BAB I PENDAHULUAN
A.
DEFINISI Penyakit jantung bawaan adalah penyakit struktural jantung dan pembuluh darah besar yang sudah terdapat sejak lahir. Perlu diingatkan bahwa tidak semua penyakit jantung bawaan tersebut dapat dideteksi segera setelah lahir, tidak jarang penyakit jantung bawaaan baru bermanifestasi secara klinis setelah pasien berusia beberapa minggu, beberapa bulan, bahkan beberapa tahun ( Markum, 1996). Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak-anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal pada waktu bayi. Oleh karena itu, penyakit jantung bawaan yang ditemukan pada orang dewasa menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda. Hal ini pulalah yang menyebabkan perbedaan pola penyakit jantung bawaan pada anak dan pada orang dewasa (Panggabean & Harun, 1999). Kelainan jantung bawaan TGA ( Transposition Of The Great Arteries ) merupakan kelainan pada jantung berupa adanya pemindahan asl dari aorta dan arteri pulmonalis; aorta keluar dari ventrikel kanan dan arteri pulmonalis dari ventrikel kiri. Selain kelainan asal aorta dan arteri pulmonalis pada TGA terdapat kelainan pada jantung yang menyertai TGA seperti letak katup aorta, katup pulmonal, dan sebagainya. Pada PJB yang disebut TGA komplek ialah adanya letak katup aorta di kanan pada lengkung aorta ke kanan. ( Ngastiah, hal 110 ) Ada 2 macam TGA, yaitu (1) dengan Intact Ventricular Septum (IVS) atau tanpa VSD, dan (2) dengan VSD. Masing-masing mempunyai spektrum presentasi klinis yang berbeda dari ringan sampai berat tergantung pada jenis dan beratnya kelainan serta tahanan vaskuler paru. Penampilan klinis yang paling utama pada TGA dengan IVS adalah sianosis sejak lahir dan kelangsungan hidupnya sangat tergantung pada terbukanya PDA. Sianosis akan makin nyata saat PDA mulai menutup pada minggu pertama kehidupan dan bila tidak ada ASD akan timbul hipoksia berat dan asidosis metabolik. Sedangkan pada TGA dengan VSD akan timbul tanda dan gejala akibat aliran ke paru yang berlebih dan selanjutnya gagal jantung kongestif pada usia 2–3 bulan saat tahanan vaskuler paru turun. Karena pada TGA posisi aorta berada di anterior dari arteri pulmonalis maka pada auskultasi akan terdengar bunyi jantung dua yang tunggal dan keras, sedangkan bising jantung umumnya tidak ada kecuali bila ada PDA yang besar, VSD atau obstruksi pada alur keluar ventrikel kiri. Neonatus dengan TGA dan sianosis berat harus segera diberikan infus PGE1 untuk mempertahankan terbukanya PDA sehingga terjadi pencampuran yang baik antara vena sistemik dan vena pulmonal. Selanjutnya bila ternyata tidak ada ASD atau defeknya kecil, maka harus secepatnya dilakukan
Balloon Atrial Septostomy (BAS), yaitu membuat lubang di septum atrium dengan kateter balon untuk memperbaiki percampuran darah di tingkat atrium. Biasanya dengan kedua tindakan tersebut diatas, keadaan umum akan membaik dan operasi koreksi dapat dilakukan secara elektif. Operasi koreksi yang dilakukan adalah arterial switch, yaitu menukar ke dua arteri utama ketempat yang seharusnya yang harus dilakukan pada usia 2–4 minggu sebelum ventrikel kiri menjadi terbiasa memompa darah ke paru-paru dengan tekanan rendah. Operasi arterial switch dan penutupan VSD pada TGA dengan VSD, tidak perlu dilakukan pada usia neonatus dan tergantung pada kondisi penderita dapat ditunda sampai usia 3–6 bulan dimana berat badan penderita lebih baik dan belum terjadi penyakit obstruktif vaskuler paru akibat hipertensi pulmonal yang ada. ( Rudolph, 2001)
B.
ETIOLOGI Penyakit jantung bawaan diduga terjadi dimasa embrional. Disebabkan :
a.
Factor genetic. 1. Adanya gen – gen mutan tunggal ( dominan autosomal, resesif autosomal, atau terkait – X ) yang biasanya menyebabkan penyakit jantung bawaan sebagai bagian dari suatu kompleks kelainan. 2. Kelainan kromosom juga menyebabkan penyakit jantung kongenital sebagai bagian suatu kompleks lesi. 3. Factor gen multifaktorial, dipercaya merupakan dasar terjadinya duktus anterious paten dan dasar penyakit congenital lainnya.
b.
Factor lingkungan. 1. Lingkungan janin, ibu yang diabetic atau ibu yang meminum progesterone saat hamil mungkin akan mengalami peningkatan resiko untuk mempunyai anak dengan penyakit jantung congenital. 2. Lesi viral. Emriopati rubella sering menyebabkan stenosis pulmonal perifer, duktus arteosus paten dan kadang – kadang stenosis katup pulmonal. ( Rudolph Vol 1, hal 1603 )
C.
