motivationis identified as the drive to excel (stand out beyond others), to achieve in relation to a set of standards, to strive (to try very hard)to succeed. Jika diterjemahkan, “motivasi berprestasi diindentifikasi sebagai dorongan untuk mengerjakan sesuatu lebih baik daripada orang lain, guna menggapai seperangkat standar, mencoba dengan sangat keras agar berhasil”. Selanjutnya Uma Sekaran, 2003 memberikan dimensi-dimensi dari motivasi berprestasi , yaitu : “driven by work, unable to relax, impatience with ineffectiveness, seek moderate challenge, seek ”. Dimensi dalam definisi operasional variabel motivasi berprestasi tersebut berbeda dengan pengertian 15
dimensi dalam contoh-contoh sebelumnya. Di sini dimensi bisa dimaknakan sebagai indikator atau ciri-ciri dari orang yang mempunyai motivasi berprestasi. Variabel
Definisi Konseptual Indikator
Motivasi Berprestas i
“Motivasi berprestasi diindentifikasi sebagai dorongan untuk mengerjakan sesuatu lebih baik daripada orang lain, guna menggapai seperangkat standar, mencoba dengan sangat keras agar berhasil”
Definisi Operasional Skor Motivasi Berprestasi
1. Senantiasa tekun bekerja 2. Sulit untuk santai
Sangat Tinggi: 5 Tinggi 4 Cukup 3 Rendah 2 Sangat Rendah 1
Skala Pengukuran
Interval
3. Tidak sabar pada ketidakefektifan 4. Menyukai tantangan tingkat menengah 5. Ingin segera memperoleh umpan balik atas hasil kerjanya
Dalam beberapa kasus, peneliti sulit menemukan definisi konseptual yang “pas” dengan tujuan penelitiannya. Ketika menghadapi situasi semacam itu, peneliti mempunyai kewenangan untuk membuat definisi konseptual yang berdasarkan pemikirannya memang sesuai dengan maksud atau keinginannya. Misalnya, judul penelitiannya “Hubungan antara tingkat pendidikan dengan kinerja”. Dengan demikian variabelnya ada dua yaitu “tingkat pendidikan”dan “kinerja”. Ketika definisi konseptual kedua variabel tersebut sulit ditemukan dalam buku-buku teks atau sumber informasi lainnya, atau kalau pun ditemukan tetapi tidak sesuai dengan keinginan peneliti, maka penelitilah yang harus menyusun definisi konseptual kedua variabel tersebut. Keputusannya, definisi konseptual tingkat pendidikan adalah “urutan pendidikan formal yang pernah ditempuh seseorang mulai dari pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi” dan definisi konseptual kinerja pegawai adalah hasil penilaian organisasi atas apa-apa yang telah dilakukan pegawai selama bekerja. Penyusunan definisi operasional variabel kedua variabel tersebut dapat dilakukan seperti tabel di bawah ini. Definisi Operasional Variabel
Definisi Konseptual
Tingkat 16
Peringkat Pendidikan
Skala
Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Kinerja Pegawai
Tingkat pendidian adalah urutan pendidikan formal mulai dari pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi
Kinerja pegawai adalah hasil penilaian organisasi atas apa-apa yang telah dilakukan pegawai selama bekerja
SD SLTP SLTA S1 S2 S3
Dimensi/aspek penilaian kinerja Kehadiran Loyalitas Kualitas Kerja Kuantitas Kerja Kerjasama Inisiatif Kepempinan
17
Pengukuran SD = 1 SLTP = 2 SLTA = 3 S1 = 4 S2 = 5 S3 = 6
Ordinal
Skor Kinerja Pegawai Sangat Baik = 5 Baik = 4 Cukup = 3 Kurang Baik = 2 Sangat Kurang Baik = 1
Interval
