Review Jurnal Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja 3 Juni 2014 by utari kusuma A. Identitas jurnal Jurnal ilmiah ini berjudul Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja pada Modal kerja. Jurnal ilmiah ini berasal dari jurnal ilmiah ranggagading yang ditulis oleh Nusa Muktiaji dan Lia. Volume jurnal : 12 No. 1, April 2012. Dengan rentang halaman 20-27. B. Latar belakang Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan merupakan hasil dari proses manajemen yang memiliki karakteristik dan keterbatasan. Analisis terhadap laporan keuangan perusahaan sangat bermanfaat untuk mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan perusahaan. Salah satu analisis laporan keuangan adalah analisis laporan sumber dan penggunaan modal kerja yang cakupannya berisi darimana sumber dana yang diperoleh dan penggunaan modal kerja perusahaan. Modal kerja adalah dana yang harus tersedia dalam suatu perusahaan yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan.Laporan sumber dan pengunaan modal kerja ini bermanfaat bagi manajer dalam merencanakan penggunaan dana untuk menghindari hal yang tidak diinginkan perusahaan. Laporan analisis ini digunakan agar perusahaan dapat menilai posisi penggunaan modal kerjanya. Salah satu alat analisis yang digunakan adalah analisis rasio. Dari analisis rasio ini diharapkan manajer dapat menilai efisiensi dari modal kerja yang digunakan selama menjalankan operasional perusahaan. C. Tujuan Tujuan penulisan jurnal ini adalah untuk mengetahui penyebab terjadinya perubahan modal kerja yang menggambarkan sumber – sumber dari mana modal kerja diperoleh serta seberapa besar sumber dana modal kerja digunakan. D. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang sedang berlangsung. Metode ini terdiri dari beberapa sumber data yaitu 1. Perbandingan dengan perusahaan lain 2. Dengan menggunakan analisis rasio keuangan. E. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan tabel dapat disimpukan bahwa laporan sumber dan penggunaan modal yang baik lebih cenderung ke PT. Indosat Tbk karena laporan sumber dan penggunaan modal yang dihasilkan lebih besar dari PT. XL Axiata Tbk. Hal ini berarti PT. Indosat mampu mengoperasikan kegiatan operasionalnya dengan baik.
Laporan sumber dan penggunaan modal kerja PT. Indosat Tbk dan PT. XL Axiata Tbk Tahun 2006 2007 2008 2009 2010
Rp Rp Rp Rp Rp
PT. Indosat 5.296.761 12.194.680 11.935.728 10.659.750 9.251.865
Rp Rp Rp Rp Rp
PT. XL Axiata 7.336.104 7.741.851 14.629.906 9.603.270 5.083.788
Jadi untuk tabel dibawah ini dapat disimpulkan bahwa diantara kedua perusahaan sama-sama menghasilkan modal kerja yang negatif. Ini berarti perusahaan tidak mampu memenuhi kegiatan operasionalnya sehingga hasilnya tiap tahun negatif. Modal kerja PT. Indosat dan PT. XL Tahun 2006 2007 2008 2009 2010
Rp Rp Rp Rp Rp
PT. Indosat (1.137.773) (864.454) (983.472) (5.928.495) (5.787.999)
Rp Rp Rp Rp Rp
PT. XL (1.116.804) (5.340.227) (2.477.016) (4.001.605) (2.335.016)
F. Kesimpulan Laporan sumber dan penggunaan modal kerja PT. Indosat dan PT. Xl saling berhubungan, ini dilihat dari adanya peningkatan dan penurunan yang terjadi setiap tahunnya. Jika laporan sumber dan penggunaan modal kerja mengalami kenaikan maka modal kerjanya pun mengalami kenaikan, begitu pun sebaliknya.
