MAKALAH MATA KULIAH SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN “KESIMPULAN HASIL SURVEI TANAH “
Disusun oleh : Helmy Aulia Muhamad
(165040101111071)
Adherista Prasnasetianingtyas (165040107111029) Rosavie Della Febyta
(165040107111036)
Mohammad Hafiz Syafreza
(165040107111039)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2018 1.Pola Penyebaran Tanah di Daerah Survei
Survei tanah merupakan suatu kegiatan yang penting untuk dilakukan, dengan adanya survey tanah maka system penggunaan llahan di suatu wilayah dapat lebih terkontrol sesuai dengan kelas kemampuan lahannya. Menurut Brady dan Weil (2002) dalam Luthfi Rayes (2007) survei tanah merupakan pengamatan yang dilakukan secara sitematis, disertai dengan proses pendeskripsian, pengklasifikasian dan pemetaan suatu tanah pada suatu daerah tertentu. Tujuan survei tanah adalah untuk
mengklasifikasikan,
menganalisis
dan
memetakan
tanah
dengan
mengelompokkan tanah-tanah yang sama dan hampir sama sifatnya ke dalam satuan peta tanah tertentu dengan mengamati sifat dan karakteristik tanah (Hardjowigeno, 1995). Secara umum kegiatan survei tanah terdiri atas tiga pokok kegiatan, yaitu: a. Pra survey tanah b. Pelaksanaan survei tanah c. Pasca survei tanah Pada tahapan pasca survey maka akan didapatkan hasil berupa data-data informasi lahan yang telah disurvei, yang selanjutnya data-data informasi lahan yang telah diperoleh tersebut akan diolah untuk medapatkan data informasi hasil survey tanah dalam bentuk laporan survei. Laporan survei berisi uraian tentang tujuan survei, keadaan fisik dan lingkungan lokasi survei, keadaan tanah, klasifikasi dan interpretasi kemampuan lahan serta saran/ rekomendasi (Sutanto, 2005) dalam Pangaribuan (2013). Dalam melakukan suatu kegiatan survey tanah disetiap daerah akan ditemukan hasil yang berbeda, hal tersebut dipengaruhi oleh pola sebaran tanah yang ada didaerah tempat dilaksanakannya survei.
Beberapa hal yang
mempengaruhi pola sebaran tanah di suatu wilyah, yaitu: a.
Bahan induk tanah Bahan induk sebagai bahan utama pembentuk tanah. Tanah yang terbentuk sangat ditentukan oleh bahan induk tanahnya. Bahan induk adalah keadaan tanah pada waktu nol (time zero) dari proses pembentukan tanah (Jenny, 1941 dalam Nuryanto, 1986). Menurut Soepardi (2003) bahan induk tanah merupakan suatu masa yang terpisah dan dapat berkembang menjadi tanah melalui proses pembentukan tanah dengan pengaruh iklim. Jenis-jenis batuan
induk menurut Hardjowigeno (1993) dibagi menjadi batuan beku, batuan sediman dan batuan metamorfose. Batuan beku sendiri memiliki beberapa contoh batuan induk misalnya batuan diabas dan basalt.Contoh batuan sedimen adalah rijang dan lempung. Sedangkan contoh dari batuan metamorfik adalah marmer dan filit. Batuan metamorf merupakan batuan hasil malihan dari batuan yang telah ada sebelumnya yang ditunjukkan dengan adanya perubahan komposisi mineral, tekstur dan struktur batuan yang terjadi pada fase padat (solid rate) akibat adanya perubahan temperatur, tekanan dan kondisi kimia di kerak bumi (Ehlers and Blatt, 1982). Jadi batuan metamorf terjadi karena adanya perubahan yang disebabkan oleh proses metamorfosa. Proses metamorfosa merupakan suatu proses pengubahan batuan akibat perubahan tekanan, temperatur dan adanya aktifitas kimia fluida/gas atau variasi dari ketiga faktor tersebut. Proses metamorfosa merupakan proses isokimia, dimana tidak terjadi penambahan unsur-unsur kimia pada batuan yang mengalami metamorfosa. Temperatur berkisar antara 2000 C – 8000 C, tanpa melalui fase cair (Diktat Praktikum Petrologi, 2006). Proses diagenesis dimulai ketika adanya aktifitas organic awal dari proses sementasi ketika material sedimen masih didasar cekungan sedimentasi. Komposisi mineral asal, kemungkinan mengalami perubahan karena terjadinya reaksi
kimia
yang
mengakibatkan
terjadinya
pernggantian
mineral,
terbentuknya mineral baru dan pelarutan mineral. Proses-proses tersebut mengakibatkan perubahan tekstur batuan, struktur batuan, komposisi dan porositas batuan sedimen. Porositas awal endapan sedimen dapat mengalami perubahan karena adanya proses yang berlangsung selama proses diagenesis. Porositas awal akan mengalami penurunan karena adanya proses kompaksi dan sementasi. Sedangkan peningkatan porositas awal disebabkan karena adanya proses dari mineral-mineral yang tidak stabil. Proses diagenesis dapat disebabkan oleh proses fisika, kimia, dan biologi. Bermacam proses diagenesis dan hasilnya. Alterasi sedimen akibat
