LAPORAN KASUS
MARET 2017
PRESENTASI MUKA
OLEH : DINA ADLINA MALLAPPA N 111 14 046
PEMBIMBING : dr. Juniaty Caroline, Sp.OG
DALAM RANGKA MENYELESAIKAN TUGAS PADA BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS TADULAKO 2017
1
BAB I PENDAHULUAN Presentasi muka adalah keadaan dimana kepala dalam kedudukan defleksi maksimal sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan bagian terendah janin menghadap kebawah. Presentasi muka adalah bila dagu berada di anterior, persalinan kepala dapat berlangsung pervaginam melalui gerakan fleksi kepala (Hanifa dkk., 2006). Persentasi muka terjadi apabila sikap janin ekstensi maksimal sehingga oksiput mendekat ke arah punggung janin dan dagu menjadi bagian presentasinya. Berbeda dengan presentasi dahi, janin dengan presentasi muka masih dapat dilahirkan pervaginam apabila posisi dagunya di anterior. Sebanyak 49% kasus presentasi muka tidak terdiagnosis sebelum kala II. Pada umumnya penyebab presentasi muka adalah keadaan-keadaan yang memaksa terjadi defleksi kepala atau keadaan yang menghalangi terjadinya fleksi kepala. Penentuan letak kepala bisa dibuat secara klinis dengan pemeriksaan Leopold dan atau pemeriksaan dalam (VT), pemeriksaan USG atau Rontgen. Bila ukuran panggul normal dan kemajuan proses persalinan berlangsung normal, persalinan pervaginam pada presentasi muka dapat berlangsung secara wajar. Presentasi muka sering terjadi pada panggul sempit, maka terminasi kehamilan dengan SC sering terpaksa harus dilakukan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi
2
Presentasi muka adalah keadaan dimana kepala dalam kedudukan defleksi maksimal sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan bagian terendah janin menghadap kebawah. Presentasi muka adalah bila dagu berada di anterior, persalinan kepala dapat berlangsung pervaginam melalui gerakan fleksi kepala. Presentasi muka dikategorikan primer jika terjadi sejak kehamilan, sedang dikatakan sekunder jika terjadi saat persalinan. Pada sejumlah kasus presentasi muka dengan dagu posterior, dagu akan berputar spontan ke anterior pada persalinan lanjut. Pada letak muka, kepala dan leher janin hiperekstensi (tengadah) sehingga menyebabkan ubun-ubun kecil bayi mendekati/ menyentuh punggungnya. Bagian terbawah janin adalah wajah antara dagu dan jidat bagian atas. Sebagai penunjuk letak muka adalah dagu. Sehingga saat dilakukan pemeriksaan dalam, pemeriksa akan mencari di mana posisi dagu (sesuai posisi angka jam).
2.2 Epidemiologi Angka kejadian di beberapa rumah sakit dengan jumlah persalinan yang banyak di Indonesia sukar dibandingkan karena perbandingan antara kasus-kasus terdaftar dengan kasus-kasus tidak terdaftar berbeda-beda antara rumah sakit satu dengan rumah sakit lainnya. Letak muka terjadi 1 dalam setiap 250-690 kelahiran hidup, rata-rata 0.2% atau 1 dalam 500 kelahiran hidup secara keseluruhan. Faktor-faktor penyebab letak muka sama dengan penyebab kelainan letak secara umum serta hal-hal yang menyebabkan fleksi kepala (menunduk). Beberapa faktor yang bisa menyebabkan letak muka adalah panggul sempit dan disproporsi kepala panggul (DKP = D) berperan sekitar 1040% pada kasus letak muka. Multiparitas (banyak anak) atau perut yang besar/ longgar
3
menurunkan tonus rahim, sehingga menyebabkan letak muka. Lilitan tali pusat yang banyak atau adanya pembesaran kelenjar gondok janin menyebabkan kepala janin ekstensi (tengadah). Anencefali (janin yang nggak mempunyai batok kepala) ditemukan pada 30 kasus letak muka. Cruikshank dan White (1973) melaporkan insiden presentasi muka, yaitu satu di antara 600 kelahiran atau 0,17 persen. Dari hampir 700 kelahiran bayi tunggal di Parkland Hospital sejak 1995 sampai 1999, terdapat 36 kasus atau sekitar 1 per 2000 adalah kelahiran dengan presentasi muka (tabel 1).
