MODEL PEMBELAJARAN PEMEROLEHAN KONSEP Makalah
Oleh Kelompok 2: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Nabilah Syadza Mahdiyyah Siti Ulinikmah Mukhamad Farid Luthfia Laili Ayu Novitasari Laila Tuljannah Ikka Ananda Hakiki
(17030174054) (17030174082) (17030174084) (17030174086) (17030174092) (17030174095)
2017 C
DAFTAR ISI
Pengertian Model Pembelajaran Pemerolehan Konsep .............................................. 2 Sifat-Sifat Konsep dalam Pembelajaran Pemerolehan Konsep .................................. 4 Unsur-Unsur Model Pembelajaran Pemerolehan Konsep ......................................... 5 Tujuan Model Pembelajaran Pemerolehan Konsep .................................................... 7 Sintaks Model Pembelajaran Pemerolehan Konsep .................................................... 8 Pendekatan Model Pembelajaran Pemerolehan Konsep .......................................... 10 Dampak Model Pembelajaran Pemerolehan Konsep ................................................ 10 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Pemerolehan Konsep .............. 12 Referensi .......................................................................................................................... 14
i
A. Pengertian Model Pembelajaran Pemerolehan Konsep Model Pemerolehan konsep mula-mula didesain oleh Joice dan Well (1972) yang didasarkan pada hasil riset Jerome Bruner dengan maksud bukan hanya untuk mengembangkan berpikir induktif, tetapi juga untuk menganalisis dan mengembangkan konsep. Bruner dalam Sanusi (2006: 75) berpendapat bahwa belajar matematika ialah belajar tentang konsep-konsep dan struktur- struktur matematika yang terdapat didalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika. Peserta didik harus menemukan keberaturan dengan cara memanipulasi material yang berhubungan dengan keteraturan intuitif yang sudah dimiliki oleh peserta didik. Dengan demikian, peserta didik dalam belajar haruslah terlibat aktif mentalnya. Lebih jauh, Bruner juga mengungkapkan bahwa cara terbaik untuk belajar adalah memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif untuk sampai pada suatu kesimpulan. Model Pemerolehan Konsep adalah proses mengidentifikasi dan mendefinisikan konsep dengan jalan menemukan atributnya yang paling esensial sesuai dengan pengertian konsep yang dipelajari. Atribut tersebut harus membedakan contoh konsep itu dengan yang bukan contoh konsep. Oleh karena itu model Pemerolehan Konsep (Concept Attainment Model) adalah model pembelajaran induktif yang dirancang membantu siswa segala umur untuk belajar konsep sekaligus mempraktikkan keterampilan berpikir analitis ((Klausmeier, 1985; Tennyson & Cocchiarella, 1986) dalam Arends, 2008 : 151). Model pemerolehan konsep cukup sulit dilakukan untuk siswa sekolah menengah karena permasalahan yang ditekankan adalah permasalahan seharihari, dimana siswa masih terbiasa dengan permasalahan akademik. Permasalahan sehari-hari adalah masalah yang ada di masyarakat, dan bukan merupakan masalah akademik seperti yang tercantum pada kurikulum. Tetapi jika permasalahan sehari-hari dapat dikaitkan dengan konsep atau prinsip yang ada dalam kurikulum, maka siswa akan dapat menemukan sendiri konsep atau prinsip tersebut melalui pembelajaran pemerolehan konsep. Eggen dan Kauchak (2012: 218) dalam Sunendar menyatakan model pemerolehan konsep adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membantu siswa dari semua usia mengembangkan dan menguatkan pemahaman mereka tentang konsep dan mempraktikkan kemampuan berpikir kritis. Pada model pembelajaran ini, siswa tidak disediakan rumusan suatu konsep, tetapi mereka menemukan konsep tersebut berdasarkan contoh-contoh yang memiliki penekanan-penekanan terhadap ciri dari konsep itu. Sanusi (2006: 72) menyatakan bahwa pada prinsipnya, model pemerolehan konsep adalah suatu strategi mengajar yang menggunakan data untuk 2