aktifitas organic merupakan proses awal diagenesis. Kompaksi merupakan proses fisika yang terjadi segera setelah material sedimen mengalami penimbunan dan berlanjut terus sampai ke tempat yang lebih dalam. Proses sementasi merupakan proses kimia yang dapat terjadi pada awal proses diagenesis dan sapat terus berlanjut pada waktu material sedimen mengalami penimbunan dan pengangkatan Batuan yang berada di perut bumi secara geologis merupakan cikal bakal bahan induk yang sangat menentukan proses pembentukan tanah dan bentang alam (landscape) yang juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain, yakni: iklim, organisme, proses geomorfik yang dominan dan waktu. Dengan demikian logis apabila pada masing-masong formasi geologi akan menghasilkan jenis tanah dan tipe bentukan lahan yang berbeda-beda pula tergantung intensitas faktor yang dominan dalam proses genesisnya. Selanjutnya dengan kondisi jenis tanah dan bentuk lahan yang berbeda ini, akan menghasilkan tutupan vegetasi alami yang berbeda oula, sehingga bentk ekosistemnya pun akan beragam karakteristik dan keunikannya. Pelapukan merupakan salah satu faktor pembentuk lahan induk tanah, dimana batuan akan mengalami hancuran dan menyebabkan terubahnya batuan asal menjadi material lain yang sifak fisiknya enjadi lebih lemah. Proses ini dapat mempermudah atau mempercepat terurainya ikatan kimia mineral pada batuan. Proses pelapukan dapt dibagi menjadi dua yaitu: (1) pelapukan mekanik yang mengakibatkan pengurangan ukuran butir, (2) pelapukan kimia yang menyebabkan mineral pada batuan mengakibatkan dekomposisi.
b.
Topografi Topografi adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah, termasuk didalamnya adalah perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Peranan topografi terhadap penggunaan lahan dibedakan berdasarkan unsur-unsurnya adalah elevasi dan kemiringan lereng. Peranan elevasi terkait dengan iklim, terutama suhu dan curah hujan. Elevasi juga berpengaruh terhadap peluang untuk pengairan. Peranan lereng terkait dengan kemudahan pengelolaan dan kelestarian lingkungan. Daerah yang berlereng curam mengalami erosi yang terus-menerus sehingga tanah-tanah ditempat ini bersolum dangkal, kandungan bahan organic rendah dan perkembangan horison lambat dibandingkan dengan tanah-tanah di daerah datar yang air tanahnya dalam. Perbedaan lereng juga menyebabkan perbedaan air tersedia bagi tumbuh-tumbuhan sehingga mempengaruhi pertumbuhan vegetasi di tempat tersebut dan seterusnya juga mempengaruhi pembentukan tanah (Hardjowigeno, 1993). Variabilitas tanah berdasarkan toposekuen akibat erosi dan deposisi. Tanah vertisol asli, susunan horisonnya masih lengkap yaitu Ap, Bw, Bss, BC, dan C (profil C7). Tanah vertisol tererosi, susunan horisonnya tidak lengkap. Horizon BSS tererosi atau telah mengalami perusakan waktu dilakukan pengolahan lahan (profil C6) Tanah vertisol asli yang mengalami sedimentasi biasanya terjadi penebalan di horizon Bw (profil C5).
c.
Iklim Komponen iklim yang paling berpengaruh terhadap penyebaran tanah adalah suhu dan presipitasi (curah hujan). Proses pelapukan fisik yang menjadi factor pendukung pola penyebaran tanah.
Suhu/Temperatur Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabila suhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga akan mempengaruhi pola penyebaran tanah.
Curah hujan Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menjadi rendah).
d.
Organisme Pelapukan organik disebabkan oleh tumbuhan secara kimiawi (zat asam yang dikeluarkan oleh akar serat makanan menghisap garam makanan yang merusak batuan sehingga garam garaman mudah diserap akar) dan secara
mekanik ( berkembangnya akar tumbuhan di dalam tanah yang dapat merusak tanah sekitarnya). Manusia juga berperan dalam pelapukan melalui aktifitas penebangan pohon, pembangunan maupun penambangan. e.
Waktu Tanah terbentuk melalui pelapukan kimia, fisika maupun biologi dalam jangka waktu yang lama.
