PERAWATAN BLEACHING PADA GIGI VITAL
PENDAHULUAN Pewarnaan gigi adalah suatu perubahan warna pada gigi, yang dapat disebabkan oleh faktor eksternal (luar), internal (dalam) atau kedua-duanya (Gursoy dkk., 2008). Perubahan warna gigi menjadi masalah karena membuat banyak orang merasa tidak nyaman ketika berbicara atau tersenyum, karena mereka berkeyakinan bahwa gigi putih mampu membuat orang merasa lebih cantik dan percaya diri (Vanable dan LoPresti, 2004). Dewasa ini, tren dokter gigi melakukan
tindakan
pemutihan
gigi
terus
meningkat,
seiring
dengan
meningkatnya kebutuhan estetika masyarakat sebagai makluk sosial. Pada dasarnya, masalah pewarnaan gigi ini diatasi dengan perawatan pemutihan gigi (Gladwin dan Bagby, 2000). Pemutihan gigi adalah suatu proses yang akan membuat gigi tampak lebih putih. Proses pemutihan gigi ini pertama kali digambarkan pada tahun 1864 dan telah berkembang hingga saat ini. Ada beberapa macam pilihan cara perawatan pemutihan gigi yang disesuaikan dengan jenis pewarnaan yang terjadi (Gursoy dkk., 2008). Perawatan konvensional untuk menghilangkan pewarnaan gigi ekstrinsik adalah dengan tindakan skaling dan polishing gigi, namun untuk pewarnaan ekstrinsik yang sukar dihilangkan, ataupun untuk pewarnaan intrinsik, diperlukan perawatan lainyaitu dengan proses pemutihan gigi (Gursoy dkk., 2008). Pada proses pemutihan gigi konvensional, digunakan bahan asam oksalat untuk gigi vital dan kalsium klorida dari batu kapur untuk gigi non vital (Wagner, 1999). Pada dasarnya proses penghilangan warna gigi dilakukan dengan whitening yang berarti penghilangan warna agar warna gigi kembali ke warna asal atau bleaching yang berarti pemutihan gigi. Oleh karenanya, terdapat dua macam bahan untuk memutihkan gigi, yaitu menggunakan produk bleaching atau produk whitening
(non-bleaching).
Bahan
bleaching
membantu
menghilangkan
pewarnaan yang bermula dari dalam gigi (intrinsik) dan juga pewarnaan di permukaan gigi (ekstrinsik) yang hasilnya dapat mengubah warna asli gigi.
Produk whitening (pemutih) hanya untuk menghilangkan pewarnaan di permukaan gigi saja, mengandung bahan yang bekerja menghilangkan pewarnaan dengan aksi fisik dan kimia (Bernie, 2003; Irmawati, 2005; Silva dkk., 2006). Terdapat beberapa macam bahan pemutih gigi yang telah digunakan seperti sodium hipoklorit, sodium perborat, dan hidrogen peroksida (Gursoy dkk., 2008). Sekarang ini bahan pemutih gigi yang biasa digunakan adalah hidrogen peroksida sebagai bahan aktifnya (Ingle dan Backland, 2002; Gursoy dkk., 2008). Dalam ulisan ini bertujuan mereview beberapa hal yang terkait dengan pewarnaan gigi, bahan, dan aplikasi pemutihan gigi.