Level Analisis Setiap penelitian membutuhkan instrumen yang membantu menjawab permasalahan penelitian. Instrumen penelitian ini berguna untuk menangkap fakta yang ada agar dapat dianalisis. Salah satu instrumen penelitian sosial yaitu level analisis (Level of Analysis). Level analisis dapat digunakan untuk penelitian yang bertujuan menganalisis kebijakan luar negeri suatu negara. Dalam tulisan kali ini, penulis ingin menjabarkan lebih jauh mengenai pengertian dari level analisis, bagaimana sifatnya, kapan saat yang tepat untuk menggunakan level analisis dan bagaimana memilih level analisis. Level analisis merupakan cara untuk mengidentifikasi dan bagaimana cara memperlakukan fenomenafenomena yang akan diobservasi di berbagai tempat (Buzan, Barry, : 199). Level analisis dianggap lebih mudah dan sistematis untuk diterapkan oleh para penstudi hubungan internasional, sehingga penelitian lebih mudah dipahami. Sedangkan David Singer (1961) menyebut level analisis sebagai kerangka kerja yang tujuannya sama seperti yang diungkapkan oleh Buzan, yaitu untuk membantu peneliti memahami fenomena yang diteliti utamanya dalam politik internasional. Singer membagi level analisis menjadi dua yaitu mikro dan makro. Dengan pembagian tersebut akan didapatkan pemahaman yang kuat terhadap suatu konsep. Sedangkan Patrick Morgan dalam Mas’oed (1994)menyebutkan lima level analisis adalah individu, kelompok individu, negara bangsa, kelompok negara dan sistem internasional. Berbeda halnya dengan Joshua S. Goldstein (2004) yang membagi level analisis ke dalam empat level yaitu individu, domestic, antar negara dan global. Dengan menggunakan level analisis dalam penelitian, banyak manfaat yang didapat. Mas’oed menyebutkan tiga keuntungan menerapkan level analisis dalam penelitian. Pertama, untuk menganalisis fenomena yang disebabkan oleh lebih dari satu faktor. Kedua, level analisis membantu peneliti untuk menentukan faktor penyebab yang dominan sehingga obyek penelitian dapat lebih dipersempit. Ketiga, dapat mengurangi kesalahan dalam berasumsi. Hal ini dikarenakan kecenderungan manusia yang mengambil asumsi berdasarkan sebagian dari keseluruhan, maupun sebaliknya, atau yang biasa disebut fallacy of composition dan ecological fallacy. Sehingga dengan menerapkan instrumen ini, kesalahan dalam hal metodologis dapat diminimalisir. Perlu diperhatikan bahwa dalam menggunakan level analisis, peneliti harus cermat dan berhati-hati dalam memilih level analisis yang akan digunakan. Menurut Mas’oed, dalam memilih level analisis harus menyesuaikan dengan fenomena yang akan diteliti. Dalam hal ini Mas’oed menyebutkan pentingnya memahami unit analisa dan unit eksplanasi. Dimana unit analisa merupakan variabel dependen, sedangkan unit eksplanasi adalah variabel independen. Ada tiga sifat yang mendasari hubungan antara unit analisa dengan unit eksplanasi. Hubungan yang pertama adalah hubungan korelasionis yaitu ketika unit eksplanasi dan unit analisa memiliki hubungan yang sama. Kemudian hubungan induksionis yaitu hubungan saat unit eksplanasi memiliki tingkat yang lebih tinggi dibandingkan unit analisis. Ketiga, adalah hubungan deduksionis, dimana unit analisis memiliki tingkatan yang lebih rendah dibandingkan unit eksplanasi. Level analisis memang memiliki banyak manfaat dalam penelitian sosial, terutama dalam studi Hubungan Internasional. Namun, level analisis dipahami sebagai alat yang membantu peneliti untuk memahami fenomena sosial yang ada. Sedangkan dalam penelitian terdapat berbagai macam metodologi yang memiliki tujuan dan fungsi yang sama. Sehingga penggunaan level analisis sebenarnya tidaklah diharuskan. Level analisis adalah instrumen yang opsional, penggunaannya tergantung pada peneliti. Peneliti harus melihat dan menyesuaikan penggunaan instrumen penelitian dengan pertanyaan penelitian yang sudah didesain. Jika peneliti merasa fenomena yang diteliti tersebut dapat dijabarkan dan dipahami dengan menggunakan level analisis, maka penggunaan level analisis dapat lebih efisien dan sistematis dalam penelitian. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Singer (1961) menyebutkan dua level analisis yaitu mikro dan makro. Level mikro mencakup state-system label, nation-state dan decision making level. State-system label adalah interaksi yang mencakup seluruh unit politik dalam negara, yang kemudian akan memperlihatkan perilaku yang diambil oleh negara. Sedangkan nation-state adalah unit yang dapat menganalisis bahwa ada indikator-indikator yang mempengaruhi pembuatan kebijakan luar negeri suatu negara seperti faktor budaya, sejarah, agama, sosial, ekonomi, geografi, demografi dan sebagainya. Ada banyak negara yang kebijakan luar negerinya dapat dijelaskan
18
melalui level analisis ini. Contohnya ketika suatu negara memiliki kecenderungan untuk berkiblat pada satu agama tertentu, maka kebijakan luar negerinya cenderung menjalin kooperasi dengan negara-negara dengan penganut agama yang sama. Terakhir adalah decision making level yang menekankan pada psikologi para pembuat kebijakan suatu negara. dalam level ini, psikologis seorang pembuat keputusan suatu negara dianalisis. Karena dengan memahami psikologis dan karakter pembuat kebijakan, maka akan diketahui kecenderungan dari keputusan yang diambil. Level analisis kedua yang diidentifikasi oleh Singer adalah level makro. Dalam level ini terdapat dua tingkat yaitu nasional dan internasional. Dalam tingkat nasional, yang menjadi variabel analisisnya adalah segala sumber daya yang dimiliki oleh negara, mencakup kekuatan tangible dan intangible. Sedangkan sistem internasional dapat menjadi rujukan atas perilaku negara-negara dalam konstelasi perpolitikan global. Keduanya dapat digunakan secara bersamaan dalam memahami kebijakan luar negari dan perilaku internasional negara. Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa level analisis sangat berguna untuk dijadikan metodologi penelitian, karena level analisis membantu peneliti dalam memahami fenomena yang ada dan memberikan analisis secara sistematis dan lebih efisien. Penulis beranggapan bahwa level analisis sangat membantu dalam memahami suatu fenomena dan sifat kebijakan luar negeri suatu negara, namun perlu diperhatikan bahwa penggunaan level analisis harus menyesuaikan dengan tujuan dan permasalahan penelitian, sehingga level analisis dapat memberikan pemahaman yang sesuai. Setidaknya terdapat dua macam peringkat analisis yang dapat digunakan untuk menentukan apa yang harus diamati, yaitu unit analisis dan unit eksplanasi. Unit analisis merupkan sesuatu yang perilakunya hendak dideskripsikan, dijelaskan, dan diramalkan. Dengan kata lain, unit analisis ini bisa juga disebut sebagai variabel dependen, yaitu varibel yang keberadaannya dipengaruhi oleh variabel lainnya. Sementara, unit eksplanasi merupakan sesuatu yang dampaknya terhadap unit analisa hendak diamati. Untuk itu, unit eksplanasi bisa juga disebut sebagai variabel independen, yaitu variabel yang keberadaannya mempengaruhi variabel dependen (Mas’oed 1990: 35; Silalahi 2006: 122-123; Suyanto & Sutinah 2005: 48-49). Dengan demikian, unit eksplanasi sangat menentukan dinamika yang terjadi dalam unit analisis. Selanjutnya, Patrick Morgan membuat lima klasifikasi tingkat analisa yang dapat digunakan untuk memahami perilaku aktor dalam hubungan internasional, yaitu tingkat analisa individu, kelompok individu, negarabangsa, kelompok negara-bangsa, dan sistem internasional (Mas’oed 1999: 40-42). 1. Tingkat Analisa Individu, fenomena hubungan internasional pada dasarnya dicerminkan oleh interaksi perilaku individu-individu yang ada didalamnya. Untuk memahami realitas hubungan internasional, diperlukan suatu pengkajian mengenai sikap dan perilaku para tokoh utama pembuat keputusan, seperti kepala negara atau pemerintahan, menteri luar negeri, penasehat keamanan, dan sebagainya. 