Gambaran Umum |i
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PENDAHULUAN
KATA PENGANTAR Laporan Pendahuluan ini merupakan laporan awal dalam rangka
pelaksanaan
pekerjaan
“Penyusunan
UKL-UPL
Pembangunan Embung Liang Anggang”. Secara lengkap Laporan Pendahuluan ini menguraikan tentang (i) pendahuluan, (ii) gambaran umum wilayah, (iii) metodologi, dan (iv) rencana kerja. Tanggapan ataupun saran dari pihak terkait akan menjadi masukan yang sangat berharga bagi penyempurnaan laporan ini, sehingga apa yang diinginkan tercapai sesuai dengan sasaran yang tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, diucapkan terima kasih. Demikian laporan ini disampaikan, semoga bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Bandung, September 2017
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
Kata Pengantar|i
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
DAFTAR ISI Kata Pengantar --------------------------------------------------------------------------- i Daftar Isi --------------------------------------------------------------------------------- ii Daftar Tabel------------------------------------------------------------------------------ iv Daftar Gambar --------------------------------------------------------------------------- vi Bab 1. PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------- 1-1 1.1 Latar Belakang ------------------------------------------------------------------------1-1 1.2 Maksud dan Tujuan ------------------------------------------------------------------1-2 1.3 Landasan Hukum ---------------------------------------------------------------------1-2 1.4 Ruang Lingkup ------------------------------------------------------------------------1-3 1.5 Waktu Pelaksanaan ------------------------------------------------------------------1-4 1.6 Sistematika Laporan------------------------------------------------------------------1-4 Bab 2.
GAMBARAN UMUM ---------------------------------------------------------- 2-1 2.1 Gambaran Umum Kota Banjarbaru ------------------------------------------------2-1 2.1.1 Kondisi Geografis dan istrasi ---------------------------------------2-1 2.1.2 Kondisi Fisik Wilayah --------------------------------------------------------2-2 2.1.3 Topografi ----------------------------------------------------------------------2-4 2.1.4 Klimatologi --------------------------------------------------------------------2-5 2.1.5 Jenis Tanah -------------------------------------------------------------------2-7 2.1.6 Hidrologi-----------------------------------------------------------------------2-8 2.1.7 Kependudukan ---------------------------------------------------------------2-8 2.1.7.1 Jumlah Penduduk -------------------------------------------------2-8 2.1.7.2 Kepadatan Penduduk ------------------------------------------- 2-10 2.1.8 Perekonomian -------------------------------------------------------------- 2-11 2.1.9 Sumber Daya Alam -------------------------------------------------------- 2-13 2.1.9.1 Pertanian --------------------------------------------------------- 2-13 2.1.9.2 Perkebunan ------------------------------------------------------ 2-14 2.1.9.3 Kehutanan-------------------------------------------------------- 2-15 2.1.9.4 Perikanan --------------------------------------------------------- 2-16 2.1.9.5 Peternakan ------------------------------------------------------- 2-17 2.1.9.6 Industri dan Energi --------------------------------------------- 2-18
Daftar Isi|ii
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
2.1.9.7 Hotel dan Pariwisata-------------------------------------------- 2-19 2.1.10 Pendapatan Regional------------------------------------------------------ 2-19 2.2 Kecamatan Liang Anggang -------------------------------------------------------- 2-20 2.2.1 Kondisi Geografis ---------------------------------------------------------- 2-20 2.2.2 Kondisi Fisik Wilayah ------------------------------------------------------ 2-21 2.2.2.1 Topografi --------------------------------------------------------- 2-21 2.2.2.2 Klimatologi ------------------------------------------------------- 2-22 2.2.3 Kependudukan ------------------------------------------------------------- 2-23 2.2.3.1 Jumlah Penduduk ----------------------------------------------- 2-23 2.2.3.2 Kepadatan Penduduk ------------------------------------------- 2-23 Bab 3.
METODOLOGI --------------------------------------------------------------- 3-1 3.1 Metode Pengumpulan Data ---------------------------------------------------------3-1 3.1.1 Komponen Fisika-Kimia -----------------------------------------------------3-1 3.1.2 Komponen Biologi -----------------------------------------------------------3-8 3.1.3 Komponen Sosial ---------------------------------------------------------- 3-11 3.1.4 Komponen Kesehatan masyarakat -------------------------------------- 3-13 3.2 Metode Analisis Data --------------------------------------------------------------- 3-13 3.4 Metode Evaluasi Dampak Besar Dan Penting ---------------------------------- 3-22
Bab 4.
RENCANA KERJA ------------------------------------------------------------ 4-1 4.1 Rencana Kerja -------------------------------------------------------------------------4-1 4.1.1 Tahap Persiapan -------------------------------------------------------------4-1 4.1.2 Tahap Pelaksanaan ----------------------------------------------------------4-1 4.1.3 Tahap Analisis & Evaluasi --------------------------------------------------4-2 4.2 Jadwal Pelaksanaan ------------------------------------------------------------------4-3 4.3 Komposisi Personil dan Tanggung Jawabnya ------------------------------------4-4 4.3.1 Komposisi Personil -----------------------------------------------------------4-4 4.3.2 Tugas dan Tanggung Jawab Personil ------------------------------------4-4 4.4 Jadwal Penugasan Personil ---------------------------------------------------------4-6 4.5 Organisasi Pelaksana Pekerjaan ----------------------------------------------------4-6
Daftar Isi|iii
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
DAFTAR TABEL Tabel 2-1 Luas Wilayah Kota Banjarbaru per Kecamatan Tahun 2015 --------------------------2-1 Tabel 2-2 Luas Wilayah Kota Banjarbaru per Kecamatan Berdasarkan Ketinggian------------2-4 Tabel 2-3 Kelas Lereng Kota Banjarbaru -------------------------------------------------------------2-4 Tabel 2-4 Rata-rata Suhu dan Kelembaban Udara di Kota Banjarbaru, 2015 ------------------2-6 Tabel 2-5 Jumlah Curah dan Hari Hujan Menurut Bulan Kalender, 2015 -----------------------2-6 Tabel 2-6 Daerah Aliran Sungai (Das) Di Wilayah Kota Banjarbaru ------------------------------2-8 Tabel 2-7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2015 ---------------------------2-9 Tabel 2-8 Kepadatan Penduduk Kota Banjarbaru Tahun 2015 --------------------------------- 2-10 Tabel 2-9 Pertumbuhan Ekonomi Kota Banjarbaru Tahun 2010-2014 ------------------------ 2-11 Tabel 2-10 Luas Lahan Sawah dan Jenis Pengairan di Kota Banjarbaru, 2015 -------------- 2-13 Tabel 2-11 Luas Lahan Perkebunan Kota Banjarbaru Tahun 2015 ----------------------------- 2-14 Tabel 2-12 Produksi dan Rata-rata Produksi Komoditi Perkebunan Kota Banjarbaru ------- 2-14 Tabel 2-13 Luas Lahan Hutan Di Kota Banjarbaru Tahun 2015 -------------------------------- 2-15 Tabel 2-14 Luas Lahan Perikanan di Kota Banjarbaru Tahun 2015 ---------------------------- 2-16 Tabel 2-15 Populasi Ternak Besar dan Kecil Menurut Kelurahan, 2015 -------------------------- 2-17 Tabel 2-16 Luas Wilayah Kecamatan Liang Anggang Berdasarkan Ketinggian -------------- 2-22 Tabel 2-17 Luas Wilayah Kecamatan Liang Anggang Berdasarkan Kelas Lereng ----------- 2-22 Tabel 2-18 Kondisi Iklim di Kecamatan Liang Anggang , 2015 --------------------------------- 2-22 Tabel 2-19 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2015 ----------------------- 2-23 Tabel 3-1 Metode Analisis Kualitas Udara dan Kebisingan-----------------------------------------3-2 Tabel 3-2 Nilai M Untuk Beberapa Kelas Tekstur Tanah -------------------------------------------3-5 Tabel 3-3 Parameter, Metode Analisis dan Peralatan Yang Digunakan Dalam Analisa Tanah ----------------------------------------------------------------------------------------------3-6 Tabel 3-4 Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi -----------------------------------------------------------3-7 Tabel 3-5 Metode Analisis Data Studi Kajian Lingkungan Pekerjaan Masjid Jawa Barat di Kabupaten Sukabumi -------------------------------------------------------------------------- 3-14
Daftar Tabel|iv
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
Tabel 3-6 Perkiraan Dampak Lingkungan Hidup -------------------------------------------------- 3-19 Tabel 4-1 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ------------------------------------------------------------4-3 Tabel 4-2 Jadwal Penugasan Personil-----------------------------------------------------------------4-6
Daftar Tabel|v
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
DAFTAR GAMBAR Gambar 2-1 Peta istrasi Kota Banjarbaru -----------------------------------------------------2-2 Gambar 2-2 Peta Tata Ruang Kota Banjarbaru------------------------------------------------------2-3 Gambar 2-3 Peta Klimatologi Kota Banjarbaru ------------------------------------------------------2-7 Gambar 2-4 Grafik Jumlah Penduduk Kota Banjarbaru, 2015 ---------------------------------- 2-10 Gambar 2-5 Grafik Kepadatan Penduduk Kota Banjarbaru, 2015 ------------------------------ 2-11 Gambar 2-6 Grafik Pertumbuhan Ekonomi Kota Banjarbaru Tahun 2010-2014 ------------- 2-13 Gambar 2-7 Peta istrasi Kecamatan Liang Anggang -------------------------------------- 2-21 Gambar 3-1 Bagan Alir Kegiatan Penyusunan Dokumen UKL dan UPL ----------------------- 3-23 Gambar 4-1 Jenis Dampak dari Kegiatan Pembangunan MasjidError! Bookmark not defined. Gambar 4-2 Struktur Organisasi Pelaksana Pekerjaan ---------------------------------------------4-7
Daftar Gambar|vi
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PENDAHULUAN
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang Kegiatan pembangunan infrastruktur disamping memberikan dampak positif juga memberikan dampak negatif berupa meningkatnya tekanan terhadap lingkungan. Hal ini terjadi karena pembangunan yang kurang memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan setempat, pada akhirnya menyebabkan kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan tersebut menjadi tanggung jawab bersama seluruh lapisan masyarakat, pemerintah dan pihak swasta. Berdasarkan permasalahan tersebut maka pemerintah mempunyai kebijakan di bidang lingkungan hidup. Salah satu upaya yang harus dilakukan untuk meminimasi dampak negatif yang timbul dari suatu kegiatan maka diberlakukan kewajiban dalam penyusunan studi kelayakan lingkungan UKL/UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan) bagi pemrakarsa kegiatan. Studi tersebut merupakan studi kelayakan lingkungan yang harus dibuat oleh pemrakarasa kegiatan, sehingga melalui dokumen ini dapat diperkirakan dampak yang akan timbul dari suatu kegiatan kemudian bagaimana dampak tersebut dikelola baik dampak negatif maupun dampak positif. Pemantauan lingkungan hidup yang dilakukan secara kontinyu dimaksudkan untuk mendapatkan data selengkap mungkin dan bagaimana kecenderungan data tersebut. Bilamana mengarah ke deteriosasi lingkungan yang lebih besar, maka upaya pengelolaan lingkungan perlu diperbaiki. Dengan melaksanakan pemantauan yang baik, diharapkan dapat diperoleh kegiatan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Konsistensi pemantauan tidak saja dimaksudkan dengan metode pemantauan, tetapi juga lokasi dan waktu pemantauan. Metode pemantauan yang berubahubah akan menghasilkan data yang sulit dicari hubungannya.
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
1-1
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
Hal yang sama bila pemantauan dilaksanakan berpindah-pindah, terdapat kemungkinan bahwa data yang dihasilkan sudah terkontaminasi oleh pencemar dari kegiatan lain, sehingga data yang diperoleh tidak akurat lagi.
Waktu
pemantauan diperlukan agar supaya dapat dilihat kemungkinan terjadinya pengaruh alam (untuk data fisik-kimia dan biologi), sedangkan untuk data sosial, faktor waktu tetap perlu diperhatikan karena dalam kurun waktu yang panjang, perubahan-perubahan sosial dapat terjadi. Maka dari itu pihak Dinas Pekerjaan Umum Kota Banjarbaru dengan dasar atau mengacu kepada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, akan melaksanakan kegiatan Studi Penyusunan Dokumen UKL - UPL Rencana Pembangunan Embung, yang diharapkan pada tahap pelaksanaan konstruksi tidak menimbulkan kerusakan lingkungan.
1.2
Maksud dan Tujuan
Maksud Maksud dari pekerjaan ini adalah tersusunnya dokumen UKL-UPL untuk Perencanaan Konstruksi Embung, sebagai pedoman dalam menentukan pemilihan metoda pelaksanaan kerja yang berwawasan lingkungan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Tujuan Tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk menjadikan Dokumen UKL-UPL Pembangunan Embung ini sebagai pedoman pelaksanaan pekerjaan detail dan pekerjaan fisik agar sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku.