2.3 Etiologi Pada umumnya penyebab presentasi muka adalah keadaan-keadaan yang memaksa terjadi defleksi kepala, seperti kesempitan panggul dengan janin yang besar, tumor di leher bagian depan atau keadaan yang menghalangi terjadinya fleksi kepala, seperti janin besar, anensefalus. Oleh karena itu, presentasi muka dapat ditemukan pada panggul sempit atau pada janin besar. Lilitan tali pusat janin, grande multipara dengan perut gantung (pendulous abdomen) juga merupakan faktor yang memudahkan terjadinya presentasi muka. Kadang-kadang presentasi muka juga dapat terjadi pada kematian janin intrauterine, akibat otot-otot janin yang telah kehilangan tonusnya.
2.4 Diagnosis Penentuan letak kepala bisa dibuat secara klinis dengan pemeriksaan Leopold dan atau pemeriksaan dalam (VT), pemeriksaan USG atau Rontgen.
4
Saat dilakukan pemeriksaan Leopold, penonjolan kepala berada pada sisi yang sama dengan punggung janin serta adanya indentasi (cekung) diantara kedua bagian tersebut. Pemeriksaan abdomen dengan maneuver Leopold akan teraba lekukan antara oksiput dan punggung janin (sudut Fabre). Pada presentasi muka, tubuh janin berada dalam keadaan ekstensi sehingga pada pemeriksaan luar dada akan teraba seperti punggung. Bagian kepala yang menonjol, yakni belakang kepala terletak berlawanan dengan letak dada. Didaerah dada dapat teraba bagian-bagian kecil janin dan denyut jantung janin terdengar lebih jelas pada dada. Pemeriksaan vagina harus dilakukan dengan hati-hati sehingga tidak melukai mata dan mulut janin. Pada pemeriksaan vagina, bila muka sudah masuk ke dalam rongga panggul, jari pemeriksa dapat meraba muka, mulut dan tulang rahang atas, hidung dan pinggir orbita (orbital ridges), jari tangan mudah dimasukkan ke mulut janin. Dagu dapat sebagai indikator posisi janin. Kita harus dapat membedakan dagu anterior dan dagu posterior. Kadang perlu dibedakan dengan presentasi bokong dimana dapat teraba adanya anus dan tuber-ischiadica yang sering keliru dengan mulut dan tulang rahang atas. Adanya kaput suksedaneum menyulitkan pemeriksaan sehingga muka kadang dikacaukan dengan bokong. Pemeriksaan radiologis dan USG dapat menampakkan gambaran hiperekstensi kepala yang jelas dan tulang muka diatas pintu atas panggul.