TINJAUAN PUSTAKA Perubahan warna yang terjadi pada gigi anterior sering menimbulkan masalah estetika yang sangat mempengaruhi penampilan, terutama bagi wanita muda dengan profesi yang menuntut penampilan yang prima. Perubahan warna gigi dapat mengakibatkan terjadinya kompleks psikologis dan menimbulkan rasa rendah diri. 3,11 Keinginan penderita untuk mendapatkan senyum yang lebih cerah dan lebih putih menyebabkan kebutuhan pelayanan gigi kosmetik meningkat. Salah satu bentuk pelayanan gigi kosmetik adalah pemutihan gigi (dental bleaching).3 1) Pemutihan Gigi Pemutihan gigi adalah suatu tindakan untuk mencerahkan atau menghilangkan noda pada permukaan gigi secara kimiawi dengan menggunakan aplikasi larutan peroksida yang kuat. Pemutihan gigi merupakan alternatif konservatif dalam mengembalikan nilai estetika gigi. Teknik ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain lebih baik dari segi estetik, tidak mengambil jaringan keras gigi dan teknik perawatan relatif lebih mudah dibandingkan dengan pembuatan mahkota tiruan. 1,15 Keberhasilan perawatan pemutihan gigi untuk dapat memberikan sensasi warna gigi lebih putih dari sebelumnya sangat tergantung pada jenis stain yang terdapat dalam struktur gigi, lokasi, dan seberapa dalam kemampuan agen aktif bleaching untuk berpenetrasi ke dalam email dan dentin.1
b) Mekanisme Pemutihan Gigi Bahan yang dapat menghasilkan warna dalam larutan atau permukaan merupakan senyawa organik yang memiliki rantai konjugasi yang panjang baik dalam bentuk ikatan tunggal maupun rangkap. Bahan tersebut mengandung heteroatom, karbonil, dan cincin fenil dalam sistem konjugasi dan sering dikenal dengan sebutan kromofor. Pemutihan dan diskolorisasi kromofor dapat terjadi melalui perusakan satu atau lebih ikatan rangkap dalam rantai konjugasi, dengan memotong rantai konjugasi, atau dengan mengoksidasi molekul kimia lainnya dalam rantai konjugasi.16 Bahan pemutih gigi memiliki berat molekul yang sangat rendah sehingga mampu berdifusi ke dalam email dan dentin, selanjutnya peroksida akan mengalami dekomposisi menjadi radikal-radikal bebas tidak stabil yang akan mengganggu molekul-molekul pigmen besar (kromofor) di dalam struktur gigi melalui reaksi oksidasi ataupun reduksi. Proses oksidasi-reduksi mengubah struktur substansi organik yang berinteraksi pada gigi sehingga menghasilkan perubahan warna.1,3 Radikal bebas merupakan elektron yang tidak berpasangan dan akan terus bereaksi sampai staining terurai menjadi molekul-molekul sederhana yang bersifat sedikit merefleksikan cahaya spesifik dari stain, yaitu terjadi pengurangan atau eliminasi discoloration. Sampai suatu saat akan dicapai suatu titik dimana molekul-molekul sederhana yang terbentuk maksimum, keadaan ini disebut dengan saturation point (titik jenuh). Pada titik ini kerusakan struktur gigi dimulai, kehilangan email menjadi lebih cepat. Oleh karena itu pemutihan gigi harus segera dihentikan ketika titik jenuh dicapai untuk meminimalkan kerapuhan gigi dan meningkatnya porositas. Pemutihan gigi optimum akan memberikan putih maksimum, akan tetapi pemutihan gigi yang berlebihan dapat merusak email.1,16 Oksidasi merupakan reaksi kimia bahan-bahan organik yang diakhir reaksinya akan menghasilkan CO2 dan air. Proses ini dapat dipercepat menggunakan pemanasan dengan sinar berintensitas cahaya rendah atau sinar dengan intensitas cahaya yang tinggi, misalnya sinar kuring komposit konvensional, sinar laser, sinar plasma arc dengan intensitas tinggi. Kecepatan
reaksi akan meningkat 2-3 kali setiap peningkatan 10°C suhu, sehingga sebaiknya proses bleaching dilakukan di dalam rentang suhu ruangan yang aman (21-24°C). 1,3,6,16 c) Teknik Pemutihan Gigi Pada Gigi Vital 1). Menurut Tempatnya a) At home bleaching Perawatan bleaching yang dilakukan sendiri di rumah dapat menggunakan beberapa cara. Ada yang menggunakantray, pointon, atau strip. Untuk yang menggunakan tray, pertama-tama pasien dicetak untuk mendapatkan tray yang sesuai dengan rahangnya. Warna gigi pasien dicatat, agar warna sebelum dan sesudah aplikasi dapat dibandingkan. Tray ini berfungsi untuk menjaga bahan bleaching hanya terfokus mengenai gigi saja, dan tidak mengenai jaringan lunak (gusi dan sekitarnya). Gbr. 9 Pencatatan warna menggunakanshade guide
Aplikasi bahan at-home bleaching ini bervariasi, tergantung petunjuk pabrik pembuatnya. Biasanya aplikasinya membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu 2-8 jam per hari selama 2 minggu.