PATOFISIOLOGI Kelainan jantung congenital dua perubahan hemodinamik utama. Shunting atau percampuran darah arteri dan vena serta perubahan aliran darah pulmonal dan tekanan darah. Normalnya, tekanan pada jantung kanan lebih besar daripada sirkulasi pulmonal. Shunting terjadi apabila darah mengalir melalui lubang abnormal pada jantung sehat dari daerah yang bertekanan lebih tinggi kedaerah yang bertekanan rendah, menyebabkan darah yang teroksigenasi mengalir ke dalam sirkulasi sistemik. Aliran darah pulmonal dan tekanan darah meningkat bila ada keterlambatan penipisan normal serabut otot lunak pada
arteriola pulmonal sewaktu lahir. Penebalan vascular meningkat resistensi sirkulasi pulmonal, aliran darah pulmonal dapat melampaui sirkulasi sis dan aliran darah bergerak dari kanan ke kiri. Perubahan pada aliran darah, percampuran darah vena dan arteri, serta kenaikan tekanan pulmonal akan meningkatkan kerja jantung. Menifestasi dari penyakit jantung congenital yaitu adanya gagal jantung, perfusi tidak adekuat dan kongesti pulmonal.
D.
MANIFESTASI KLINIS a. Bayi lahir dalam keadaan sianosis, pucat kebiru – biruan yang disebut Picasso Blue. Sianosis merata keseluruh tubuh kecuali jika resistensi vascular paru sangat tinggi, dibagian tubuh sebelah atas akan lebih sianotik dibanding bagian bawah. b. Pada foto thorax terlihat jelas gambaran pembuluh darah abnormal. c. Pada umur tiga bulan, terjadi kelambatan penambahan berat badan dan panjang badan serta perkembangan otak terganggu. d. Disertai pulmonal stenosis sering timbul serangan anoksia, yang menandakan bahaya kematian. e. Bila terdapat gejala takipnea, maka tanda adanya gejala gagal jantung. f.
Pada aliran darah paru yang meningkat menunjukkan penampangan anterior – posterior dada bertambah.
g. Pada anak besar, tampak jelas voussure cardiac ke kiri. h. Pada auskultasi akan terdengar bunyi jantung II tunggal oleh karena katup pulmonal bersembunyi di belakang katup aorta. Bising dapat tidak ada sama sekali sampai bising pansistolik atau bising kontinu melalui duktus arteriosus.
E.
KOMPLIKASI Pasien dengan penyakit jantung congenital terancam mengalami berbagai komplikasi antara lain :
1.
Gagal jantung kongestif.
2.
Renjatan kardiogenik henti jantung.
3.
Aritmia.
4.
Endokarditis bakterialiastis.
5.
Hipertensi.
6.
Hipertensi pulmonal.
7.
Tromboemboli.
8.
Abses otak.
F.
PANATALAKSANAAN
a.
Penatalaksanaan Medik Dengan operasi, memungkinkan pasien dapat bertahan hidup setelah klien berumur 2 tahun. Jika sering mengalami spell, segera operasi paliatif ( BT shunt – membuat saluran dari arteri subklavia ke arteri pulmonal.). Pembedahan paliatif dilakukan agar terjadi pencampuran darah. Tindakan BAS (Ballon Atrial Septotomy) juga dapat dilakukan. Pada saat prosedur, suatu kateter balon dimasukan untuk membesar kelainan septum intra arterial. Pada cara Blalock Halen dibuat suatu kelainan septum atrium. Pada Edward vena pulmonale kanan. Cara Mustard digunakan untuk koreksi yang permanent. Septum dihilangkan, dibuatkan sambungan sehingga darah yang teroksigenasi dari vena pulmonal kembali ke ventrikel kanan untuk sirkulasi tubuh dan darah tidak teroksigenasi kembali dari vena pulmonal kembali ke ventrikel kanan untuk sirkulasi tubuh dan darah tidak teroksigenasi kembali dari vena cava ke arteri pulmonal untuk keperluan sirkulasi paru-paru. Kemudian akibat kelainan ini telah berkurang secara nyata dengan adanya koreksi dan paliatif. ( Pediatrica, hal III.29 )
b.
Penatalaksanaan Keperawatan Sama dengan pasien TF dan penyakit jantung lainnya. Bedanya tidak perlu tindakan memberikan sikap knee-chest karena sianosis selalu terdapat, maka O2 harus diberikan terus menerus secara rumat. Selain itu juga mengetahui bagaimana persiapan pasien untuk suatu tindakan seperti:
1)
Membuat rekaman EKG
2)
Mengukur tekanan darah secara benar
3)
Mempersiapkan pasien untuk kateterisasi jantung atau operasi
4)
Mengambil darah untuk pemeriksaan gas darah arteri. (Ngastiah, 111)
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN
I. A. 1)
MANAJEMEN KEPERAWATAN
Pengkajian Identitas Pasien: nama, umur, jenis kelamin, berat dan panjang badan lahir, berat dan tinggi badan sekarang.