Tanah berawal dari horizon R menjadi horizon R dan C berkembang menjadi horizon R, C, dan A bertambah menjadi horizon R, C, Bt, Bw2, Bw1, A. Perkembangan tanah dimulai dari bahan induk, tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua. Pembentukan ini dapat terjadi melalui berbagai pelapukan dengan rentang waktu yang cukup lama. 2. Satuan Peta Tanah Penamaan satuan peta tanah adalah penamaan menggunakan sistem klasifikasi taksonomi, satauan pada tanah terdiri atas satuan tanah tergantung dari skala peta. Pemetaan skala besar (pemetaan detail) menggunakan kategori rendah (family atau seri ), sedangkan skala kecil mengunakan kategori tinggi (sub grup, great grup, sub ordo, atau ordo) masing- masing menggunakan satuan fase :
1.
Konsosiasi Konsosiasi tanah adalah suatu jenis peta tanah yang tersusun dari delineasi,
dimana tiap delineasi menunjukkan ukuran, bentuk, dan lokasi dari suatu satuan lanskap yang tersusun atas suatu jenis komponen tanah, atau satu jenis lahan miselaneus, ditambah inklusi yang diperbolehkan. Satuan pemetaan tanah konsosiasi didominasi oleh satuan tanah dan tanah yang serupa (similiar soil unit). Dalam konsosiasi paling tidak mempunyai 50% satu satuan tanah yang sama dan 25% satuan tanah yang serupa. SPT konsosiasi diberi nama sesuai dengan satuan tanah yang dominan. Satuan tanah lain yang tidak sejenis dan serupa maksimal mempunyai persentase 25%. Dua satuan tanah dikatakan sebagai tanah yang serupa apabila mereka hanya berbeda pada satu atau dua kriteria yang menyebabkan keduanya diklasifikasikan kedalam kelompok yanng berbeda. Secara umum satuan tanah yang serupa mempunyai potensi yang hampir sama. Sedangkan dua satuan tanah dikatakan tidak serupa apabila keduanya mempunyai perbedaan yang tegas dan lebih dari tiga kriteria yang menyebabkan keduanya diklasifikasikan ke dalam kelompok yang berbeda. Satuansatuan tanah yang tidak serupa mempunyai potensi terhadap penggunaan tertentu yang berbeda secara tegas. 2.
Asosiasi Asosiasi tanah yaitu sekelompok tanah yang berhubungan secara geografis,
tersebar dalam suatu satuan peta menurut pola tertentu yang dapat diduga posisinya, tetapi karena kecilnya skala peta, taksa-taksa tanah itu tidak dapat dipisahkan. SPT jenis ini mengandung dua atau lebih satuan tanah yang tidak serupa yang digunakan dalam penamaan SPT dan mempunyai komposisi yang hampir sama. Satuan-satuan tanah penyusun SPT ini tidak dapat dipisahkkan satu sama lain kedalam SPT yang berbeda karena keterbatasan skala pemetaan. SPT asosiasi dalam skala pemetaan yang lebih besar dapat dipisahkan kedalam SPT konsosiasi yang berbeda.
3.
Kompleks Kompleks tanah merupakan sekelompok tanah dari taksa yang berbeda, yang
berbaur satu dengan lainnya dalam satuan deliniasi (satuan peta) tanpa memperlihatkan pola tertentu atau menunjukkan pola yang tidak beraturan. SPT ini mirip dengan SPT asosiasi karena terdapat dua atau lebih satuan-satuan tanah yang tidak serupa yang digunakan dalam penamaan SPT, demikian juga komposisi masing-masing satuan tanahnya serupa dengan SPT asosiasi. Persebaran satuan tanah yang ada pada SPT ini tidak mengikuti pola tertentu sehingga dalam skala pemetaan yang lebih besar, satuansatuan tanah yang menyusunnya tetap tidak dapat dipisahkan satu sama lain. 4.
Satuan Peta Tanah Satuan peta merupakan satuan lahan yang sistem fisiografi/bentuk lahannya
sama, yang dibedakan satu sama lain di lapangan oleh batas-batas alami, dan dapat digunakan sebagai satuan evaluasi lahan. Satuan peta tanah atau satuan peta terdiri atas kumpulan semua delineasi tanah yang ditandai oleh simbol, warna, nama atau lambang yang khas pada suatu peta. Satuan-satuan yang dihasilkan berupa tubuh lahan yang memiliki ciri-ciri tertentu yang dibedakan dengan lainnya oleh batas-batas alami, di tempat terjadinya perubahan ciri-ciri yang cepat ke arah lateral. Pendekatan satuan peta tanah ini menggunakan pendekatan fisiografis. Satuan peta tanah disusun untuk menampung informasi penting dari suatu luasan (poligon) tentang hal-hal yang berkaitan dengan survey tanah. Satuan peta tanah harus dengan mudah dapat dikebali, diukur, dan dapat dipetakan pada skala yang tersedia dari peta dasarnya, waktu yang tersedia, kemampuan dari pemetannya, dan tujuan daei survey tersebut. 5.