Gbr. 10 Bahan bleaching yang dioleskan ketray
Gbr. 12 Sebelum aplikasi bahan bleaching
Gbr. 11 Tray yang sudah diberi bahan bleaching dipakai di dalam mulut Gbr. 13 Setelah aplikasi, gigi dibandingkan dengan warna awal
Selain dengan menggunakan tray, at-home bleaching juga dapat dilakukan dengan menggunakan kuas dan biasa disebut paint-on bleaching. Namun biasanya
konsentrasi bahan yang digunakan lebih rendah, jadi hasilnya juga kurang memuaskan.
Gbr. 14 Paint-on bleaching
b) In office bleaching Perawatan bleaching yang dilakukan oleh dokter gigi di klinik pada prinsipnya sama. Tapi durasinya lebih singkat, dan bisa juga kemudian dilanjutkan dengan perawatan at-home bleaching. In-office bleaching biasanya menggunakan bahan hidrogen peroksida 35 %, dan dapat dilakukan dengan bantuan penyinaran atau dengan bantuan laser. Hidrogen peroksida berkonsentrasi tinggi ini jauh lebih efektif daripada karbamid peroksida yang digunakan di rumah (at-home bleaching) namun harus dilakukan oleh dokter gigi, karena ia berpotensi untuk menimbulkan iritasi pada jaringan lunak di sekitar gigi. Dengan adanya bantuan sinar atau panas, reaksi reduksi oksidasi dapat lebih cepat terjadi. Prosedur perawatan menjadi relatif singkat, yaitu rata-rata 1-2 jam per kunjungan. Sehingga hasilnya juga lebih memuaskan, namun sayangnya biayanya relatif cukup mahal.
2) Menurut Penyebabnya
Pewarnaan pada gigi vital biasanya disebabkan oleh karena pewarnaan tetrasiklin dan faktor ekstrinsik, misalnya karena fluorosis atau defek superfisial. Yang termasuk teknik bleaching secara Eksternal : 1. Teknik Bleaching pada Gigi Vital yang Berubah Warna karena Tetrasiklin Bleaching secara eksternal dilakukan pada gigi vital yang berubah warna karena tetrasiklin yang belum parah yaitu gigi berwarna kuning. Tekniknya bleaching secara eksternal, sebagai berikut (Walton & Torabinejab, 1996) : Bersihkan gigi, lindungi jaringan lunak dengan mengulaskan pasta pelindung mulut,pasang karet isolator (rubberdam), ikat dengan benang (dental floss) pada gigi yang akan dirawat. 2.
Letakkan sepotong kapas yang telah dibasahi larutan hidrogen
peroksida pada bagian labial dan palatinal gigi. 3.
Pemanasan dilakukan dengan cara memakai lampu reostat
controlled Photoflood yang diletakan sekitar 30 cm dari gigi selama 10-30 menit atau dengan hand-held thermostatically controlled yaitu dengan menempelkan ujung alat ini pada permukaan gigi yang telah diberi gulungan kapas yang dibasahi dengan superoxol. 4. Pemutihan gigi dilakukan selama 30-60 detik. Ulangi prosedur ini sebanyak 3 kali.
5. Kapas dilepas, gigi dibilas dengan air hangat, buka ikatan dental floss, lepaskan Karet isolator, bersihkan sisa pasta pelindung mulut. 6. Suruh pasien menyikat gigi kemudian lakukan pemolesan. 7. Pasien disuruh datang 1 minggu kemudian, bila belum memuaskan prosedur bleaching diulang
2. Bleaching Teknik Mouthguard Teknik ini biasanya dipakai pada perubahan yang ringan, dianjurkan sebagai teknik pemutihan di rumah, biasa disebut juga teknik pemutihan dengan matriks. Teknik ini dapat dilakukan pada malam hari saat tidur disebut nightguard vital bleaching atau dipakai pada siang hari.Prosedur mouthguard
bleaching
adalah
sebagai
berikut
(Walton
&
Torabinejab,1996) : 1. Pasien diberi penjelasan, lakukan profilaksis, dibuat foto permulaan dan selama perawatan. 2. Gigi dicetak, dibuat model lengkung rahang dari gips batu. Dua lapis relief die diulaskan pada bagian bukal cetakan gigi untuk membentuk reservoir bagi bahan pemutih. 3. Matriks plastik lunak setebal 2 mm dibuat dan dirapikan dengan gunting sampai 1mm melewati tepi ginggiva.
