Laporan Praktikum ke-5 m.k Penyakit Organisme Akuatik
Hari/Tanggal Kelompok/Shift Asisten
: Minggu/16 Okt 2017 : 3/1 : M Iqbal K
ISOLASI CENDAWAN
Disusun oleh: M Fathul Qorib B A C14150034
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2017
PENDAHULUAN Latar Belakang Kegiatan budi daya ikan air tawar seringkali menghadapi kendala dalam pelaksanaannya. Salah satu kendala utama dalam kegiatan budi daya ialah penyakit baik penyakit infeksius maupun non infeksius. Tidak dapat dipisahkannya antara komponen lingkungan, inang, serta patogen merupakan penyebab utamanya penyaki pada kegiatan budidaya. Penyakit infeksius disebabkan oleh serangan patogen seperti virus, bakteri, jamur maupun protozoa yang bersifat parasit. Sedangkan penyakit non infeksius lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan, pakan, maupun genetik ikan tersebut (Aryani et al. 2004). Usaha perikanan terutama budidaya telah berkembang pesat dan diusahakan secara intensif dengan ciri padat penebaran yang tinggi dan lingkungan yang terkontrol. Hal ini memerlukan manajemen yang baik agar menghasilkan komoditas yang berkualitas. Dalam pengelolaannya, seringkali terdapat kendala yang berpeluang menghambat kelancaran usaha budidaya. Salah satu kendala tersebut adalah penyakit yang berimplikasi negatif terhadap produktifitas komoditas budidaya. Munculnya serangan penyakit disebabkan oleh interaksi yang tidak serasi antara inang, patogen dan lingkungan. Interaksi yang tidak serasi mengakibatkan stres pada ikan sehingga melemahkan mekanisme pertahanan diri dan ikan mudah terserang penyakit. Salah satu jenis penyakit yang sering dijumpai pada usaha budidaya bik pembenihan maupun pembesaran adalah penyakit yang disebabkan oleh cendawan (Nuryati et al. 2009). Beberapa penyakit yang disebabkan oleh cendawan dapat menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi pembudidaya atau penggiat usaha di bidang akuakultur. Sampai saat ini biota budidaya di air payau cenderung lebih mudah terkena berbagai penyakit, karena sistem budidaya air payau biasanya masih menggunakan sistem terbuka artinya kontrol pakan, kualitas air maupun aspek lainnya dalam budidaya tidak efektif pengontrolamya seperti halnya budidaya ikan air tawar di kolam. Menurut Barber et al. (1998) beberapa faktor yang berperan terhadap serangan penyakit pada ikan adalah kepadatan ikan yang dibudidaya, sistem kurungan yang dipakai, budidaya secara monokultur dan stres. Penyakit pada ikan disebabkan oleh faktor biotik dan abiotik yaitu faktor fisik dan kimiawi air dan berbagai organisme patogen. Penyakit ikan yang diakibatkan oleh jamur sudah lama diketahui, namun pengetahuan tentang jenis jamur tertentu yang merupakan patogen primer pada suatu jenis penyakit masih relatif tertinggal dibanding dengan penyakit ikan yang disebabkan oleh bakteri maupun virus. Masalah utama yang umum dihadapi antara lain adalah- teknik untuk mendapatkan isolat murni, identifikasi dan menentukan apakah jenis jamur tersebut benar-benar patogen atau hanya jamur saprofitik yang mengambil keuntungan dari suatu luka.
Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari teknik isolasi cendawan serta mengetahui jenis dan morfologi dari cendawan yang sering menginfeksi organisme akuatik
METODOLOGI Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada 9 Oktober 2017 pukul 07.00-10.00 WIB bertempat di Laboratorium Kesehatan Ikan lantai 2 Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cawan, jarum ose, bunsen, plastic warp, pinset, kaca preparat dan mikroskop Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah jamur yang menempel pada telur udang windu, media GYA, dan alkohol 70%, Prosedur Identifikasi Cendawan yang terdapat pada bagian tubuh ikan diambil menggunakan pinset kemudian disimpan di atas kaca objek. Cendawan pada kaca preparat ditetesi akuades terlebih dahulu sebelum diamati menggunakan mikroskop. Morfologi dan cirri dari cendawan diamati menggunakan mikroskop. Kultur Cendawan Cendawan yang terdapat pada bagian tubuh ikan diambil menggunakan pinset kemudian disimpan di pada media glucose yeast agar yang telah diinkubasi selama 24 jam. Penyimpanan cendawan pada media glucose yeast agar dilakukan dengan teknik aseptik. Rekultur Cendawan Isolat cendawan yang terdapat pada media glucose yeast agar diambil menggunakan pinset kemudian disimpan di pada media glucose yeast agar yang telah diinkubasi selama 24 jam. Penyimpanan cendawan pada media glucose yeast agar dilakukan dengan teknik aseptik.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Berikut ini merupakan tabel hasil isolasi cendawan pada telur udang windu dan hasil rekultur cendawan yang telah di isolasi Tabel 1 Hasil isolasi dan rekultur cendawan Tumbuh/ti Ke dak lo tumbuh m po Re Iso k kul lasi tur
1
2
-
+
Warna cendawan
Isola si
Re kult ur
Isolas i
Re kultur
+
-
puti h
-
Tidak teram ati
+
puti putih h
3
+
+
puti putih h
4
+
+
putih
puti h
+
-
puti h
puti h
puti h
5
-
Jenis Cendawan
6
+
+
oran ge
7
+
+
putih
Diamet er Foto cendaw an (cm) Re Iso ku las Isolasi l i tur -
Sapro Sapro 2, legnia legnia 7 sp. sp. Apha Tidak no teram myces ati sp. Apha Tidak no teram myces ati sp. Apha no myces sp. Apha no myces sp.
3
3, 5
1, 4
5
3, 2
5
Tidak teram ati
-
5
Tidak teram ati
1
5
Sapro 0, legnia 7 sp.
3, 5
Rekultur
8
+
+
puti putih h
9
+
+
Puti h
puti h
10
+
+
Puti h
puti h
11
+
+
putih
puti h
12
+
+
oran ge
puti h
Apha no myces sp. Apha no myces sp.
Sapro 3, legnia 5 sp.
3
Sapro 3, legnia 5 sp.
4, 5
Apha Sapro no legnia myces sp. sp. Apha Sapro no legnia myces sp. sp. Apha Sapro no legnia myces sp. sp.
2, 5
4
3
3, 5
0, 8
5, 9
Berdasarkan tabel 1, cendawan yang didapat dari isolasi telur udang windu adalah adalah Aphanomyces sp. dan Saprolegnia sp. Cendawan yang direkultur adalah jenis Aphanomyces sp. dan Saprolegnia sp. Cendawan yang ditemukan dari hasil isolasi sebagian besar merupakan jenis Aphanomyces sp. Sedangkan cendawan yang digunakan untuk rekultur sebagian besar merupakan jenis Saprolegnia sp. Pembahasan Jamur adalah jasad yang berbentuk benang, multiseluler, tidak berklorofil dan belum mempunyai deferensiasi dalam jaringan. Ada pula yang terdiri atas satu sel. Jamur umumnya tidak berwarna, sel-selnya mempunyai membran yang terdiri dari kitin dan bukan selulosa. Struktur jamur sangat variatif, beberapa jenis jamur terdiri atas satu sel seperti ragi (yeast) dan sebagian lagi terdiri atas lebih dari satu sel yang bergabung menjadi satu membentuk filament panjang atau hypha. Hypha jamur bercabang ke segala arah dan kumpulan hypha disebut mycelium atau thallus. Hypha dibedakan menjadi dua yaitu bersepta (septate) yang menyerupai buku-buku pada batang bambu, dan tidak bersepta (aseptate). Hypha aseptate sebenarnya juga bersepta, namun karena sangat halus dan rapi sehingga tidak terlihat adanya pembatas. Hypha juga dapat dibedakan berdasarkan fungsinya, yaitu hypha vegetatif/somatik yang menempel di substrat, mampu mengekskresi enzim sebagai pelarut substrat sehingga senyawa komplek dapat terurai untuk diserap. Hypha fertil, keluar dari hypha vegetatif dan berfungsi dalam proses reproduksi (Atira 2012).