mengajarkan konsep kepada siswa, dimana guru mengawali pembelajaran dengan menyajikan data berupa contoh dan noncontoh dari suatu konsep, kemudian guru meminta siswa untuk mengamati/memahami data yang disajikan oleh guru tersebut. Atas dasar ini, kemudian dibentuk abstraksi. Model pemerolehan konsep adalah suatu strategi pembelajaran induktif yang didesain untuk membantu siswa pada semua usia dalam mempelajari konsep dan membuat hipotesis tentang apa kemungkinan konsepnya, menganalisis hipotesishipotesis mereka dengan melihat contoh dan noncontoh, yang pada akhirnya sampai pada konsep yang dimaksud serta model ini memiliki keunggulan untuk memahami (mempelajari) suatu konsep dengan cara lebih efektif. Inti utama dari hasil belajar yang dapat dicapai menggunakan model pemerolehan konsep ini adalah (a) Konsep khusus/tertentu, (b) Hakikat konsep, (c) Penalaran logis dan berpikir tingkat tinggi, serta (d) Keterampilan komunikasi. (Arends, 2008: 151). Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran pemerolehan konsep adalah model pembelajaran yang menggunakan data untuk mengajarkan konsep kepada siswa, dimana guru mengawali pengajaran dengan menyajikan contoh dan noncontoh, kemudian guru meminta siswa untuk mengamati atau memahami data yang disajikan oleh guru tersebut sehingga siswa mampu meraih dan mengembangkan pemahaman mereka tentang konsep.
B. Sifat-Sifat Konsep dalam Model Pembelajaran Pemerolehan Konsep 1. Konsep dapat Dimasukkan ke dalam Beberapa Kategori Cara menggolongkan konsep adalah berdasarkan struktur aturan yang mendefinisikan penggunaannya, seperti : a) Konsep penghubung yaitu konsep yang struktur aturannya konstan dengan atribut-atribut penting dikombinasikan dengan cara menambah dan selalu sama. b) Konsep Pemisah yaitu konsep yang struktur aturannya tidak konstan.Konsep ini lebih luas dan lebih fleksibel dan memungkinkan seperangkat atribut alternatif. c) Konsep Relasional yaitu konsep yang struktur aturannya tergantung pada hubungannya. 2. Konsep Dipelajari melalui Contoh dan Bukan Contoh Mempelajari konsep tertentu dengan melibatkan pengidentifikasian contoh dan bukan contoh. Misalnya uang koin itu berbentuk lingkaran dan tidak berbentuk persegi panjang. Cara guru
3
mengiidentifikasi dan menggunakan contoh dan bukan contoh merupakan hal penting dalam pembelajaran konsep. 3. Konsep Dipengaruhi oleh Konteks Sosial Atribut penting konsep penghubung, seperti segitiga samasisi adalah tetap disemua konsep social. Misalnya konsep geografis utara dan selatan dalam kaitannya dengan iklim. Anak-anak belahan bumi utara diajari bahwa bila orang pergi ke arah selatan, iklimnya lebih hangat. Jelas, hubungan konseptual ini, tidak berlaku bagi anak-anak di Australia dan Argentina. 4. Konsep Memiliki Definisi dan Nama Semua konsep memiliki nama atau label dan defenisi yang kurang lebih tepat. Nama dan definisi memungkinkan pemahaman yang sama dan komunikasi dengan orang lain menggunakan konsep tersebut. Keduanya merupakan prasyarat dalam pembelajaran konsep. Akan tetapi nama merupakan buatan manusia dan pada dasarnya dibuat sesuka hati. Mengetahui nama tidak berarti siswa memahami konsep. Inilah yang membuat sulit pengajaran konsep. 5. Konsep Memiliki Atribut Penting dan Atribut Tidak Penting Konsep memiliki atribut yang menggambarkan dan mendefinisikan. Beberapa atribut adalah penting dan digunakan untuk memisahkan satu konsep dengan konsep lainnya. Misalnya, segitiga sama sisi adalaha segitiga yang memiliki tiga isisi yang sama panjang. Atribut penting merupakan hal yang harus ada dalam segitiga karena segitiga tanpa tiga sisi sama bukanlah merupakan segitiga sama sisi. Konsep juga memiliki atribut yang tidak penting. Misalnya, ukuran adalah atribut tidak penting dari segitiga sama sisi. Semua konsep memiliki atribut penting dan tidak penting dan kadang sulit bagi siswa untuk membedakan keduanya.