2)
Riwayat Kesehatan: a. Riwayat penyakit sekarang, dan faktor pencetus. b. Riwayat kehamilan ibu. c. Riwayat penyakit dulu: Data fokus, kaji: 1. Riwayat batuk panas sering (infeksi saluran nafas), cepat lelah/ sering berhenti saat menghisap ASI/ susu/ makan (FD), banyak keringat, BB sulit naik, dan perkembangan motorik terlamba (FTT). 2. Bila pasien biru (sianosis): kaji riwayat bertambahnya sianosis saat beraktifitas; saat menghisap ASI/ susu/ menangis/ mandi pagi atau BAB, dengan suara nafas yang memburu. Kemudian lemas/ pingsan/ kejang, serta riwayat squatting. 3. Bila edema: kaji daerah edema, skala edema, intake cairan dan output 24 jam.
II.
PEMERIKSAAN FISIK
1.
Kepala: ukuran diameter kepala bayi/ anak, bentuk kepala bayi/ anak.
2.
Wajah: a. Mata: konjungtiva, sklera, palpebra, pupil. b. Hidung: terdapat masa/ tidak, sekret, kembang kempis cuping, epistaksis (mimisan). c. Telinga: serumen, simetris. d. Mulut: bibir ( sianosis, kering), tonsil, gusi, gigi (pada anak ukup usia), somatitis.
3.
Leher: JVP.
4.
Dada: a. Inspeksi: kemerahan, kebiruan, bentuk dada, simetris, retraksi dada. b. Palpasi: nyeri tekan (diindikasi dengan menangis pada bayi), ekspansi dada. c. Perkusi: kaji suara perkusi dari setiap ICS d. Auskultasi: kaji suara jantung dan paru.
5.
Abdomen: asites, bising usus, lingkar perut, pemeriksaan kuadran 1 (hepar, limpa, ginjal), kuadran 2 (lambung, ginjal), kuadran 3 (kolon), kuadran 4 (kolon, appendiks).
6.
Ekstremitas: kehangatan (suhu), kelembaban, edema, kekuatan pulsasi, pengisian kapiler, warna kuku.
III.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Ultra sono grafi (USG) untuk menentukan besar jantung, sis bentuk vaskularisasi paru, sera untuk mengetahui keadaan thymus, trachea, dan esophagus. 2. Electro Cardiografi ( ECG ), untuk menetahui adanya aritmia atau hipertropi. 3. Echo Cardiografi, untuk mengetahui hemodinamik dan anatomi jantung. 4. Kateterisasi dan Angigrafi, untuk mengetahui gangguan anatomi jantung yang dilakukan dengan tindakan pembedahan. 5. Pemeriksaan laboratorium, berupa pemeriksaan darah untuk serum elektrolit, Hb, packet cell volume ( PCV ) dan kadar gula. 6. Photo thorax untuk melihat atau evaluasi adanya cardiomegali dan infiltrate paru. ( Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, hal. 120 )
IV.
ANALISA DATA DAN DIAGNOSA
No.
Data Pendukung
1.
DS : DO
:
pasien
Etiologi
Masalah
Penurunan kotrifiktas jantung
Penurunan cardiac output
Tidak efektifitas pola napas
Peningkatan resistensi
terlihat
sianosis dan lemah.
2.
DS : DO
:
pasien
terlihat
menarik nafas dalam.
vaskular paru
3.
DS :
Ketidakmampuan menyusui
DO:
pasien
selalu
Perubahan nutrisi
dan makan
melepaskan susuan saat menyusui.
4.
DS : DO
Perfusi jaringan :
pasien
Penurunan sirkulasi darah
terlihat
perifer
udem di bagian perifer serta terdapat clubbing finger.
V.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Penurunan cardiac output berhubangan dengan penurunan kontraktifitas jantung.
2.
Tidak efektifitas pola nafas berhubungan dengan peningkatan resistensi vaskular paru
3.
Perubahan nutrisi berhubungan ketidakmampuan menyusu.
4.
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan sirkulasi darah perifer.
VI.
PERENCANAAN DAN RASIONAL
Hari/ Tgl
No.
Tujuan
Tindakan
Rasional
dapat 1.
1. Monitor tanda-tanda vital.1.
1. Gangguan pada jantung
gejala2.
2. Informasikan dan anjurkan
akan ada perubahan pada tanda-
Dx Senin/ 12/12/11
1
pasien mentoleransi gejala
yang tentang pentingnya istirahat
tanda vital seperti pernafasan
ditimbulkan
akibat yang adekuat.
menjadi cepat, peningkatan suhu,
penurunan
curah 3.
nadi meningkat, peningkatan
3.Berikan oksigen tambahan
jantung, dan setelah dengan kanula nasal/masker
tekanan darah, semuanya cepat
dilakukan
dideteksi untuk penangan lebih
tindakan sesuai indikasi.
keperawatan
terjadi 4.
peningkatan
curah dan sianosis
jantung
sehingga 5.
kekeadaan normal.
4. Kaji kulit terhadap pucat
lanjut. 2.
5. Secara kolaborasi berikan
2. istirahat yang adekuat dapat meminimalkan kerja dari jantung
tindakan farmakologis berupa
dandapat mempertahankan
digitalis; digoxin
energi yang ada.
3.
3. meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokord untukmelawan efek hipoksia/iskemia.
4.
4. pucat menunjukan adanya penurunan perfusi sekunder terhadap ketidakadekuatan curah jantung, vasokonstriksi dan anemi.
5.
5. mempengaruhi reabsorbsi natrium dan air, dan digoksin meningkatkankekuatan kontraksi miokard dan memperlambat frekuensi jantung dengan menurunkan konduksi dan memperlama periode refraktori pada hubungan AV untuk meningkatkan efisiensi curah jantung.
Senin/ 12/12/11
2
tidak terjadi
1.
ketidakefektitan pola nafas.
1.Evaluasi
frekuensi 1.
pernafasan dan kedalaman. 2.
1.pengenalan dini dan pengobatan venilasi abnormal
2.Observasi penyimpangan dapat mencegah komplikasi. dada,
selidiki
ekspansi
penurunan 2.
paru
2.udara atau cairan pada area
atau pleural mencegah ekspansi
ketidaksimetrisan gerakan lengkap(biasanya satu sisi) dan dada. 3.
memerlukan pengkajian lanjut
3.Kaji ulang laporan foto status ventilasi. dada
dan
pemeriksaan 3.
3 pantau keefektifan terapi
laboratorium GDA, hb sesuai pernafasan dan atau catat indikas 4.
4.Minimalkan menangis atau 4. aktifitas pada anak.
terjadinya komplikasi. 4.menangis akan menyebabkan pernafasan anak akan meningkatkan.
Senin/
3.
12/12/11
anak dapat makan dan1.
1.Anjurkan
ibu
menyusu dan tidak
terus memberikan anak kebutuhan nutrisi anak.
terjadi penurunan berat
susu,
badanselama terjadi
tetapi sering.
perubahan status nutrisi 2.
2.Jika
tersebut
kelemahan
walaupun
anak
adekuatannya
untuk 1.
sedikit 2.
2.infuse
akan
menambah
kebutuhan nutria yang tidak dapat menunjukan dipenuhi melalui oral.
akibat
ketidak 3.
nutrisi
3.meningkatan
intake,
dan
yang mencegah kelemahan.
masuk maka pasang iv 4. infuse 3.
1.air susu akan mempertahankan
4.selama makan atau menyusui mungkin dapat terjadi anak sesak
3.Pada anak yang sudah tidak atau tersedak. menyusui lagi maka berikan makanan dengan porsis edikit tapi sering dengan diet sesuai instruksi.
4.
4.Observasi selama pemberian makan atau menyusui.
Senin/ 12/12/11
4.
Setelah diberikan
1.
1.Monitor perubahan tiba-tiba 1.
1.Perfusi
serebral
secara
asuhan keperawatan
atau gangguan mental kontinu
langsung berhubungan dengan
selama 3x 24 jam
(cemas, bingung,letargi,
curah jantung, dipengaruhi oleh
perfusi jaringan
pinsan).
elektrolit/variasi
adekuat.
2.
2.Observasi adanya pucat, sianosis, belang, kulit
3.
basa,
2.hipoksia atau emboli sistemik. 2.
Vasokonstriksi sistemik
dingin/lembab, catat
diakibatkan oleh penurunan
kekuatannadi perifer.
curah
3. Kaji tanda Homan (nyeri
dibuktikan
pada betis dengan posisi
perfusi kulit dan penurunan nadi.
dorsofleksi), eritema, edema. 3. 4.
asam
4..Dorong latihan kaki aktif/pasif.
5.
5. Pantau pernafasan.
6.
Kaji fungsi GI, catat
distensiabdomen, konstipasi.
oleh
penurunan
Indikator adanya trombosis vena dalam.
4.
3.Menurunkan
stasis
vena,
meningkatkan aliran balik vena danmenurunkan
anoreksia, penurunan bising usus, mual/muntah,
jantungmungkin
resiko
tromboplebitis. 5.
4. Pompa jantung gagal dapat mencetuskan distres pernafasan.
7.
6.Pantau masukan dan
Namundispnea tiba-tiba/berlanjut
perubahan keluaran urine.
menunjukkan
komplikasi
tromboemboli paru. 6. 5. Penurunan aliran darah ke mesentrika dapat mengakibatkan disfungsi GI, contoh kehilangan peristaltik. 7. 6. Penurunan pemasukan/mual terus-menerus
dapat
mengakibatkanpenurunan volume
sirkulasi,
yang
berdampak negatif pada perfusi dan organ.
