PERBEDAAN BUDIDAYA TANAMAN SECARA HIDROPONIK DAN KONVENSIONAL Disusun untuk memenuhi tugas mata Produksi Tanaman Sayuran Semester Genap Tahun 2012
Kelompok : Debora Pandiangan
150510090050
Anggun Wulandari
150510090076
Sensia Gibsi
150510090084
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Seiring dengan perubahan zaman, teknologi dan lingkungan muncul beberapa alternative dalam system budidaya tanaman. Masalah-masalah yang muncul mulai dari penyempitan lahan pertanian, lonjakan hama dan penyakit yang sulit dikendalikan memunculkan idea tau gagasan teknologi terbaru yaitu hidroponik. Hidroponik merupakan salah satunya solusi yaitu berupa sistem tanam yang tidak menggunakan media, yang selama ini di anggap sebagai media satusatunya untuk bertanam. Media tersebut berupa media non tanah, bisa berupa air, udara, maupun jenis lain yang selain tanah, seperti arang sekang, pasir dan lain sebagainya. Hidroponik diambil dari bahasa Yunani yaitu Hydroponous, hydro berarti air dan ponous berarti kerja. Hidroponik adalah teknologi bercocok tanam yang menggunakan air, nutrisi, dan oksigen. Ada beberapa keuntungan yang bisa didapat dari bertanam secara hidroponik dibandingkan bertanam secara konvensional. Dalam perkembangannya sejak mulai popular 40 tahun lampau, hidroponik telah banyak mengalami perubahan. Media yang digunakan lebih banyak yang sengaja dibuat khusus. Demikian juga dengan wadah-wadah yang digunakan, seperti pot. Metode hidroponik merupakan metode menumbuhkan tanaman di dalam larutan nutrisi tanpa menggunakan media tanah. Ditinjau dari segi sains, hidroponik telah membuktikan bahwa tanah tidak diperlukan untuk menumbuhkan tanaman, kecuali unsur-unsur, mineral dan zat-zat makanan seperti dalam tanah. Dengan mengeliminasi tanah berarti juga mengeliminasi hama/penyakit yang ada dalam tanah dan mengurangi pengendalian tanah secara teliti nutrisi tanaman.
BAB II ISI 2.1. Prinsip dasar Hidroponik Hidroponik (hydroponic) berasal dari kata Yunani yaitu hydro yang berarti air dan ponos yang artinya daya. Hidroponik juga dikenal sebagai soilless culture atau budidaya tanaman tanpa tanah. Jadi hidroponik berarti budidaya tanaman yang mamanfaatkan air dan tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam atau soilles. Pemilihan jenis tanaman yang akan dibudidayakan untuk skala usaha komersial harus diperhatikan. Sebagai contoh jenis tanaman yang mempunyai nilai jual di atas rata-rata, yaitu: a. Paprika b. Tomat c. Timun Jepang d. Melon e. Terong Jepang f. Selada. Selain jenis tanaman di atas, banyak lagi yang dapat dibudidayakan dengan teknik hidroponik apabila dilakukan hanya pada kegiatan hobi saja. Bertanam dengan sistem hidroponik, dalam dunia pertanian bukan merupakan hal yang baru. Namun demikian hingga kini masih banyak masyarakat yang belum tahu dengan jelas bagaimana cara melakukan dan apa keuntungannya. Dalam kajian bahasa, hidroponik berasal dari kata hydro yang berarti air dan ponos yang berarti kerja. Jadi, hidroponik memiliki pengertian secara bebas teknik bercocok tanam dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman, atau dalam pengertian sehari-hari bercocok tanam tanpa tanah. Dari pengertian ini terlihat bahwa munculnya teknik bertanam secara hidroponik diawali oleh semakin tingginya perhatian manusia akan pentingnya kebutuhan pupuk bagi tanaman. Dimanapun tumbuhnya sebuah tanaman akan tetap dapat tumbuh dengan baik apabila nutrisi (hara) yang dibutuhkan selalu tercukupi. Dalam konteks ini fungsi dari tanah adalah untuk penyangga tanaman dan air yang ada merupakan pelarut unsur hara (nutrisi), untuk kemudian bisa diserap tanamanan. Dari pola pikir inilah yang akhirnya melahirkan teknik bertanam dengan hidroponik, dimana
yang ditekankan adalah pemenuhan kebutuhan nutrisi (hara) sebagaimana yang telah disampaikan dimuka. 2.2. Kelebihan tanaman dengan sistim hidroponik Beberapa kelebihan tanaman dengan sistim hidroponik antara lain:
Ramah lingkungan karena tidak menggunakan pestisida atau obat hama yang dapat merusak tanah, menggunakan air hanya 1/20 dari tanaman biasa, dan mengurangi CO2 karena tidak perlu menggunakan kendaraan atau mesin.