2.5 Mekanisme persalinan pada presentasi muka Biasanya sering terjadi persalinan lama. Kepala bisa lahir spontan apabila presentasi dagu anterior dan fleksi. Presentasi dagu posterior kepala tidak akan turun
5
dan persalinan menjadi macet. Presentasi muka jarang terjadi bila kepala masih diatas pintu atas panggul (PAP). Umumnya diawali dengan presentasi dahi yang kemudian pada proses desensus berubah menjadi presentasi muka. Mekanisme persalinan terdiri dari desensus – putar paksi dalam – fleksi – ekstensi dan putar paksi luar. Mekanisme persalinan pada presentasi muka mentoposterior, yaitu terjadi putar paksi dalam sehingga dagu berputar ke anterior dan lahir pervaginam. Mekanisme persalinan diawali dengan penurunan kepala melalui pintu atas panggul dengan sikumferensia trakeo-parietalis dan dagu melintang atau miring. Setelah muka mencapai dasar panggul terjadi putar paksi dalam, sehingga dagu memutar ke depan dan berada di bawah arkus pubis. Dengan daerah submentum sebagai hipomoklion, kepala lahir dengan gerakan fleksi sehingga dahi, ubun-ubun besar dan belakang kepala lahir melewati perineum. Setelah kepala lahir terjadi putaran paksi luar dan badan janin lahir seperti pada presentasi belakang kepala. Kalau dagu berada di belakang, pada waktu putaran dalam dagu harus melewati jarak yang lebih jauh supaya dapat berada di depan. kadang-kadang dagu tidak dapat berputar ke depan dan tetap berada di belakang (kira-kira 10%). Keadaan ini dinamakan posisi mento posterior persistens dan janin tidak dapat lahir spontan, kecuali bila janin kecil atau mati. Kesulitan kelahiran pada presentasi muka dengan posisi mento posterior ini disebabkan karena kepala sudah berada dalam defleksi maksimal dan tidak mungkin menambah defleksinya lagi, sehingga kepala dan bahu terjepit dalam panggul dan persalinan tidak akan maju. Oleh karena itu, bila dijumpai presentasi muka dagu di belakang perlu segera dilakukan tindakan segera untuk menolong persalinan. Gerakan persalinan pada letak muka tidak mirip sepenuhnya dengan persalinan letak belakang kepala. Janin letak muka memulai persalinan dengan posisi alis duluan. Saat turun ke rongga panggul, maka kepala bisa fleksi atau ekstensi. Gerakan
6
selanjutnya mirip dengan persalinan normal. Untungnya janin dengan letak muka posisi dagunya 60-80% di bagian depan (posisi jam 9 - jam 3), dagu melintang 1012% dan dagu di belakang (jam 3 - jam 9) hanya 20-25%. Janin dengan dagu melintang biasanya akan berputar ke arah depan dan sekitar 25-33% dagu di belakang akan berputar ke depan.
2.6 Penatalaksanaan Bila ukuran panggul normal dan kemajuan proses persalinan berlangsung normal, persalinan pervaginam pada presentasi muka dapat berlangsung secara wajar. Presentasi muka sering terjadi pada panggul sempit, maka terminasi kehamilan dengan SC sering terpaksa harus dilakukan. Usaha untuk merubah presentasi muka menjadi presentasi belakang kepala, pemutaran posisi dagu posterior menjadi dagu anterior secara manual atau dengan cunam, serta dengan versi ekstraksi tidak boleh dikerjakan. -
Pastikan tidak ada D Bila dagu beraada di depan, tunggu partus spontan dan bila dagu berada di belakang, beri kesempatan dagu untuk memutar ke depan. Apabila pada saat kala II dagu tetap dibelakang (posisi mentoposterior persistens) maka sebaiknya dilahirkan
-
perabdominal. Perasat Thorn, yaitu dengan kepala bagian belakang dipegang oleh penolong yang dimasukkan ke vagina lalu tarik ke bawah, sedangkan tangan yang lain dari luar berusaha meniadakan ekstensi dada. Syarat Perasat Thorn adalah: a) Dagu harus berada di belakang, sebab bila dagu berada di depan akan terjadi presentasi belakang kepala dengan ubun-ubun kecil di belakang yang tidak lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan presentasi muka dengan dagu di depan b) Kepala belum jauh masuk panggul dan msaih mudah didorong ke atas.
