LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN BRONKOPNEUMONIA DI RUANG KENANGA RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
OLEH:
NAMA
: WILIBALDUS K. NAHAK
NIM
: PPN 14135
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG, MEI 2014
1. Pengertian Bronkopneumonia adalah inflamasi pada parenkim paru, yang terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulent untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya ; disebut juga pneumonia lobularis. (Wong, 2003). 2. Etiologi Menurut Wong 2003, timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia antara lain: 1. Bakteri : contohnya streptococus, stapilococus, pneumokokus. 2. Virus : influensa grup A, adenovirus, virus synytial respirator, (sering dikaitkan dengan ISPA virus). 3. Mikoplasma pneumonia : terjadi terutama dimusim gugur dan dingin; lebih berat dikondisi tempat lingkungan hidup yang padat. 4. Jamur : pseudomonas, candida. 5. Aspirasi benda asing : makanan, minuman, amnion, dan aspirasi isi lambung
3. Patofisiologi
Virus
Bakteri
Suhu tubuh meningkat dari normal, kejang, mukosa kering, pasien nampak haus
Jamur
Inflamasi pada alveolus & bronkus
Gangguan difusi dalam plasma Gangguan pertukaran Gas
Pola nafas terganggu
Eksudat mukopurulen dalam terminal bronkialis
Udem pada broncus Penumpukan Sputum jalan nafas Bersihan jalan nafas tidak efektif
Ggg atelaksis paru
sesak Pada lobular
Hipertermi
Aspirasi benda asing
Pola Nafas tidak efektif
Mual , muntah, anoreksia, BB menurun
Peningkatan sekret
Hambatan ventilasi
Kopensasi paru
Gangguan Nutrisi kurang dari keb tubuh
4. Tanda dan gejala Menurut Zul 2000, bronkhopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronkhopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis. 1. Demam : paling sering pada usia 6 bulan sampai 3 tahun. Suhu dapat mencapai 39,540,5 bahkan dengan infeksi ringan. 2. Anoreksia : sering merupakan bukti awal dari penyakit, menetap sampai derajat yang lebih besar atau sedikit melalui tahap demam dari penyakit, sering kali memanjang sampai ke tahap pemulihan. 3. Muntah : biasanya berlangsung singkat tapi dapat menetap selama sakit. 4. Diare : biasanya ringan, namun kadang dapat menjadi berat, dan sering menyertai infeksi pernapasan, khususnya karena virus. 5. Batuk 6. Bunyi napas : krekels, suara serak, dan ronchi. 5. Penatalaksanaan Menurut Wong, 2003, biasanya diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Tetapi karena pasien perlu terapi secepatnya, maka biasanya diberikan : 1. Penecilin 50.000 U / Kg BB / hari. 2. Kloramfenikol 50-70 mg/kgBB/hari. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari. 3. Pemberian oksigen dan cairan IV: biasanya diperlukan campuran glukosa 5% dan NaCL 0,9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCL 10mEq/500ml/botol infus. 4. Fisioterapi : pasien didorong untuk batuk efektif dan napas dalam untuk memaksimalkan espansi paru dan mengeluarkan sekret bila ada. 5. Pembedahan thorachosintesis bila terjadi empiema. 6. Nafcilin 1,5-2 gr diberikan 4-6 jam selama 21 hari. 7. Eritromicin 250 mg/kg BB tiap 6 jam selama 21 hari, cefuroxim0, 75 gr/kg BB tiap 3 jam selama 14 hari.
6. Kemungkinan data fokus: a. Wawancara 1) Identitas klien Nama, tempat tanggal lahir/umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, no.medrek, diagnosa medis. 2) Identitas penanggung jawab Nama, hubungan dengan klien, usia, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat. 3) Keluhan utama.
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai pernapasan cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang disertai muntah dan diare.atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia 4) Riwayat penyakit sekarang. Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas selama beberapa hari.Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40oC dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. 5) Riwayat penyakit dahulu. Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun 6) Riwayat kesehatan keluarga. Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya. 7) Riwayat kehamilan dan persalinan a) Pre natal : keadaan gizi Ibu sewaktu hamil, penyakit infeksi yang diderita ibu waktu hamil, psikologis ibu waktu hamil, permasalahan kehamilan, penggunaan obat/jamu-jamuan. b) Natal : keadaan klien saat lahir, kelainan-kelainan yang didapatan, keadaan trauma saat melahirkan, BB, dan TB klien. c) Post natal :keadaan klien setelah lahir sampai usia 28 hari, kelainan yang didapatkan. 8) Imunisasi. Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena system pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.