Tanaman ini tidak merusak tanah karena tidak menggunakan media tanah dan juga tidak membutuhkan tempat yang luas.
Bisa memeriksa
akar
tanaman secara periodik untuk
memastikan
pertumbuhannya.
Pemakaian air lebih efisien karena penyiraman air tidak perlu dilakukan setiap hari sebab media larutan mineral yang dipergunakan selalu tertampung di dalam wadah yang dipakai.
Hasil tanaman bisa dimakan secara keseluruhan termasuk akar karena terbebas dari kotoran dan hama
Lebih hemat karena tidak perlu menyiramkan air setiap hari, tidak membutuhkan lahan yang banyak, media tanaman bisa dibuat secara bertingkat
Pertumbuhan tanaman lebih cepat dan kualitas hasil tanaman dapat terjaga
Bisa menghemat pemakaian pupuk tanaman
Tidak perlu banyak tenaga kerja
Lingkungan kerja lebih bersih
Tidak ada masalah hama dan penyakit tanaman yang disebabkan oleh bakteri, kulat dan cacing nematod yang banyak terdapat dalam tanah
Dapat tanam di mana saja bahkan di garasi dan tanah yang berbatu
Dapat ditanam kapan saja karena tidak mengenal musim Beberapa tanaman yang sering ditanam secara hidroponik, adalah sayur-
sayuran seperti bak choy, brokoli, sawi, kailan, bayam, kangkung, tomat, bawang, bahkan strowbery, dll. Tanaman demikian sering menjadi pilihan utama kaum vegan/vegetarian yang sangat memperhatikan proses suatu tanaman apakah
terdapat pembunuhan makhluk hidup, tercampur unsur kimiawi, konservasi lingkungan dan usaha penghijauan. 2.3.Perbedaan umum budidaya secara hidroponik dan konvensional No Hidroponik
Konvensional
1.
Bekerja secara steril atau bersih
Bekerja tidak steril atau bersih
2.
Penggunaan nutrisi oleh tanaman Penggunaan nutrisi oleh tanaman kurang efisien
efisien
3.
Tanaman bebas dari gulma
Gulma sering tumbuh di tanah
4.
Pertumbuhan
tanaman
lebih Pertumbuhan tanaman
terkontrol 5.
lebih kurang
terkontrol
Kuantitas dan kualitas tanaman Kuantitas dan kualitas tanaman kurang sangat tinggi
6.
terkontrol
Tanaman tidak mudah terserang Tanaman
7.
mudah terserang hama dan
hama dan penyakit
penyakit
Mempunyai ciri:
Mempunyai ciri:
a. Lahan yang dibutuhkan
a. Lahan yang dibutuhkan lebih
tidak terlalu luas
luas
b. Kesuburan dapat diatur
b. Menggandalkan unsure tanah
c. Nilai jual tinggi
c. Nilai jual tidak begitu tinggi
2.4.Macam-Macam Hidroponik
Static solution culture / kultur air statis
Continuous-flow solution culture, contoh : NFT,DFT
Aeroponics
ive sub-irrigation
Ebb and flow atau flood and drain sub-irrigation
Run to waste
Deep water culture
Bubbleponics
Bioponic
2.5.Media Tanam Inert Hidroponik Media tanam inert adalah media tanam yang tidak menyediakan unsur hara. Pada umumnya media tanam inert berfungsi sebagai buffer dan penyangga tanaman.