BAB III PENUTUP
1)
KESIMPULAN
Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak-anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meniinggal pada waktu bayi. Oleh karena itu, penyakit jantung bawaan yang ditemukan pada orang dewasa menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda. Hal ini pulalah yang menyebabkan perbedaan pola penyakit jantung bawaan pada anak dan pada orang dewasa (Panggabean & Harun, 1999). Kelainan jantung bawaan TGA ( Transposition Of The Great Arteries ) merupakan kelainan pada jantung berupa adanya pemindahan asl dari aorta dan arteri pulmonalis; aorta keluar dari ventrikel kanan dan arteri pulmonalis dari ventrikel kiri. Selain kelainan asal aorta dan arteri pulmonalis pada TGA terdapat kelainan pada jantung yang menyertai TGA seperti letak katup aorta, katup pulmonal, dan sebagainya. Pada PJB yang disebut TGA komplek ialah adanya letak katup aorta di kanan pada lengkung aorta ke kanan. ( Ngastiah, hal 110 )
DAFTAR PUSTAKA
Ngastiah. 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. EGC : Jakarta. Nursalam. dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Salemba Medika : Jakarta. Mirzanie, Hanifah. 2006. Pediatrica. Tosca Enterprise : Jogjakarta. Rudolph, Abraham M. dkk. 2007. Buku Ajar Pediatrik Rudolp Volume 3. EGC : Jakarta. Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, edisi 4. EGC ; Jakarta.
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan Neonatus 1. Identitas Klien Nama
: An.F
Tanggal lahir
: 16-Juli-2014
Jenis kelamin
: Perempuan
Diagnosa medis : TGA No RM
: 394.12.47
Tanggal masuk : 20-Juli-2014 Tanggal pengkajian
: 22-Juli-2014
Riwayat Alergi : Tidak ada Usia Gestasi
: 38 minggu
Berat Badan Lahir
: 3480 GRAM, Panjang Badan: 50 cm
2. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien usia 4 hari, saat lahir tidak sianotik,sianotik saat menangis. Sebelum nya pasien dirawat di RS Fatmawati, dirujuk ke RSCM untuk tindakan ECHO dan tindak lanjut selanjutnya.
3. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien sudah dilakukan tindakan BAS (Ballon Atrial Septotomy) pada tanggal 20-Juli-2014. Pasien naik ke ruang IW tanggal 22-Juli-2014.
4. Riwayat Tumbuh Kembang Dan Perinatal Care Pasien belum bisa tengkurap, duduk, berdiri, bicara, tumbuh gigi.
5. Riwayat Kehamilan Perawatan antenatal (ANC): teratur Tempat Pemeriksaan ANC: RS Fatmawati Komplikasi Kehamilan: Diabetes
6. Riwayat Persalinan: seksio secaria
7. Riwayat Psikososial orang tua Perkembangan interpersonal: ada dukungan dari keluarga lain, ada keterlibatan dari orang tua (berkunjung, kontak mata, menyentuh)
8. Pemeriksaan Fisik a. Kulit: sianotik di ujung jari tangan dan kaki, sianotik di bibir, turgor kulit elastic, Kepala: LP 33 cm, fontanel anterior lunak, sutura sagitalis tepat, gambaran wajah simetris, telinga, hidung, mata normal, mulut lembab b. Pernafasan Bentuk dada simetris, Down score : Respirasi Rate 40-55 x/mnt, tidak ada retraksi dada, sianotik menetap dengan pemberian oksigen gangguan pernafasan ringan (skor < 4), suara nafas sama kanan dan kiri, respirasi spontan tanpa alat bantu. c. Kardiovaskuler Sirkulasi : sianosis (+), anemis (-) TD: 90/45 mmHg, Nadi: 120-140x/menit, RR: 50x/menit,S: 36,9oC, SaO2 82 % dengan room air. Bunyi jantung S1 dan S2 normal. Irama jantung reguler, CRT 2 detik, murmur (-), gallop (-), d. Gastrointestinal Kondisi mulut klien tampak lembab, Tidak ada distensi abdomen,bising usus normal, ada reflek menelan, LP 33 cm, umbilicus/tali pusat kering, BAB spontan 3 x/hari, BAK spontan 5-8 x/hari. e. Ekstremitas Gerakan bebas, ekstremitas atas dan bawah normal f.
Reflek: moro lemah, menghisap kuat, babinski (+), rooting kuat
g. Tonus/aktivitas: aktivitas aktif, menangis keras h. Neurologi Kesadaran composmentis, tidak tampak gangguan neurologi
9. Pemeriksaan Penunjang -
Pemeriksaan laboratorium
Jenis pemeriksaan
Tanggal
Tanggal
Nilai rujukan
16/07/2014
21/07/2014
Bilirubin Total
7,3
5,91
< 12
Bilirubin Direk
1,2
1,07
< 0,2
Bilirubin Indirek
6,1
4,84
0,1- 0,7
Kimia Klinik
Natrium
126
135-147
Kalium
3,78
3,78
Klorida
108
108
Ureum
13
13
Kreatinin
0,5
0,5
Darah Lengkap : Hemoglobin
17,9
17,8
15-24
Hematokrit
54
52,7
44-70
Eritrosit
4,59
4,63
3-5,4
Trombosit
168
146
150-400
Leukosit
12,3
12,87
9,1-34
Hemostasis PT Pasien
11,7
Kontrol
11,7
APTT Pasien
52,5
Kontrol
31,4
HIV Penyaring
Non reaktif
HBSAg
Non reaktif
HCV
Non reaktif
-
Pemeriksaan Echocardiografi Pemeriksaan Echocardiografi pada tanggal 20/07/2014: Kesan : -
TGA-IVS
-
Atrial Situs solitus
-
AV Concordance
-
VA discordance
-
Foramen ovale still open
-
RA RV dilatasi
-
Ao arising from RV
-
-
PA arising from LV
-
Ao anterior to PA
-
Ao dan PA side by side
-
Inflat IVS
-
Small PDA ± 2 mm R to L shunt
-
Well contractility ventrikel All pulmonary veins to left atrium
Pemeriksaan Rontgen Thorax tanggal 20/7/2014:
Jantung kanan membesar ke kanan dan ke kiri, jantung mengisi lebih 1/3 ruang retrosternal, Ruang retrocardial tidak menyempit, aorta baik, Kesan: kardiomegali
10. Therapi Obat Naik ke ruang IW lantai 4 dengan vena dalam connect PG2 13 cc/jam, lipid 20% 1,1 cc/jam, aminosteril 6% 150 cc/24jam, intake per oral 8x17 cc.