C. Unsur-Unsur Model Pembelajaran Pemerolehan Konsep Pembelajaran pemerolehan konsep (concept attainment) banyak melibatkan operasi mental siswa. Dalam hal ini metode ilmiah dibutuhkan untuk mengidentifikasi operasi mental siswa, terutama untuk pencapaian konsep dalam waktu singkat, meliputi analisis tingkah laku, observasi dan bertanya musti dilakukan sebagai tugas dalam pembelajaran. Analisis tingkah laku didasarkan pada uji operasi mental siswa.Siswa diinstruksikan untuk membuat catatancatatan tentang apa yang mereka percayai tentang exemplar yang sudah dimilikinya. Kemudian, guru memberikan beberapa set exemplar dan bertanya pada mereka apakah mereka masih memiliki ide yang sama. Guru meneruskan
4
untuk mempresentasikan exemplar-exemplar sehingga sebagian besar siswa memiliki suatu ide yang mereka pikir akan menahan kecermatan penelitiannya. Pada saat itu, guru bertanya kepada salah satu siswa untuk menggabungkan ide teman-temannya dan bagaimana cara teman- temannya dalam menggabungkan ide-idenya. Joyce dan Weil dalam Huda (20014, hlm.82) mengemukakan bahwa model pembelajaran pencapaian konsep memiliki unsur-unsur sebagai berikut: 1) Tahap-tahap pelaksanaan Tahap-tahap pelaksanaan model pembelajaran pencapaian konsep ialah tahap-tajap kegiatan dari model pembelajaran pencapaian konsep. Model pembelajaran pencapaian konsep memiliki tiga fase kegiatan yaitu:
a) Fase pertama : penyajian data dan identifikasi konsep i. Pengajar menyajikan contoh yang telah diberi nama konsep ii. Siswa membandingkan ciri-ciri dalam contoh dan non contoh iii. Siswa membuat dan menguji hipotesis iv. Siswa membuat definisi tentang konsep atas ciri-ciri esensial b) Fase kedua : pengujian pencapaian konsep : i. Siswa mengidentifikasi contoh yang tidak diberi nama konsep dengan menyatakan “ya” atau “bukan”.
ii. Pengajar menegaskan hipotesis, nama konsep, dan menyatakan kembali definisi konsep yang sesuai dengan ciri-ciri esensial.
iii. Siswa membuat (memberikan) contoh. c) Fase ketiga : analisis strategi berfikir i. Siswa mengungkapkan pemikirannya. ii. Siswa mendiskusikan hipotesis dan ciri-ciri konsep. iii. Siswa mendiskusikan tipe dan macam hipotesis. 2) Sistem sosial Sistem sosial model pembelajaran pencapaian konsep ialah situasi atau suasana, dan norma yang berlaku dalam model pencapaian konsep. Model ini memiliki struktur yang moderat. Pengajar melakukan pengendalian terhadap aktivitas siswa, tetapi dapat dikembangkan menjadi kegiatan dialog bebas dalam fase itu. Dengan pengorganisasian kegiatan itu, diharapkan siswa akan lebih memperhatikan inisiatifnya untuk melakukan proses induktif, bersamaan dengan bertambahnya pengalaman dalam melibatkan diri dalam kegiatan belajar mengajar.