Review Jurnal 1 Judul penelitian REPOSISI FUNGSI LEMBAGA KEUANGAN BANK DAN NON BANK DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN EKONOMI KERAKYATAN, PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DAN PENGEMBANGAN OTONOMI DAERAH Penulis
Lintang Venusita
Nama jurnal Tahun terbit Latar Belakang Penelitian
Jurnal Akuntansi Aktual, Vol. 2, Nomor 2, Juni 2013, hlm. 67-75 2013 Perkembangan paradigma dan orientasi pembangunan kearah kemandirian suatu daerah menuntut daerah tersebut melakukan percepatan pertumbuhan pembangunan. Hal ini sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah sehingga menuntut masingmasing daerah untuk mempersiapkan segala potensi, kemampuan dan infrastruktur daerah untuk mencapai keberhasilan otonomi daerah. Tidak hanya otonomi daerah yang dituntut kepada para pimpinan daerah melainkan juga dibangunnya suatu sistem pemerintahan daerah yang berbasis good governance. Namun tidak semua pelaku bisnis baik perusahaan yang berskala kecil maupun besar telah berperan serta dalam pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Hal ini disebabkan belum adanya aturan yang mewajibkan para pelaku bisnis untuk berpartisipasi dalam pengembangan ekonomi kerakyatan. Selain itu kurangnya perhatian pemerintah terhadap keikutsertaan pengembangan ekonomi kerakyatan. Terdapat beberapa perusahaan yang peduli terhadap eksistensi ekonomi kerakyatan, diantaranya lembaga perbankan baik milik pemerintah maupun swasta seperti Bank Rakyat Indonesia yang membentuk BRI Kredit Mikro, Bank Mandiri Kredit Mikro dan Bank Danamon Mikro. Lembaga keuangan bank tersebut telah menyalurkan sejumlah bantuan permodalan kepada para pelaku ekonomi kerakyatan dengan mengedepankan ketersediaan jaminan yang dimiliki oleh pengusaha kecil. Bentuk kemitraan ini masih sebatas pemberian modal semata namun masih belum nampak adanya pembinaan dan pemberian ketrampilan dan keahlian agar para pelaku ekonomi kerakyatan dapat lebih mendiri lagi dalam menjalankan usahanya. Bahkan terjadi kecenderungan dalam pemberian pinjaman modal hanya sebatas bantuan financial yang berlangsung dalam jangka pendek semacam suntikan dana. Padahal pelaku ekonomi kerakyatan tidak hanya memerlukan kucuran dana segar dalam jangka pendek melainkan pula pembinaan terhadap eksistensi ekonomi kerakyatan yang bukan hanya menjadi tugas dari pemerintah pusat dan daerah dalam hal ini dinas perdagangan dan perindustrian melainkan dari seluruh komponen pelaku bisnis. Pemberdayaan ekonomi rakyat perlu memperoleh prioritas dalam
Metode
pembangunan ekonomi nasional, sehingga para pelaku ekonomi
rakyat (pengusaha kecil, menengah dan koperasi) dapat menjadi pelaku utama dalam perekonomian nasional, terutama dengan pengalaman masa krisis yang terjadi saat ini. Berdasarkan perspektif tersebut, titik berat berat pemberdayaan ekonomi kerakyatan akan terletak pada upaya mempercepat pembangunan pedesaan dan daerah pinggiran perkotaan sebagai tempat bermukim dan berusaha sebagian besar subyek dan obyek pembangunan bangsa ini, dimanamereka berusaha sebagai petani, nelayan,
pedagang
maupun
pengusaha
home
industry.
Pemberdayaan ekonomi rakyat yang dilakukan harus mampu mengatasi dan mengurangi kendala dan hambatan yang dihadapi oleh pengusaha kecil, menengah, dan koperasi pada sektor industri pengolahan serta pedagang kecil yang sering disebut kaki lima di sektor perdagangan dan jasa. Keterbatasan dan hambatanhambatan tersebut antara lain keterbatasan sumberdaya manusia, keterbatasan akses modal dan sumber-sumber pembiayaan aktivitas
ekonominya
sehari-hari. Dengan
demikian, perlu
dikembangkan kemampuan profesionalisme pelaku usaha pada sektor usaha kecil tersebut secara berkesinambungan, agar mampu mengelola dan mengembangkan usahanya secara berdaya guna dan berhasil guna, sehingga dapat mewujudkan peran utamanya dalam segala
bidang
yang
mendukung
pengembangan
ekonomi
kerakyatan. Hasil
Upaya mereposisi fungsi lembaga keuangan bank dan non bank untuk memberdayakan ekonomi kerakyatan yang sebagian besar terdiri dari pelaku usaha kecil atau mikro dalam konteks pelaksanaan otonomi daerah, pembangunan harus diarahkan pada upaya untuk memajukan harkat, martabat, kualitas, serta kesejahteraan segenap lapisan masyarakat. Dalam konteks itu berarti pembangunan tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan
taraf
meningkatkan
kemauan
melestarikan
hidup dan
pembangunan
tetapi
juga
bertujuan
untuk
manusia
dalam
kemampuan secara
mandiri.