1.3
Landasan Hukum Peraturan Perundangan yang menjadi dasar dari penyusunan UKL - UPL adalah 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung; 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
1-2
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PENDAHULUAN
3. PP No. 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No.28 Tahun 2002 4. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan; 5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup. 6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan Atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
1.4
Ruang Lingkup Ruang lingkup kegiatan Penyusunan UKL/UPL Pembangunan Embung Liang Anggang ini adalah: a. Rencana Kegiatan yang Dikaji Dalam hal ini Penyusunan Dokumen UKL - UPL Pembangunan Embung berkewajiban mengumpulkan data dan memberikan uraian tentang rencana
kegiatan
pekerjaan,
khususnya
kegiatan
pekerjaan
yang
berpotensi menimbulkan dampak. b. Komponen Lingkungan yang Dikaji Penyusunan Dokumen UKL - UPL Pembangunan Embung berkewajiban dalam pengumpulan, analisis dan evaluasi data-data lingkungan khususnya komponen lingkungan yang berpotensi terkena dampak. c. Kajian Dampak Lingkungan yang Akan Terjadi Penyusunan Dokumen UKL - UPL Pembangunan Embung memperkirakan dan menganalisis serta mengevaluasi dampak yang diperkirakan akan timbul dengan dibuat ringkasan dampak dalam bentuk tabulasi. d. Kajian UKL/UPL Penyusunan Dokumen UKL - UPL Pembangunan Embung merumuskan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang dituangkan dalam matriks UKL & UPL.
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
1-3
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PENDAHULUAN
1.5
Waktu Pelaksanaan Waktu pelaksanaan kegiatan ini adalah 2 (dua) bulan kalender sejak diterimanya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
1.6
Sistematika Laporan BAB I
PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, landasan hukum, tujuan dan sasaran dilaksanakannya kegiatan, landasan hukum, ruang lingkup, waktu kegiatan, serta manfaat pekerjaan ini.
BAB II
GAMBARAN UMUM Bab ini membahas mengenai gambaran umum Kota Banjarbaru.
BAB III
METODOLOGI Bab ini menguraikan tinjauan terhadap tinjauan teoritis yang berkenaan
dengan
kajian
lingkungan
(Upaya
Pengelolaan
Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan). BAB IV
RENCANA KERJA Bab ini diuraikan mengenai penugasan personil, organisasi proyek, jadwal pelaksanaan perencanaan dan keluaran.
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
1-4
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PENDAHULUAN
BAB 2 GAMBARAN UMUM
BAB 2.
GAMBARAN UMUM
2.1
Gambaran Umum Kota Banjarbaru
2.1.1 Kondisi Geografis dan istrasi Secara geografis Kota Banjarbaru terletak antara 3º 25’ 40”-3º 28’ 37’’ Lintang Selatan dan 114º 41’ 22’’-114º 54’ 25’’ Bujur Timur. Posisi geografis Kota Banjarbaru adalah 35 km pada arah 296°30' sebelah tenggara Kota Banjarmasin yang merupakan ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarbaru dahulunya adalah bagian dari Kabupaten Banjar. Awal berdirinya Kota Banjarbaru terdiri dari 3 Kecamatan, yaitu Kecamatan Landasan Ulin, Kecamatan Cempaka dan Kecamatan Banjarbaru. Selanjutnya seiring berjalannnya wahtu pada tahun 2008 dilakukan pemekaran Kecamatan sehingga wilayah Kota Banjarbaru menjadi 5 Kecamatan, yaitu Kecamatan Landasan Ulin, Kecamatan Liang Anggang, Kecamatan Cempaka, Kecamatan Banjarbaru Utara dan Kecamatan Banjarbaru Selatan. Dari Kelima kecamatan tersebut masing-masing terdiri dari 4 Kelurahan sehingga ada 20 Kelurahan di wilayah Kota Banjarbaru. Berdasarkan batas istrasi wilayah, Banjarbaru memiliki batas-batas wilayah istrasi sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Martapura (Kabupaten Banjar);
Sebelah Timur : Kecamatan Karang Intan (Kabupaten Banjar);
Sebelah Selatan : Kecamatan Bati-Bati (Kabupaten Tanah Laut);
Sebelah Barat : Kecamatan Gambut (Kabupaten Banjar). Tabel 2-1 Luas Wilayah Kota Banjarbaru per Kecamatan Tahun 2015 No
Kecamatan
Luas (km2)
Persentase
1
Banjarbaru Utara
24,44
6,58
2
Banjarbaru Selatan
21,96
5,91
3
Cempaka
146,70
39,50
4
Landasan Ulin
92,42
24,89
5
Liang Anggang
85,86
23,12
Sumber : Kota Banjarbaru dalam Angka, 2016 PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
2-1
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PENDAHULUAN
Gambar 2-1 Peta istrasi Kota Banjarbaru 2.1.2 Kondisi Fisik Wilayah Kondisi
fisik
alamiah
Kota
Banjarbaru
yang
dipaparkan
di
sini
meliputi kondisi
topografi dan kelerengan, kondisi fisik tanah, klimatologi dan hidrologi. Paparan rona fisik
ini
diharapkan
dapat
mendeskripsikan
kondisi
bentang alam/geografis
Banjarbaru yang berimplikasi pada pola pembangunan di Kota Banjarbaru.
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
2-2
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
Gambar 2-2 Peta Tata Ruang Kota Banjarbaru PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
2-3
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1.3 Topografi Secara topografi, Kota Banjarbaru memiliki topografi bervariasi antara 0 – 500 m dari permukaan air laut (dpl), dengan bentuk bentang alam (morfologi) yang cukup variatif (beragam). Sebagian besar wilayah Kota Banjarbaru berada di ketinggian 7–25 m dpl yaitu sekitar 10.615 Ha atau 33,23% dari luas Kota Banjarbaru. Kondisi ketinggian ini mengindikasikan bahwa morfologi wilayah ini sangat cocok untuk budidaya tanaman. Dari segi kemiringan tanah, Kota Banjarbaru memiliki kemiringan tanah bervariasi antara 0-15%, namun cenderung landai. Kemiringan berkaitan dengan kepekaan terhadap erosi tanah; semakin tinggi/terjal, semakin peka terhadap erosi.
Sebagian besar wilayah Kota Banjarbaru memiliki kelerengan – 2% (± 59,35%). Kondisi ini sangat cocok untuk budidaya pertanian maupun untuk kegiatan perkotaan;
Kelerengan antara 2–8% (± 25,78%) berada di sebagian wilayah Cempaka, Banjarbaru Utara dan Selatan. Di kelas lereng ini, kegiatan budidaya masih dapat dilaksanakan, tetapi harus menggunakan teknologi yang tepat sebagai bentuk antisipasi erosi tanah;
Kelerengan
antara
8–15%
(±
12,08%)
berada
di
sebagian
wilayah
Cempaka. Kelas lereng ini masih memungkinkan untuk budidaya perkebunan atau kehutanan dengan jenis tanaman yang berakar dalam. Tabel 2-2 Luas Wilayah Kota Banjarbaru per Kecamatan Berdasarkan Ketinggian No
Kecamatan
Ketinggian dari Permukaan Laut (Ha) 0-7 7 - 25 25 - 100 100 - 500 > 500
1
Landasan Ulin
6.526
2.790
0
0
2
Liang Anggang
5.250
1.540
0
3
Cempaka
30
2.218
4
Banjarbaru Utara
0
5
Banjarbaru Selatan
Kota Banjarbaru (Ha)
Luas Ha
%
0
9.316
29,16
0
0
6.790
21,26
7.840
1.121
0
11.209
35,09
2.240
283
0
0
2.523
7,90
0
1.827
280
0
0
2.107
6,60
11.806
10.615
8.403
1.121
0
31.945
100
Sumber : Kota Banjarbaru dalam Angka, 2016
Tabel 2-3 Kelas Lereng Kota Banjarbaru No.
Kecamatan
Kelas Lereng (Ha)
Luas
0-2 %
2-8 %
8-15 %
> 15 %
Ha
%
0
0
0
9316,5
29,16
1
Landasan Ulin
9316,5
2
Liang Anggang
6789,5
0
0
0
6789,5
21,25
3
Cempaka
7734
2242
112
1121
11209
35,09
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
2-4
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PENDAHULUAN
No.
Kelas Lereng (Ha)
Kecamatan
Luas
0-2 %
2-8 %
8-15 %
> 15 %
Ha
%
4
Banjarbaru Utara
2352
171
0
0
2523
7,90
5
Banjarbaru Selatan
1937
170
0
0
2107
6,60
28129
2583
112
1121
31945
100
Kota Banjarbaru
Sumber : Kota Banjarbaru dalam Angka, 2016
Secara umum, tanah di Kota Banjarbaru stabil dengan tingkat resiko erosi relatif kecil, kemampuan lahan yang baik dan bertekstur tanah halus. Hal ini sangat menunjang bagi pengembangan perkotaan serta pelaksanaan kegiatan pembangunan sarana dan prasarana perkotaan. Namun, di sisi lain menjadi kendala bagi pengembangan kota, karena kondisi topografi yang relatif datar tersebut menjadikan aliran air permukaan (surface run off) menjadi lambat dan potensial menciptakan genangan baik secara tetap maupun secara periodik.
2.1.4 Klimatologi Berdasarkan sistem Koppen, Banjarbaru beriklim Hutan Tropika Humid dengan suhu udara bulanan rata-rata berkisar antara 26,4oC sampai dengan 28,1oC dengan sedikit variasi musiman. Suhu udara maksimum terjadi pada bulan September (36,2°C) dan suhu minimum terendah terjadi pada bulan Juli (20,0°C). Rata - rata tekanan udara di Kota Banjarbaru tahun 2009 berkisar antara 1.010,60 mb sampai dengan 1012,70 mb sedangkan rata-rata kecepatan angin sekitar 3,3 knots. Curah
hujan
tahunan
rata-rata
Kota
Banjarbaru
berkisar
180,8 mm/tahun
dengan jumlah yang terendah terjadi pada bulan September (21 mm) dan tertinggi terjadi pada bulan Januari (384 mm). Sedangkan jumlah hari hujan 16 hari hujan dengan jumlah hari hujan terbanyak pada bulan Januari (30 hari), sebaliknya jumlah hari hujan terendah pada bulan Agustus (2 Hari). Hal ini berpengaruh terhadap tingkat kenyamanan dalam beraktivitas (terutama
aktivitas
di
luar
ruangan) serta tingkat pelayanan suplai air bersih dari PDAM. Penyinaran matahari rata-rata pada saat musim hujan 2,8 jam/hari dan di
musim
kemarau 6,5 jam/hari dengan kelembaban udara rata-rata berkisar antara 47 % 97 %. Kelembaban udara relatif bulanan rata-rata tertinggi jatuh pada bulan Januari yaitu ± 89% – 94% dan terendah pada bulan September yaitu 47 % - 74 %. Evaporasi dari permukaan air bebas karena penyinaran matahari dan pengaruh angin
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
2-5
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PENDAHULUAN
rata-rata harian sebesar 3,4 mm/hari di musim hujan dan 4,1 mm/hari di musim kemarau. Evaporasi maksimum yang pernah terjadi sebesar minimum
0,2
mm/hari.
Dengan
11,4
mm/hari
dan
kondisi fisik tersebut, kenyamanan bangunan di
Kota Banjarbaru dipengaruhi oleh sistem peredaran udara, pembatasan radiasi panas sebagai sistem pengendalian iklim serta penggunaan struktur dan bahan bangunan. Tabel 2-4 Rata-rata Suhu dan Kelembaban Udara di Kota Banjarbaru, 2015 Bulan
Suhu Udara (oC)
Kelembaban Udara (%)
Maks
Min
Rata-rata
Maks
Min
Rata-rata
Januari
30,1
23,7
25,9
96
81
88
Februari
30,2
23,7
25,8
97
80
88
Maret
31,3
23,9
26,4
94
79
86
April
32,3
24,0
27,0
96
77
85
Mei Juni
32,5 32,2
24,2 23,6
27,3 26,8
95 94
79 75
85 84
Juli
33,5
22,6
27,1
84
72
77
Agustus
34,5
22,0
27,1
83
66
73
September
35,1
22,2
27,7
70
75
66
Oktober
36,0
23,0
28,5
72
75
60
November
34,2
24,5
27,7
94
68
82
Desember
32,0
24,1
27,0
98
80
86
Sumber : Kota Banjarbaru dalam Angka, 2016
Tabel 2-5 Jumlah Curah dan Hari Hujan Menurut Bulan Kalender, 2015 No
Bulan
Jumlah Curah Hujan (mm)
Jumlah Hari Hujan
1
Januari
543,8
25
2 3
Februari Maret
397,7 337,8
22 20
4
April
324,5
14
5
Mei
250,9
12
6
Juni
109,6
12
7
Juli
24,3
3
8
Agustus
38,8
2
9
September
-
-
10 11
Oktober November
33,9 112,4
5 14
12
Desember
335,9
20
Rata-rata
228,1
13,5
Sumber : Kota Banjarbaru dalam Angka, 2016
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
2-6
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PENDAHULUAN
Gambar 2-3 Peta Klimatologi Kota Banjarbaru 2.1.5 Jenis Tanah Secara umum, jenis tanah di Kota Banjarbaru terdiri dari tanah podsolik (63,82%), organosol (29,82%) dan lathosol (6,36%). Jenis tanah Podsolik Merah Kuning (Utisols) tersebar sebagian besar di Kecamatan Cempaka dan Banjarbaru; sedangkan Aluvial (Entisols dan Inceptisols), Gambut (Hitosols) dan Spodosols tersebar di Kecamatan Landasan Ulin. Jenis Tanah Podsolik mempunyai ciri tanah dengan tingkat kesuburan yang rendah dan peka terhadap erosi. Walaupun demikian, di Kota Banjarbaru tetap dapat dikembangkan budidaya pertanian (padi, palawija, sayuran, perkebunan), organosol mempunyai ciri tanah dengan tingkat kesuburan yang baik, sehingga potensial untuk pengembangan budidaya tanaman pangan (khususnya padi sawah dan holtikultura). Dilihat dari segi tekstur tanah, wilayah banjarbaru memiliki 3 (tiga) tekstur tanah, yaitu halus, sedang dan kasar. Sebagian besar wilayah bagian tengah (seluas 88% dari luas keseluruhan) memiliki tekstur tanah cenderung halus dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm, sedangkan tekstur tanah kasar hanya sebagian kecil di bagian selatan (4
%
dari
luas
keseluruhan).