9) Riwayat tumbuh kembang Pertumbuhan meliputi berat badan dan tinggi badan dan perkembangan meliputi psiko sosial, psiko sexual, motorik halus dan kasar. 10) Pola aktivitas sehari-hari a) Pola nutrisi Meliputi: berapa kali klien setiap hari minum susu, botolnya ukuran, berat badan pasien. b) Pola eliminasi Alvi : BAB encer, berapa jumlah, berapa kali dalam sehari. Urine : berapa jumlah urine dalam sehari, berapa kali BAK dalam satu hari. c) Pola aktivitas Klien tidak dapat beraktivitas seperti bermain dan lain-lain. b. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum: apakah klien lemah, gelisah, rewel.
Kesadaran: dilihat apakah ada tanda-tanda penurunan kesadaran. Tanda-tanda vital: nadi, pernafasan, saturasi O2, dan suhu. Kepala: saat inspeksi keadaan kulit kepala, keadaan rambut, apakah ada luka atau
benjolan, saat dipalpasi apakah ada nyeri tekan. Wajah: kesemetrisan wajah, apakah wajah bersih atau kotor, dilihat apakah ada
luka atau benjolan pada wajah. Telinga: kesemetrisan telinga, keadaan telinga bersih atau kotor, apakah ada luka
atau benjolan, dipalpasi apakah ada nyeri tekan di sekitar telinga. Mata: dilihat apakah mata kanan dan kiri simetris, dilihat refleks pupil, apakah
sklera putih atau ikterik, kunjungtiva merah atau anemis. Hidung: dilihat adanya septum, apakah ada sekret atau cairan, dilihat apakah ada
pernafasan cuping hidung, irama pernafasan. Mulut: mukosa bibir apakah lembab atau kering, adanya tanda-tanda sianosis di
bibir, dilihat keadaaan gusi, keadaan lidah bersih atau kotor. Leher: keadaan leher bersih atau kotor, dipalpasi apakah ada pembesaran kelenjar
tiroid atau tidak. Dada: paru-paru, apakah ada penggunaan otot bantu, retraksi dinding dada, frekuensi pernafasan, apakah terdengar stidor, wheezing, ronchi. Jantung, apakah
S1 S2 terdengar, apakah ada bunyi tambahan pada jantung, takipnea. Abdomen: lihat keadaan perut apakah bersih atau kotor, apakah ada distensi
abdomen, apakah bising usus hiperaktif, apakah ada nyeri tekan. Ektremitas atas dan bawah: dilihat apakah ada kekakuan otot pada ektemitas atas
dan bawah. Kulit: dilihat kebersihan kulit, apakah kulit kemerahan, apakah kulit teraba hangat.
c. Pemeriksaan diagnostik Pemeriksaan diagnostik pada bronkopneumonia meliputi: 1. Foto toraks. Hasilnya, terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus. 2. Laboratorium. Hasilnya, gambaran darah tepi menunjukan leukositosis, dapat mencapai : 15.00040.000/mm3. Kuman penyebab dapat dibiakkan dari usapan tenggorokan, mungkin juga dari darah. Urin biasanya berwarna lebih tua, dan mungkin terdapat albuminuria. Analisa gas darah tepi dapat menunjukan asidosis metabolik (PaO2 kurang dari 80 mmHg) dengan atau tanpa retensi CO2.
d. Terapi Biasanya diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Tetapi karena pasien perlu terapi secepatnya, maka biasanya diberikan :
Penecilin 50.000 U / Kg BB / hari.
Kloramfenikol 50-70 mg/kgBB/hari.
Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4 - 5 hari.
Pemberian oksigen dan cairan IV: biasanya diperlukan campuran glukosa 5% dan NaCL 0,9 % dalam perbandingan 3 : 1 ditambah larutan KCL 10mEq / 500ml / botol infus.
Fisioterapi: pasien didorong untuk batuk efektif dan napas dalam untuk memaksimalkan emansi paru dan mengeluarkan sekret bila ada.
Pembedahan thorachosintesis bila terjadi empiema.
Nafcilin 1,5 - 2 gr dberikan 4 - 6 jam selama 21 hari.
Eritromicin 250 mg/kg BB tiap 6 jam selama 21 hari, cefuroxim, 75 gr/kg BB tiap 3 jam selama 14 hari.
7. Analisa data NO 1
2
DATA DS: Orang tua mengatakan anaknya batuk lama.
ETIOLOGI pasien bawah sudah
DO; Saat anak batuk ada lendir, batuk produktif, ada bunyi ronki, retraksi dinding dada saat napas, TTV meningkat. DS: Orang tua pasien mengatakan bahwa anaknya sesak nafas. DO: Nafas cepat dan dangkal, pernafasan meningkat,
Inflamasi pada alveolus & broncus
MASALAH KEPERAWATAN Bersihan jalan nafas tidak efektif
Udema pada broncus Peningkatan secret Penumpukan sputum jalan nafas Bersihan jalan nafas tidak efektif Inflamasi pada alveolus & broncus Udema pada broncus Peningkatan secret Hambatan ventilasi
Pola nafas tidak efektif
sionosis pada daerah kuku dan bibir, pasien tampak lemah.