Jamur Saprolegnia sp termasuk kedalam Klas Phycomycetes (kelas Oomycetes), disebut juga dengan jamur ganggang sebab sifatnya mirip dengan ganggang hanya tidak mengandung clorofil. Disusun oleh benang-benang hypha yang tidak mempunyai sekat pemisah (septa), tetapi bercabang banyak menjadi misellium. Kelas Phycomycetes ialah klas pertama dari jamur dan dianggap berasal dari algae, (algae-hijau), dan dalam bahasa Belanda jamur ini disebut ”Wierzwammen” . Klas ini terdiri dari 300 genera dengan 1200 spesies yang umumnya mempunyai fungsi untuk menghilangkan partikel organik yang ada dalam air tawar (Anggani et al. 2015). Saprolegnia sp. umumnya merupakan patogen sekunder, meskipun dalam lingkungan yang bagus, namun tidak menutup kemungkinan ia bertindak sebagai pathogen primer. Umumnya target dari saprolegnia ini adalah ikan, baik yang hidup di alam liar ataupun yang sudah dibudidayakan. Melalui necrosis seluler dan kerusakan epidermal lainnya, Saprolegnia sp akan menyebar ke permukaan dari host-nya seperti kapas. Meskipun sering berada di lapisan-lapisan epidermal, namun jamur ini tidak muncul pada jaringan tertentu saja. Infeksi jamur saprolegnia biasanya berakibat fatal, yang pada akhirnya menyebabkan heamodilution yaitu "penurunan konsentrasi (sebagai pendarahan) dari sel dan cairan didalam darah yang disebabkan oleh meningkatnya zat cair dari jaringan tersebut. " Hal ini menyebabkan darah kehilangan elektrolit (garam darah) dan membuatnya tidak mampu mendukung kehidupan. Selanjutnya seiring dengan penetrasi hyphae. Saprolegnia sp ke lapisan jaringan dari kulit ikan akan menyebabkan air masuk dan akan ikan mengganggu garam ikan. Hal inilah yang menjelaskan mengapa ikan yang dipengaruhi oleh Saprolegnia spakan terlihat lethargic dan seringkali kehilangan keseimbangan, selanjutnya dapat menyebar dengan cepat ke jaringan-jaringan permukaan dari ikan tersebut. Sementara itu terkadang terjadi bahwa Saprolegnia sp akan menyerang sampai kedalam lapisan jaringan, bahkan kerusakan dangkal pada lapisan jaringan awal ikan (dan khususnya anak ikan) dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, semakin banyak infeksi Saprolegnia sp yang menyebar maka semakin tinggi tingkat hemodilution dan semakin kecil kemungkinan bagi si ikan untuk bisa sembuh kembali (Anggani et al. 2015). Saprolegnia sp. yang merupakan penyebab penyakit saproligniasis. Penyakit ini dikenal dengan nama fish mold yang dapat menyerang ikan dan telur ikan. Saprolegnia sp termasuk ke dalam Subdivisi Zygomycotina/ Zygomycetes, Kelas Oomycetes, Ordo Saprolegniales dan kelompok fungi non septat. Jamur ini bereproduksi secara seksual (spora~oospora) dan juga aseksual (antheridia dan oogonia) yang mengalami kematangan. Jamur ini menyerang sebagian besar ikan air tawar, umumnya ikan mas, tawes, gabus, gurami, nila, dan lele. Selain itu, juga menyerang ikan kakap yang dipelihara di salinitas rendah (Anggani et al. 2015). Aphanomyces sp. termasuk dalam filum Phycomycetes, kelas Oomycetes, Ordo Saprolegniales, famili Saprolegniaceae dan genus Aphanomyces (Scott
