Lampiran Nomor Tentang
: SK Direktur RS Islam Banjarmasin : : Program Penanggulangan Bencana Massal (Disaster Plan) di RS Islam Banjarmasin
PROGRAM PENANGGULANGAN BENCANA MASSAL (DISASTER PLAN) DI RUMAH SAKIT ISLAM BANJARMASIN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana merupakan peristiwa yang sifatnya mendadak (bisa perlahan) disertai jatuhnya banyak korban dan bila tidak ditangani dengan tepat akan menghambat, mengganggu dan merugikan masyarakat, pelaksanaan dan hasil pembangunan. Indonesia merupakan “super market” bencana. Korban massal, korban relatif banyak akibat penyebab yang sama dan perlu pertolongan segera dengan kebutuhan sarana, fasilitas dan tenaga yang lebih dari tersedia. Bencana pada dasarnya karena gejala alam dan akibat ulah manusia. Indonesia dari segi topografi, banyak sekali terjadi bencana alam, seperti gempa bumi, tsunami, ledakan gunung berapi, banjir, longsor, kekeringan kebakaran hutan, dan lain-lain. Berdasarkan jenisnya, bencana terbagi atas: 1. Bencana alam (Natural Disaster) Gempa, gunung meletus, tsunami, banjir, banjir banding, tanah longsor, angina puyuh dan lain-lain. 2. Karena ulah manusia (Man-Made Disaster) Kegagalan teknologi, kecelakaan massal, kebakaran hutan dan lain-lain. 3. Kedaruratan kompleks Konflik sosial, terorisme dan lain-lain. Sejak tahun 1999 sampai dengan 2008, selama 10 tahun, bencana alam telah mencatat kerugian yang sangat besar seperti, 180 ribu orang meninggal, 8,4 juta orang menjadi korban. Kerugian ekonomi mencapai US$. 10 milyar. Sedang bencana di Kalimantan Selatan pada tahun 2008 meliputi kebakaran, banjir, angin siklon tropis dan lain-lain. Berdasarkan data dari Walhi Kalsel, selama tahun 2008 (Januari s.d. September), akibat bencana alam seperti banjir dan angin ribut atau angin puting beliung di Kalimantan Selatan mengakibatkan 11 orang warga masyarakat meninggal dunia.
B. Tujuan Tujuan dilaksanakannya program disaster plan ini adalah untuk membantu pemerintah dan masyarakat khususnya di Kalimantan Selatan apabila terjadi bencana massal baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit Islam Banjarmasin sehingga rasa aman dan sehat bagi masyarakat dapat diwujudkan. C. Sasaran Adapun yang menjadi sasaran dilaksanakannya program disaster plan ini adalah tertanganinya semua korban baik yang terjadi di dalam Rumah Sakit Islam Banjarmasin maupun di luar Rumah Sakit Islam Banjarmasin Bila terjadi bencana di dalam RS akan dilakukan proses evakuasi terhadap pasien sesuai prosedur, sedang di luar RS akan menunggu instruksi dari Dinas Kesehatan Kalsel maupun Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin.
BAB II. METODOLOGI DAN ORGANISASI A. Metodologi Metodologi yang digunakan dalam menjalankan program disaster plan ini adalah dengan cara pendidikan dan latihan (diklat) bagi dokter dan perawat IGD dalam rangka menanggulangi bencana baik yang berada di dalam RS Islam Banjarmasin misal, simulasi proses evakuasi pasien kebakaran di sekitar lingkungan RS Islam Bajarmasin. Sedangkan di luar RS Islam Banjarmasin diupayakan diadakan diklat berupa simulasi mengatasi musibah massal kecelakaan alat transportasi. B. Organisasi Usaha penanggulangan bencana merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat, oleh karena itu dalam pelaksanaannya juga merupakan gabungan aktifitas keduanya. Disamping itu penanggulangan bencana juga merupakan usaha kemanusiaan, sehingga seharusnya tidak perlu dibatasi oleh wilayah istrasi Negara serta bersifat netral dengan mengedepankan keselamatan manusia sebagai tujuan utama. Organisasi penanggulangan bencana sebaiknya merupakan organisasi pemerintah yang mempunyai akses ke masyarakat dan ke bidang lain. Sebaiknya organisasi ini merupakan organisasi yang bersifat inklusif dalam arti memanfaatkan komponen yang sudah ada, sehingga pada keadaan tidak ada bencana tetap memiliki aktifitas sehari-hari. Namun demikian, karena keterbatasan sumber daya manusia, sebaiknya organisasi ini didampingi tenaga professional sebagai nara sumber bila diperlukan. Organisasi seperti ini sudah pernah dirintis oleh Departemen Kesehatan melalui kelompok kerja Pengembangan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu dengan membentuk brigade siaga bencana yang sudah berdiri hamper semua rumah sakit pendidikan dan rumah sakir besar lainnya, baik pemerintah maupun swasta. Walaupun secara formal keberadaan brigade siaga bencana saat ini tidak jelas, namun konsep operasionalnya masih jelas terlihat dijalankan oleh beberapa tim penanggulangan bencana di Indonesia. Rumah Sakit Islam Banjarmasin sebagai salah satu rumah sakit swasta di Banjarmasin, merasa perlu untuk membentuk tim kesehatan penanggulangan bencana sebagai upaya membantu pemerintah dan masyarakat dalam penanggulangan bencana massal di berbagai daerah. Sebagai wujud amal sosial kepada masyarakat sesuai amanat yang dibebankan oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalimantan Selatan. Dalam membentuk Tim Kesehatan Penanggulangan Bencana Massal RS Islam Banjarmasin mengacu pada bencana yang berada di dalam RS maupun di luar RS. Tim ini nantinya akan di ketuai oleh seseorang yang ditunjuk secara tepat oleh pimpinan RS.