Kompensasi paru meningkat Ggg atelaktasi paru Sesak Pola nafas terganggu
3
DS: Orang tua mengatkan anaknya mual nafsu makan menurun.
pasien bawah muntah, anaknya
DO: Tampak lemas, BB menurun, kadang muntah.
Pola nafas tidak efektif Inflamasi pada broncus & Alvioli Eksudat mukopurulen dalam terminal bronkialis Mual , muntah, anoreksia, BB menurun Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
8. Diagnosa Keperawatan 1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d peningkatan sputum 2. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru 3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Rencana Asuhan Keperawatan 5. 6. N O 11. 1.
7. DIAGNOSA KEPERAWATAN 12. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d peningkatan sputum
8.
TUJUAN
9.
INTERVENSI KEPERAWATAN
13. Goal : setelah dilakukan 1.Kaji keadaan umum pasien. 16. perawatan bersihan jalan nafas 2.Kaji bunyi napas pasien kembali efektif. 17. 14. 18. 15. Objektif : Selama dalam 3.Posisikan anak pada perawatan 2 x 24 jam pasien kesejajaran tubuh, yang tepat menunjukan jalan nafas paten 19. dengan bunyi nafas bersih 20.
10.
RASIONAL
1. Mempertahanka n data dasar untuk intervensi berikutnya 2. Untuk mengetahui adanya penumpukan cairan dalam 21. 4.Anjurkan keluarga untuk saluran nafas memberikan air hangat. 3. Untuk memungkinkan 22. ekspansi paru yang lebih 5.Lakukan fisioterapi dada. baik dan perbaikan 23. pertukaran gas serta 6.Hisap sekresi jalan napas mencegah aspirasi sekresi sesuai kebutuhan. 4. Untuk 7.Kolaborasi mengencerka a) Bantu mengawasi efek pengobatan n secret b) Berikan obat sesuai sehingga indikasi, mukoliti, mudah ekspentoran, keluar saat bronchodilator batuk &analgesik. 5. Untuk 24.
25.
mengeluarkan sputum dari paru paru 6. Melonggarkan jalan nafas
26.
27. 28.
29. 2.
30. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru 31.
32. Goal : setelah dilakukan 1.Ukur TTV setiap jam. 35. perawatan pola nafas kembali 2.Berikan posisi yang efektif. maksimum. 33. posisi anak 34. Objectif : selama dilakukan 3.Periksa dengan sering, untuk perawatan 2 x 24 jam pasien memastikan bahwa menunjukan pola nafas yg kembali anak tidak merosot normal di tandai dengan tidak sesak 4.Hindari pakaian yang nafas, CRT<3 detik, tidak pucat ketat. 36. 37.
1. 2. 3.
4.
5.
7. Memudahkan pengenceran dan pembuangn secret 8. Alat untuk menurunkan spasme bronchus dengan mobilisasi sekret Sebagai data untuk intervensi selanjutnya Untuk meningkatkan ekspansi paru Untuk menghindari penekanan diafragma 39. Dengan pakian longgar akan memudahkan dalam prose bernapas Antisipasi terjadinya gagal
40. 3.
41. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia 42.
50. 51.
5.Hitung RR secara teratur. 38. 6.Beri terapi O2 sesuai kebutuhan. 43. Goal :setetelah dilakukan 1. Kaji kebiasaan diit dan kebutuhan nutrisi perawatan nutrisi pasien terpenuhi pasien 44. 45. Objektif : selama dilakuka 2. Timbang BB pasien. 46. perawatan dalam waktu 3 x 24 jam nutrisi pasien terpenuhi di tandai 3. Anjurkan pada orang tua untuk memberi dengan : pasien menunjukan makanan sedikit tapi peningkatan nafsu makan, berat sering dalm keadaan badan naik. hangat. 4. Kolaborasi dengan ahli Gizi untuk pemberian diit yang tepat 47.
nafas 6. Dengan memberikan o2 dapat memenuhi kebutuhan o2 pasien 1. Mengetahui status nutrisi pasien 2. Sebagai dasar dalam menentukan nutrisi pasien 3. Mengurangi resiko mualmuntah. 48. 49. 4. Memenuhi kebuuhan nutrisi pasien sesuai dengan kebutuhan yang membantu
54. 55. 56.
52. DAFTAR PUSTAKA 53. Doenges, Marilyn.(2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakata : EGC
Smeltzer, Suzanne C.(2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I, Jakarta : EGC 57. 58. Zul Dahlan.(2000). Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II, Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 59. 60. Reevers, Charlene J, et all (2000). Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : Salemba Medica 61. 62. Ngastiyah, 1997; Perawatan Anak Sakit, Cetakan I, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 63. 64. Wong, L Donna, 2003,Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik, Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 65.