1961). Ciri-ciri biologis Aphanomyces yaitu memiliki miselium berdiameter 5-15 mikron. Hifanya bercabang, tidak bersepta dan berpigmen. Zoospora muncul pada ujung sporangium dalam bentuk memanjang, kemudian menjadi kista di sekitar ujung sporangium. Zoospora dibentuk dari hifa vegetatif dengan diameter sama dan tidak digunakan untuk berkembang biak. Salah satu ciri Aphanomyces parasitik adalah menghasilkan kantung spora lebih dari satu dan keluar dari bagian tengah (samping) hifa sedangkan Aphanomyces saprofitik hanya menghasilkan satu cluster spora dan keluar dari bagian terminal/ujung hifa (Alderman, 1982). Aphanomyces sp. adalah salah satu cendawan yang dihubungkan sebagai penyebab utama penyakit EUS (Ulcerative Epizootic Syndrome). Hal ini dikarenakan pada 1984 Aphanomyces sp. ditemukan saat terjangkitnya EUS di Kalimantan Timur. Pada penelitian tentang EUS di Filipina, tim peneliti Fish Health Section of the Bureau Fisheries and Aquatic Resources berhasil mengisolasi cendawan patogen yang diduga Aphanomyces sp. dari luka ikan yang terserang penyakit (Suhedi 2009). Aphanomyces sp. memiliki tingkat penyebaran yang luas dan jumlah spesies ikan yang diserang pun banyak baik ikan air tawar maupun air payau. Aphanomyces sp. yang bersifat patogen dapat menembus organ utama sehingga disebut dermatomycosis atau mycotic dermatomycosis. Penyebab kematian sebenarnya dihubungkan dengan kegagalan osmoregulasi atau kesulitan respirasi ketika infeksi terjadi pada insang. Lesi berawal pada daerah yang berhubungan dengan luka fisik, bersamaan dengan infeksi patogen lain atau perbedaan jenis kelamin inang kemudian akan dihubungkan dengan perbedaan jumlah sel goblet pada kulit ikan jantan dan betina (Suhendi 2009).
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil praktikum yang telah didapatkan isolasi cendawan dapat dilakukan dengan cara mengkultur cendawan yang kita temukan pada ikan atau telur pada media GYA secara aseptik kemudian diamati menggunakan mikroskop. Jenis cendwan yang sering menyerang ikan air tawar salah satunya ialah Saprolegnia sp. Dan Aphanomyces sp. Saran Isolasi cendawan tidak hanya berasal dari ikan air tawar saja tetapi dari ikan air laut atau air payau.
DAFTAR PUSTAKA Atira. 2012. Jenis Fungi Akuatik yang Dapat Menginfeksi Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus Sauvage.) yang Dipelihara di Akuarium. Biocelebes. 6(2): 7883. Anggani OF, Rahayu K, Hari S. 2015. Potensi Bacillus licheniformis dan Streptomyces olivaceoviridis sebagai penghambat pertumbuhan jamur Saprolegnia sp. penyebab saprolegniasis pada ikan secara in vitro. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 7(2): 133-140 Alderman DJ. 1982. Fungal Diseases of Aquatic Animals. Microbial Diseases of Fish. New York (US): Academic Press. Aryani N, Henny S, Iesje L, Morina R. 2004. Parasit dan Penyakit Ikan. Pekanbaru (ID): UNAI Press. Barber I, LC Downey, dan VA Braithwaite. 1998. Parasitism oddity and mechanism of shoal choice. J. Fish. Biol. 53:1365-1368 Nuryati S, Sari FBP, dan Taukhid. 2009. Identifikasi dan uji postulat koch cendawan penyebab penyakit pada ikan gurame. Jurnal Akuakultur Indonesia. 8(2): 21-27 Suhendi. 2009. Identifikasi dan prevalensi bakteri dan cendawan yang terseleksi serta parasit pada ikan arwana super red Scleropages formosus yang sakit. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertania Bogor Scott WW. 1961. Aphanomyces Monograph of the Genus Aphanomyces. Blacksburg. Virginia(US): Virginia Agricultural Experiment Station