7
Penanganan proses persalinan mengikuti pola seperti letak belakang kepala. Lamanya proses persalinan biasanya juga mengikuti letak belakang kepala, tetapi terkadang ada juga persalinannya yang memanjang. Selagi tidak ditemukan bahaya pada janin dan atau ibu maka persalinan bisa diteruskan. Indikasi untuk melakukan ekstraksi cunam pada presentasi muka adalah dapat berasal dari ibu, dari janin atau bila kala II telah berlangsung lebih dari 2 jam. Disamping syarat-syarat umum yang berlaku untuk penggunaan cunam, pada presentasi muka dagu harus sudah berada di depan. Indikasi untuk melakukan seksio sesarea (SC) pada presentasi muka adalah: posisi mento posterior persistens, kesempitan panggul dan kesulitan turunya kepala dalam rongga panggul. SC dilakukan jika persalinan macet/ terhenti atau pola denyut jantung bayi yang tidak baik. Angka kesuksesan letak muka lahir secara normal pervaginam sekitar 60-70%, sisanya dilahirkan dengan SC. Jika persalinan macet dengan pembukaan lengkap, maka dapat dilakukan bantuan persalinan dengan cunam/ forsep. Trauma janin akibat persalinan normal letak muka berupa pembengkakan tenggorokan dan kerongkongan bayi akan segera hilang sesaat setelah lahir. Pada kasus dengan tumor di leher kadang diperlukan intubasi (memasukkan tube ke jalan nafas) sehingga persalinan harus selalu di dampingi oleh dokter anak.
2.7 Prognosis Pada umumnya persalinan pada presentasi muka berlangsung tanpa kesulitan. Hal ini dapat dijelaskan karena kepala masuk ke dalam panggul dengan sirkumferensia trakeloparietale yang hanya sedikit lebih besar daripada sirkumferensia suboksipitobregmatika. Tetapi kesulitan persalinan dapat terjadi karena adanya kesempitan
8
panggul dan janin yang besar merupakan penyebab terjadinya presentasi muka tersebut. Di samping itu dibandingkan dengan letak belakang kepala, muka tidak dapat melakukan dilatasi serviks secara sempurna dan bagian terendah harus turun sampai ke dasar panggul sebelum ukuran terbesar kepala melewati pintu atas panggul. Dalam keadaan dimana dagu berada di belakang, prognosis kurang baik bila dibandingkan de gan dagu di depan karena dalam keadaan tersebut janin yang cukup bulan tidak mungkin dapat lahir per vaginam. Angka kematian perinatal pada presentasi muka ialah 2,5%-5%. BAB III LAPORAN KASUS I.
II.
Identitas Pasien Nama
: Ny. I
Umur
: 19 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Marawola
Agama
: Islam
Suku
: Kaili Tara
Pendidikan
: -
Berat Badan
: 42 kg
Tinggi Badan
: 143 cm
MRS tanggal
: 05 Februari 2017
Anamnesis Keluhan Utama : Keluar air dari jalan lahir Riwayat Penyakit Sekarang Os kiriman puskesmas marawola dengan G1P0A0 Aterm/ Tunggal/ Hidup/ Intrauterin letak bokong dengan inpartu kala I fase aktif (pembukaan 8cm), mengeluh keluar air dari jalan lahir sejak pukul 04.00 (05-02-2017). Pelepasan darah (-), lendir (+). Pasien juga mengelu adanya nyeri perut tembus belakang yang dirasakan sejak 1 hari SMRS. Sakit Kepala (-), pusing (-), mual (-), muntah (-). BAK (+), BAB (+)
9
Kronologis: TD: 120/70 mmHg, FN: 88x/mnt, FP: 20x/mnt, T: 36,8oC TFU: 29 cm, His: 3x10~40” VT : pembukaan 10 cm, ketuban (-), teraba bokong, penurunan H1 Hari pertama haid terakhir : lupa Taksiran persalinan : ANC: Tidak Pernah di lakukan Riwayat Perkawinan: suami pertama, menikah satu kali telah berlangsung 2 tahun Riwayat Kehamilan: 1.