3) Prinsip-prinsip pengelolaan /reaksi 5
Prinsip-prinsip pengelolaan /reaksi dari model pembelajaran pencapaian konsep adalah
a) Memberikan dukungan dengan menitikberatkan pada sifat hipotesis dari diskusi-diskusi yang berlangsung.
b) Memberikan bantuan pada siswa dalam mempertimbangkan hipotesis.
c) Memusatkan perhatian siswa terhadap contoh-contoh yang spesifik d) Memberikan bantuan kepada siswa dalam mendiskusikan dan menilai strategi berpikir yang mereka pakai.
4) Sistem pendukung Sistem pendukung model pembelajaran pencapaian konsep ialah segala sarana, bahan dan alat yang diperlukan untuk melaksanakan model pembelajaran pencapaian konsep. Sarana pendukung yang diperlukan dapat berbentuk gambar, foto, diagram, slide, tape, LKS, dan data yang terpilih dan terorganisasikan dalam bentuk unit-unit yang berfungsi memberikan contoh-contoh. Sistem yang diperlukan dalam model pembelajaran pencapaian konsep ini adalah sistem yang banyak memberikan contoh dan bukan contoh. Sistem pendukung ini diperlukan agar siswa melihat contoh yang cukup, dan pada akhirnya menguasai konsep yang terdapat pada contoh-contoh tersebut. Jadi, siswa bukan menemukan konsep baru, tetapi menguasai konsep- konsep yang sudah ada, melalui pengamatan terhadap contoh-contoh.
D. Tujuan Model Pembelajaran Pemerolehan Konsep Penggunaan model pencapaian konsep dimulai dengan memberikan contoh-contoh mengenai penerapan konsep yang telah diajarkan, kemudian dengan mengamati contoh-contoh tersebut lalu diturunkan definisi dari konsepkonsep tersebut. Hal yang paling utama dan penting diperhatikan dalam penggunaan model ini adalah dalam pemilihan contoh yang tepat untuk konsep yang telah diajarkan, yaitu contoh tentang hal-hal yang akrab dengan siswa. Selain itu siswa diberi kesempatan untuk mengaitkan antara konsep baru dengan konsep sebelumnya sehingga pembelajaran akan bermakna. Pada umunya penerapan pembelajaran model konsep mengandung dua tujuan utama yaitu: 1. Tujuan Isi Tujuan isi model konsep menurut Eggen dan Kauchak dalam huda (2014, hlm.84) bahwa, lebih efektif untuk memperkaya suatu konsep dari
6
pada belajar pemula (initial learning). Dan juga akan efektif dalam membantu siswa memahami hubungan-hubungan antara konsep-konsep yang terkait erat dan digunakan dalam bentuk review. Dengan kata lain, penggunaan model ini akan lebih efektif jika siswa sudah memiliki pengalaman tentang konsep yang akan dipelajari itu. Bukan siswa yang benar-benar baru mempelajari konsep tersebut.Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam menerapkan model pencapaian konsep berkaitan dengan tujuan isi tersebut, yaitu:
a) Model pencapaian konsep didesain khusus untuk mengajarkan konsep secara eksklusif. Jadi, pembelajaran konsep.