ANALISA DATA TANGGAL 22/07/2014
SYMPTOM DS:
ETIOLOGI
PROBLEM
Malformasi jantung Penurunan
- Ibu pasien mengatakan anak nya biru (sianosis) saat : dimana PA keluar curah jantung menangis
dari ventrikel kiri,
DO:
dan
aorta
-
Kesadaran : Composmentis
ventrikel kanan
-
Keadaan umum : Sedang
-
TD: 90/45 mmHg, Nadi: 120-140x/menit, RR:
dari
50x/menit,S: 36,9oC, SaO2 82 % dengan room air -
Irama jantung reguler
-
Bunyi jantung S1 dan S2 normal
-
Perfusi ke jaringan perifer baik, CRT 2 detik
-
Pemeriksaan Echocardiografi pada tanggal 20-072014 Kesan : TGA-IVS, Atrial Situs solitus, AV Concordance, VA discordance, Foramen ovale still open, RA RV dilatasi, Ao arising from RV, PA arising from LV, Ao anterior to PA, Ao dan PA side by side, Inflat IVS, Small PDA ± 2 mm R to L shunt, Well contractility ventrikel All pulmonary veins to left atrium
22/07/2014
CXR tanggal 20/7/2104, Kesan: kardiomegali
DS:
Intake nutrisi yang Gangguan -
Ibu pasien mengatakan anaknya sudah mau tidak adekuat
nutrisi kurang
minum tetapi sedikit sedikit, saat ini baru bisa
dari kebutuhan
17 cc/3 jam
tubuh
DO : -
BB :3,48 Kg
-
TB :50 Cm
-
Intake per oral 8x17 cc
-
Masih terpasang cairan parenteral PG2 13 cc/jam, lipid 20% 1,1 cc/jam, aminosteril 6% 150 cc/24jam
-
Hasil lab tanggal 21/07/2014 bilirubin total 5,91 (7,3), bilirubin direk 1,07 (1,2) bilirubin indirek 4,84 (6,2)
22/7/2014
Tidak ada distensi abdomen,bising usus normal
DS :
Suplai dan
- Ibu klien mengatakan anaknya cepat lelah jika kebutuhan 02 tidak minum susu DO :
22/07/2014
mampuan/kelemaha n sekunder terhadap
- Saat menangis pasien tampak sianotik, takipneu,
penurunan kardiak
DS :
aktifitas
seimbang/ketidak
- Intake per oral 8x17 cc
spo2 70%
Intolerasi
output Belum sempurnanya Resiko tinggi
- Ibu klien mengatakan klien lahir tanggal 16 Juli koordinasi motorik
Jatuh
2014 DO : - Kesadaran : Composmentis - Keadaan umum : sedang - Ibu klien belum mengetahui cara untuk memasang penghalang tempat tidur - Ibu klien belum mengetahui arti segitiga kuning dan gelang kuning yang dipakai klien
DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan malformasi jantung : dimana PA keluar dari ventrikel kiri, dan aorta dari ventrikel kanan 2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat 3. Intolerasi aktifitas berhubungan dengan suplai dan kebutuhan 02 tidak seimbang/ketidak mampuan/kelemahan sekunder terhadap penurunan kardiak output 4. Resiko tinggi Jatuh berhubungan dengan belum sempurnanya koordinasi motorik
RENCANA INTRVENSI NO
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
INTERVENSI KEPERAWATAN
DX Dx.1
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1. Observasi kualitas dan kekuatan denyut
3x24 jam penurunan curah jantung tidak terjadi
jantung,
dengan kriteria :
kehangatan kulit
- Kesadaran compos mentis
2. Monitor
- Tanda-tanda vital stabil :
gelisah,
nadi
perifer,
tanda-tanda takikardi,
warna
CHF
dan
(Pucat,
tachypnea,
sesak,
Tekanan darah : 80-110mmHg
mudah lelah, periorbital edema, oliguria,
Nadi : 100-140x/menit
dan hepatomegali
Suhu 36,5-37,50 C
3. Berikan oksigen tambahan dengan kanula
Pernafasan : 50-55x/menit
nasal/masker sesuai indikasi.
- Bunyi jantung normal, murmur tidak ada
4.
- Sesak berkurang
5. Secara kolaborasi berikan tindakan farmakologis
- Capillary refill 2 detik
Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis
berupa digitalis; digoxin
- Akral hangat.