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
Kondisi
ini
mengindikasikan
adanya
potensi
2-7
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PENDAHULUAN
pengembangan tanaman budidaya, karena tanah dengan tekstur halus dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm memiliki kecenderungan baik untuk ditanami dan tahan terhadap erosi. Ditinjau dari segi drainase tanah, secara umum wilayah Banjarbaru memiliki tingkat drainase yang tidak pernah tergenang. Hal ini mengindikasikan bahwa daerah sangat
cocok
sebagai
kawasan
budidaya tanaman
pangan
ini
lahan kering dan
perkebunan, karena tidak memerlukan kondisi tanah yang jenuh air. Namun, terdapat daerah yang tergenang periodik – tergenang kurang dari 6 bulan – yaitu Kecamatan Landasan Ulin sebagai
peralihan daerah rawa (persawahan) di Kecamatan Gambut
dan Aluh-Aluh. 2.1.6 Hidrologi Secara hidrologi, Kota Banjarbaru terdiri dari air permukaan dan air tanah. Kondisi air permukaan di Banjarbaru ditunjang oleh adanya 2 (dua) buah DAS (Daerah Aliran Sungai) sebagai catchment area, yaitu DAS Barito/Riam Kanan dan DAS Taboneo.
Daerah
Aliran
Sungai
tersebut
merupakan
asset kawasan yang
berpotensi besar bagi aspek-aspek kehidupan masyarakat, yakni sebagai bahan baku untuk minum, perikanan dan pariwisata. Namun, Di sepanjang hamparan aliran DAS/Sub-DAS disebabkan
telah kegiatan
mengalami penduduk
degradasi yang
tidak
lahan (kategori
lahan
kritis)
sesuai peruntukan. Sedangkan air
tanah di Kota Banjarbaru dapat ditemukan dengan kulitas yang cukup baik. Tabel 2-6 Daerah Aliran Sungai (Das) Di Wilayah Kota Banjarbaru No.
Nama DAS
Luas (Ha)
Debit (m3/dtk)
1
DAS Riam Kanan
113445
-
2
DAS Tabonio
338083
-
Sumber : Kota Banjarbaru dalam Angka, 2016
2.1.7 Kependudukan 2.1.7.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan hasil perhitungan angka estimasi, tahun 2015 jumlah rumah tangga di Kota Banjarbaru mencapai 66.744 dengan jumlah penduduk 234.371 orang yang
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
2-8
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PENDAHULUAN
terdiri dari 120.172 laki-laki dan 114.119 perempuan atau dengan sex ratio 105 yang berarti jumlah laki -laki lebih banyak dari pada jumlah perempuan. Tabel 2-7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2015 No
Nama Kecamatan
Jenis kelamin L
P
Total
Kecamatan Banjarbaru Utara
I
1. Kel. Mentaos
2.222
2.483
4.705
2. Kel. Komet
5.593
5.446
11.039
3. Kel. Loktabat Utara
10.459
10.120
20.579
4. Kel. Sungai Ulin Jumlah
7.282
6.503
13.785
25.556
24.552
50.108
1. Kel. Kemuning
5.079
4.886
9.965
2. Kel. Guntung Paikat
4.738
4.617
9.355
3. Kel. Loktabat Selatan
5.093
4.715
9.808
4. Kel. Sungai Besar Jumlah
10.476
10.189
20.665
25.386
24.407
49.793
1. Kel. Sungai Tiung
4.765
4.538
9.303
2. Kel. Bangkal
2.491
2.421
4.912
3. Kel. Cempaka
8.007
7.156
15.163
4. Kel. Palam
1.823
1.789
3.612
17.086
15.904
32.990
1. Kel. Guntung Manggis
12.171
11.280
23.451
2. Kel. Guntung Payung
3.946
3.656
7.602
3. Kel. L. U. Timur
8.449
8.201
16.650
4. Kel. Syamsudin Noor Jumlah
6.546
6.239
12.785
31.112
29.376
60.488
1. Kel. L. U. Utara
8.089
7.693
15.782
2. Kel. L. U. Tengah
5.478
5.475
10.953
3. Kel. L. U. Barat
3.991
3.512
7.503
4. Kel. L. U. Selatan Jumlah
3.474
3.280
6.754
21.032
19.960
40.992
Kecamatan Banjarbaru Selatan
II
Kecamatan Cempaka
III
Jumlah Kecamatan Landasan Ulin
IV
Kecamatan Liang Anggang
V
Sumber : Kota Banjarbaru dalam Angka, 2016
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
2-9
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PENDAHULUAN
Grafik Kependudukan Jumlah Penduduk (Jiwa)
70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 0
Jumlah
Kecamatan Banjarbaru Utara
Kecamatan Banjarbaru Selatan
Kecamatan Cempaka
Kecamatan Landasan Ulin
Kecamatan Liang Anggang
50,108
49,793
32,990
60,488
40,992
Gambar 2-4 Grafik Jumlah Penduduk Kota Banjarbaru, 2015 Sumber : Kota Banjarbaru dalam Angka, 2016
Jumlah penduduk terbanyak adalah di Kecamatan Landasan Ulin (60.448 jiwa) dan yang paling sedikit adalah di Kecamatan Cempaka (32.990 jiwa). Kecamatan yang paling padat adalah Kecamatan Banjarbaru Selatan (2.267 penduduk per km2) sedangkan yang paling jarang penduduknya adalah Kecamatan Cempaka (225 penduduk per km2.
2.1.7.2 Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk merupakan perbandingan dari jumlah penduduk dengan luas wilayahnya. Angka kepadatan penduduk menggambarkan jumlah penduduk yang ada per satuan luas tertentu. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Banjarbaru, kepadatan penduduk Kota Banjarbaru sebagai berikut : Tabel 2-8 Kepadatan Penduduk Kota Banjarbaru Tahun 2015
1
Kecamatan Banjarbaru Utara
9242
Jumlah Penduduk (Jiwa) 50108
2
Kecamatan Banjarbaru Selatan
8586
49793
3
Kecamatan Cempaka
14670
32990
2,25
4
Kecamatan Landasan Ulin
2444
60488
24,75
5
Kecamatan Liang Anggang
2196
40992
18,67
37138
234371
6,31
No
Kecamatan
Kota Banjarbaru
Luas (Ha)
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Ha) 5,42 5,80
Sumber : Kota Banjarbaru dalam Angka, 2016
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
2-10
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PENDAHULUAN
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Ha) Kecamatan Liang Anggang
Kecamatan Landasan Ulin Kecamatan Cempaka Kecamatan Banjarbaru Selatan Kecamatan Banjarbaru Utara
0.00 Kecamatan Banjarbaru Utara Series1
5.42
5.00
Kecamatan Banjarbaru Selatan 5.80
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
Kecamatan Cempaka
Kecamatan Landasan Ulin
Kecamatan Liang Anggang
2.25
24.75
18.67
Gambar 2-5 Grafik Kepadatan Penduduk Kota Banjarbaru, 2015 Sumber : Kota Banjarbaru dalam Angka, 2016
Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat diketahui bahwa Kota Banjarbaru memiliki kepadatan penduduk yang relatif rendah yaitu 6,31 jiwa per hektar. Adapun wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi yaitu Kecamatan Landasan Ulin dengan angka 24,75 jiwa/Ha, sementara yang terencaha adalah Kecamatan Cempaka dengan kepadata penduduk 2,25 jiwa/Ha.
2.1.8 Perekonomian Salah satu indikator ekonomi makro yang digunakan untuk mengevaluasi hasil-hasil pembangunan di daerah dalam lingkup Kabupaten/Kota adalah jumlah nilai tambah (barang dan jasa) yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah dalam satu tahun, atau disebut Produk Domestik regional Bruto (PDRB). Tabel 2-9 Pertumbuhan Ekonomi Kota Banjarbaru Tahun 2010-2014 Tahun
Produk Domestik Regional Bruto (Juta Rupiah)
Pertumbuhan Ekonomi (%)
Harga Berlaku
Harga Konstan
2010
3.475.509
3.475.509
5,85
2011
3.902.313
3.683.619
5,99
2012
4.366.554
3.924.617
6,54
2013
4.951.498
4.182.998
6,58
2014
5.822.747
4.461.020
6,65
Sumber : Kota Banjarbaru dalam Angka, 2016
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
2-11
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PENDAHULUAN
Selama kurun waktu lima tahun terakhir, PDRB adhb atas dasar tahun 2010 Kota Banjarbaru, terus mengalami kenaikan, dimana pada tahun 2010 hanya sebesar 3,48 Triliyun rupiah meningkat menjadi 5,82 Triliyun rupiah pada tahun 2014. PDRB adhb merupakan
penghitungan
PDRB
sesuai
harga
pasar
yang
berlaku
sehingga
kenaikannya dipengaruhi faktor inflasi (kenaikan harga barang dan jasa). Sementara itu PDRB adhk atas dasar tahun 2010 pun menunjukkan kenaikan yang sama yaitu dari hanya 3,48 Triliyun rupiah pada tahun 2010 menjadi 4,46 triliyun rupiah pada tahun 2014. Peningkatan yang terjadi pada PDRB adhk inilah yang menjadi indikator penting perekonomian karena pada perhitungan ini faktor kenaikan harga sudah dihilangkan, dengan kata lain kenaikan pada perhitungan ini menunjukkan kenaikan produksi pada sektor-sektor ekonomi atau yang disebut juga pertumbuhan ekonomi atau PDRB riil. Perekonomian Kota Banjarbaru pada tahun 2014 mengalami pertumbuhan ekonomi mencapai 6,65 % yang berarti produksi barang dan jasa yang dihasilkan naik sebesar 6,65 % dibandingkan tahun 2013 yang hanya sebesar 6,58 %. Pencapaian tersebut turut didukung oleh pertumbuhan yang terjadi pada sektor penyusunnya. Pada tahun 2010-2014 komposisi struktur perekonomian Kota Banjarbaru masih didominasi oleh sektor tersier. Secara Umum ada 4 kategori yang cukup dominan dalam pembentukan total PDRB ADHB Kota Banjarbaru yaitu : Kategori Transportasi dan Pergudangan; istrasi Pemerintahan; Pertahanan dan keamanan; Kategori Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Kategori Konstruksi. Sampai dengan tahun 2014 struktur perekonomian Kota Banjarbaru masih didominasi oleh peranan kategori tersier dan kategori sekunder, ini karena Kota Banjarbaru merupakan wilayah perkotaan yang didominasi oleh wilayah permukiman dan perkantoran dan tidak memiliki SDA yang berlimpah. PDRB perkapita Kota Banjarbaru semakin meningkat setiap tahunnya dari 17,27 juta rupiah pada tahun 2011 menjadi 25,57 juta rupiah pada tahun 2014, atau tumbuh rata-rata 10,35 % setiap tahunnya. Namun demikian, apabila diukur dalam USD, PDRB perkapita kota Banjarbaru masih termasuk dalam jajaran wilayah berpendapatan menengah bawah. Dari sisi PDRB perkapita konstan.