Kehamilan ini
Riwayat Kontrasepsi: Tidak Ada Rencana Kontrasepsi: Tidak Ada Riwayat Penyakit Dahulu Pasien tidak memiliki riwayat terkena penyakit berat. Riwayat DM (-), asma (-), hipertensi (-). Riwayat Penyakit Keluarga Keluarga pasien tidak memiliki riwayat terkena penyakit berat. Riwayat DM (-), asma (-), hipertensi (-). Riwayat alergi : tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan, makanan dan cuaca. III. Pemeriksaan Fisik Status Generalis •
Keadaan Umum : baik
•
Kesadaran
: E4V5M6
•
TD
: 120/70 mmHg
•
Nafas
: 20 x/menit
•
Nadi
:88 x/menit
•
Suhu
: 36,8’ C
Mata
: anemis(-/-) ikterus (-/-)
Cor -Pulmo
: C: S1S2 tunggal, regular, M(-), G(-). P : vesikuler +/+, Rh -/-, Wh -/-
Status obstetri
L1 : bokong 10
L2 : punggung kiri
L3 : kepala
L4 : belum masuk PAP
TFU : 29 cm
TBJ : 2635 gr
His : 4 x 35~40”
BJF : 153x/menit
Pemeriksaan Dalam VT : pembukaan 10 cm, ketuban (-), teraba bokong dan kaki, penurunan H1,teraba anus. IV. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan lab: DL, HbsAg Hasil Pemeriksaan lab: HB : 10,9 gr% WBC : 20.00/mm3 PLT : 250.000/mm3 HCT: 30,5 HbsAg : (+) V.
Resume Pasien rujukan dari PKM Marawola dengan G1P0A0 gravid aterm + letak bokong datang dengan keluhan adanya pelepasan air(+) yang dirasakan sejak tadi subuh (pukul 04.00), pelepasan lendir (+), darah (-). Disertai nyeri perut tembus belakang yang dirasajak sejak 1 hari SMRS. Dari pemeriksaan Fisik ditemukan :
TD : 120/70 mmHg, Pemeriksaan Leopold : L1 teraba kepala, L2 punggung kiri, L3 teraba
bokong , L4 belum masuk PAP Pemeriksaan Dalam : Ø 10 cm, ketuban (-),teraba kaki disebelah bokong, teraba anus, penurunan H1.
Pemeriksaan Laboratorium :
HB : 10,9 gr% ; WBC : 20.00/mm3 ; PLT : 250.000/mm3 HCT: 30,5 11
HbsAg : (+) VI. Diagnosis Pre Operatif G1P0A0, gravid aterm + pembukaan lengkap dengan letak bokong sempurna + D +KPD + HbsAg positif
VII. Penatalaksanaan
Observasi keadaan umum ibu dan janin
Lapor Supervisor, advis: Cito SC, Injeksi Ceftriaxone 1 g/12 jam/IV, Injeksi Dexametahsone 5mg/IV/12 J.
VIII.
Laporan Operasi Posisikan pasien supinasi dibawah pengaruh anestesi spinal Disinfeksi daerah operasi dengan kasa steril dan betadine Memasang duk steril Insisi abdomen dengan metode pfanenstiel lapis demi lapis
o o o o
menembus secar tajam dan tumpul , kontrol perdarahan o Insisi SBR lapis demi lapis menembus secara tajam dan tumpu, o o
IX.
kontrol perdarahan Ketuban berwarna kehijauan, dan volumenya banyak Bayi dilahirkan dengan presentasi muka dengan cara meluksir
kepala o Plasenta dilahirkan dengan manual dan lengkap o Berikn oxytocin sebanyak 2 ampul o Eskplorasi dan bersihkan cavum uteri o Jahit uterus lapis demi lapis, kontrol perdarahan o Bersihkan luka dan tutup luka dengan kasa steril dan betadine o Operasi selesai o Diagnosis Post Operatif P1A0, Post SC a/i Letak Muka + D+KPD + HbsAg positif
Waktu Tgl 05 Februar i 2017
S Nyeri perut>>
O L4 : 3/5 His : 3x10’~45” BJF : 153x/menit
A G1P0A0 letak bokong sempurna inpartu kala I fase
P Observasi Keadaan ibu dan janin
12
VT : Ø 10 cm, Ketuban (-), teraba hidung, mulut dan mata, denominator dagu kanan posterior, tidak teraba bagian kecil dan tali pusat janin.