Arang sekam
Spons
Expanded clay
Rock wool
Coir
Perlite
Pumice
Vermiculite
Pasir
Kerikil
Serbuk kayu
2.6. Bahan-bahan untuk Hidroponik Pot yang ukuran besarnya disesuaikan dengan tanaman yang akan dijadikan maskot, bisa berupa tanaman sayur seperti terong dan sebagainya. Bisa juga tanaman tahunan seperti kedondong, jambu ataupun juga bunga-bungaan. Pot yang digunakan sebaiknya pot bertingkat, yang dilengkapi dengan wadah penampung air dibagian dasarnya. Bahan pot dapat dari tanah liat dan juga plastik, keduanya memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Pot dari tanah liat misalnya memiliki keunggulan mampu menjaga stabilitas temperatur media, akan tetapi cepat berlumut dan mudah rusak. Sementara pot dari plastik lebih awet namun tidak bisa melewatkan air dari dinding potnya sehingga stabilitas media tidak stabil. Kemudian sebagai media tanam diantaranya dapat digunakan pasir, batu apung putih, batu zeolit, pecahan batu bata, batu kali dan kawat kasa nilon. Untuk menjaga sterilitas bahan, sebaiknya semua bahan direbus dulu sebelum
dijadikan media tanam. Sedangkan tanamannya, diambil tanaman yang telah tumbuh di dalam polybag dan siap direplanting kedalam pot. 2.7.Cara Penanaman Apabila semua bahan sudah siap, pertama-tama ambil kawat kasa nilon letakkan didasar pot. Kemudian masukkan pecahan batu bata selapis, di atasnya diberi batu apung dan batu zeolit hingga sepertiga bagian dari pot yang digunakan. Setelah itu, ambil tanaman yang siap dipindahkan dari polybag ke pot, caranya bersihkan akar tanaman yang selama ini sudah tumbuh di polybag tersebut dengan cara melarutkan media tanamnya (tanah) kedalam air. Setelah akar-akarnya kelihatan bersih, kemudian kita amati kembali akar tersebut. Bila ditengarai ada akar yang rusak ataupun terlalu panjang (disesuaikan dengan besarnya tanaman maskot dan pot) sebaiknya dipotong. Demikian juga untuk daunnya, apabila terlalu rimbun perlu untuk dikurangi. Kemudian bibit ditanam dalam pot yang sudah terisi bahan sepertiga bagian dan lanjutkan penambahan media tanam hingga dua pertiga bagian pot. Langkah selanjutnya isilah pot bertingkat tersebut dengan nutrisi yang dibutuhkan (sesuai paparan dibawah). Sedang untuk pertama kalinya, tanaman perlu pengerudungan dengan plastik transparan selama dua minggu, letakkan ditempat yang teduh. 2.8. Formulasi Kebutuhan Nutrisi Pemenuhan kebutuhan nutrisi bisa andaperoleh dengan cara memberi berbagai macam pupuk khusus hidroponik dengan formulasi tertentu yang banyak tersedia ditoko-toko pertanian. Dalam fase awal pertumbuhan perlu perawatan secara rutin, misalnya dipagi hari tanaman perlu dikenakan sinar matahari. Kemudian juga perlu pemupukan secara rutin dalam setiap dua hingga lima hari sekali. Gunakan pupuk NPK sebanyak satu sendok makan untuk kemudian larutkan kedalam sepuluh liter air. Masukkan larutan pupuk ini kedalam pot dasar sesuaikan dengan ketersediaan air dalam pot. Sebagaimana dalam paparan dimuka, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bisa juga dilakukan dengan pemberian pupuk tambahan. Yang pemenuhannya bisa melalui daun, misalnya disemprot dengan Mamigro ataupun tambahan pupuk mikro dengan aplikasi
seminggu sekali. Mengenai kebutuhan nutrisi dalam teknik hidroponik, Soedarsono salah seorang civitas akademika dari IPB Bogor juga pernah menentukan sebuah formula sebagai berikut : Kebutuhan unsur makro dapat dipenuhi dengan 6 gram urea, 9 gram SP36, 5 gram 2K, 5 gram garam inggris (MgSO4) dan 7,5 gram kapur (kalsium karbonat). Sedangkan unsur mikronya dapat dipenuhi dengan 2,86 gram asam boraks, 0,22 gram asam sulfat, 2.03 gram mangan sulfat, 0.08 gram terusi, 0.02 asam molibdad dan 7.5 gram Fechelat. Cara pengaplikasiannya seperti dalam penggunaan NPK, yakni semua unsur baik makro maupun mikro dilarutkan kedalam 10 liter air. Salah satu bentuk budidaya hidroponik secara besar-besaran dalam greenhouse. BAB III KESIMPULAN Hidroponik. Berasal dari bahasa Yunani, Hydroponic, dimana hydro berarti air dan ponous berarti kerja. Sesuai arti tersebut, bertanam secara hidroponik merupakan teknologi bercocok tanam yang menggunakan air, nutrisi, dan oksigen. Hidroponik merupakan metode bercocok tanam tanpa tanah. Bukan hanya dengan air sebagai media pertumbuhannya, seperti makna leksikal dari kata hidro yang berarti air, tapi juga dapat menggunakan media-media tanam selain tanah seperti kerikil, pasir, sabut kelapa, zat silikat, pecahan batu karang atau batu bata, potongan kayu, dan busa. Pada budidaya hidroponik, semua kebutuhan nutrisi diupayakan tersedia dalam jumlah yang tepat dan mudah diserap oleh tanaman. Pemberian nutrisi melalui permukaan media tanam atau akar tanaman. Ketersediaan nutrisi dalam bentuk cair itulah yang dipakai sebagai awal berpijak penerapan budidaya tanaman hidroponik.
DAFTAR PUSTAKA Wikipedia.com, diakses tgl 25 maret 2012 Zulfitri. 2005. Analisis Varietas dan Polibag Terhadap Pertumbuhan Serta Hasil Cabai (capsicum annum L.) Sistem Hidroponik. Universitas Mercu Buana. Jakarta. Subiyanti.