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
2-12
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PENDAHULUAN
LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI (%)
6.8
6.6
6.54
6.65
6.58
6.4 6.2
6
5.99 5.85
5.8 5.6 5.4
2010
2011
2012
2013
2014
TAHUN
Gambar 2-6 Grafik Pertumbuhan Ekonomi Kota Banjarbaru Tahun 2010-2014 Sumber : Kota Banjarbaru dalam Angka, 2016
2.1.9 Sumber Daya Alam 2.1.9.1 Pertanian Empat dari lima kecamatan di Kota Banjarbaru mempunyai lahan pertanian berupa sawah yang masih aktif ditanami padi. Satu-satunya kecamatan yang tidak mempunyai lahan pertanian sawah yaitu kecamatan Banjarbaru Selatan. Total luas tanam padi sawah di Kota Banjarbaru mencapai 1.786 Ha dengan luas panen mencapai 1.717 Ha. Basis produksi padi berada di kecamatan Cempaka dengan luas tanam 1.458 Ha. Tabel 2-10 Luas Lahan Sawah dan Jenis Pengairan di Kota Banjarbaru, 2015 No
Kecamatan
Irigasi
Non irigasi (Ha)
Jumlah (Ha)
1
Banjarbaru Utara
-
150
150
2
Banjarbaru Selatan
-
-
-
3
Cempaka
-
1.441
1.441
4
Landasan Ulin
-
501
501
-
2.759
2.759
5 Liang Anggang Sumber : Kota Banjarbaru dalam Angka 2016
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
2-13
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1.9.2 Perkebunan Luas lahan perkebunan yang paling besar di Kota Banjarbaru adalah tanaman karet (1.152 Ha) diikuti tanaman kelapa dalam (133 Ha) dan tanaman kelapa sawit (145 Ha). Luas dan jumlah produksi yang dihasilkan tanaman perkebunan dapat dilihat pada Tabel 2.11 dan Tabel 2.12 Tabel 2-11 Luas Lahan Perkebunan Kota Banjarbaru Tahun 2015 Luas Areal (HA) No
Jenis Komoditas
1
karet
2
kelapa dalam
3
kelapa hibrida
4
kelapa sawit
5
Tanaman belum Menghasilkan
Tanaman Menghasilkan
Tanaman Rusak
Jumlah
462
670
20
1.152
-
133
-
133
-
-
-
-
40
105
-
145
robusta
-
-
-
-
6
lada
-
-
-
-
7
engkeh
-
-
-
-
8
kakao
-
-
-
-
9
jambu mete
-
-
-
-
10
sagu/rumbia
-
-
-
-
11
kemiri
-
-
-
-
12
pinang
-
-
-
-
13
kapuk
-
-
-
-
14
kenanga
-
-
-
-
15
kayu manis
-
-
-
-
16
aren
-
-
-
-
-
-
-
17 jarak pagar Sumber : Kota Banjarbaru dalam Angka 2016
Tabel 2-12 Produksi dan Rata-rata Produksi Komoditi Perkebunan Kota Banjarbaru
No
Jenis Komoditas
Produksi (Ton)
Rata-rata Produksi per Hektar (Kg/Ha)
1
karet
898
1.340
2
kelapa dalam
68
511
3
kelapa hibrida
-
-
4
kelapa sawit
135
1.286
5
robusta
-
-
6
lada
-
-
7
cengkeh
-
-
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
2-14
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PENDAHULUAN
No
Jenis Komoditas
Produksi (Ton)
Rata-rata Produksi per Hektar (Kg/Ha)
8
kakao
-
-
9
jambu mete
-
-
10
sagu/rumbia
-
-
11
kemiri
-
-
12
pinang
-
-
13
kapuk
-
-
14
kenanga
-
-
15
kayu manis
-
-
16
aren
-
-
-
-
17 jarak pagar Sumber : Kota Banjarbaru dalam Angka 2016
2.1.9.3 Kehutanan Menurut data Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Banjarbaru luas hutan di Kota Banjarbaru sebesar 2.250 ha yang merupakan Hutan Lindung dan 12 Ha merupakan Hutan Kota. Hutan Lindung ini berada di Kecamatan Liang Anggang. Tabel 2-13 Luas Lahan Hutan Di Kota Banjarbaru Tahun 2015 No I
II
Hutan rakyat
Hutan lindung
Hutan kota
Jumlah (Ha)
Kecamatan Banjarbaru Utara
-
-
5
5
1. Kel. Mentaos
-
-
-
-
2. Kel. Komet
-
-
4
4
3. Kel. Loktabat Utara
-
-
1
1
4. Kel. Sungai Ulin Kecamatan Selatan 1. Kel. Kemuning
-
-
-
-
-
-
3 -
3 -
2. Kel. Guntung Paikat
-
-
-
-
3. Kel. Loktabat Selatan
-
-
-
-
4. Kel. Sungai Besar
-
-
3
3
-
-
-
-
1. Kel. Sungai Tiung
-
-
-
-
2. Kel. Bangkal
-
-
-
-
3. Kel. Cempaka
-
-
-
-
4. Kel. Palam
-
-
-
-
Kecamatan Landasan Ulin
-
-
4
4
1. Kel. Guntung Manggis
-
-
4
4
Nama Kecamatan
Banjarbaru
III. Kecamatan Cempaka
IV.
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
2-15
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PENDAHULUAN
Hutan rakyat
Hutan lindung
Hutan kota
Jumlah (Ha)
2. Kel. Guntung Payung
-
-
-
-
3. Kel. L. U. Timur
-
-
-
-
4. Kel. Syamsudin Noor
-
Kecamatan Liang Anggang
-
2.250
--
2.250
1. Kel. L. U. Tengah
-
-
-
-
2. Kel. L. U. Utara
-
3. Kel. L. U. Barat
-
4. Kel. L. U. Selatan
-
1.290
-
2.250
Nama Kecamatan
No
V.
Luas Total Sumber : Kota Banjarbaru dalam Angka 2016
-
960
960
-
1.290
12
2.262
2.1.9.4 Perikanan Produksi perikanan di Kota Banjarbaru tahun 2015 meliputi penangkapan di perairan umum sebesar 55,10 Ton, budidaya sebesar 5.829,80 ton, dan hasil pembenihan sebanyak 18.100.000 ekor. Luas areal potensi perikanan Kota Banjarbaru dapat dilihat pada Tabel 2.14 Tabel 2-14 Luas Lahan Perikanan di Kota Banjarbaru Tahun 2015 No I
II
Sungai (Ha)
Danau (Ha)
Kolam (Ha)
Kec Banjarbaru Utara
-
-
1,75
Jaring apung (m2) -
1. Kel. Mentaos
-
-
-
2. Kel. Komet
-
-
3. Kel. Loktabat Utara
-
4. Kel. Sungai Ulin
Karamba (m2)
Sawah (Ha)
-
0,17
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0,17
1. Kel. Kemuning
-
-
1
-
-
-
2. Kel. Guntung Paikat
-
-
-
-
-
-
3. Kel. Loktabat Selatan
-
-
-
-
-
-
4. Kel. Sungai Besar
-
-
1,62
-
-
-
33
-
2,01
1080
866
-
-
-
-
-
-
-
2. Kel. Bangkal
15
-
-
-
856
-
3. Kel. Cempaka
18
-
2,01
216
-
-
-
-
-
864
10
Nama Kecamatan
Kec Banjarbaru Selatan
III. Kec Cempaka 1. Kel. Sungai Tiung
4. Kel. Palam
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
2,62
-
2-16
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PENDAHULUAN
Sungai (Ha)
Danau (Ha)
Kolam (Ha)
17
-
5,17
Jaring apung (m2) -
1. Kel. Guntung Manggis
-
-
-
2. Kel. Guntung Payung
17
-
3. Kel. L. U. Timur
-
4. Kel. Syamsudin Noor
Karamba (m2)
Sawah (Ha)
81
-
-
81
-
2,6
-
-
-
-
2,53
-
-
-
-
-
0,04
-
-
-
Kec Liang Anggang
-
-
0,32
1323
-
-
1. Kel. L. U. Utara
-
-
0,06
-
-
-
2. Kel. L. U. Tengah
-
-
0,14
1085
-
-
-
-
0,12
238
-
-
-
11,87
2403
947
0,17
No
Nama Kecamatan
IV.
V.
Kec Landasan Ulin
3. Kel. L. U. Barat 4. Kel. L. U. Selatan
Total 50 Sumber : Kota Banjarbaru dalam Angka 2016
2.1.9.5 Peternakan Data mengenai populasi ternak di Kota Banjarbaru dapat dilihat pada Tabel 2.15. Jumlah ternak besar di Kota Banjarbaru tercatat terdiri dari 7 ekor kerbau, 2.258 ekor sapi, sedang ternak kecil yang tercatat adalah kambing dengan jumlah 2.790 ekor dan babi 307 ekor. Tabel 2-15 Populasi Ternak Besar dan Kecil Menurut Kelurahan, 2015 No I
Nama Kecamatan Kecamatan Banjarbaru Utara
Sapi
Kambing
Babi
573
390
8
40
2. Kel. Komet
-
-
30
-
3. Kel. Loktabat Utara
-
416
237
-
4. Kel. Sungai Ulin
-
149
83
-
Kecamatan Banjarbaru Selatan
-
141
91
-
1. Kel. Kemuning
-
20
12
-
2. Kel. Guntung Paikat
-
-
26
-
3. Kel. Loktabat Selatan
-
116
42
-
5
11
466
550
50
180
1. Kel. Mentaos
II
Kerbau
4. Kel. Sungai Besar III. Kecamatan Cempaka 1. Kel. Sungai Tiung
-
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
2-17
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PENDAHULUAN
No
IV.
V.
Nama Kecamatan
Kerbau
Sapi
Kambing
Babi
2. Kel. Bangkal
-
40
55
-
3. Kel. Cempaka
-
318
244
-
4. Kel. Palam
-
58
71
-
Kecamatan Landasan Ulin
-
570
739
307
1. Kel. Guntung Manggis
-
158
188
253
2. Kel. Guntung Payung
-
187
170
55
3. Kel. L. U. Timur
-
72
210
-
4. Kel. Syamsudin Noor
-
158
171
-
Kecamatan Liang Anggang
7
508
1020
1. Kel. L. U. Utara
7
305
310
103
435
-
88
155
12
120
-
7
2258
2790
307
2. Kel. L. U. Tengah 3. Kel. L. U. Barat 4. Kel. L. U. Selatan
-
Sumber : Kota Banjarbaru dalam Angka 2016
2.1.9.6 Industri dan Energi Tahun 2015 perusahaan industri di Kota Banjarbaru berdasarkan data dari Dinas Perindag Kota Banjarbaru berjumlah 1.108 buah, yang terdiri dari 11 buah industri besar, 73 industri sedang, 342 industri kecil dan 682 industri rumah tangga. Industri makanan, minuman dan tembakau berjumlah 337 buah, industri tekstil, pakaian jadi dan kulit 62 buah, industri kayu dan hasil dari kayu dan rotan 227 buah, industri kertas, barang dari kertas dan percetakan 41 buah, industri dasar dari barang logam 153 buah, dan industri lain-lain 288 buah. Pelanggan listrik yang tercatat pada PT PLN Ranting Banjarbaru sebanyak 103.602 dengan berbagai jenis tarif. Banyak Kwh terjual sebanyak 260.252.311 dengan nilai mencapai 241 milyar rupiah. Data yang diperoleh dari PDAM Kabupaten Banjar mengenai produksi PDAM Intan Banjar di Kota Banjarbaru menunjukkan bahwa dari jumlah 13,6 juta m3 air bersih yang diproduksi sekitar 13,38 juta m3 telah didistribusikan, yang terjual 9,61 juta m3 sedangkan sebanyak 3,77 juta m3 sisanya telah susut atau hilang. Jumlah pelanggan air minum di Kota Banjarbaru mencapai 34.339 pelanggan dengan rincian di
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
2-18
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
kecamatan Landasan Ulin dan Liang Anggang 9.700 pelanggan, Cempaka 1.074 dan Banjarbaru Utara dan Banjarbaru Selatan sebanyak 23.565 pelanggan.
2.1.9.7 Hotel dan Pariwisata Seiring dengan perpindahan pusat pemerintahan Provinsi Kalimantan Selatan ke Kota Banjarbaru hal ini menarik investor untuk membuka usaha perhotelan di Kota Banjarbaru. Tahun 2015 terdapat 43 buah fasilitas akomodasi di Kota Banjarbaru, yang terdiri dari 11 hotel bintang dan 32 jasa akomodasi lainnya. Fasilitas tersebut tersebar di kecamatan Banjarbaru Utara, Banjarbaru Selatan dan Landasan Ulin, sedangkan di Kecamatan Cempaka belum ada usaha jasa akomodasi. Tiap kecamatan memiliki organisasi kesenian. Kecamatan Landasan Ulin memiliki 4 organisasi kesenian, Kecamatan Liang Anggang 7 organisasi, Kecamatan Cempaka 9 organisasi kesenian dan Kecamatan Banjarbaru Utara memiliki 13 organisasi dan Banjarbaru Selatan mempunyai 12 organisasi kesenian.
2.1.10 Pendapatan Regional Selama sepuluh tahun terakhir, banyak perubahan yang terjadi pada tatanan global dan lokal yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian nasional. Hal ini nampak dari semakin beragamnya kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat yang tentunya akan membawa perubahan pada struktur ekonomi suatu daerah. Untuk mengakomodir kegiatan ekonomi yang sebelumnya tidak tercakup dalam penghitungan PDRB maka BPS melakukan perubahan tahun dasar yaitu dari tahun 2000 menjadi tahun dasar 2010. Hal ini juga selaras dengan rekomendasi dari PBB tentang SNA 2008 tentang cara mengukur aktivitas ekonomi yang sesusai dengan penghitungan konvensional berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi. Perekonomian Kota Banjarbaru dilihat dari besaran nilai PDRB, dimana selama tahun 2015 Kota Banjarbaru telah mampu menghasilkan nilai tambah bruto sebesar 6,49 trilyun rupiah, yang jika dilihat dengan harga konstan sekitar 4,76 trilyun rupiah. Dengan demikian pertumbuhan Kota Banjarbaru di tahun 2015 mencapai 6,86 persen.
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
2-19
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PENDAHULUAN
Empat
besar
komponen
pendukung
perekonomian
Kota
Banjarbaru
adalah
Transportasi dan Pergudangan sebesar 21,86 persen, Konstruksi sebesar 14,73 persen, istrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib sebesar 13,28 persen, dan Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 10,49 persen. PDRB perkapita Kota Banjarbaru atas dasar harga berlaku selama tahun 2015 sebesar Rp 28.027.795,- dan jika dilihat berdasarkan harga konstan 2010, maka PDRB Kota Banjarbaru Rp 20.332.956,- perkapita.