4. Mouthguard dicoba pada mulut, lalu diangkat dan bahan pemutih dimasukkan Ke dalam ruangan dari setiap gigi yang akan diputihkan. Kemudian Mouthguard dipasang atas gigi dalam mulut dan kelebihan bahan pemutih gigi dibuang. 5. Pasien harus dibiasakan menggunakan prosedur ini, biasanya 3-4 jam sehari dan bahan pemutih diisi kembali setiap 30-60 menit. 6. Perawatan dilanjutkan selama 4-24 minggu, pasien diperiksa setiap 2 minggu.
3. Teknik Bleaching pada Gigi Vital yang Berubah Warng karena Fluorosis Untuk memperbaiki pewarnaan karena fluorosis ini, cara yang lebih efektif adalah teknik asam hidroklorik-pumis yang terkontrol atau disebut teknik pumis asam. Sebetulnya cara ini bukan cara pemutihan gigi murni (oksidasi), melainkan suatu teknik dekalsifikasi dan pembuangan selapis tipis email yang berubah warna (Walton & Torabinejab, 1996). (Ayu Jembar Sari)
2.1.3 Bahan Pemutih Gigi Kandungan utama bahan pemutih gigi tergantung dari produsen pembuatnya, diantaranya hidrogen peroksida, karbamid peroksida atau urea
peroksida atau sistem non hidrogen peroksida yang mengandung sodium klorida, oksigen dan natrium fluorida. Beberapa produk mengandung bahan tambahan potasium nitrat dan fluor untuk membantu mengurangi sensitivitas gigi.3,19,20 Bahan pemutih gigi yang umum dipakai adalah hidrogen peroksida dengan berbagai konsentrasi. Natrium perborat dan karbamid peroksida merupakan bahan kimia yang sedikit demi sedikit mengalami degradasi dan melepaskan hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida dan karbamid peroksida diindikasikan untuk pemutihan secara eksternal sedangkan natrium perborat dipakai untuk pemutihan secara internal.14 Perawatan home bleaching biasanya menggunakan karbamid peroksida dengan konsentrasi 10%-22%, sedangkan in office bleaching biasanya menggunakan hidrogen peroksida dengan konsentrasi 35%-50%. Bleaching juga dapat menggunakan karbamid peroksida konsentrasi tinggi untuk in office bleaching ataupun hidrogen peroksida konsentrasi rendah untuk home bleaching.6 a. Hidrogen Peroksida Hidrogen peroksida merupakan senyawa kimia reaktif yang mengandung unsur hidrogen dan oksigen (H2O2). Bentuk murni berupa likuid tidak berwarna dan bentuk sediaan komersial berupa larutan dalam air yang mengandung 33-37% hidrogen peroksida murni dan bahan lainnya untuk mencegah produk mengalami dekomposisi.1 Hidrogen peroksida relatif tidak stabil dan mengalami dekomposisi secara perlahan serta melepaskan oksigen. Hidrogen peroksida dapat larut dalam air dan menyebabkan suasana asam. Hidrogen peroksida tersedia dalam berbagai konsentrasi namun yang paling banyak digunakan adalah konsentrasi 30-35%. Hidrogen peroksida bersifat kaustik dan dapat membuat jaringan terbakar jika terjadi kontak. Hidrogen peroksida juga melepaskan radikal bebas yang toksik, anion perhidroksil, ataupun keduanya. Larutan hidrogen peroksida dengan konsentrasi tinggi harus ditangani dengan hati-hati karena bersifat tidak stabil secara termodinamis dan dapat meledak kecuali jika disimpan dalam lemari pendingin dan dimasukkan dalam wadah yang gelap.4,6 b. Karbamid Peroksida