Dx2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan 1. Sediakan ASI dan susu formula yang kriteria : - Intake peroral adekuat
seimbang, tinggi zat-zat nutrisi 2. Timbang berat badan setiap hari dengan
- Turgor kulit elastic
timbangan yang sama dan waktu yang
- Tidak ada distensi abdomen
sama
- Mual muntah tidak ada
3. Catat intake dan output 4. Kaji toleransi minum 5. Pantau tanda-tanda vital 6. Kolaborasi dengan ahli gizi
Dx3
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1.Monitor tanda- tanda vital
3x24
2.Kaji aktifitas yang menyebabkan
jam
keluarga
pasien
dapat
memenuhi
kebutuhan pasien dengan kriteria :
sesak/speel 3.libatkan keluarga dalam memenuhi
- Kebutuhan pasien terpenuhi
kebutuhan pasien,jangan biarkan pasien
- sesak/speel tidak terjadi
terlalu lama menangis 4.kolaborasi pemberian o2 sesuai kebutuhan
Dx4
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Pakaikan gelang resiko jatuh berwarna 3x24 jam jatuh tidak terjadi dengan kriteria : - Klien tidak mengalami jatuh
kuning 2. Pasang tanda peringatan resiko jatuh, berupa tanda kuning yang dipasang pada bed dekat kaki klien 3. Lakukan penilaian ulang setiap shift 4. Tempat tidur klien di sesuaikan dengan perkembangan tubuh klien 5. Libatkan keluarga klien dalam membantu aktifitas klien sehari- hari 6. Pasang side rail saat klien tidur
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN TANGGAL&JAM
DX
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
22/07/2014 09.00-09.30
1,2,3,
Melakukan pengkajian keperawatan. R/ data objektif dan subjektif didapat.
09.30-09.45
1,2,3,
Mengobservasi TTV per 15 menit R/ 15 menit 1 Kesadaran composmentis, TTV : TD: 100/57 mmHg, N: 130 x/menit0C, S: 36,9oC RR : 40 x/mnit, Sat : 81% R/ 15 menit ke 2 TTV : TD: 101/60 mmHg, N: 140 x/menit0C, S: 37,2oC RR : 45 x/mnit, Sat : 82% R/ 15 menit ke 3 TTV : TD: 95/55 mmHg, N: 135 x/menit0C, S: 37,1oC RR : 42 x/mnit, Sat : 80% R/ 15 menit ke 4 TTV : TD: 90/51 mmHg, N: 135 x/menit0C, S: 37,1oC RR : 45 x/mnit, Sat : 80%
09.45-10.00
1,2
Mengobservasi intake dan output R/ intake per oral 17 cc diberikan, distensi abdomen (-)
10.00-10.30
4
Memberikan edukasi pemakaian gelang resiko jatuh berwarna kuning dan pemasangan tanda peringatan resiko jatuh, berupa tanda kuning yang dipasang pada bed dekat kaki klien R/ Ibu pasien mengerti Mengajarkan cara menaikkan dan menurunkan side rail dan
10.30-10.40
4
menganjurkan untuk menaikkan side rail saat klien tidur R/Ibu pasien mengerti Mengobservasi luka vena dalam di femoral kanan
10.40-11.00
1
R/ luka vena dalam bagus, kemerahan (-) Melakukan pengecekan pemberian nutrisi parenteral
11.00-12.00
1,`2
R/ Masih terpasang cairan parenteral PG2 13 cc/jam, lipid 20% 1,1 cc/jam, aminosteril 6% 150 cc/24jam Mengobservasi intake dan output
12.00-12.30
1,2,3
R/ intake per oral 20 cc diberikan, distensi abdomen (-), muntah
(-) Mengobservasi TTV : 12.30-12.45
3
R/ kesadaran coposmentis TTV : TD: 95/50 mmHg, N: 130 x/menit0C, S: 37,1oC RR : 45 x/mnit, Sat : 80% Melakukan pengecekan kondisi akral perifer dan capillary refill R/ Akral perifer hangat, CRT 2 detik Mengkaji ulang status pernafasanya (kedalaman, suara nafas, penggunaan otot Bantu pernafasan)
12.45-13.00
3
R/ Bernafas spontan room air, cuping hidung (-), tidak tampak retraksi dinding dada, pernafasan perut (+), ronkhi (-), tidak menggunakan otot bantu pernafasan Memberikan edukasi pada ibu pasien agar tidak membiarkan anaknya terlalu lama menangis
13.00-13.30
2
R/ Ibu pasien mengerti
Mengobservasi TTV R/ kesadaran composmentis, TTV : TD: 96/58 mmHg, N: 140
23/07/2014 13.30-13.45
1,2,3
x/menit0C, S: 37,1oC RR : 48 x/mnit, Sat : 80% Melakukan pengecekan pemberian nutrisi parenteral R/ Masih terpasang cairan parenteral PG2 10 cc/jam, aminosteril
13.45-14.00
1,2,3
6% 150 cc/24jam Mengobservasi intake dan output R/ intake per oral 30 cc diberikan, distensi abdomen (-), muntah