Pukul 17.30
aktif + KPD
Lapor SPV, Usul SC
17.40
Lapor supervisor : Usul : SC Advis: setuju SC
19.40
SC dimulai
09.45
Lahir bayi perempuan, 3750 g, 57 cm, A-S 6-8, mata dan mulut edema (+), cairan ketuban kehijauan Placenta lahir manual, lengkap
11.45
Pasien merasa lemas
TD : 110/70 mmHg FN : 80 x/mnt FP : 20 x/mnt T : 36,8 C Asi : +/ + Kontraksi : baik TFU: 1 jari di bawah pusat, PPV (+) Lokia (+)
2 jam post SC, P1A0 Post SC a/i letak muka+ KPD +D +HbsAg Positif
Ibu pindah ke Nifas (Matahari) Inj. Ceftriaxone 1g/12J/IV
Tgl 06 Februar i 2017
Keluhan Nyeri luka OP (+), PPV (+), NUH (+), BAK (+) BAB (-)
TD : 110/70 mmHg FN : 80 x/mnt FP ; 20 x/mnt T : 36,8 C Asi : +/ + Kontraksi : baik TFU: 3 jari di bawah pusat, PPV (+) Lokia (+)
P1A0, post sc H1 a/i Letak Muka+ KPD+D +HbsAg Positif
Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam Inj. Ranitidin 1 amp/12 jam Inj. As. Traneksamat 1 amp/ 8 jam Inj. ketorolak 1amp/8 jam Injeksi Dexametahsone 5mg/IV/12 J Mobilisasi
Keluhan Nyeri luka OP (+),
TD : 100/70 mmHg FN : 78 x/mnt FP ; 20 x/mnt
P1A0, post sc H2 a/i Letak Muka + KPD+D +
Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam Inj. Ranitidin 1
Pukul 07.00
Tgl 07 Februar i 2017
13
Pukul 07.00
Tgl 07 Februar i 2017 Pukul 07.00
PPV (+), NUH (+), BAK (+) BAB (-)
T : 36,6 C Kontraksi : bagus Kontraksi : bagus TFU: 3 jari di bawah pusat, Perdarahan aktif (-)
HbsAg Positif
amp/12 jam Inj. As. Traneksamat 1 amp/ 8 jam Inj. ketorolak 1amp/8 jam Injeksi Dexametahsone 5mg/IV/12 J Mobilisasi
Keluhan Nyeri luka OP (-), PPV (+), NUH (-), BAK (+) BAB (+)
TD : 100/70 mmHg FN : 78 x/mnt FP ; 20 x/mnt T : 36,6 C Kontraksi : bagus Kontraksi : bagus TFU: 3 jari di bawah pusat, PPV (+) Luka OP kering (+)
P1A0, post sc H3 a/i Letak Muka+ KPD+D+ HbsAg Positif
Aff Infus Aff Kateter Ganti Verban Obat oral: Cefadroxil 3x 500mg Asam Mefenamat 3x 500 mg Hemafort 1x1 tablet Kontrol Polik KIA
14
BAB IV PEMBAHASAN
Pada kasus ini, pasien adalah seorang perempuan umur 19 tahun. Pasien saat ini sedang mengandung anak pertama. Pada kasus ini berdasarkan pemeriksaan luar (Leopold) didapatkan bahwa janin berada dalam posisi letak bokong sempurna punggung kiri dan kepala sudah masuk pintu atas panggul. Pada pemeriksaan luar juga didapatkan bahwa tinggi fundus uteri (TFU) adalah 29 cm sehingga taksiran berat janin (TBJ) adalah 2635 gram. Untuk memastikan pemerisaan luar, maka dilakukan pemeriksaan dalam (VT), yang didapatkan pembukaan serviks 10 cm, ketuban (-), teraba kaki disebelah bokong, juga teraba anus, penurunan H1. Berdasarkan pemeriksaan ini didapatkan bahwa posisi janin dalam keadaan bokong sempurna. Bokong sempurna adalah letak sungsang dimana kedua kaki dan tangan menyilang sempurna dan disamping bokong dapat diraba kedua kaki. Dari kasus ini yang menjadi faktor risiko letak sungsng adalah faktor anatomi ibu. Pada pasien ini, tinggi badan adalah 143 cm. Ibu bertubuh pendek < 150 cm yang biasanya berkaitan dengan malnutrisi dan terjadinya deformitas panggul merupakan risiko tinggi dalam persalinan, tinggi badan < 150 cm berkaitan dengan kemungkinan panggul sempit. Tinggi badan Ibu < 145 cm terjadi ketidakseimbangan antara luas panggul dan besar kepala janin ..