Karbamid peroksida disebut juga urea peroksida karena kombinasi urea dan hidrogen peroksida. Karbamid peroksida tidak berwarna, tidak berbau, tidak toksik, dan berbentuk Kristal putih yang dapat larut dalam alkohol, eter dan air. Karbamid peroksida dapat digunakan dalam dua konsentrasi, yaitu konsentrasi tinggi (30-50%) yang dipakai untuk metode in office bleaching dan konsentrasi rendah (10-16%) yang digunakan untuk metode home bleaching.20 Karbamid peroksida telah digunakan sebagai bahan pemutih gigi sejak tahun 1989 dan merupakan bahan yang sering dipakai dalam perawatan pemutihan gigi vital menggunakan teknik home bleaching. Pemutihan gigi menggunakan karbamid peroksida 10% disetujui di beberapa negara besar seperti Amerika (ADA), Kanada (FDA) dan Eropa (SCCNFP) karena lebih aman, murah dan efektif untuk pemutihan gigi vital.3,20 Bahan pemutihan gigi dengan karbamid peroksida biasanya juga mengandung gliserin atau propilen glikol, sodium stanat, asam fosfat atau asam sitrat, dan zat perasa tambahan. Dalam beberapa bahan, karbopol, polimer asam poliakrilat yang larut air, ditambahkan sebagai bahan pengental serta untuk memperpanjang waktu penyimpanan. Karbopol juga dapat menambah kekentalan dan daya lekat serta memperlambat proses pelepasan oksigen dari karbamid sehingga memungkinkan oksigen bereaksi lebih lama dengan bahan yang menyebabkan pewarnaan.6,20 Karbamid peroksida memiliki rumus kimia CO(NH2)2.H2O2 yaitu senyawa organik terdiri dari hidrogen peroksida dan urea 1:1. Sedangkan karbamid peroksida merupakan keadaan dimana hidrogen peroksida dalam keadaan lebih stabil. Pada karbamid peroksida 10% mengandung 3,6% hidrogen peroksida dan 6,4% urea, sedangkan pada 35% karbamid peroksida setara dengan 12% hidrogen peroksida.1,20 Urea dalam karbamid peroksida berperan sebagai penstabil agar efek bahan tersebut lebih panjang dan berperan memperlambat proses pelepasan hidrogen peroksida. Agar efek karbamid peroksida maksimal, dibutuhkan waktu yang lamauntuk berkontak dengan gigi. Urea dalam karbamid peroksida dengan berat molekul yang rendah dapat bergerak bebas ke dalam email dan dentin pada saat proses degradasi ammonia, dan karbondioksida akan dilepas sehingga akan
meningkatkan pH. Proses buffer dapat meningkatkan efek pemutihan karena produksi ion perhidrol meningkat sehingga proses oksidasi juga akan bertambah. Selain itu, urea juga mempunyai efek pembersih untuk menetralkan asam dan menghilangkan noda-noda pada gigi. 6,19,20 Perbedaan penting dari hidrogen peroksida dan karbamid peroksida adalah tingkat kecenderungan melepas peroksida. Urea menstabilkan karbamid peroksida sehingga lebih lambat terurai menjadi peroksida daripada hidrogen peroksida. Karbamid peroksida melepaskan sekitar 50% peroksida dalam dua jam pertama, kemudian sisanya dilepaskan selama 6 jam kedepan. Hidrogen peroksida akan terurai melepaskan peroksida sepenuhnya dalam waktu sekitar satu jam pertama sehingga diperkirakan hidrogen peroksida dapat berefek lebih besar terhadap pulpa dibanding karbamid peroksida.12,19
INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI Bleaching ekstrakoronal Indikasi: Dilakukan pada gigi yang masih vital. Pewarnaan yang terjadi di sebabkan oleh tetrasiklin atau plak. Kontraindikasi Bleaching Kontraindikasi bleaching ada 2 jenis diantaranya :
Kontraindikasi general (karena kondisi fisik) o Wanita hamil Karena jika bleaching dilakukan pada wanita hamil, dapat meningkatakan efek emetik (muntah) o Anak – anak Biasanya anak – anak tidak kooperatif dengan operator atau tim medis, sehingga menyusahkan untuk membuka mulut terlalu lama, dan berujung pada tidak lancarnya proses bleaching.
o Perokok Berat Karena mudah relaps (kembali seperti semula warna giginya) atau tidak berhasil dalam proses bleaching karena oral hygiene yang tidak dijaga. o Peminum Berat Proses bleaching tidak mudah berhasil karena oral hygiene yang tidak dijaga, serta menyebabkan relaps.
Kontraindikasi Lokal o Resesi Gingiva Resesi gingiva (menurunnya gingiva dikarenakan tekanan, scalling, atau prosedur perawatan) menyebabkan tidak adanya sulcus gingiva pada jaringan periodontal.