Ketua Tim Penanggulangan Bencana Massal akan dibantu oleh beberapa orang staf dan bertanggung jawab kepada Direktur RS Islam Banjarmasin sebagai penanggung jawab Tim Penanggulangan Bencana Massal RS Islam Banjarmasin. (Struktur organisasi tim penanggulangan bencana massal RS Islam Banjarmasin tercantum dalam SK Direktur RS Islam Banjarmasin No dalam lembar lampiran berikut). Seorang ketua tim penanggulangan bencana pada dasarnya adalah seorang komandan lapangan atau field commander. Seorang komandan lapangan sudah selayaknya harus selalu berada di lapangan untuk memimpin secara langsung operasi timnya. Tidak jarang komandan lapangan harus menyelesaikan masalah teknis medis yang sebenarnya bukan tugas utamanya. Peran ketua tim dalam menjalankan tugas penanggulangan bencana ada dua, yaitu untuk menjamin operasi tim berjalan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dan membuat strategi yang cepat dan tepat terhadap masalah yang pasti timbul selama operasi.
BAB III. PERENCANAAN DAN PELAPORAN A. Perencanaan di Rumah Sakit 1. Bencana Internal Rumah sakit tidak terbebas dari bencana, yang dapat membuat terjadinya kolaps fungsional sebagian atau total. Bencana mungkin dapat terjadi karena musibah di rumah sakit sendiri (misal: kebakaran, kerusakan infrastruktur oleh ledakan bom dll), atau musibah yang terjadi secara simultan dengan luar rumah sakit (misal gempa bumi, banjir, perang, rusuh massal dll), sehingga menimpa personil, fasilitas rumah sakit untuk berfungsi secara normal. Paling maksimal yang dapat terjadi adalah perlu relokasi rumah sakit (misal relokasi ke gedung olahraga, sekolah atau tenda), tetapi tetap menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya menolong pasien. Perencanaan meliputi pengaturan untuk relokasi dan akomodasi setelah pemindahan pasien. Rumah sakit dapat kolaps tetapi pelayanan kepada pasien tidak boleh terhenti, termasuk pelayanan rutin pasien. 2. Bencana Eksternal Bila terjadi bencana maka di rumah sakit harus segera mengaktifkan sistem medik bencana, dimana rumah sakit dibutuhkan untuk tanggap sesuai peran yang telah ditetapkan. Rumah sakit yang ada diperkirakan akan menerima jumlah besar pasien yang tidak seperti biasanya. Tidak semua pasien datang dengan ambulans, sebagian datang dengan transportasi seadanya atau datanmg sendiri. Rumah sakit harus menyediakan fasilitas pengobatan tanpa mempertimbangkan jumlah pasien yang datang. Tidak boleh menolak pasien dengan alasan tempat tidur sudah penuh. Tiap rumah sakit harus mempunyai dalam rencananya suatu struktur komando, dengan menunjuk ketua tim medik bencana untuk mengatur tanggap reaksi bencana di dalam rumah sakit. Area khusus untuk menangani kasus yang cukup besar harus disiapkan untuk menampung kasus yang cukup besar. Rumah sakit harus tetap menerima kasus rutin diluar korban bencana dan persiapan harus dibuat untuk triase dan mengelola pasien ini. Ketua tim penanggulangan bencana harus bertanggung jawab kepada penanggung jawab bencana selama fase tanggap rumah sakit terhadap bencana. Rumah sakit yang menerima sedemikian banyak pasien mungkin membutuhkan bantuan medik bencana dari luar yang diarahkan oleh penanggung jawab bencana rumah sakit dan akan bekerja dibawah koordinasi ketua tim penanggulangan bencana rumah sakit. Tambahan tenaga ini mungkin diperoleh dari luar daerah bencana. Tenaga lain seperti relawan dll, yang