Satuan Taksonomi Tanah Satuan taksonomi tanah adalah sekelompok tanah dari suatu sistem klasifikasi
tanah, masing-masing diwakili oleh suatu profil tanah yang mencerminkan central concept (konsep pusat) dengan sejumlah kisaran penyimpangan sifat-sifat dari konsep pusat tersebut. Jadi satuan taksonomi tanah menentukan suatu selang tertentu dari sifat-
sifat tanah dalam kaitannya dengan selang sifat tanah secara total dalam suatu sistem klasifikasi tanah tertentu. Pendekatannya menggunakan pendekatan morfologik. Satuan taksonomi tanah seringkali dibuat tanpa mempertimbangkan fakta-fakta yang ada di lapangan. Klasifikasi (taksonomi) tanah merupakan pengembangan konsep fikiran manusia. Dalam hal ini satuan taksonomi tanah adalah buatan manusia, sedangkan satuan peta tanah merupakan batas tanah sesungguhnya. Fungsi sitem klasifikasi tanah adalah sebagai media komunikasi bagi para pakar tanah, penyuluh, peneliti,dll, serta untuk mengekstrapolasikan hasil-hasil penelitian. 6.
Satuan Pemetaan Tak Terpilahkan SPT ini mengandung dua atau lebih satuan-satuan tanah tidak serupa yang
menyusun nama SPT. Satuan-satuan tanah yang ada didalamnya dikelompokkan ke dalam satu SPT yang sama karena mempunyai kesamaan dalam penggunaan dan pengelolaan untuk penggunaan yang umum. Persebaran satuan-satuan tanah di dalam SPT ini tidak secara konsisten mengikuti pola fisiografis tertentu. 2.2.1 Inklusi Dalam Satuan Peta tanah Dalam satuan petan tanah selalu mengandung satuan tanah lain yang ada di dalam legenda peta tanah dan jika peta tanah Namanya tidak muncul disebut inklusi. Inklusi dapat berupa tanah yang serupa atau tanah yang tidak serupa dengan tanah yang digunakan sebagai nama satuan pada peta. Tanah yang tidak serupa dapat berupa tanah penghambat atau tanah yang bukan penghambat. Macam-macam inklusi dalam satuan peta tanah yaitu ; 1. Inklusi tanah serupa
Mempunyai beberapa sifat penciri yang sama denga sifat tana utama
Berperilaku dan berpotensi serupa dengan tanah utama
Memerlukan usaha konservasi dan pengelolaan yang sama dengan tanah utama
Contoh : Typic Argiaquolls dan Udollic Ochaqualfs kedua tanah ini mempunyai persamaan sifat dalam hal :
Kelembaban tanah
Kejenuhan basa
Kandungan bahan organic
Memiliki perbedaan tidak lebih 2 atau 3 kriteria Kesamaan sifat dapat terjadi pada sembarang tingkat kategori (fase, seri, family, subgroup)
2. Inklusi tanah tidak serupa
Tidak mempunyai kesamaan terhadap sifat-sifat penamaan yabg penting atau memerlukan pengelolaan yang berbeda dengan tanah utama
Perbedaan antara tanah yang tidak serupa dapay dalam arti banyaknya sifat tanah yang berbeda atau besarya tingkay perbedaan.
Perbedaan dapat terjadi pada tingkay fase, seri, family, atau kategori yang lebih tinggi. Tanah tidak serupa dapat sebagai penghambat atau bukan penghambat Contoh : tanah sempit dengan lereng 15-25 % yang merupakan inklusi dalam satuan peta tanah dengan lereng dominan 4-8% dapat merupakan pengkambatan serius penggunaan tanah di suatu daerah dan di sebut inklusi penghambat
Pengertian dari inklusi penghambat dan inklusi bukan penghambat
Inklusi penghambat adalah inklusi tanah tidak serupa yang mempunyai factor penghambat
lebih
besar
dari
tanah
utama
aau
mempengaruhi
tingkatpengelolaannya
Inklusi bukan penghambat adalah inglusi tanah tidak serupa dengan factor hambat lebih rendah daripada tanh utama. Tidk akan mempengaruhi interpretasi potensi satuan peta.