2. Tingkat Analisa Kelompok Individu, apa yang terjadi dalam hubungan internasional merupakan akumulasi tindakan individu dalam kelompok atau organisasi tertentu. Sehingga, fenomena hubungan internasional lebih dilihat sebagai hubungan antar berbagai kelompok individu di berbagai negara. Untuk memahami hubungan internasional diperlukan pengkajian mengenai perilaku kelompok-kelompok individu dan organisasi-organisasi yang terlibat dalam hubungan internasional, seperti kabinet dalam pemerintahan, dewan penasehat keamanan, organisasi birokrasi, departemen atau badan-badan pemerintahan, dan sebagainya. 3. Tingkat Analisa Negara-bangsa, asumsi dasar dari tingkat analisa ini bahwa semua pembuat keputusan, dimana pun berada, akan berperilaku sama jika menghadapi situasi yang sama pula. Sehingga, kenyataan yang ada dalam hubungan internasional lebih dicerminkan oleh perilaku negara-bangsa, yang selama ini dianggap sebagai aktor dominan dalam hubungan internasional. Oleh karena itu, untuk memahami hubungan internasional diperlukan pengkajian mengenai proses pembuatan keputusan tentang hubungan internasional, terutama politik luar negeri suatu negara. Dengan kata lain, tingkat analisa ini melihat negara-bangsa sebagai unit yang utuh. 4. Tingkat Analisa Kelompok Negara-bangsa, seringkali negara-bangsa melakukan tindakan internasional tidak secara sendiri-sendiri, tetapi adakalanya sebagai suatu kelompok. Sehingga, fenomena hubungan internasional lebih dicerminkan sebagai interaksi antar kelompok negara-bangsa yang tergabung dalam pola dan pengelompokan tertentu, seperti aliansi, regional, blok ekonomi, blok ideologi, maupun pengelompokan dalam PBB, dan sebagainya.
19
5. Tingkat Analisa Sistem Internasional, pada dasarnya negara-bangsa dan aktor-aktor lainnya dalam hubungan internasional merupakan suatu unit yang terdapat dalam sistem yang lebih besar, yaitu sistem internasional. Semua aktor hubungan interasional bertindak dan berinteraksi dalam sistem tersebut. Sehingga, menurut tingkat analisa ini, dinamika yang terjadi dalam sistem internasional berpengaruh terhadap perilaku para aktor hubungan internasional yang ada didalamnya. Sistem yang lebih besar telah menentukan perilaku aktor sebagai unit terkecil dalam sistem tersebut. Oleh karena itu, untuk memahami realitas hubungan internasional diperlukan pengkajian mengenai sistem itu sendiri dan membuat generalisasi mengenai sistem itu sebagai suatu keseluruhan, sehingga dapat menjelaskan perilaku para aktor hubungan internasional didalamnya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa terdapat lima unit analisa yang mengandung lima unit eksplanasi sekaligus, yaitu tingkat individu, tingkat kelompok individu, tingkat negara-bangsa, tingkat kelompok negara-bangsa, dan tingkat sistem internasional atau global. Secara umum, terdapat tiga kemungkinan yang bisa kita pakai manakala menggunakan tingkat analisa tersebut (Mas’oed 1990: 38). Pertama, analisis induksionis, apabila unit eksplanasinya lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan unit analisisnya. Contoh: unit eksplanasi = negara-bangsa, sedangkan unit analisisnya = kelompok individu. Kedua, analisis korelasionis, apabila unit eksplanasinya memiliki tingkatan yang sama dengan unit analisisnya. Contoh: unit eksplanasi = negara-bangsa, sedangkan unit analisisnya = negara-bangsa. Ketiga, analisis reduksionis, apabila unit eksplanasinya lebih rendah tingkatannya dibandingkan dengan unit analisisnya. Contoh: unit eksplanasi = negara-bangsa, sedangkan unit analisisnya = sistem internasional.
20