berfokus semata-mata pada
b) Siswa yang diajari suatu konsep dengan menggunakan model pencapaian konsep harus memiliki latar belakang pengetahuan tentang konsep tersebut. 2. Tujuan pengembangan berpikir keritis siswa Model pencapaian konsep lebih memfokuskan pada pengembangan berpikir keritis siswa dalam bentuk menguji hipotesis. Dalam pembelajaran harus ditekankan pada analisis siswa terhadap hipotesis yang ada dan mengapa hipotesis itu diterima, dimodifikasi, atau ditolak. Siswa harus dilatih dalam menciptakan jenis-jenis kesimpulan, seperti membuat contoh penyangkal atau non-contoh, dan sebagainya. Oleh karena itu, tujuan pembelajaran harus ditekankan pada dua aspek tersebut, yaitu pengembangan konsep dan relasi-relasi antara konsep yang terkait erat, serta latihan berpikir keritis terutama dalam merumuskan dan menguji hipotesis. Aspek penting dalam perencanaan pelajaran adalah guru harus mengetahui persis apa yang diinginkan dari siswanya. Menurut Suherman (1994:35) model pemerolehan konsep merupakan model yang sangat efisien untuk menyajikan informasi yang teroganisasi dalam berbagai bidang studi. Salah satu keunggulan model pemerolehan konsep ini adalah meningkatkan kemampuan untuk belajar lebih mudah dan lebih efektif. Bahkan dikatakan dari hasil kajian keberlakuan model pemerolehan konsep diperoleh petunjuk yang meyakinkan secara akademis dan praktis, bahwa model pemerolehan konsep dapat digunakan untuk sasaran belajar dari berbagai usia. Hasil belajar yang dapat dicapai menggunakan model pemerolehan konsep ini adalah (a) Konsep khusus/tertentu, (b) Hakikat konsep, (c) Penalaran logis dan berpikir tingkat tinggi, serta (d) Keterampilan komunikasi.
7
E. Sintaks Model Pembelajaran Pemerolehan Konsep Naylor & Diem dalam Sunendar (2013) menguraikan langkah-langkah pembelajaran pemerolehan konsep sebagai berikut: a. b. c. d. e.
Menunjukkan serangkaian contoh dan bukan contoh dari konsep yang akan dipelajari secara berurutan; Menyediakankesempatan kepada siswa untuk menguji contoh dan bukan contoh serta menduga aturan suatu konsep; Menegaskan dan menjelaskan nama dan definisi atau rumusan suatu konsep; Menunjukkan contoh dan bukan contoh tambahan, kemudian meminta siswa untuk mengklasifikasikannya; Menguji pemahaman siswa tentang konsep berdasarkan contoh yang mereka buat sendiri.
Bruce Joyce, dkk (2009:136-137) dalam Hakim (2017) mengemukakan penjelasan mengenai tahap-tahap model pembelajaran model pemerolehan konsep, sebagai berikut: Tabel 1 Fase -Fase Pembelajaran Concept Attaiment No. 1.
2.
3.
Tahap Bentuk Kegiatan Penyajian data dan 2.1 Guru menyajikan contoh yang telah dilabeli identifikasi konsep (tiap contoh sudah di kelompokkan sendirisendiri antara contoh positif dan negatif). 2.2 Siswa membandingkan sifat-sifat/ciriciri dalam contoh-contoh positif dan contoh-contoh negatif. 2.3 Siswa menjelaskan sebuah Definisi menurut sifat- sifat/ciri-ciri yang paling esensial Pengujian Pencapaian 2.1 Siswa mengidentifikasi contoh-contoh Konsep tambahan yang tidak dilabeli dengan tanda ya dan tidak. 2.2 Guru Menguji hipotesi, menamai konsep, dan menyatakan kembali definisi menurut sifat- sifat/ciri-ciri yang paling esensial. 2.3 Siswa membuat contoh-contoh Analisis strategi 3.1 Siswa mendeskripsikan pemikiran pemikiran pemikirannya. 3.2 Siswa mendiskusikan peran sifat-sifat dan hipotesis-hipotesis.