Pemberdayaan
ekonomi kerakyatan yang melibatkan peran serta lembaga keuangan bank dan non bank mikro akan lebih mengakomodir kepentingan pelaku usaha mikro yang kesulitan permodalan dan kemampuan untuk eksis di era persaingan bisnis saat ini. Bagi usaha mikro yang mempunyai keterbatasan jaminan untuk mendapatkan bantuan modal hendaknya tetap mendapat perhatian yang serius, selagi usaha mikro mempunyai kemampuan untuk mengembalikan modal pinjaman dan mampu mengembangkan usaha lebih pesat lagi, maka bantuan permodalan dapat diberikan kepada usaha mikro tersebut. Selain bantuan permodalan, yang lebih penting lagi tambahan bantuan ketrampilan dan peningkatan kemampuan untuk bisa menjalankan bisnis dan usahanya lebih professional lagi seperti pengetahuan tentang kualitas produk dan pengetahuan pemasaran poduk maupun jasa. Pemberdayaan ekonomi kerakyatan bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah dapat dilakukan sebagai wujud dari penurunan angka kemiskinan dengan memberikan bantuan modal, dan bekal ketrampilan serta penguasaan tehnologi yang murah namun berkualitas.
Review Jurnal 2 Judul penelitian
Kinerja Keuangan Sebagai Pemediasi Pengaruh Intensitas Resarch and Development dan Aset Tidak Berwujud Pada Nilai Perusahaan
Penulis
A Prawira Kurniawan dan I Made Mertha
Nama jurnal Tahun terbit
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol 14.1. Januari (2016) 2016 (Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014) Nilai perusahaan (value of the firm) tercermin dari nilai saham perusahaan yang beredar. Semakin tinggi harga saham, maka nilai perusahaan dan kemakmuran pemegang saham juga akan meningkat. Dilakukannya R&Dbertujuan untuk menciptakan suatu produk baru atau mengembangkan produk yang sudah ada agar bisa menarik para konsumen sehingga adanya peningkatan jumlah konsumen dan konsumen menjadi loyal terhadap perusahaan dan nantinya akan berdampak pada peningkatan pendapatan bagi perusahaan. Apabila perusahaan mampu memanfaatkan komponen aset tidak berwujud dengan baik, maka kinerja perusahaan akan meningkat dan selanjutnya akan meningkatkan nilai perusahaan. Nilai buku dari aset tidak berwujud lebih kecil dibandingkan nilai pasarnya, hal ini disebabkan oleh adanya konservatisme akuntansi
Latar Belakang Penelitian
Metode
Hasil
Sumber :
dan dengan demikian dapat menurunkan relevansi nilai dari informasi akuntansi. Pengukuran, perlakuan, dan penyajian aset tidak berwujud dalam laporan keuangan yang tidak sesuai dengan definisinya menyebabkan munculnya nilai tersembunyi atau unexplained value. Penyebab lainnya adalah ketidakkonsistenan standar terkait perlakukan aset tidak berwujud baik yang berasal dari kombinasi bisnis maupun yang dihasilkan secara internal. Pada Perusahaan Manufaktur . Penelitian ini menggunakan variabel pemediasi return on asset karena return on asset mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari total aset yang dimiliki. Apabila perusahaan mampu memanfaatkan komponen aset tidak berwujud dengan baik, maka kinerja perusahaan akan meningkat dan selanjutnya akan meningkatkan nilai perusahaan. Intensitas R&D dan INTAVberpengaruh positif dan signifikan pada nilai perusahaan dan kinerja perusahaan, kinerja perusahaan berpengaruh positif dan signifikan pada nilai perusahaan, kinerja perusahaan tidak memediasi hubungan antara intensitas R&D dan INTAV terhadap nilai perusahaan.