2.2
Kecamatan Liang Anggang
2.2.1 Kondisi Geografis Berdasarkan letak astronomis, Kecamatan Landasan Ulin terletak 3°27’5” Lintang Selatan dan 114°45’ Bujur Timur. Kecamatan Liang Anggang memiliki 4 kelurahan diantaranya kelurahan Landasan Ulin Tengah, Landasan Ulin Utara, Landasan Ulin Barat, Landasan Ulin Selatan. Secara istrasi memiliki batas wilayah sebagai berikut :
Sebeleh Utara
: Kabupaten Banjar
Sebelah Selatan
: Kecamatan Landasan Ulin
Sebelah Timur
: Kabupaten Tanah Laut
Sebelah Barat
: Kabupaten Banjar
Luas Kecamatan Liang Anggang 85,86 km atau sekitar 23,12 persen dari luas wilayah Kota Banjarbaru. Kelurahan yang paling luas adalah kelurahan Landasan Ulin Selatan dengan luas 26,35 km2 dan kelurahan yang paling kecil luasnya adalah kelurahan Landasan Ulin Barat yaitu hanya seluas 16,15 km2 Untuk lebih jelas mengenai batasan wilayah studi, dapat dilihat pada Gambar 2-7
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
2-20
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PENDAHULUAN
Gambar 2-7 Peta istrasi Kecamatan Liang Anggang
2.2.2 Kondisi Fisik Wilayah Kondisi fisik alamiah Kecamatan Liang Anggang yang dipaparkan di sini meliputi kondisi topografi dan kelerengan, dan klimatologi. Paparan diharapkan
dapat
mendeskripsikan
kondisi
rona
fisik
ini
bentang alam/geografis Kecamatan
Liang Anggang. 2.2.2.1 Topografi Secara topografi, Kecamatan Liang Anggang memiliki topografi bervariasi antara 0 – 25 m dari permukaan air laut (dpl), dengan bentuk bentang alam (morfologi) yang
cukup
variatif
(beragam).
Sebagian
besar
wilayah
Kecamatan Liang
Anggang berada di ketinggian 0-7 m dpl yaitu sekitar 5.250 Ha. Dari segi kemiringan tanah, Kecamatan Liang Anggang memiliki kemiringan tanah 0-2 %. Kondisi ini sangat cocok untuk budidaya pertanian maupun untuk kegiatan perkotaan;
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
2-21
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PENDAHULUAN
Tabel 2-16 Luas Wilayah Kecamatan Liang Anggang Berdasarkan Ketinggian Kecamatan Liang Anggang
Ketinggian dari Permukaan Laut (Ha) 0-7
7 - 25
25 - 100
100 - 500
> 500
5.250
1.540
0
0
0
Tabel 2-17 Luas Wilayah Kecamatan Liang Anggang Berdasarkan Kelas Lereng Kelas Lereng (Ha)
Kecamatan
0-2 %
Liang Anggang
2-8 %
8-15 %
> 15 %
0
0
0
6789,5
2.2.2.2 Klimatologi Berdasarkan data dari BMKG Banjarbaru, rata-rata suhu udara di tahun 2015 berkisar antara 23,5°C sampai dengan 32,8°C dimana suhu tertinggi pada bulan Oktober yaitu 36,0°C dan suhu udara terendah di bulan Agustus 22°C. Kelembaban udara relatif tinggi yaitu berkisar rata-rata antara 76 persen sampai 89 persen. Curah hujan tahun 2015 relatif lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Rata-rata curah hujan tercatat 228,1 mm dengan jumlah terendah terjadi pada bulan September (0 mm) dan tertinggi bulan Januari (543,8 mm). Rata-rata jumlah hari hujan sebanyak 14 hari. Tabel 2-18 Kondisi Iklim di Kecamatan Liang Anggang , 2015
25
Suhu Udara (oC) 25.9
Kecepatan Angin (Knot) 4
397.7
22
25.8
3
86
337.8
20
26.4
3
April
85
324.5
14
27
3
Mei
85
250.9
12
27.3
3
Juni
84
109.6
12
26.8
3
Juli
77
24.3
3
27.1
4
Agustus September
73 66
38.8 -
2 -
27.1 27.7
5 5
Oktober
60
33.9
5
28.5
5
November
82
112.4
14
27.7
3
20
27
3
Kelembaban Udara
Curah Hujan (mm)
Banyak Hari Hujan
Januari
88
543.8
Februari
88
Maret
Bulan
Desember 86 335.9 Sumber : Kecamatan Liang Anggang dalam Angka, 2016
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
2-22
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PENDAHULUAN
2.2.3 Kependudukan 2.2.3.1 Jumlah Penduduk Jumlah penduduk Kecamatan Liang Anggang tahun 2015 tercatat sebesar 40.992 jiwa, terbagi ke dalam 10.559 rumah tangga. Dengan demikian, dalam satu rumah tangga rata-rata terdiri dari 4 jiwa. Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kelurahan Landasan Ulin Utara (15.782 jiwa) dan yang paling sedikit di Kelurahan Landasan Ulin Selatan yaitu sebanyak 6.754 jiwa. Tabel 2-19 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2015 Nama Kecamatan
Jenis kelamin L
P
Total
Kecamatan Liang Anggang 1. Kel. L. U. Utara
8.089
7.693
15.782
2. Kel. L. U. Tengah
5.478
5.475
10.953
3. Kel. L. U. Barat
3.991
3.512
7.503
3.474
3.280
6.754
21.032
19.960
40.992
4. Kel. L. U. Selatan Jumlah Sumber : Kota Banjarbaru dalam Angka, 2016
2.2.3.2 Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk merupakan perbandingan dari jumlah penduduk dengan luas wilayahnya. Angka kepadatan penduduk menggambarkan jumlah penduduk yang ada per satuan luas tertentu. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Banjarbaru, kepadatan penduduk Kecamatan Liang Anggang mempunyai tingkat kepadatan sebesar 477 jiwa/km2, dimana tingkat kepadatan tertinggi berada di kelurahan Mentaos (6.814 jiwa/km2) sedangkan terendah di Kelurahan Loktabat Utara (1.445 jiwa).
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
2-23
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PENDAHULUAN
BAB 3.
METODOLOGI
BAB 3 METODOLOGI
Pengumpulan dan analisa data diperlukan untuk menilai dampak dari lingkungan dan memprediksi serta mengevaluasi dampak yang utama dan besar. Bab 3 menjelaskan tentang pemilihan metoda pengumpulan data dan analisa sesuai disiplin ilmu yang terkait, dan metoda-metoda yang dipakai untuk memperkirakan mengevaluasi dampak-dampak besar dan penting yang mungkin terjadi.
3.1
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan untuk studi ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari pengukuran atau pengamatan lapangan, termasuk pengukuran langsung dan hasil analisis laboratorium. Data sekunder diperoleh dari talaahan literatur, dokumen-dokumen, laporan-laporan dan studi-studi sebelumnya. Kumpulan data primer meliputi data-data sosial, ekonomi dan budaya yang dikumpulkan dengan cara wawancara langsung dengan masyarakat di daerah studi. Data-data fisika, kimia dan biologi dikumpulkan secara langsung dengan pengambilan sampel, pengukuran dan pengamatan di lapangan. Mengingat keistimewaan proyek ini dan mendesaknya pelaksanaannya proyek ini, pengumpulan data primer dilakukan pada komponen lingkungan dan lokasi tertentu saja.
3.1.1 Komponen Fisika-Kimia Parameter-parameter fisik-kimia meliputi iklim; kualitas udara dan kebisingan; hidrologi dan kualitas air permukaan; hidrogeologi; fisiografi dan geologi; topografi, dan tanah; kondisi kegempaan; struktur dan penggunaan lahan; dan transportasi. 1. Iklim
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
3-1
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PENDAHULUAN
Pengumpulan data iklim dilakukan dengan menghimpun data sekunder dari stasiun iklim terdekat dengan wilayah studi. Adapun komponen iklim yang dihimpun terdiri dari :
Hujan (curah hujan dan hari hujan),
Suhu udara (rata-rata, minimum dan maksimum),
Kelembaban udara,
Arah dan kecepatan angin,
Intensitas penyinaran matahari
2. Kualitas Udara dan Kebisingan Pengukuran kualitas udara dan kebisingan dilakukan secara langsung di lapangan. Berdasarkan PP No 41 Tahun 1999, parameter yang dianalisis untuk mengetahui kualitas udara ambient terdiri dari SO2, NO2, NH3, CO, H2S, O3, debu, Pb dan kebisingan. Pengambilan sampel gas dilakukan dengan menggunakan gas sampler dan untuk debu dengan High Volume Air Sampler (Hi-Vol), dan selanjutnya sampel-sampel tersebut dianalisis di laboratorium. Pengukuran
tingkat
kebisingan
dilakukan
langsung
di
tempat
dengan
menggunakan Sound Level Meter. Metode beserta peralatan yang dipergunakan untuk analisis kualitas udara dan pengukuran kebisingan merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999 dapat dilihat (Tabel 3.1). Tabel 3-1 Metode Analisis Kualitas Udara dan Kebisingan No
Parameter
1 2 3 4 5 6 7
SO2 NO2 CO O3 Debu Pb Kebisingan
Waktu Pengukuran 1 Jam 1 Jam 1 Jam 1 Jam 24 Jam 24 Jam
Baku Mutu
Metode Analisa
Alat
900 µg/Nm3 400 µg/Nm3 30.000 µg/Nm3 235 µg/Nm3 230 µg/Nm3 2 µg/Nm3 dBA
Pararosanilin Grietz Saltzman NDIR Chemiluminescent Gravimetri Gravimetri Pengukuran Langsung
Spektrofotometer Spektrofotometer NDIR Analyzer Spektrofotometer High Vol Sampler High Vol Sampler Sound Level Meter
Sumber : PP No. 41 Tahun 1999 3. Hidrologi dan Kualitas Air
Hidrologi Analisis pola aliran air berdasarkan penerapan GIS dengan menggunakan data topografi.
Kualitas Air Permukaan
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
3-2
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
Yang perlu diperhatikan adalah pengumpulan data dasar secara teratur dari kondisi kualitas air. Karena kondisi air permukaan menggambarkan kondisi dasar lingkungan yang alami dan sesuai dengan standar untuk perbandingan kondisi lingkungan di masa mendatang. Penjelasan secara kualitatif kondisi hidrologi dan kualitas air permukaan pada waktu studi ANDAL dilakukan berdasarkan pengamatan lapangan secara umum. Data kualitas air dikumpulkan pada lokasi yang sudah dipilih.
Kualitas Air Bersih Kualitas Air Bersih yang dilakukan pengujian terdiri dari 27 parameter yaitu pH, TDS, Kekeruhan, Rasa, Bau, Suhu, Warna, CI, Kesadahan, NO2, NO3, SO4, KMnO4, Hg, As, F, Cr6+, Se, Zn, CN, Deterjen, FE, Mn, Cu, Pb, Cd dan Total Coliform. Baku mutu kualitas air bersih merujuk pada Permenkes No. 416/1990.
Kualitas Air Limbah Domestik Kualitas Air Limbah Domestik (4 Parameter) berdasarkan Kepmen Lingkungan Hidup No.112/2003 : pH, TSS, BOD, Minyak dan lemak.
4. Hidrogeologi Data hidrologi untuk sistem air permukaan daerah akan digabungkan berdasarkan informasi geologi yang akurat dan data pendukung lainnya 5. Fisiografi dan Geologi Pengumpulan data dan informasi fisiografi dan geologi yang dilakukan termasuk aspek
karakteristik lahan seperti topografi, stabilitas kemiringan, geologi
lingkungan, termasuk distribusi tanah yang paling atas dan kondisi kegempaan. 6. Topografi Informasi mengenai topografi diperoleh dengan bantuan peta topografi skala 1:50.000. 7. Geologi dan Tanah Informasi mengenai geologi akan digabungkan secara GIS dari hasil analisis data sekunder dan peta geologi (Bennet, et al., 1983). Informasi mengenai distribusi tanah diperoleh dari data sekunder dan pengumpulan data primer (contoh dan pengamatan jenis tanah) pada lokasi yang terpilih.
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
3-3
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PENDAHULUAN
Analisa geologi dibatasi pada studi penelitian dan literatur aspek geologi yang ada, seperti formasi geologi jenis dan komposisi batuan, geologi struktur yang ada, strata
yang
kuat.
Sedangkan
studi
tentang
tanah
dimaksudkan
untuk
mendapatkan data yang ada kaitannya dengan parameter yang diperlukan dalam pendugaan erosi tanah. Pendugaan besarnya erosi ini penting dilakukan untuk dapat memperkirakan dampak terhadap kehilangan tanah yang terjadi pada lokasi quarry. Pendugaan erosi dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut ini :
di mana : E
=
besarnya kehilangan tanah per satuan luas lahan, diperoleh dari perkalian faktor-faktor pada persamaan tersebut diatas (misal dalam ton.ha-1.thn1).
R
=
indeks faktor erosivitas hujan untuk daerah tertentu.
K
=
indeks erodibitas tanah untuk horizon tanah tertentu dan merupakan kehilangan tanah persatuan luas indeks erosivitas tertentu.