14.00-14.30
1,2,3
(-), sesak (-) Memberikan edukasi ulang cara menaikkan dan menurunkan side rail dan menganjurkan untuk menaikkan side rail saat klien tidur
14.30-14.45
4
R/Ibu pasien mengerti Melakukan pengecekan kondisi akral perifer dan capillary refill R/ Akral perifer hangat, CRT 2 detik Mengkaji ulang status pernafasanya (kedalaman, suara nafas,
14.45-15.00
1,3
penggunaan otot Bantu pernafasan) R/ Bernafas spontan room air, cuping hidung (-), tidak tampak retraksi dinding dada, pernafasan perut (+), ronkhi (-), tidak
15.00-15.30
1,3
menggunakan otot bantu pernafasan
Melibatkan ibu pasien dalam melakukan perawatan diri (personal hygiene) pasien R/ Ibu pasien mengerti cara memandikan pasien Mengobservasi intake dan output 15.30-16.00
3
R/ intake per oral 30 cc diberikan, distensi abdomen (-), muntah (-), sesak (-) Berkolaborasi dengan dokter jaga untuk mengurangi cairan
16.00-16.30
1,2,3
parenteral karena intake/oral sudah baik R/ Instruksi PG 2 10 cc/jam, kebutuhan cairan on demand Melakukan ganti balutan luka vena dalam dan melakukan
16.30-16.45
1,2,3
pengecekan patency dari vena dalam R/ Kondisi vena dalam baik, kemerahan (-), masih bisa diaspirasi dan di flush
16.45-17.00
1
Mengobservasi TTV R/ kesadaran composmentis, TTV : TD: 101/60 mmHg, N: 135 x/menit0C, S: 36,9oC RR : 45 x/mnit, Sat : 80% Mengkaji ulang status pernafasanya (kedalaman, suara nafas,
17.00-17.30
1,2,3
penggunaan otot Bantu pernafasan) R/ Bernafas spontan room air, cuping hidung (-), tidak tampak retraksi dinding dada, pernafasan perut (+), ronkhi (-), tidak
17.30-17.45
1,3
menggunakan otot bantu pernafasan Mengobservasi intake dan output R/ intake per oral 30 cc diberikan, distensi abdomen (-), muntah (-), sesak (-) Memberikan edukasi pada ibu pasien dalam memberikan intake
17.45-18.15
1,2,3
ASI langsung kepada pasien R/ Ibu pasien mengerti Mengkaji ulang status pernafasanya saat diberikan ASI
18.15-18.30
3
R/ Bernafas spontan room air, cuping hidung (-) Memberikan edukasi pada ibu pasien agar tidak membiarkan anaknya terlalu lama menangis
1,2,3
R/ Ibu pasien mengerti Mengobservasi TTV
18.30-19.00
1,3
R/ kesadaran composmentis, TTV : TD: 99/55 mmHg, N: 130
x/menit0C, S: 36,9oC RR : 50 x/mnit, Sat : 81% Mengkaji ulang status pernafasanya (kedalaman, suara nafas, 19.00-19.30
1,3
penggunaan otot Bantu pernafasan) R/ Bernafas spontan room air, cuping hidung (-), tidak tampak retraksi dinding dada, pernafasan perut (+), ronkhi (-), tidak
19.30-20.00
1,3
menggunakan otot bantu pernafasan
TANGGAL 22/07/2014
CATATAN PERKEMBANGAN S : Ibu pasien mengatakan sudah bisa memberikan susu lewat botol kepada anaknya O: -
Kesadaran composmentis, TD: 95/50 mmHg, N: 130 x/menit0C, S: 37,1oC RR : 45 x/mnit, sianotik (+), Sat : 80%
-
Kondisi Akral perifer hangat, CRT 2 detik
-
Terpasang vena dalam connect PG2 13 cc/jam, lipid 20% 1,1 cc/jam, aminosteril 6% 150 cc/24jam
-
Intake/oral 8x17 cc, distensi abdomen (-), muntah (-)
-
Bernafas spontan room air, cuping hidung (-), tidak tampak retraksi dinding dada, pernafasan perut (+), ronkhi (-)
-
Pasien risiko tinggi jatuh
A : 1. Penurunan curah jantung 2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 3. Intolerasi aktifitas 4. Resiko tinggi Jatuh P : Lanjutkan intervensi 23/07/2014
S : Ibu pasien mengatakan anaknya sudah bisa minum ASI langsung O: -
Kesadaran composmentis, TD: 99/55 mmHg, N: 130 x/menit0C, S: 36,9oC RR : 50 x/mnit, sianotik (+) Sat : 81%
-
Akral perifer hangat, CRT 2 detik
-
Terpasang vena dalam connect PG2 10 cc/jam, aminosteril 6% 150 cc/24jam
-
Intake oral 8x30 cc ASI dan susu formula
-
Bernafas spontan room air, cuping hidung (-), tidak tampak retraksi dinding dada, pernafasan perut (+)
-
Pasien risiko tinggi jatuh
A : 1. Penurunan curah jantung 2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 3. Intolerasi aktifitas 4. Resiko tinggi Jatuh P : Lanjutkan intervensi