Beberapa faktor yang bisa menyebabkan letak muka adalah panggul sempit dan disproporsi kepala panggul (DKP = D) berperan sekitar 10- 40%. Keadaan lain yang dapat menyebabkanletak sungsang gemelli, multiparitas, hidrosefalus, hidroamnion, dan plasenta previa. Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relative berkurang.
Diagnosis letak sungsang ditegakkan berdasarkan pemeriksaaan luar, pemeriksaan dalam dan pemeriksaan penunjang, seperti Ultrasonography (USG), termasuk juga Magnetic Resonance Imaging (MRI). Pada kasus ini diagnosis ditegakkan hanya dengan melakukan pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam. Pemeriksaan luar hanya sedikit manfaatnya dalam mendiagnosis letak sungsang. Pada pemeriksaan luar (Leopold) didapatkan posisi bokong, letak punggung janin serta kaki yang teraba disebelah bokong, teraba anus, bagian terbawah janin sudah masuk pintu atas panggul. Pada kasus ini, dari pemeriksaan luar didapatkan bahwa janin dalam posisi letak sungsang, punggung kiri serta bagian terendah janin sudah masuk pintu atas panggul. Pemeriksaan luar ini perlu dikonfirmasi dengan pemeriksaan dalam untuk memastikan posisi janin. Pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan serviks 10 cm, ketuban (-), teraba kaki disebelah bokong dan teraba anus, penurunan H1. Berdasarkan pemeriksaan dalam ini diketahui bahwa janin dalam keadaaan letak sungsang( bokong sempurna). Akan tetapi, setelah dilakukan terminasi dengan cara sectio caesaria atas indikasi D yang terlihat bahwa yang menjadi presentasi pada kasus ini bukan letak bokong sempurnya melainkan adalah presentasi dengan letak muka. Dalam teori mengatakan memang sangat sulit menentukan letak muka ssebelum kala II. Pada pemeriksaan dalam juga kadang kita sulit menentukan bagian terendah dari janin pada letak muka. Maka dari itu kita harus mengetahui perbedaan pada perabaan anus yang khas pada letak sungsang, sedangkan teraba mulut seperti terhisap pada letak muka. Yang sangat penting juga dalam menentukan presentasi muka adalah pada pemriksaan dalam. Dimana, yang menjadi presentasinya adalah dagu. Saat pemeriksaan dalam dilakukan, jari – jari akan meraba muka, hidung, mulut, serta rahang atas.
Presentasi dengan letak muka ini sebenarnya dapat lahir pervaginam jika memenuhi syarat yaitu dagu janin berada di anterior. Jika dagu berada di posterior maka yang dilakukan adalah terminasi dengan cara sectio caesaria. Maka dapat disimpulkan pada kasus ini, diagnosis pre operatif berbeda dengan diagnosis post operatif.
Lampiran Foto
DAFTAR PUSTAKA Hanifa dkk. 2006. Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2006, Hal.317-320. Mansjoer, A. dkk. 2001. Distosia. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid I. Media Aesculapius Jakarta. hal . 303 – 309.