8
3.3 Siswa mendiskusikan jenis dan ragam hipotesis. Berdasarkan tabel diatas Bruce Joyce dalam Hakim (2017) menjelasan mengenai tahap-tahap model pembelajaran concept attainment, yakni: 1) Tahap pertama; guru menyajikan data kepada siswa. Setiap data merupakan contoh dan bukan contoh yang terpisah. Data tersebut dapat berupa peristiwa, orang, objek, cerita, dan lain-lain. Siswa diberitahu bahwa dalam daftar data yang disajikan terdapat beberapa data yang memiliki kesamaan. Mereka diminta untuk memberi nama konsep tersebut, dan menjelaskan definisi konsep berdasarkan ciri- cirinya. 2) Tahap kedua; siswa menguji pencapaian konsep mereka. Pertama dengan cara mengidentifikasi contoh tambahan lain yang mengacu pada konsep tersebut. Atau kedua dengan memunculkan contoh mereka sendiri. Setelah itu, guru mengkonfirmasi kebenaran dari dugaan siswanya terhadap konsep tersebut, dan meminta mereka untuk merevisi konsep yang masih kurang tepat. 3) Tahap ketiga; mengajak siswa untuk menganalisis atau mendiskusikan strategi, sampai mereka dapat memperoleh konsep tersebut. Dalam keadaan sebenarnya, pasti penelusuran konsep yang mereka lakukan berbeda-beda. Ada yang mulai dari umum, ada yang mulai dari khusus, dan lain-lain. Akan tetapi, perbedaan strategi di antara siswa ini menjadi pelajaran bagi yang lainnya untuk memilih strategi mana yang paling tepat dalam memahami suatu konsep Menurut Sukamto (1996) dalam Sunendar (2013) kerangka operasional atau langkah-langkah pembelajaran peraihan konsep adalah sebagai berikut. MODEL PEMEROLEHAN KONSEP Kegiatan Mengajar Kegiatan Pembelajaran A. Menyajikan contoh konsep Memahami contoh konsep B. Meminta dugaan Mengajukan dugaan C. Meminta definisi Memberikan definisi D. Meminta contoh lain Mencari contoh lain E. Meminta nama konsep Memberikan nama konsep F. Meminta contoh lain Mencari contoh lainnya G. Bertanya mengapa/bagaimana Ungkapkan pikiran H. Membimbing diskusi Diskusi aneka pikiran F. Pendekatan dalam Model Pembelajaran Pemerolehan Konsep Ada 3 pendekatan untuk pengajaran konsep,antara lain: 9
1) Presentasi langsung (direct presentation) Pada pendekatan presentasi langsung,guru secara hati-hati menyediakan urutan presentasi expository (penjelasan) dan/atau interrogatory (pemeriksaan) pada konsep,mengandung banyak konsep contoh ilustratif. Pendekatan presentasi langsung untuk pengajaran konsep membuat perbedaan tentang kebiasaan guru yang sesuai berdasarkan pada hakikat konsep yang diajarkan. 2) Pembentukan konsep (concept formation) Berdasarkan kerja Hilda Taba (1967), pendekatan ini sangat bermanfaat ketika tujuan belajar mengandung penemuan konsep baru dan pengembangan konsep-strategi pembangunan. Pelajaran pembentukan konsep mengandung pertolongan bagi siswa untuk membedakan properti objek atau kejadian,untuk mengelompokkan properti ini berdasarkan pada unsur umum,dan untuk membentuk kategorinya sendiri dan melabeli skema. Tujuan utamanya adalah pengembangan keahlian membedakan dan mengelompokkan. 3) Pencapaian konsep (concept attainment) Dipengaruhi oleh kerja Bruner dan koleganya (1956), pendekatan pencapaian konsep digunakan ketika siswa siap dengan beberapa ide mengenai konsep tertentu atau seperangkat konsep. Melalui pertimbangan berbagai contoh dan noncontoh dari konsep tertentu,guru mempromosikan berpikir induktif oleh siswa dan menolong mereka mengawasi proses berpikir mereka. G. Dampak Model Pembelajaran Pemerolehan Konsep Hakekat penggunaan suatu model pembelajaran adalah untuk menunjang pencapaian hasil pembelajaran secara optimal, baik hasil pembelajaran yang berupa tujuan utama pembelajaran maupun hasil pembelajaran yang berupa tujuan pengiring. Joice & Weils (2000) menamakan tujuan utama pebelajaran sebagai dampak instruksional (instructional effect) model dan tujuan pendamping sebagai dampak pengiring (nurturant effect) model. Penggunaan model Pembelajaran Pencapaian Konsep juga diharapkan akan mengoptimalkan dampak instruksional dan dampak pengiring. Adapun dampak-dampak instruksional dan dampak-dampak pengiring Model PMKM adalah sebagai berikut. 1. Dampak Instruksional
10
a.