L
=
faktor panjang dari suuatu kemiringan lereng yang tidak mempunyai satuan
dan
merupakan
bilangan
perbandingan
antara
besarnya
kehilangan tanah untuk panjang lereng tertentu dan besarnya kehilangan tanah untuk panjang lereng 72,6 ft (petak percobaan). Notasi L dalam hal ini bukanlah panjang lereng yang sesungguhnya. S
=
faktor gradien (beda) kemiringan yang tidak mempunyai satuan dan merupakan bilangan perbandingan antara besarnya kehilangan tanah untuk kemiringan lereng 9 %. Notasi S dalam hal ini bukanlah kemiringan lereng sebenarnya.
C
=
faktor penutup tanah yang tidak mempunyai satuan dan merupakan perbandingan antara besarnya kehilangan tanah pada existing condition dan besarnya kehilangan tanah pada keadaan tilled continous fallow.
P
=
faktor praktik konservasi tanah (cara mekanik), tidak mempunyai satuan dan merupakan bilangan perbandingan antara besarnya kehilangan tanah pada kondisi usaha konservasi tanah ideal.
Erosivitas Hujan (R)
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
3-4
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
Cara menentukan besarnya indeks erosivitas hujan seperti yang dikemukakan oleh Lenvain (DHV, 1989) berikut ini : R = 0,41 x H1,09 di mana: R = indeks erosivitas hujan H = curah hujan bulanan (mm)
Erodibilitas Tanah (K) Erodibilitas tanah dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: K = {2,1 x (10-4) x (12-OM) x M1,14 + 3,25 x (s – 2) + 3,25 x (p-3)}/100 dimana: K = Faktor erodibilitas tanah OM = Persentase bahan organik tanah s = Kelas struktur tanah (berdasarkan USDA, 1951) p = Kelas permeabilitas tanah (berdasarkan USDA,1951) M = (% debu + % pasir sangat halus) x (100-%liat) Nilai M untuk beberapa kelas tekstur tanah yang telah ditentukan dapat dipergunakan untuk membandingkan nilai hasil perhitungan yang diperoleh dengan hasil perhitungan yang pernah dilakukan dengan data yang ada di literatur (Tabel 3.2). Tabel 3-2 Nilai M Untuk Beberapa Kelas Tekstur Tanah
Sumber : RLKT DAS Citarum, (1987).
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
3-5
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PENDAHULUAN
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam menentukan nilai K dari masingmasing tanah, maka dilakukan pengambilan contoh tanah terganggu (disturbed soil sample) dan contoh tanah tidak terganggu (undisturbed soil sample). Parameter dan metode serta peralatan yang digunakan untuk analisis tanah ditampilkan pada Tabel 3-3. Tabel 3-3 Parameter, Metode Analisis dan Peralatan Yang Digunakan Dalam Analisa Tanah Prakiraan besarnya nilai erodibilitas tanah dapat diketahui berdasarkan data persentase debu dan pasir sangat halus, bahan organik, dan struktur serta permeabilitas tanah. Hasil perhitungan indeks erodibilitas tanah dapat diperiksa dengan menggunakan nomograf K. Nomograf tersebut dapat dimanfaatkan di Indonesia, karena adanya korelasi antara besarnya nilai erodibilitas dari hasil penelitian lapangan dan dari prakiraan dengan menggunakan nomograf K (Ambar dan Wiersum, 1980).
Kondisi Penutupan dan Pengelolaan Pengambilan Tanah (Nilai C dan P) Hasil pengamatan awal tentang kondisi penutupan lahan dicatat sebelum pengambilan material dilakukan sampai batas areal yang akan keruk dan diambil tanahnya pada tiap-tiap lokasi quarry. Data ini adalah data dasar dari parameter C dan P.
No
Parameter
Metode Analisis
Peralatan
1
Tekstur Tanah
Analisis Mekanis Metode Stokes
Silinder Stokes
2
Bahan Organik
Walkley & Black
Buret, Elemenyer
3
Permeabilitas
Rate Infiltration water (cm/s)
Ring Sampel
4
Struktur Tanah
Pengamatan Langsung
Faktor Topografi (Nilai LS) Faktor Panjang Lereng (L) dan Kemiringan Lereng (S) atau disebut sebagai Indeks Topografi (LS) ditentukan dengan menggunakan rumus yang diadaptasi dari Goldmand, et al., (1986), sebagai berikut :
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
3-6
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
Di mana : LS
= faktor topografi
l
= panjang lereng (m)
s
= kemiringan lereng
m
= angka tetapan, besarnya tergantung pada kemiringan lereng, yaitu : 0,02 untuk kemiringan < 1 % 0,3 untuk kemiringan 1 - 3% 0,4 untuk kemiringan 3,5 - 4,5 % 0,5 untuk kemiringan > 5%
Pengamatan panjang dan kemiringan lereng dilakukan langsung di lapangan, pada tiap-tiap lokasi quarry sampai batas areal yang akan keruk dan diambil tanahnya. Hasil pengamatan keadaan erosi tanah yang terjadi pada saat penelitian di lokasi quary dan areal calon pembangunan (existing condition) dinilai dengan menggunakan Tabel 3.4 berikut. Tabel 3-4 Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi
8. Kondisi Kegempaan Kegiatan kegempaan akan jelas dengan menggunakan data yang akurat pada struktur geologi di Jawa Barat dan data gempa bumi sebelumnya. 9. Struktur dan Penggunaan Lahan PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
3-7
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
Struktur dan penggunaan lahan mempengaruhi perencanan pemerintah dan zona untuk daerah studi. Elemen kritis dari studi adalah penggabungan data lalu lintas sekitar daerah perencanaan.
Struktur Lahan Informasi yang mendukung ini ditentukan oleh data sekunder dari badan yang terkait seperti BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) dan Kantor Statistik, mengenai perencanaan untuk pengembangan daerah dan lokal.
Penggunaan Lahan Data pada karakteristik tata lingkungan akan dikumpulkan untuk menyediakan peta dasar dari situasi saat ini. Informasi ini akan menggambarkan perpanjangan dari penggunaan lahan pertanian saat ini, fungsi hutan, penutup tanah, perumahan, dan dampak signifikan dari karakteristik tata lingkungan. Rencana pembangunan masjid dan kegiatan yang terkait kemudian akan digunakan di atas rencana peta dan dampak yang ditentukan.
10. Transportasi Data tentang transportasi merupakan data primer dari hasil pengamatan di beberapa titik perhitungan.
3.1.2 Komponen Biologi Komponen biologi yang ditelaah meliputi flora dan fauna darat terestrial, biota perairan serta lahan basah. Adapun penentuan jumlah dan titik lokasi pengambilan sampel flora dan fauna terestrial serta perairan didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut :
Distribusi lokasi kegiatan yang diprakirakan telah dan akan menimbulkan dampak terhadap komponen biologi.
Distribusi komponen lingkungan biologi (tipe habitat) di sekitar lokasi proyek yang diprakirakan telah dan akan terkena dampak dari kegiatan proyek.
Data yang akan diperoleh dapat mewakili (representatif) keanekaragaman hayati di sekitar lokasi proyek dan relevan dengan tujuan Studi Analisis Dampak Lingkungan ini.
1. Flora terestrial
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
3-8
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
Pendekatan secara bertahap akan dilakukan untuk pengumpulan data flora terestrial. Foto citra satelit akan digunakan untuk mengidentifikasi sisa daerah penting setelah tsunami dimana spesies penting dan habitat yang ada. Pemilihan daerah penting dikunjungi sekaligus wawancara dengan masyarakat setempat. Komponen flora terestrial yang diamati terdiri dari tipe dan jenis vegetasi, komposisi dan struktur komunitas, vegetasi dan ekosistem yang dilindungi serta gulma air. Pengumpulan data ini dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan (inventarisasi) keberadaannya. Penentuan titik sampel didasarkan pada keterwakilan tipe flora terestrial yang terdapat di daerah studi dan letak areal yang diprakirakan terkena dampak. 2. Fauna Terestrial Pengumpulan data fauna terestrial dilakukan di wilayah studi secara purposive dengan cara pengamatan langsung di lapangan dengan melihat dan mendengar bunyi atau suaranya (metode IPA/Index Point of Abudance) untuk jenis burung, perjumpaan langsung untuk jenis mamalia, maupun melalui pengenalan tandatanda yang dijumpai seperti bunyi, jejak hewan, bekas gigitan atau cakaran pada pohon serta kotoran yang ditinggalkan. Selain dengan pengamatan di lapangan, untuk melengkapi pengumpulan data mengenai jenis fauna darat yang ada di lokasi studi, juga dilakukan dengan observasi tidak langsung berupa informasi dari masyarakat setempat. Penentuan titik sampling didasarkan pada keterwakilan penyebaran fauna termasuk daerah yang akan terkena dampak dan keterwakilan habitat fauna terestrial yang terdapat di daerah studi. Hal ini disesuaikan pula dengan lokasi pengamatan flora terestrial karena kehidupannya erat kaitannya dengan tipe vegetasi setempat. Jenis-jenis fauna darat yang diamati meliputi :
Satwa liar Jenis ini merupakan satwa setempat dari mengembara dan mungkin singgah atau tertarik. Data yang dikumpulkan adalah dengan mendaftar jenis (list of species), keadaan populasi dalam kelompok dan keragaman habitat dan relung ekologi yang diperlukan. Data fauna yang harus dikumpulkan terfokus pada spesies kehidupan liar, terutama keberadaan spesies yang dilindungi. Data sekunder merupakan sumber informasi data, bagaimanapun juga pengamatan secara langsung
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
3-9
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
termasuk pengamatan habitat dan wawancara dengan masyarakat setempat. Pengumpulan data primer akan terfokus pada 2 (dua) daerah lahan basah/rawa yang terkena dampak pembangunan masjid.
Hewan Ternak dan Satwa Peliharaan Untuk ternak dan satwa peliharaan diperhatikan populasi dan jenisnya yang terdapat di sekitar kegiatan proyek. Selain itu diperhatikan pula jenis dan keterdapatan di tempat tersebut. Selain pengambilan data primer, data sekunder dari informasi masyarakat setempat juga digunakan sebagai pendukung.
3. Biota Perairan Biota perairan erat sekali hubungannya dengan penurunan kualitas air sebagai akibat adanya kegiatan pembangunan masjid. Biota perairan yang ditelaah adalah
Plankton Pengumpulan data plankton dilakukan dengan menyaring air dengan volume sebanyak ± 100 liter dengan Plankton Net No. 25, . Kemudian contoh plankton tersebut dimasukan kedalam botol sampel dengan volume 25 ml dan diawetkan dengan larutan formalin 4 % dengan maksud untuk menghindari berbagai kerusakan bentuk plankton. Kemudian sampel plankton tersebut dianalisis untuk diidentifikasi jenis planktonnya di laboratorium sampai tingkat genus dengan menggunakan buku acuan pedoman identifikasi dari Davis (1965). Rumus yang digunakan untuk menghitung kelimpahan plankton memakai rumus konversi Lackey Drop Microtransect Counting :
Dimana : N = Kelimpahan Plankton (individu/l) W = Volume Air Yang Disaring (l) V = Volume Air Yang Tersaring (ml) v = Volume Preparat (ml) T = Luas Cover Glass (mm2) t = Luas Lapang Pandang (mm2) P = Jumlah Individu Yang Teramati p = Jumlah Lapang Pandang Yang Diamati
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
3-10
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PENDAHULUAN
Benthos Pengumpulan data benthos dilakukan dengan cara mengambil substrat dasar perairan dengan Ekman Grab. Kemudian contoh substrat tersebut dituangkan kedalam kantong plastik dan diawetkan dengan larutan formalin 4 %. Kemudian substrat tersebut disaring dengan mempergunakan ayakan (sieve) dengan ukuran 30 dan 100 mesh per inci untuk memisahkan organisme benthos dari lumpur. Kemudian organisme benthos tersebut dianalisis dengan mengidentifikasi jenis di laboratorium menurut buku acuan APHA (1981). Lokasi pengambilan sampel benthos yang dilakukan sama dengan lokasi pengambilan sampel air sungai, yaitu pada 4 titik lokasi sampel.