2.2.2 Fase tanah Fase merupakan pengelompokan tanah secara fungsional yang bermanfaat untuk memprediksi potensi tanah di suatu daerah yang disurvei.semua sifat mempengaruhi potensi tanah yang digunsksn sebagai pembeda pada tingkat seri tanah atas kategori yang lebih tinggi, dapat digunakan sebagai pembeda fase. Fase yang biasa digunakan untuk seri tanah menurut Hardjowigeno,Marsoedi dan ismangun (1993) adalah sebagai berikut : 1. Tekstur lapisan atas tanah mineral
Fase tekstur diambildai nama tekstur lapisan atas
Jika terdapat lapisan tipis baha organik di permukaan, ,maka nama tektur diambil dari tekstur setelah lapisan samapi ke dalaman paling sedikit 12 cm
Untuk tanah yang mempunyai tanah daerah arid adalah tekstur setelah dicampur dengan horizon A dan E Contoh bogor lempung berliat ,cibinong liat berdebu
2. Lapisan organik di permukaan tanah
Fase lapisan organic diberi nama sebagai berikut, berganbut kasar (peat), bergambut sedang( mucky peat), bergambut halus (muck)
Peat, setara dengan bahan fibrik (bahan organic kasar)
Mucky peat, setara dengan bahan hemik (bahan organic dengan tingkat dekomposisi sedang)
Muck, setara dengan bahan sapric (bahan organic halus) Contoh : cintamanis bergambut kasar, bamjar lempung berdebu, bergambut halus
3. Fragmen batuan di dalam tanah atas Digunakan untuk fragmen batuan kecil di dalam tana atas yang jumlahnya lebih dari 15% volume. Contoh :
Pakem lempung berpasir (fragmen batuan 15-35%)
Kaliurang lempung sangat berkerikil (fragmen batuan 35-60%)
Temple lempung amat sangat berkerikil (fragmen Batuan lebih 60%)
4. Batu di permukaan tanah Digunakan untuk batu atau batuan di permukaan tanah yang jumlahnya lebih dari 0.01 % volume. Batu tersebut akan mempengaruhi pengolaan tanah, panen, penggunaan mesin dan sebagainya. Contoh :
Cangkringan lempung lereng 10-20% amat sangat berbatu
Ciapus lempung, lereng 15-30% baerbatuan
5. Fase lereng
Fasae lereng digunakan baik sebagai lereng tunggal maupun lereng majemuk
Lereng majemuk adalah lereng dengan lebih dari satu arah dan ditunjukan oleh daerah lembah sedangkan lereng tunggal relative mempunyaio arah lereng seragam.
Satuan peta dengan lereng tunggal menggunakan nama fase dengan selang lereng dalam persen. Contoh
Dermaga lempung berdebu, lereng 4-8%, tererosi
Satuan peta dengan seri majemuk biasanya menggunakan adjective, contoh
Asosiasi dermaga – cimulang, berbukit
6. Erosi tanah Fase erosi tanah digunakan untuk menunjukan besarnya erosi yang terjadi dan bukan untuk potensi terjadinya erosi. Fase erosi tanah di tentukan berdasarkan kelas-kelas erosi yang di definisikan dalam soil survei manual (USDA,1989) yaitu
Agak tererosi-kelas 2 erosi
Sangat tererosi – kelas 3 erosi
Agak tererosi angina – kelas 1 erosi angina
Sangat tererosi angin – kelas 2 atau 3 erosi angina Contoh turgo lempung berdebu, lereng 10 -15% sanag tererosi.
7.
Erosi tanah Fase erosi tanah digunakan untuk menunjukkan besarnya erosi yang telah terjadi dan bukan untuk potensi terjadinya erosi. Fase erosi tanah ditentukan berdasarkan atas kela-kelas erosi yang didefenisikan dalam soil survey manual (USDA, 1989) berikut :
Agak tererosi – kelas 2 erosi.
Sangat tererosi – kelas 3 erosi
Gulled tanah yang mengalami erosi parit kurang dari 10%.bila yang mengalami erosi parit lebih dari 10%, satuan peta menjadi komplek atau daerah aneka.
Agak tererosi angin – kelas 1 erosi agin.
Sangat tererosi angin – kelas 2 atau 3 erosi angin. Contoh : turgo lempun berdebu, lereng 10 – 15 % sangat tererosi.
8.
Fase pengendapan Fase pengendapan digunakan untuk bahan-banah yang diendapkan oleh air atau angin diatas tanah lain yang tidak memenuhi syarat sebagai tanah tertimbun. (tebal kurang dari 30 cm atau antara 30 – 50 cm, tetapi kuarang dari setengah dari tebal horizon penciri tanah yang tertimbun.
Fase endapan angin (overblown) è endapan baru berasal dari bahanbahan yang diterbangkan angin.
Fase Hummocky è endapan angin yang membentuk pola humok.