Penguasaan Bahan Ajar
Ciri khas yang membedakan model pembelajaran untuk menumbuhkan kemampuan metakognitif dengan model pembelajaran yang sering dipergunakan oleh guru selama ini adalah adanya pengajaran dan pelatihan strategi kognitif (strategi belajar), baik dalam memahami materi maupun dalam pemecahan masalah. Penggunaan strategi-strategi belajar yang tepat dalam belajar dapat menjadikan proses belajar menjadi lebih bermakna, sehingga pencapaian hasil belajar (penguasaan bahan ajar) menjadi optimal. b. Kemampuan Metakognitif dalam Memahami Materi Kemampuan metakognitif memahami materi digolongkan sebagai dampak instruksional dalam model pembelajaran ini, karena siswa diarahkan secara langsung pada tujuan peningkatan kemampuan metakognitifnya selain penguasaan bahan ajar yang dituju. Kemampuan metakognitif memahami materi yang dimaksudkan dalam Model PMKM adalah kemampuan memilih, menggunakan, dan mengontrol strategistrategi belajar dalam memahami materi, yang meliputi: strategi menggaris bawahi ide/rumus penting, strategi membuat catatan pinggir, strategi membuat rangkuman, dan strategi membuat peta konsep. Pada model pembelajaran konvensional, guru sering menuntut siswa untuk dapat menguasai materi dengan baik, tetapi tidak pernah mengajarkan dan melatihkan siswanya tentang strategi belajar dalam memahami materi dengan baik. Sebaliknya pada model pembelajaran ini siswa diajar dan dilatih untuk memilih, menggunakan, dan mengontrol strategi kognitif dalam memahami materi. c. Kemampuan Metakognitif dalam Pemecahan Masalah Kemampuan metakognitif pemecahan masalah digolongkan sebagai dampak instruksional dalam model pembelajaran ini, karena siswa diarahkan secara langsung pada tujuan peningkatan kemampuan metakognitif pemecahan masalah selain penguasaan bahan ajar matematika. Kemampuan metakognitif pemecahan masalah yang dimaksudkan dalam Model PMKM adalah kemampuan memilih, menggunakan, dan mengontrol strategi-strategi belajar dalam pemecahan masalah pelajaran, yang meliputi: penggunaan heuristik, prosedur berpikir maju, prosedur berpikir mundur, prosedur berpikir induktif, dan prosedur berpikir deduktif. Pada model pembelajaran konvensional, guru
11
sering menuntut siswa untuk dapat memecahkan masalah dengan baik, tetapi tidak pernah mengajarkan dan melatihkan siswanya tentang strategi pemecahan masalah yang baik. Sebaliknya pada model pembelajaran ini siswa diajar dan dilatih untuk memilih, menggunakan, dan mengontrol strategi kognitif dalam memecahkan masalah. 2. Dampak Pengiring a. Kemandirian dalam Belajar Dengan berbekal pengetahuan deklaratif, pengetahuan proseduran, dan pengetahuan kondisional, serta keterampilan meggunakan dan mengontrol berbagai strategi kognitif, siswa dapat menjadi lebih mandiri dalam belajar. Melalui latihan yang kontinu siswa dapat memilih sendiri strategi kognitif yang sesuai dengan gaya dan tipe belajar dia, serta sesuai dengan karakteristik materi yang dipelajari dan karakteristik masalah yang akan dipecahkan. b. Keaktifan Belajar Sebagian fase-fase dari sintaks memberikan lebih banyak ruang dan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. Pada fase-fase tersebut, keterlibatan siswa sanga dominan dalam menerapkan secara langsung berbagai strategi kognitif, baik dalam memahami materi maupun dalam pemecahan masalah. c. Sikap Positif Dampak lanjutan dari keampuan siswa memilih, menggunakan, dan mengontrol penggunaan berbagai strategi kognitif serta keterlibatan siswa yang sangat dominan dalam proses belajar adalah terciptanya suasana belajar yang menyenangkan. Siswa tidak lagi diselimuti oleh anggapan-anggapan bahwa mata pelajaran yang sulit untuk dipelajari. Dengan demikian, penerapan model pembelajaran ini juga dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap mata pelajaran. H. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Pemerolehan Konsep Model pembelajaran pemerolehan konsep memiliki beberapa kelebihan, antara lain : 1. Model pemerolehan konsep dapat membuat pengajaran lebih konkrit