3.1.3 Komponen Sosial Informasi tentang Proyek Pekerjaan Masjid Jawa Barat di Kabupaten Sukabumi dilakukan melalui surat kabar dan konsultasi umum serta sosialisasi kepada masyarakat sekitar lokasi proyek. Selanjutnya, dilakukan survei untuk mengumpulkan data sosial, ekonomi dan budaya serta masyarakat baik berupa data primer berupa wawancara dengan masyarakat maupun data sekunder yang didapat dari instansi terkait yang kemudian dihimpun dan dianalisa. Jenis Data Data yang berhubungan dengan demografi dan ekonomi dikumpulkan melalui sumber data sekunder. Sedangkan data yang berhubungan dengan budaya dikumpulkan melalui wawancara dan pengamatan langsung di lapangan. o
Data Sekunder Pengumpulan data sekunder terutama dari laporan tahunan dan hasil penelitian sebelumnya, terutama dimaksudkan untuk menjaring informasi lingkungan sosial yang berhubungan dengan parameter yang harus dianalisis.
o
Data Primer Data
primer
dikumpulkan
melalui
pengamatan
dan
wawancara
dengan
menggunakan rumah tangga sebagai unit sampel dan kepala rumah tangga sebagai responden. Data primer yang sifatnya kualitatif dikumpulkan melalui pengamatan dan wawancara bebas. Wawancara tersebut dilakukan dengan orang tertentu di dalam komunitas, kepala desa, pekerja kesehatan, orang yang lebih tua
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
3-11
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
atau pemuka masyarakat lainnya. Data primer yang cenderung kuantitatif diperoleh melalui wawancara dengan responden secara terstruktur menggunakan kuesioner. Untuk mendapat gambaran aspek-aspek yang termasuk dalam komponen sosial yang diinginkan, diperlukan minimum lima wawancara di setiap desa yang dituju. Karena kajian sosial ini bukan kajian yang mendalam, tidak perlu menentukan jumlah wawancara per desa berdasarkan jumlah total penduduk, melainkan cukup lima responden untuk mewakili masyarakat sekitar. Data yang dikumpulkan untuk komponen sosial, ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat disebutkan berikut ini : 1. Demografi a) Struktur penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin, mata pencaharian, pendidikan dan agama b) Tingkat kepadatan penduduk c) Pertumbuhan penduduk (tingkat kelahiran, tingkat kematian bayi dan pola migrasi sirkuler, komuter dan permanen) d) Tenaga kerja (tingkat partisipasi angkatan kerja, tingkat pengangguran) 2. Ekonomi a) Ekonomi rumah tangga (tingkat pendapatan dan nafkah ganda) b) Ekonomi sumber daya alam (pola pemilikan dan penguasaan sumber daya alam, pola pemanfaatan sumber daya alam, pola penggunaan lahan, nilai tanah, dan sumber daya alam lainnya, termasuk sumber daya alam milik umum) c) Perekonomian lokal dan regional (kesempatan kerja dan berusaha, nilai tambah karena proses manufaktur, jenis dan jumlah aktifitas ekonomi non formal, distribusi pendapatan, efek ganda ekonomi, produk domestik, regional bruto, pendapatan asli daerah, pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, fasilitas umum dan fasilitas sosial, aksesibilitas wilayah) 3. Budaya a) Kebudayaan (adat istiadat, nilai dan norma budaya) b) Proses sosial (proses asosiasi/kerjasama, proses disosiasi/konflik sosial, akulturasi, asimilasi dan integrasi, kohesi sosial
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
3-12
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PENDAHULUAN
c) Pranata sosial/kelembagaan masyarakat dibidang ekonomi (misal hak ulayat), pendidikan, agama, sosial, keluarga d) Warisan budaya (situs purbakala, cagar budaya) e) Pelapisan sosial berdasarkan pendidikan, ekonomi, pekerjaan dan kekuasaan f) Kekuasaan dan kewenangan (kepemimpinan formal dan informal, kewenangan informal
dan
informal,
mekanisme
pengambilan
keputusan
dikalangan
masyarakat, kelompok individu yang dominan, pergeseran nilai kepemimpinan) g) Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana usaha atau kegiatan h) Adaptasi ekologis i)
Pertahanan / keamanan
j) Interaksi sosial antar penduduk.
3.1.4 Komponen Kesehatan masyarakat Parameter
lingkungan
yang
diperkirakan
terkena
dampak
rencana
kegiatan
pembangunan dan berpengaruh terhadap kesehatan adalah : a) Proses dan potensi terjadinya pemajanan b) Potensi besarnya dampak timbulnya penyakit (angka kesakitan dan angka kematian) c) Karakteristik spesifik penduduk yang beresiko d) Sumber daya kesehatan e) Kondisi sanitasi lingkungan f) Status gizi masyarakat g) Kondisi lingkungan yang dapat memperburuk proses penyebaran penyakit
3.2
Metode Analisis Data
Analisis data mengaplikasikan gabungan antara metode kuantitatif dengan kualitatif, serta perbedaan yang ditinjau secara ilmiah maupun lingkungan. Metode analisis data untuk komponen fisik kimia, biologi, sosial dan kesehatan masyarakat dapat dilihat pada Tabel 3-5.
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
3-13
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
Tabel 3-5 Metode Analisis Data Studi Kajian Lingkungan Pekerjaan Masjid Jawa Barat di Kabupaten Sukabumi No A. 1.
Komponen Lingkungan FISIK KIMIA Iklim
Metode Analisis Data Klasifikasi iklim berdasarkan Schmidt dan Fergusson
*) curah hujan < 60 mm/bulan **) curah hujan > 100 mm/bulan iklim A = Q = 0 - 24,3% B = Q = 14,3 – 33,3% C = Q = 33,3 - 60% D = Q = 60 – 100% E = Q = 100 – 167% F = Q = 167 – 300% G = Q = 300 – 700% H = Q > 700% 2.
3.
Kualitas Udara a. Debu
Pengukuran langsung di lapangan dengan alat Gravimetri terhadap kertas saring.
b. Bising
Pencatatan langsung terhadap hasil pengukuran, kemudian dicari rata-ratanya.
c. Debit air
Menggunakan data sekunder.
d. Kualitas air
Analisis laboratorium dengan Standard Methode (APHA, 1992), data dibandingkan dengan baku mutu KepMen LH No. 82 Tahun 2002.
Tata Ruang dan Tata Guna Lahan a. Tata Ruang
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
Analisis kebijakan tata ruang dilakukan overlay peta RUTR dengan kondisi penggunaan lahan yang ada.
3-14
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PENDAHULUAN
No
Komponen Lingkungan b. Tata Guna Lahan
Metode Analisis Data Analisis kebijakan tata ruang dilakukan overlay peta penggunaan lahan dengan kondisi penggunaan lahan yang ada di Kabupaten Sukabumi, analisis citra satelit dan cek lapangan.
c. Kepemilikan lahan Tanah, Fisiografi dan Geologi a. Stabilitas tanah
Wawancara di lapangan di desa yang dilewati rencana jaringan jalan.
b. Longsor
Survei lapangan, dengan menggunakan kriteria : a) Tingkat kelerengan. b) Adanya bidang luncur yang dicirikan adanya lapisan padas pada kedalaman tertentu. c) Adanya konsentrasi air pada bidang luncur.
c. Erosi
A=R.K.L.S.C.P A = erosi (t/ha/th) R = erosivitas hujan (mm) K = erodibilitas tanah L = panjang lereng (m) S = kemiringan lereng C = penggunaan lahan/penutup lahan P = pengelolaan tanah
d. Fisiografi
Analisis dengan menggunakan peta topografi. Analisis dengan menggunakan peta geologi.
B. 1.
e. Geologi BIOLOGI Flora Terestrial
2.
Fauna Terestrial
Deskripsi hasil rekapitulasi data primer dan sekunder
4.
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
Survei lapangan
Deskripsi hasil rekapitulasi data primer dan sekunder
3-15
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PENDAHULUAN
No 3.
Komponen Lingkungan Biota perairan
C. 1.
SOSIAL Demografi a. Kepadatan Penduduk
Metode Analisis Data Indeks Keanekaragaman jenis (H’) H’ = -Σ Pi log 2 Pi Pi = Ni / N Ni = jumlah individu ke-I N = jumlah total individu seluruh jenis
Kepadatan penduduk (Soemarwoto, 1987)
Po = jumlah penduduk pada tahun ke-o (jiwa) r = laju pertambahan penduduk (%) t = periode waktu perhitungan L = luas wilayah (km2) b. Rasio Ketergantungan
Karakteristik penduduk
P0 – 14 = jumlah penduduk usia 0 – 14 tahun(jiwa) P15 – 59 = jumlah penduduk usia 15 – 59 tahun (jiwa) P60+ = jumlah penduduk usia > 60+ tahun (jiwa) c. Rasio jenis kelamin
2.
Pendapatan
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
L = jumlah penduduk laki-laki (jiwa) P = jumlah penduduk perempuan (jiwa) k = konstanta Tingkat pendapatan
3-16
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PENDAHULUAN
No
3. 4. D. 1. 2. 3. 4. 5.
Komponen Lingkungan
Ekonomi Budaya KESEHATAN MASYARAKAT Insidensi Prevalensi Status Gizi Fasilitas Kesehatan Tenaga Medis
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
Metode Analisis Data I=c+i+s c = komsumsi (consumption) i = investasi (investment) s = tabungan (saving) Analisis deskriptif data sekunder Analisis deskriptif data sekunder Analisis Analisis Analisis Analisis Analisis
deskriptif deskriptif deskriptif deskriptif deskriptif
data data data data data
sekunder sekunder sekunder sekunder sekunder
3-17
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PENDAHULUAN
3.3
Metode Perkiraan Dampak Besar dan Penting
Metode prakiraan dampak besar dan penting adalah pengkajian lebih mendalam terhadap perubahan kualitas lingkungan yang disebut besaran dampak akibat kegiatan. Metode pendekatan yang digunakan dalam model formal dan informal tersebut, meliputi : a. Analogi Pendekatan ini dilakukan dengan mempelajari dampak lingkungan yang timbul akibat kegiatan sejenis yang telah berlangsung pada areal tertentu di tempat yang sama dan atau di tempat yang kondisi lingkungan identik dengan kondisi wilayah studi, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memprakirakan dampak di wilayah studi. Pendekatan ini digunakan untuk memprakirakan dampak Sosial Ekonomi Budaya dan Tata Ruang. b. Penilaian Para Ahli Dalam
pendekatan
ini,
hubungan
dampak
terhadap
komponen/sub
komponen/parameter lingkungan ditetapkan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman para ahli yang tergabung dalam Tim Studi, maupun Pakar lainnya yang khusus diundang untuk itu. Pendekatan ini digunakan untuk memprakirakan dampak Kualitas Udara, Hayati dan Kualitas Air Permukaan. c. Model Matematik Dalam model ini, hubungan sebab akibat yang menggambarkan dampak kegiatan proyek
terhadap
komponen/sub
komponen/parameter
lingkungan
tertentu
dirumuskan secara matematis. Perhitungan yang digunakan dalam memprakirakan dampak dapat dilihat pada Tabel 3.6. d. Model Penggunaan Standar Baku Mutu Lingkungan Dalam model ini, hubungan sebab akibat yang menggambarkan dampak kegiatan proyek
terhadap
komponen/sub
komponen/parameter
lingkungan
tertentu
dirumuskan dengan membandingkan baku mutu yang telah diterbitkan terhadap besaran perubahan kondisi lingkungan.
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
3-18
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PENDAHULUAN
Tabel 3-6 Perkiraan Dampak Lingkungan Hidup No A. 1.
Komponen Lingkungan FISIK KIMIA Kebisingan a. Intensitas kebisingan akibat transportasi
Metode Analisis Data
LEalat = kebisingan total alat (dBA) LOEalat = kebisingan satu unit alat (dBA) Nalat = jumlah alat Salat = kecepatan alat (km/jam) D = jarak dari centre line jalan T = lama peninjuan α = koefisien lingkungan b. Intensitas kebisingan akibat pengoperasian alat-alat berat LEtotal = intensitas kebisingan total alat berat pada jarak D (dBA) Lalat = intensitas kebisingan masing-masing alat berat (Dba) c. Intensitas gabungan kebisingan
LD = L15 + 20 Log (15/D) LP2 = LP1 – 20 log LP2 = bising pada jarak R2 LP1 = bising pada jarak standar (=15m)
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
3-19
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PENDAHULUAN
No
Komponen Lingkungan R1 R2
2.
Metode Analisis Data = jarak sumber bunyi standar (=15) = jarak bunyi terhadap pengukuran
Kadar debu
C Q L U Z B. 1.
BIOLOGI Flora
2.
Fauna
C. 1.
SOSIAL Ketenagakerjaan a. Tingkat partisipasi kerja
= konsentrasi ambien (µm/m3) = laju ewmisi persatuan luas (µm/debit/m3) = panjang daerah tinjauan searah arah angin = kecepatan angin = tinggi percampuran, dimana terjadi Pencampuran zat pencemar udara m)
• Interpretasi nilai indeks keanekaragaman jenis flora • Interpretasi terhadap keberadaan jenis flora
• Interpretasi nilai indeks keanekaragaman jenis fauna • Interpretasi terhadap keberadaan jenis fauna
TPk = tingkat partisipasi kerja ∑Ak = jumlah tenaga kerja ∑Tk = jumlah angkatan kerja
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
3-20
LAPORAN PENDAHULUAN
No
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
Komponen Lingkungan b. Tingkat Pengangguran
Metode Analisis Data
TP = tingkat penganguran ∑P = jumlah penganguran ∑Tk = jumlah angkatan kerja 2.
Pendapatan a. Pendapatan per kapita
Y = pendapatan perkapita per tahun y = total pendapatan A = jumlah tanggungan keluarga, jiwa kapita Tingkat pendapatan 3.
Budaya
Deskripsi analisis
D.