datang untuk membantu penanganan korban bencana akan bekerja didalam arahan ketua tim penanggulangan bencana rumah sakit. Bilamana terjadi bencana di luar rumah sakit, dan diminta oleh Dinas kesehatan Propinsi/Kota untuk mengirim tim medik RS Islam Banjarmasin ke lokasi bencana dan bekerja atas arahan Ketua tim medik di lokasi bersangkutan. Keputusan untuk dikirim tim medik akan dibuat oleh penanggung jawab tim bencana Rumah Sakit Islam Banjarmasin, setelah konsultasi dengan ketua tim penanggulangan bencana dan beberapa seksi diantaranya SDM, logistik, transportasi dan komunikasi. 3. Rencana Kerja Tahun 2009
B. Sistim Pelaporan Pelaporan pada saat terjadi bencana dilaksanakan oleh ketua tim penanggulangan bencana pada kesempatan pertama dengan prioritas utama kronologis pertolongan korban terlebih dahulu. Laporan rinci termasuk jumlah korban dan bantuan dari pihak lain akan dilakukan sesuai data yang didapatkan dari seluruh pos yang sudah masuk ke tim penanggulangan bencana, selanjutnya disampaikan ke Direktur sebagai penanggung jawab tim penanggulangan bencana dan semua pihak yang membutuhkan.
BAB IV. PENUTUP A. Kesimpulan Indonesia merupakan negeri “supermarket bencana” dimana hampir semua jenis bencana pernah dan berisiko untuk terjadi. Kenyataan yang ada sekarang adalah bahwa usaha penanggulangan bencana yang dilakukan terkesan masih bersifat reaktif, belum terprogram secara baik. Dengan adanya bencana antara lain, seperti kebakaran, keracunan massal, gempa bumi dan kecelakaan massal akan berdampak pada banyaknya anggota masyarakat kehilangan sanak saudara, kehilangan harta benda, rumah, pekerjaan. Banyak cedera social dan membutuhkan pertolongan medik. Dokter dan tenaga kesehatan lain mempunyai tugas dan kewajiban untuk memberikan pelayanan professional dalam pertolongan tersebut, sementara diantara mereka sendiri ada yang menjadi korban dari bencana itu sendiri. Rumah Sakit Islam Banjarmasin sebagai salah satu institusi kesehatan milik swasta yang turut berperan dalam membantu program pemerintah dalam penanggulangan bencana di Indonesia. Program penanggulangan bencana massal RS Islam Banjarmasin disusun berdasarkan bencana yang menimpa masyarakat luas secara mendadak dan tidak terduga (Eksternal disaster) menimbulkan banyak korban, dan dilain pihak terjadi pula bencana di sarana kesehatan (internal disaster) yang menimpa fisik rumah sakit dan beberapa anggota tenaga kesehatan sehingga terjadi kollaps fungsional secara parsial atau total. B. Saran dan Rekomendasi 1. Perlunya kesiapan rumah sakit dalam menerima kasus korban bencana. Di rumah sakit perlu ada tim penanggulangan medik untuk kasus massal akibat bencana dan musibah massal. 2. Disiapkan peraturan di rumah sakit untuk menghadapi masalah bencana. 3. Latihan secara berkala untuk menghadapi musibah massal, sebagai salah satu cara sosialisasi program penanggulangan bencana massal kepada berbagai pihak.
Lampiran Nomor Tentang
: SK Direktur RS Islam Banjarmasin : : Program Penanggulangan Bencana Massal (Disaster Plan) di RS Islam Banjarmasin
PROGRAM PENANGGULANGAN BENCANA MASSAL (DISASTER PLAN) RUMAH SAKIT ISLAM BANJARMASIN TAHUN 2009
D i s u s u n Oleh : TIM DISASTER PLAN
RUMAH SAKIT ISLAM BANJARMASIN 2 0 0 9