Fase endapan air è bahan yang diendapkan air yang sifatnya sangat berbeda dengan epipedon tanah yang dibawahnya. Contoh : Cibinong lempung berpasir, lereng 2 – 8%, endapn air.
9.
Fase kedalaman Yang dimaksud kedalaman dalam tingkat fase adalah kedalaman sampai kelapisan dengan sifat-sifat tertentu yang berpengaruh nyata terhadap tujuan survei tersebut, dan belum digunakan sebagai pembeda dalam seri tanah atau kategori yang lebih tinggi.
Tabel kelas kedalaman pada fase kedalaman Sangat Dangkal
< 25 cm 25 – 50 cm
Dangkal
Agak dalam (agak dangkal)
50 – 100 cm
100 – 150 cm
Dalam Sangat dalam
Lebih dari 150 cm
Sebutkan diatas bahan apa kedalaman yang dimaksud ! Misalnya :
Agak dalam diatas kerikil. Agak dalam diatas pasir Agak dalam diatas liat Dangkal diatas skist Dalam diatas basalt
Contoh : Kaliwanglu lempung berdebu, dangkal diatas kerikil.
10. Fase substratum
Digunakan untuk substratum yang terletak dibawah control section dari seri dan famili.
Biasanya digunakan untuk substratum yang tidak padu dibawah kedalaman 100 cm.
Jenis Fase Substratum: • Substratum kalkareus. • Substratum kapur (batu gamping-lunak). • Substratum liat. • Substratum berkerikil. • Substratum bergipsum. • Substratum endapan danau (Lakustrin) • Substratum bernapal (marly) • Substratum berpasir • Substratum berdebu • Substratum serpi (Shale).\
11. Fase yang berhubungan dengan air Fase ini digunakan membedakan sekuen dari status air tanah, permukaan air tanah dan drainase tanah. Pada beberapa tanah, satus air tanah yang ada tidak dicerminkan oleh sifat-sifat tanah yang dimilikinya. Misalnya tanah yang tidak menunjukkan sifat-sifat drainase buruk, padahal. Tanah tersebut tergenang. Contoh : Imogiri lempung berdebu, basah. Dalam kedalaman lain, ada tanah yang masih mencerminkan pengaruh air, tetapi sudah tidak tergenang lagi karena telah dilakukan perbaikan drainase. Contoh : rawapening lempung berdebu, drainase.
Beberapa jenis fase yang berhubung dengan air adalah
•
Basah
•
Agak Basah
•
Cukup Basah
•
Tergenang
•
Didrainase
•
Muka air tanah tinggi
12. Fase salin Digunakan untuk membedakan derajat salinitas yang penting untuk penggunaan dan pengelola tanah didalam kisaran suatu seri tanah. Tabel kelas-kelas salin Sedikit agak salin < 0.4 mmho Agak salin 0.4 – 0.8 mmho Cukup salin
0.8 – 1.6 mmho
Sangat salin
> 1.6 mmho
Contoh : Kupang lempung berdebu, cukup salin.
13. Fase sodik Beberapa tanah mempunyai sifat salin dan sodik; untuk itu fase sodi perlu ditambahkan. Contoh : Dili lempung berdebu sangat salin, sodik.
14. Fase fisiografi Fase ini digunakan untuk mengelompokkan tanah yang memunyai sifat yan sama (masuk dalam seri yang sama) tetapi ditemukan dalam satu fisiografis yang berbeda misalny tanah berpasir clari loess diatas teras dan tanah berpasir dari loessdiatas dataran aluvial termasuk dari seri yang sama tetapi dalam peta perlu dibedakan dalam fisiografis. Contoh :
•
Parangkritis lempung berpasir, teras, lereng 0 – 5%
•
Parangkritis lempung berpasir, dataran aluvial lereng 0 – 3%
15. Fase iklim Fase iklim didasrkan pada suhu udara, evapotranspirasi potensial (PE) dan curah hujan.Fase iklim digunakan bila perbedaan cukup nyata untuk tujuan survei dan dapat diidentifikasikan dan dipetakan secara konsisten dilapangan. • Ada dua kemungkinan keadaan iklim untuk seri yang sama • Keadaan iklim yang sama dengan keadaan iklim seri yang dimaksud, sehingga fase iklim tidak digunakan. • Terdapat penyimpanan keadaan iklim dari iklim yang biasanya ditemukan pada seri yang dimaksud. Untuk itu fase iklim perlu digunakan. Contoh : tawang sari lempung berpasir, dingin.