KESEHATAN MASYARAKAT
Deskripsi analisis
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
3-21
LAPORAN PEBDAHULUAN
3.4
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
Metode Evaluasi Dampak Besar Dan Penting
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dinyatakan bahwa kriteria mengenai ukuran dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan proyek terhadap komponen, ditentukan berdasarkan :
Jumlah manusia yang akan terkena dampak
Luas wilayah persebaran dampak
Lamanya dan intensitas dampak berlangsung
Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang akan terkena dampak
Sifat kumulatif dampak
Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
3-22
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PEBDAHULUAN
Review Aspek Legal Review Kebijakan Pengembangan & pembangunan
Metode Analisis & Eval. Lingk
Review Rencana Tata Ruang Wilayah
Invent Karakter Kawasan
Inventarisasi Rencana & Rancangan
Desk Study
Koleksi data klimat, tata ruang dan fisiografi Survey Sosial, Ekonomi, dan Budaya
Analisis Laboratorium
Analisis Tata ruang
Survey Transportasi dan Kesmas Survey Kualitas air
Survey Kualitas Udara
Survey & Pengumpulan Data
Analisis, transportasi, Perubahan Sosekbud Masyarakat dan kesehatan masyarakat
Indentifikasi dampak lingkungan
Analisis Data & Interpretasi
Pengesahan
Konsultasi dengan Dinas Lingkungan Hidup
Penyusunan UKL dan UPL
Penyusunan UKLUPL serta konsultasi
Gambar 3-1 Bagan Alir Kegiatan Penyusunan Dokumen UKL dan UPL
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
3-23
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PEBDAHULUAN
BAB 4.
RENCANA KERJA
4.1
Rencana Kerja
BAB 4 RENCANA KERJA
Untuk menjamin dan terarahnya kegiatan Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang maka perlu adanya suatu panduan yang menggambarkan tahapan-tahapan kegiatan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan. Tahapan kegiatan disusun sebagai berikut : 4.1.1 Tahap Persiapan Adapun beberapa metode yang digunakan dalam tahap persiapan adalah : 1. Wawancara 2. Observasi lapangan 3. Telaah
terhadap
rencana
kegiatan
pekerjaan
yang
mengemukakan
informasi penting dari kegiatan yang merupakan sifat khas pekerjaan itu sendiri dan dapat menimbulkan dampak potensial terhadap lingkungan sekitarnya yakni pada:
Tahap pra-konstruksi
Tahap konstruksi
Tahap pasca-konstruksi/operasional dan pemeliharaan
4.1.2 Tahap Pelaksanaan Dalam tahap pelaksanaan ini dilakukan: 1. Survai Rona Lingkungan, yang terdiri dari survai iklim, fisiografi, hidrologi, ruang, lahan, dan tanah. 2. Pengamatan terhadap aspek sosial, ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat yang dilakukan dalam wilayah studi yang berada dalam tapak pekerjaan atau di sekitarnya. Data komponen sosial diambil dalam studi bersumber dari data primer dan data sekunder. 3. Merumuskan UKL/UPL yang meliputi masalah/keadaan dan hasil survei lapangan (survai kualitas air, tanah, udara, biologi, sosekbudkesmas) dan
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
4-1
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PEBDAHULUAN
dokumentasi, serta kemajuan dan segala kesimpulan penting yang ditemui selama pelaksanaan pekerjaan. Pengujian kualitas lingkungan yang terdiri dari : a. Pengujian kualitas udara ambient (9 Parameter) berdasarkan PP nomor 41 Tahun 1999: SO2, NO2, NH3, CO, H2S, O3, Debu, Pb dan Kebisingan. b. Pengujian Kualitas Air Bersih (27 Parameter) berdasarkan Permenkes No. 416 / 1990 : Ph, TDS, Kekeruhan, Rasa, Bau, Suhu, Warna, CI, Kesadahan, NO2, NO3, SO4, KMnO4, Hg, As, F, Cr6+, Se, Zn, CN, Deterjen, FE, Mn, Cu, Pb, Cd dan Total Coliform. c. Pengujian Kualitas Air Limbah Domestik (4 Parameter) berdasarkan Kepmen-LH No.112/2003 : pH, TSS, BOD, Minyak dan lemak. d. Analisa kualitas lingkungan dari parameter bio indicator (Lichenes, analisa vegetasi, Arthopoda, Cacing tanah, Plankton, Makrozoobentos, Faktor Fisika-Kimia Teresterial, Faktor Fisika-Kimia Air. e. Pengujian Lalu Lintas (traffic counting) f. Data Sekunder Sosek 4.1.3 Tahap Analisis & Evaluasi 1.
Menganalisa prakiraan bentuk, besaran, luasan serta periode dampak dari setiap tahapan kegiatan dalam pembangunan masjid terhadap komponenkomponen lingkungan hidup termasuk dampak terhadap aspek sosial budaya maupun ekonomi;
2.
Mengkaji
alternatif
pengembangan
dampak
positif
serta
metode/cara/langkah-langkah yang dapat meminimalisasi dampak negatif dalam kurun waktu atau periode tertentu dari setiap tahapan kegiatan pembangunan masjid, sesuai dengan baku mutu, standar operasional, peraturan perundang-undangan, dan ketentuan; 3.
Menyusun upaya-upaya pengelolaan dampak serta komponen-komponen pemantauan terhadap komponen-komponen lingkungan yang diperkirakan akan terkena dampak pada setiap tahapan kegiatan pembangunan masjid, pelaksana pengelola maupun pemantau, waktu pelaksanaan sesuai dengan standar-standar
operasional
pelaksanaan
upaya
pengelolaan
dan
pemantauan lingkungan hidup;
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
4-2
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PEBDAHULUAN
4.2
Jadwal Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan kegiatan selama 2 bulan atau 60 hari kalender yang dimulai sejak tanggal dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). Adapun jadwal pelaksanaan pekerjaan disusun berdasarkan rencana kerja ditunjukkan oleh Tabel 4.1. Tabel 4-1 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan No. I
II
III
Kegiatan
Bulan Ke-I 1
2
3
Bulan Ke-II 4
1
2
3
Tahap Persiapan -
Pengumpulan data dan informasi awal
-
Metodologi pelaksanaan perencanaan
-
Penugasan tenaga personil, serta organisasi proyek
Tahap Studi Literarur -
Review Studi Kelayakan
-
Review Aspek Legal Bidang Lingkungan
-
Review Kebijakan Pengembangan dan Pembangunan
-
Review Metoda Analisis dan Assessment Lingkungan
Tahap Pengumpulan Data - Pengumpulan Data Sekunder - Survey Lapangan dan pengumpulan data primer
IV
Tahap Analisis Data dan Interpretasi - Analisis Laboratorium 1. Kualitas Udara 2. Kualitas Air Bersih 3. Kualitas Air Limbah - Analisis Perubahan Trasportasi - Analisis Perubahan Sosial Ekonomi - Analisa prakiraan bentuk, besaran, luasan serta periode dampak dari setiap tahapan kegiatan dalam pembangunan masjid terhadap komponen-komponen lingkungan hidup - Identifikasi dampak lingkungan
V
Tahap Penyusunan Kajian Lingkungan - Kaji alternatif pengembangan dampak positif serta metode/cara/langkah-langkah yang dapat meminimalisasi dampak negatif dalam kurun waktu atau periode tertentu - Penyusunan upaya-upaya pengelolaan dampak serta komponen-komponen pemantauan Pelaporan
V
-
Laporan Pendahuluan
-
Laporan Akhir
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
4-3
4
LAPORAN PEBDAHULUAN
4.3
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
Komposisi Personil dan Tanggung Jawabnya
4.3.1 Komposisi Personil A.
Tenaga Ahli
Tenaga ahli yang akan melaksanakan pekerjaan ini disesuaikan dengan muatan materi pekerjaan, sehingga tenaga ahli yang terpilih adalah tenaga ahli yang menguasai dan berpengalaman dengan pekerjaan sejenis. Untuk melaksanakan tugasnya, konsultan harus menyediakan tenaga ahli yang disesuaikan dengan materi pekerjaan. Kualifikasi dan kebutuhan tenaga ahli yang ditugaskan untuk melaksanakan pekerjaan ini adalah : 1. Ketua Tim (1 orang), dengan kualifikasi sebagai berikut : a. minimal berpendidikan terakhir S1 Teknik Lingkungan, b. berpengalaman profesional minimal 4 tahun dalam penyusunan dokumen UKL UPL, c. memiliki sertifikat keahlian (SKA) ahli madya yang masih berlaku terkait bidang lingkungan, AMDAL/UKL UPL. 2. Ahli Sipil sebanyak 1 (satu) orang Kualifikasi pendidikan minimal S1 Teknik Sipil dan berpengalaman pada bidang pekerjaan yang sesuai pengalaman 4 tahun sebanyak 1 (satu) orang. 3. Ahli Sosial Ekonomi sebanyak 1 (satu) orang Kualifikasi pendidikan minimal S1 dan berpengalaman pada bidang pekerjaan yang sesuai pengalaman 4 tahun sebanyak 1 (satu) orang. B.
Tenaga Pendukung
Konsultan juga harus menyediakan tenaga pendukung yang disesuaikan dengan materi pekerjaan. Kualifikasi dan kebutuhan tenaga pendukung yang ditugaskan untuk melaksanakan pekerjaan ini adalah : 1. Surveyor sebanyak 2 (dua) orang. 2. Operator Komputer sebanyak 1 (satu) orang. 3. Sektretaris/istrasi 1 (satu) orang.
4.3.2 Tugas dan Tanggung Jawab Personil A.
Tugas dan Tanggung jawab Tenaga Ahli
Adapun tugas dan tanggung jawab Tenaga Ahli sebagai berikut ini : 1. Team Leader PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
4-4
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PEBDAHULUAN
Mengkoordinir seluruh aktifitas Tim dalam mengelola seluruh kegiatan lapangan dan kantor.
Mengadakan hubungan dengan pihak proyek (Direksi) dan instansi lain yang terkait guna menunjang kegiatan proyek, baik melalui diskusi maupun rapat.
Membuat schedule kegiatan pekerjaan.
Memonitor progress pekerjaan yang dilakukan tenaga ahli.
Mengarahkan seluruh anggota team dalam menyiapkan laporan yang diperlukan.
Melaksanakan pekerjaan identifikasi dan evaluasi data dan informasi dari studi maupun lapangan
Mengkaji ulang serta pengecekan keseluruhan hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan.
Melaksanakan presentasi dengan direksi pekerjaan dan instansi terkait.
Bertanggung jawab seluruhnya mengenai kualitas seluruh hasil dari produk pelaksanaan pekerjaan perencanaan serta laporan yang dibuat.
2. Asisten Ahli Sipil Tugas Asisten Ahli Sipil adalah membantu Pemimpin Tim dalam merencanakan dan melaksanakan semua kegiatan dalam pekerjaan perencanaan teknis. 3. Asisten Ahli Sosial Ekonomi Tugas Asisten Ahli Sosial Ekonomi adalah membantu Pemimpin Tim dalam menetapkan potensi dampak pada tahap prakonstruksi dan konstruksi berupa tingkat keresahan, pendapatan, kecelakaan lalu lintas, dan perubahan mata pencaharian. B.
Tugas dan Tanggung jawab Tenaga Pendukung
Tenaga
pendukung
dalam
pekerjaan
ini
dibutuhkan
untuk
memperlancar
pelaksanaan pekerjaan. Tugas dan tanggung jawab Tenaga pendukung yang dimaksud adalah : 1. Surveyor Tugas Surveyor adalah membantu Pemimpin Tim dalam melakukan survey lokasi rencana pembangunan embung. 2. istrasi/keuangan Tugas istrasi adalah membatu surat-menyurat dan istrasi lainnya. 3. Operator Komputer
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
4-5
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PEBDAHULUAN
Tugas Operator komputer adalah membantu Pemimpin Tim dan para Tenaga Ahli dalam penulisan laporan
4.4
Jadwal Penugasan Personil
Waktu yang tersedia untuk melaksanakan pekerjaan ini adalah 2 bulan atau 60 hari kalender yang dimulai sejak tanggal dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). Untuk
mempermudah
dalam
pelaksanaan
pekerjaan
“Penyusunan
UKL/UPL
Pembangunan Embung Liang Anggang” dibuat jadwal penugasan tenaga ahli yang disajikan pada Tabel 4.2 dibawah ini : Tabel 4-2 Jadwal Penugasan Personil No
Posisi 1
Lama Penugasan Bulan 1 Bulan 2 2 3 4 1 2 3 4
Tenaga Ahli 1 Ketua Tim/Ahli Lingkungan 2 Ahli Sipil 3 Ahli Sosial Ekonomi Tenaga Pendukung 1 Surveyor 1 2 Surveyor 2 3 Operator komputer 4 istrasi
4.5
Organisasi Pelaksana Pekerjaan
Organisasi pelaksanaan pekerjaan diperlukan untuk memperjelas garis komando dari suatu organisasi, sehingga dapat diketahui tanggung jawab pada masing-masing kegiatan yang dihasilkan. Struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan ini dapat dilihat pada Gambar 4.2.
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
4-6
Penyusunan UKL-UPL Pembangunan Embung Liang Anggang
LAPORAN PEBDAHULUAN
Dinas Pekerjaan Umum da Penataan Ruang Kota Banjarbaru
Satker Proyek Kegiatan Direktur Konsultan
Team Leader Teknik Lingkungan
Tenaga Ahli
Ahli Sipil
Tenaga Pendukung: Surveyor istrasi Operator Komputer
Ahli Sosial Ekonomi
Gambar 4-1 Struktur Organisasi Pelaksana Pekerjaan
PT. KREASI CEMERLANG NUSANTARA
4-7