TUGAS AKHIR MODUL 5
O L E H
WELFRIDA SERAN,S.Pd
Pertanyaan: Bagaimana cara mengelola kelas dan mengakomodasi pembelajaran dengan karakteristik? Jawaban : A. PENGERTIAN PENGELOLAAN KELAS Sebagai tenaga profesional, seorang guru dituntut mampu mengelola kelas yaitu menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi tercapainya tujuan pengajaran. Menurut Yamin dan Maisah (2009: 27), pengelolaan kelas merupakan keterempilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran. Sedangkan menurut Usman (2003) dalam Aini (2009: 2) menyatakan bahwa pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif. Pengelolaan dipandang sebagai salah satu aspek penyelenggaraan sistem pembelajaran yang mendasar, di antara sekian macam tugas guru di dalam kelas. Berdasarkan uraian di atas, maka fungsi pengelolaan kelas sangat mendasar sekali karena kegiatan guru dalam mengelola kelas meliputi kegiatan mengelola tingkah laku siswa dalam kelas, menciptakan iklim sosio emosional dan mengelola proses kelompok, sehingga keberhasilan guru dalam menciptakan kondisi yang memungkinkan, indikatornya proses belajar mengajar berlangsung secara efektif. B. PENGELOLAAN KELAS PADA PEMBELAJARAN KIMIA Kaitannya dengan pembelajaran kimia, mata pelajaran Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia mempunyai karakteristik sama dengan IPA. Karakteristik tersebut adalah objek ilmu kimia, cara memperoleh, serta kegunaannya. Kimia merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat. Oleh sebab itu, mata pelajaran kimia di SMK perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta
mengembangkan ilmu dan teknologi. Tujuan mata pelajaran Kimia dapat dicapai oleh siswa melalui berbagai pendekatan, yaitu pendekatan induktif dalam bentuk proses inkuiri. Proses inkuiri bertujuan menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran kimia menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (Puskur, 2009: 1). Pembelajaran kimia harus menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.oleh karena itu pembelajaran kimia lebih menggunakan model pengelolaan kelas yang konstruktivis dimana proses belajar konstruktivistik yang secara konseptual, proses belajar jika dipandang dari pendekatan kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar ke dalam diri siswa, melainkan sebagai pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemutahkiran struktur kognitifnya. Pemberian makna terhadap obyek dan pengalaman oleh individu tersebut tidak dilakukan secara sendiri-sendiri oleh siswa, melainkan melalui interaksi dalam jaringan sosial yang unik, yang terbentuk baik dalam budaya kelas maupun di luar kelas. Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kamampuan awal tersebut akan menjadi dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan yang baru. Oleh sebab itu meskipun kemampuan awal tersebut masih sangat sederhana atau tidak sesuai dengan pendapat guru, sebaiknya diterima dan dijadikan dasar pembelajaran dan pembimbingan. Dalam belajar konstruktivistik guru atau pendidik berperan membantu agar proses pengkonstruksian belajar oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak menstransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Guru dituntut untuk lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar. Guru tidak dapat mengklaim bahwa satu-satunya cara yang tepat adalah yang sama dan sesuai dengan kemauannya. Pendekatan konstruktivistik menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan tersebut. Siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan pemikirannya tentang sesuatu yang dihadapinya. Dengan cara demikian, siswa akan terbiasa