16. Fase-fase lain Semua sifat pembeda yang berguna untuk tujuan survei dan dapat dipetakan dengan konsisten, dapat diunakan sebagai fase. • Contoh : Sering banjir Kadang-kadang banjir Jarang banjir Terbakar (gambut) Kalkareus (berkapur) Permukaan tercuci Jenis-jenis fase yang telah diuraikan diatas biasanya digunakan untuk seri tanah dalam pemetaan tanah detail (skala 1:10.000), sehingga dalam satu satuan peta tanah mungkin dapat ditemukan satu jenis fase secara homogen.
Peranan Korelator dalam Survei Tanah Survei tanah umumnya dilaksanakan oleh suatu tim yang terdiri dari beberapa regu.Pada dasarnya suatu peta tanah merupakan hasil interpretasi yang subyektif dari masing-masing regu (penyurvei), sehingga masing-masing penyurvei mempunyai interpretasi yang berbeda-beda terhadap konsep model hubungan tanahbentang alam yang dipetakan. Dengan demikian peta tanah yang dihasilkan pun berbeda bagi masing-masing pemeta.
Berdasarkan keyataan tersebut, hasil kerja
masing-masing regu hendaklah dikorelasikan satu denganlainnya oleh seorang korelator yang bertanggung jawab terhadap peta yang dihasilkan.
Tugas penting korelator ini antara lain (Barneveld,1986):
Menyusun beberapa standar seperti keseragaman dalam interpretasi foto udara,
Menyusun legenda peta sementara,
Merencanakan operasi lapangan dan prosedur pemetaan,
Selama survei lapangan, korelator hendaklah menguji standar dan prosedur yang telah digariskan sebelumnya,
Semua regu secara bergiliran diikuti oleh korelator,
Mengkorelasi semua satuan peta, serta mengevaluasi apakah sistem klarisifikasi tanahtelah diterapkan dengan benar secara konsisten oleh semua regu,
Menguji hasil survei bersama-sama pemakai peta dan tim survei untuk meyakinkankebenaran hasil survei,
Menyusun dan mengembangkan kerangka dan prosedur evaluasi lahan, dan
Menyiapkn dan memeriksa kembali konsep peta dan laporan.
3.Pembuatan Peta Tanah
Didalam pembuatan peta tanah, peta yang dibuat ialah peta tanah final (peta yang dipublikasikan), yang dibuat diatas peta dasar. Skala didalam peta dasar harus sama dengan skala peta tanah final. Peta dasar merupakan gambaran atau proyeksi dari sebagian permukaan bumi pada bidang datar atau kertas dengan skala tertentu yang dilengkapi dengan informasi kenampakan alami atau buatan (Anjar, 2004), selain itu menurut Luthfi Rayes (2007), peta dasar adalah peta yang digunakan sebagai dasar untuk membuat peta tanah atau wadah untuk menggambarkan delineasi satuan peta tanah. Menurut Soil Survey Division Staff (1933), peta dasar ini dapat berupa produk dari penginderaan jauh (foto udara, citra satelit, dan radar), dan yang berasal dari pengukuran secara manual (peta planimetri, peta topografi, dan lain-lain).
Gambar 1. Peta Dasar Penginderaan Jauh (Foto Udara)
Gambar 2. Peta Dasar Dari Pengukuran Secara Manual (Peta Topografi)
Menurut Rayes (2007), didalam memilih peta dasar untuk pembuatan peta tanah, beberapa yang perlu diperhatikan ialah sebagai berikut: 1. Waktu Pembuatan Peta Semakin muda umur peta, semakin baik karena tanda-tanda yang terdapat pada peta umumnya lebih sesuai dengan kondisi lapangan. 2. Akurasi Peta Akurasi peta terkait dengan pengukuran-pengukuran dilapangan yang menyangkut jarak, luasan, dan lain-lain. 3. Skala Skala yang digunakan untuk pengamatan dilapangan idealnya adalah dua kali lebih besar dari skala peta publikasi (peta final). Setelah memperhatikan beberapa hal diatas dalam memilih peta dasar dalam pembuatan peta tanah, maka semua batas satuan peta tanah yang diperoleh pada kegiatan survei lapangan harus dapat diplot dengan teliti pada peta dasar publikasi (peta final).