Hal ini menyebabkan dentin terbuka.
Kalsium peroksida yang berpaparan langsung dengan dentin menyebabkan efek abrasi yang iritatif, karena langsung masuk ke tubulus dentin. Sehingga menyebabkan gigi ngilu berlebihan. o Terdapat sariawan, gingivitis, dan periodontitis Bahan bleaching mengandung Natrium perbonat yang bersifat alkali sehingga bersifat iritatif jika digunakan pada kasus periodontitis atau kelainan mukosa lainnya. o Karies Sekunder Karies sekunder memperburuk keadaan karena efeknya bertolak belakang dengan bleaching.
Bleaching dilakukan dengan maksud
pemutihan pada gigi, tetapi karies sekunder yang berlangsung terus menerus justru mengubah warna gigi dan sebagai sumber bakteri (oral hygiene buruk) o Lesi pada email Lesi pada email menyebabkan perubahan warna gigi yang terus menerus (white spot and black spot) sehingga proses bleaching tidak berjalan dengan baik. o Alergi Peroksida
Peroksida merupakan bahan oksidator kuat.
Bahan ini mudah
menguap dapat menyebabkan efek mual, emetik (muntah) pada pasien. Sehingga proses bleaching tidak berlangsung dengan baik.
BAHAN- BAHAN BLEACHING GIGI VITAL Perubahan warna yang terjadi dapat diakibatkan oleh perdarahan karena trauma, preparasi kavitas ruang pulpa yang tidak baik, obat-obatan sterilisasi saluran akar, bahan pengisi saluran akar, maupun penggunaan bahan tumpatan Bahan pemutih melalui intra korona merupakan oksidator / reduktor yang kuat karena daya penetrasi yang kuat untuk menembus bahan organik pada tubuli dentin dan interprismatik enamel Sifat self limiting dan tidak residual yang dipakai yaitu Hidrogen Peroksida, Sodium Perborat dan Karbamid Peroksida.
Hidrogen Peroksida Hidrogen peroksida dikenal sebagai dihidrogen dioksida, hidrogen dioksida, oksidol dan peroksida, dengan rumus kimia H2O2, pH 4.5, cairan bening, tidak berwarna dan tidak berbau, dan lebih kental dari air. Memiliki sifat oksidator yang sangat kuat dan digunakan sebagai bahan pemutih, juga sebagai desinfektan. Hidrogen peroksida relatif tidak stabil dan mengalami dekomposisi secara perlahan dan melepaskan oksigen. Hidrogen peroksida dapat larut dalam air dan menyebabkan suasana asam, dan pH dipengaruhi oleh konsentrasinya, untuk pH 1 % larutan adalah 5.0-6.0. Hidrogen peroksida dapat terurai menjadi air dan oksigen secara spontan dengan reaksi sebagai berikut :
2 H2O2 → 2 H2O + O2 + Energi Bahan pemutih ini yang paling sering digunakan, tidak berwarna, viskositas rendah, merupakan oksidator kuat sehingga dalam penggunaannya harus hati-hati, jangan tertelan / terinhalasi. Contoh Superoxol, merupakan bahan pemutih yang mengandung 30 % H2O2, , dapat menyebabkan luka kulit Bahan ini dapat rusak /
terurai oleh cahaya sehingga perlu tempat penyimpanan yang sejuk dan kedap cahaya. Secara keseluruhan bahan pemutih hidrogen peroksida aman digunakan apabila dipakai dalam batas konsentrasi yang diawasi, waktu yang tidak terlalu lama (bila konsentrasi tinggi) dan dalam suatu interval waktu perawatan tertentu. Berbagai persyaratan di atas menjadikan pemutihan gigi vital dapat dilakukan. Hidrogen peroksida dalam berbagai konsentrasi merupakan bahan utama yang digunakan pada proses pemutihan. Pada teknik in-office untuk gigi vital dan walking bleach untuk gigi non vital, biasa digunakan hidrogen peroksida dengan konsentrasi 30-35%. Beberapa produk OTC menggunakan hidrogen peroksida 6% tersedia dalam bentuk pasta.