12
2. Model pemerolehan konsep membuat siswa lebih mudah memahami pelajaran 3. Proses pembelajaran lebih menarik 4. Siswa dirangsang lebih baik dalam pemrosesan informasi 5. Guru langsung memberikan presentasi informasi-informasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari oleh siswa, sehingga siswa mempunyai parameter dalam pencapaian tujuan pembelajaran. 6. Model pemerolehan konsep melatih konsep siswa, menghubungkannya pada kerangka yang ada, dan menghasilkan pemahaman materi yang lebih mendalam. 7. Model pemerolehan konsep meningkatkan pemahaman konsep pengetahuan siswa. 8. Model pemerolehan konsep membuat siswa bisa lebih mampu mengerjakan karya-karya ilmiah. 9. Model pemerolehan konsep membuat siswa dapat lebih berpikir logis dan mempunyai strategi. 10. Model pemerolehan konsep meningkatkan kemampuan untuk belajar dengan cara yang lebih mudah dan efektif dimasa depan. 11. Model pemerolehan konsep Lebih mengaktifkan keterlibatan mental, sehingga konsep yang diperoleh siswa lebih lama dapat diingat dan akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Model pembelajaran pemerolehan konsep memiliki beberapa kekurangan, antara lain : 1. Siswa yang memiliki kemampuan pemahaman rendah akan kesulitan untuk mengikuti pelajaran, karena siswa akan diarahkan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang diajukan. 2. Tingkat keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh penyajian data yang disajikan oleh guru. 3. Siswa kurang memahami materi pembelajaran yang didalamnya ada metode praktikum, karena model ini lebih mnguat kan konsep siswa 4. Masih cenderung stunt center learning. 5. Dibutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama untuk pembuatan dan pengembangan perangkat pembelajaran. 6. Bila jumlah siswa dalam satu kelas sangat besar, maka pengajar akan kesulitan dalam membimbing siswa yang membutuhkan bimbingan.
13
Referensi :
Arends, R. L. 2008. Belajar untuk mengajar. Yogyakarta: Pustaka pelajar. Eggen, Paul, Don Kauchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran: Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir. Jakarta: Indeks. Hakim, Lukman. 2017. Implementasi Model Pembelajaran Peraihan Konsep (Concept Attaiment Model) Terhadap Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa Kelas X Ipa Sma Al-Falah Bandung. Skripsi. FKIP Unpas. Ilmi, Miftakhul. 2012. Pengembangan Perangkat Model Pembelajaran Pemerolehan Konsep (Concept Attainment) Untuk Menuntaskan Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran Fisika di SMP. Jombang: UNIPDU. Joyce, Bruce. 2009. Models Of Teaching: Model-model Pembelajaran, trjm. Achmad Fawaid dan Ateilla Mirza. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sanusi. 2006. Pembelajaran Pencapaian Konsep dalam Mengajarkan Persamaan Kuadrat di Kelas 1 MA/SMA. Infinity Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung. Bandung:1(1):(1-125). Suherman, E. 1994. Evaluasi proses dan hasil belajar matematika modul 1-6. Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru STLP Setara D-III. Sunendar, AN. 2013. Model Peraihan Konsep. Digilib.unila.ac.id, diakses 12 oktober 2018 pukul 20.01. Sunendar, Ahmat Nurdin. 2013. Pengaruh Penerapan Model Peraihan Konsep Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa. Skripsi. Fakultas MIPA, Universitas Lampung.
14