Terdapat beberapa karakteristik yang harus diperhatikan dalam pembuatan peta tanah, yaitu Sifat mudah dibaca (Map Legibility), delineasi ukuran minimal (minimum size delineation), dan tekstur peta tanah (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1993) 1. Sifat Mudah Dibaca Sifat mudah dibaca menunjukkan mudah tidaknya pengguna peta membaca informasi yang terdapat didalam peta. Peta tanah harus menyajikan informasi secara jelas, padat, dan menarik. Sifat mudah tidaknya peta untuk dibaca ditentukan oleh hal-hal seperti: 1) Jumlah poligon satuan peta tanah 2) Warna yang membedakan satuan peta yang satu dengan lainnya 3) Gambaran topografi yang digambarkan pada peta 4) Kualitas penyajian peta 2. Delineasi Ukuran Minimal (Minimum Size Delineation) Delineasi atau batasan ukuran minimal merupakan suatu luasan terkecil yang masih dapat digambarkan pada peta, dimana ukuran tersebut merupakan parameter kartografi, karena setiap poligon dalam suatu peta harus tertulis simbol satuan petanya. Simbol tersebut harus ditulis dengan ukuran tertentu, sehingga masih dapat dibaca. Batasan ukuran poligon minimal adalah 0,4 cm2 (untuk yang berbentuk bulat), sedangkan untuk poligon yang berbentuk memanjang, harus lebih besar agar dapat memuat simbol satuan peta. 3. Tekstur Peta Tanah Tekstur peta tanah mencerminkan pada banyaknya sebaran poligonpoligon satuan peta tanah yang terdapat pada suatu peta. Didalam suatu peta, dapat dikatakan bertekstur kasar apabila poligon-poligonnya berukuran besar, sedangkan jika poligonnya berukuran kecil, disebut bertekstur halus. Selain itu, apabila poligon-poligon yang ada didalam peta tersebut merata, maka disebut ber”intensitas mono”, sedangkan jika terdapat dua atau lebih kelompok tekstur peta, maka disebut ber”intensitas multi”, dimana tekstur peta tanah tersebut mencerminkan kerumitan keadaan tanah di lapangan .
Gambar 3. Peta Tanah (Peta Final) Sebuah peta dapat dikatakan sebagai peta yang ideal apabila memiliki beberapa unsur/komponen yang meliputi Judul Peta, Orientasi Peta, Skala, Legenda, Garis Koordinat Astronomi, Sumber dan Tahun Pembuatan Peta, Warna, dan Simbol (Lela, 2014). 1) Judul Peta Judul peta merupakan identitas yang menggambarkan isi, tujuan, dan tipe peta. Biasanya judul ditulis dengan huruf besar dan diletakkan dibagian atas kanan atau dibagian yang mudah dilihat oleh para pengguna peta. 2) Orientasi Peta Orientasi peta merupakan petunjuk arah mata angin, biasanya disimbolkan dengan mata panah dan huruf U sebagai petunjuk arah utara. 3) Skala
Skala peta merupakan angka yang menunjukkan perbandingan antara jarak dipeta dengan jarak sebenarnya. Skala peta biasanya di notasikan dengan angka 1:sekian. 4) Legenda Legenda merupakan daftar informasi untuk menjelaskan simbol-simbol tertentu yang tergambar dalam peta.
5) Garis Koordinat Astronomi Garis koordinat astronomi merupakan garis yang dapat menunjukkan letak wilayah dari segi astronomisnya, terdiri dari garis lintang (LU dan LS), dan garis bujur (BT dan BB). 6) Sumber dan Tahun Pembuatan Peta Sumber peta adalah nama perseorangan maupun lembaga yang menerbitkan peta, sedangkan tahun pembuatan peta berhubungan dengan kondisi kesesuaian faktual keadaan sebenarnya dengan data yang digambarkan pada peta 7) Warna Warna peta dapat menambah daya tarik tampilan sebuah peta serta
menjadi
simbol
khusus
yang
dapat
digunakan
untuk
menyampaikan pesan. 8) Simbol Simbol berperan sebagai penyampaian pesan seorang kartograf (pembuat peta) kepada para pengguna peta. Simbol beragam jenis, mulai dari simbol titik, simbol garis, simbol area, dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA Anjar. 2004. Peta dan Kegunaannya Di Bidang Teknik Pertanian. Yogyakarta: UGM. Earthy. 2011. Satuan Pemetaan Tanah (online). http://earthy-moony.blogspot.com/. Diakses 1 Oktober 2013. Lela. 2014. Peta dan Pemanfaatannya. Bandung: YPI. Luthfi M Rayes. 2007. Metode Inventarisasi Sumberdaya Lahan. Yogjakarta. Andi Pangaribuan. 2013. Ekologi Tumbuh-tumbuhan dan Tanaman Pertanian. UNAND. Padang Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 1993. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan. Rayes, Luthfi. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Yogyakarta: Andi Offset. Ririn. 2013. Pengertian Konsosiasi, Asosiasi, Kompleks, Satuan Peta Tanah, Satuan Taksonomi Tanah (online). http://blog.ub.ac.id/ririnlaikha/. Diakses 1 Oktober 2018. Soepardi (2003. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Semarang Press. Semarang Soil Survey Division Staff. 1993. Soil Survei Manual, Soil Conservation Service. U.S. Departement of Agriculture Handbook 18.