Sodium Perborat, bentuk granular NaBO3 Natrium perborat dengan rumus kimia NaBO3 berwarna putih, tidak berbau dan dapat larut dalam air. Natrium perborat digunakan sebagai bahan pemutih untuk pemutihan gigi non vital secara intrakoronal. Bahan ini juga memiliki sifat antiseptik dan dapat bertindak sebagai disinfektan. Natrium perborat dapat diperoleh dalam bentuk bubuk. Bahan ini bersifat alkali, lebih mudah dikontrol dan lebih aman daripada cairan hidrogen pekat. Natrium perborat mengandung kira-kira 95 % perborat dalam 9,9 % oksigen.
Ketika natrium
perborat bereaksi dengan air akan membentuk sebuah basa kuat dengan reaksi sebagai berikut :
NaBO3.H2O2 + H2O2 + H2O------- NaOH + HBO2 + H2O2 Hidrogen peroksida sebagai bahan pemutih dan pengurai yang membebaskan oksigen, reaksinya sebagai berikut : 2H2O2 ---------2H2O + O2 Penggunaan bahan campuran superoxol dengan sodium perborat, lebih efektif efeknya untuk pemutihan gigi. Komplikasi penggunaan bahan pemutih yang
ceroboh, menimbulkan iritasi pada gingival dan akan menyebabkan resorbsi akar external dan kebocoran mikro pada restorasi komposit
Karbamid Peroksida / Urea hidrogen Peroksida
Karbamid peroksida, juga dikenal sebagai hidrogen peroksida urea, perhydrol urea dan perhydelure. dengan rumus kimia CH6N2O3, atau CH4N2O.H2O2 dapat diperoleh dalam berbagai konsentrasi antara 3 sampai 15%. Preparat komersial yang terkenal mengandung kira-kira 10% karbamid peroksida dengan pH rata-rata 5 sampai 6,5. Karbamid peroksida merupakan kristal yang berwarna putih, tidak toksik. Kandungan bahan pemutih gigi yang utama adalah karbamid peroksida sebagai unsur aktif 10-15%, dan sisanya sekitar 85% adalah unsur non aktif terdiri dari glyserin atau propilen glikol, sodium stannate, bahan penyegar dan lain-lain. Karbamid peroksida dapat mengandung karbopol (polimer karboksipolimetilen) sebagai campuran. Bahan ini dapat menambah kekentalan dan daya lekat serta memperlambat proses pelepasan oksigen dari karbamid sehingga memungkinkan oksigen bereaksi lebih lama dengan bahan yang menyebabkan pewarnaan. Sejumlah asam akan ditambahkan untuk mengurangi pH antara 5.0-6.5 yang akan meningkatkan shelf life. Rendahnya pH ini diperdebatkan karena meningkatkan kemungkinan rusaknya email dan dentin. Batas pH kritis yang ditetapkan untuk etsa email adalah 5.2-5.8 sedangkan untuk dentin 6.0-6.8. Karbamid peroksida memiliki struktur formula sebagai berikut
Dalam beberapa preparat, ditambahkan carbopol, suatu resin yang larut dalam air, untuk memperlama pelepasan peroksida aktif dan meningkatkan masa penyimpanannya. Karbamid peroksida 10% akan terurai menjadi urea, amonia, karbondioksida, dan sekitar 3,5% hidrogen peroksida. Dalam 10 % larutan encer carbamid peroxide paling banyak digunakan pada home bleaching. Bahan ini dapat dipecah lagi menjadi 3,35 % larutan hydrogen peroxide ( H2O2) dan 6,65 % larutan ure (CHN2O). Untuk produk karbamid peroksida dengan konsentrasi lebih dari 10% dianjurkan tidak digunakan di luar tempat praktek dokter gigi berdasarkan faktor keamanan dan efektifitas oleh ADA. Pemutihan gigi menggunakan karbamid peroksida 10% juga telah disetujui di beberapa negara besar seperti Amerika (ADA), Canada (FDA) dan Eropa (SCCNFP) karena lebih aman, murah dan efektif untuk pemutihan gigi vital. Beberapa penelitian mengenai karbamid peroksida 10% menyatakan bahwa bahan ini membutuhkan waktu lebih lama tetapi akan memutihkan gigi sama dengan konsentrasi tinggi, tanpa perubahan ireversibel terhadap pulpa.