dan terlatih untuk berpikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis, kreatif, dan mampu mempertanggung jawabkan pemikirannya secara rasional. Pandangan konstruktivistik mengemukakan bahwa lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas, konstruksi pengetahuan, serta aktivitas-aktivitas lain yang didasarkan pada pengalaman. Hal ini memunculkan pemikiran terhadap usaha mengevaluasi belajar konstruktivistik. Ada perbedaan penerapan evaluasi belajar antara pandangan behavioristik (tradisional) yang obyektifis dan konstruktivistik. Pembelajaran yang diprogramkan dan didesain banyak mengacu pada obyektifis, sedangkan Piagetian dan tugas-tugas belajar discovery lebih mengarah pada konstruktivistik. Obyektifis mengakui adanya reliabilitas pengetahuan, bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, dan tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah tersetruktur dengan rapi. Guru bertugas untuk menyampaikan pengetahuan tersebut. C. PENGELOLAAN KELAS BERDASARKAN KARAKTERISTIK SISWA 1. SECARA STATUS SOSIAL Karakteristik peserta didik dalam suatu kelas yang total berjumlah 30 siswa yakni jumlah laki-laki 20 orang dan jumlah perempuan 10 orang, dimana status sosial 50 % adalah anak dari pekerja buruh pabrik, 20% anak PNS dan 20% pengawai swasta BUMN. Pengelolan yang cocok untuk karakteristik siswa seperti ini adalah dengan menggunakan gaya pembelajaran kinestetis dan naturalis yang dimana pembelajaran ini lebih menggunakan bahan-bahan alami misalnya dalam mata pelajaran kimia untuk materi sistem koloid yang mana siswa diharuskan untuk melakukan pembelajaran secara praktikum sehingga guru sebagai pendidk dapat membagi siswa dalam bentuk kelompok heterogen yang dimana dapat membantu siswa yang lain saling bekerja sama dalam mengumpulkan bahan-bahan praktik. pendidik dituntut untuk mampu mengakomodasi hal-hal seperti ini. Misal dalam proses pembelajaran pendidik jangan sampai membeda-bedakan atau diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada peserta didiknya. Dan juga dalam memberikan tugas-tugas juga yang sekiranya mampu diselesaikan oleh semua peserta didik dengan latar belakang ekonomi sosial yang sangat beragam.
2. SECARA MINAT Karakteristik peserta didik dalam suatu kelas yang total berjumlah 30 siswa yakni jumlah laki-laki 20 orang dan jumlah perempuan 10 orang, dimana minat siswa 50% pada kegiatan olahraga, 10 %aspek akademis, 20% kegiatan seni, 20% aspek keterampilan. Jadi untuk karakteristik peserta didik ini lebih cocok mengunakan pembelajaran secara permainan
yang menggunakan pembelajaran visual dan auditory. Sebagai contoh pada materi struktur atom dimana sebagai guru melakukan pembelajaran dengan menggunakan video interaktif tentang struktur atom lalu sebagai evaluasi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran talking stick yang dimana siswa diminta untuk menjawab pertanyaan dari guru dengan menggunakan tongkat belajar dengan dimodifikasi menggunakan lagu. Dimana tongkat digilir mengunakan irama lagu dan saat lagu distop maka tongkat belajar berhenti berputar dan dimana anak yang mendapat tongkat tersebut harus menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, sehingga anak-anak mempunyai minat yang tinggi dalam pembelajaran. 3. SECARA KEMAMPUAN SISWA Karakteristik peserta didik dalam suatu kelas yang total berjumlah 30 siswa yakni jumlah laki-laki 20 orang dan jumlah perempuan 10 orang, dimana kemampuan siswa 40% batas bawah, 40% batas menengah dan 20% batas tinggi. Jadi pembelajaran yang cocok dalam materi hidrokarbon adalah dengan melakukan pembelajaran secara diskusi menggunakan model pembelajaran discovery learning dengan membentuk kelompok heterogen dimana kemampuan siswa yang kurang dan menengah dibagi rata dengan kempuan siswa yang tinggi sehingga bisa terjadi diskusi serta disertai sifat gotong royong. Disinilah peran guru sebagai fasilitaor dalam pembelajaran. Pembalajaran ini lebih dapat menggunakan preferensi kinestetik. 4. SECARA PREFERENSI BELAJAR Karakteristik peserta didik dalam suatu kelas yang total berjumlah 30 siswa yakni jumlah laki-laki 20 orang dan jumlah perempuan 10 orang, dimana 40% kinestetis, 30% visual dan 30% auditory. Jadi pembelajaran yang cocok untuk karakteristik peserta didik tersebut adalah dengan memberikan materi termokimia dimana siswa dapat mengintegrasikan priinsip hukum termokimia dalam kehidupan sehari-hari dengan cara melakukan percobaan kecil yang menggunakan alat-alat sederhana.