Penggunaan bahan dengan
konsentrasi 30%-50% untuk in office bleaching, ternyata efektif, sedangkan pada konsentrasi10%-16% diginakan untuk pemutihan ekstra korona Efektivitas bahan pemutih intra korona dipengaruhi oleh pH, konsentrasi, suhu, waktu dan penyimpanan. Pada pH basa, proses oksidasi lebih aktif. Penggunaan bahan dengan konsentrasi tinggi prosesnya lebih cepat namun perlu hati-hati kemungkinan dapat menyebabkan kaustik pada jaringan lunak. Pengaruh adanya kenaikan suhu tinggi atau pemanasan / energi cahaya menyebabkan reaksinya lebih cepat. Adanya kontak bahan pemutih yang lama hasilnya lebih baik. Sistem karbamid peroksida digunakan pada pemutihan eksterna dan dikaitkan dengan berbagai kerusakan gigi dan jaringan lunak di sekitarnya ( biasanya ringan). Material ini dapat mempengaruhi kekuatan resin komposit serta penutupannya dan meningkatkan proses korosi amalgam. Oleh karena itu, material ini harus dipakai dengan sangat hati-hati, biasanya dibawah pengawasan ketat dokter gigi. sumber ( Martin Dunitz. Bleaching technigues in restorative dentistry. Alih bahasa Linda Greenwall. Cetakan 1, London,2004 :30 – 44)
Bahan-bahan Bleaching
Bahan pemutih gigi dapat berperan sebagai oksidator atau reduktor, kebanyakan preparat yang tersedia adalah oksidator. Macam-macam bahan-bahan pemutih gigi adalah sebagai berikut (Grossman, 1998; Walton & Torabinejab, 1996) : 1.
Hidrogen
peroksida
Hidrogen peroksida merupakan oksidator kuat dan tersedia dalam berbagai konsentrasi, yang paling umum di pakai adalah konsentrasi 30-35 %. Contoh larutan hidrogen peroksida adalah superoxol, perhidrol. Cairan ini merupakan cairan bening tidak berwarna dan tidak berbau. Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi dekomposisi hidrogen peroksida adalah: 1. 2.
Bahan Katalis,
organik seperti
tertentu,
Pd,
Fe,
Cu,
seperti Ni,
alcohol.
Cr,
Pb,
Mn
3. Temperatur, laju reaksi dekomposisi hidrogen peroksida naik sebesar 2.2 x setiap 4.
kenaikan Permukaan
10oC
(dalam
container
yang
range tidak
temperatur rata
20-100oC)
(active
surface)
5. Padatan yang tersuspensi, seperti partikel debu atau pengotor lainnya 6. Makin tinggi pH (makin
basa) laju dekomposisi
semakin
tinggi
7. Radiasi, terutama radiasi dari sinar dengan panjang gelombang yang pendek
2.
Pirozon
Pirozon adalah larutan hidrogen peroksida 25 % dalam eter 75 %. Larutan ini bersifat kaustik, mudah menguap juga baunya merangsang menyebabkan rasa mual 3.
pada
pasien.
Natrium
perborat
Natrium perborat dapat diperoleh dalam bentuk bubuk. Bahan yang masih baru mengandung kira-kira 95 % perborat dalam 9,9 % oksigen. Bahan ini bersifat
alkali, lebih mudah dikontrol dan lebih aman daripada cairan hidrogen pekat. 4.
Karbamid
peroksida
Karbamid peroksida dikenal sebagai urea hidrogen peroksida, dapat diperoleh dalam berbagai konsentrasi antara 3-15 %. Umumnya preparat ini mempunyai pH 5-6,5% dan mengandung kira-kira 10 % karbamid peroksida, biasanya mengandung gliserin atau propilen glikol, natrium stannat, asam fosfat atau asam sitrat
dan
5.
Larutan
aroma. Mc.
Innes
Larutan ini terdiri atas 5 bagian asam klorida 36 %, 5 bagian hidrogen peroksida 30 % dan 1 bagian eter, biasanya digunakan untuk menghilangkan noda pada kasus fluorosis.
6.
Natrium
peroksiborat
monohidrat
Contoh bahan ini adalah amosan, yang melepaskan oksigen lebih banyak daripada natrium perborat, diindikasikan untuk pemutihan gigi secara internal.
MANFAAT Manfaat dari bleaching yaitu dapat meningkatkan rasa percaya diri, dan efek psikologi yang ditimbulkannya. KESIMPULAN