Suture Pattern 5lf5o

JAHIT 1

Karakteristik dari teknik menutup luka yang ideal termasuk diantaranya adalah kemampuan untuk mempertahankan gaya tarik pada keseluruhan proses kesembuhan, secara teknis mudah dilakukan dan cepat untuk bisa dilakukan oleh operator. Proses kesembuhan luka dapat dipengaruhi oleh teknik jahit dan seberapa besar tekanan yang diberikan pada jahitan (Tobias and Johnston, 2012). Suture pada kulit dapat dibedakan menjadi interrupted atau continuous. Continuous suture mempunyai kelebihan yaitu mudah untuk dilakukan dan tekanan yang diberikan tersebar merata, walaupun ini juga dapat meningkatkan posisi jaringan. Namun dengan pola subcutaneous continues, mereka memiliki kekurangan dimana jika satu suture gagal (atau pasien membuka jahitan tersebut) seluruh luka akan berisiko untuk terbuka. Pada prakteknya, ini jarang menjadi masalah (Tobias and Johnston, 2012). 1. Interrupted suture a) Simple Interrupted Suture Simple interrupted adalah suture yang paling mudah untuk diaplikasikan, namun harus dilakukan dengan hati-hati sehingga tidak terlalu rapat, jika terlalu rapat akan menyebabkan kerusakan pada tepi luka. Needle yang digunakan disarankan untuk memiliki jarak sekitar 2-3 mm dari tepi luka dan dekat dengan tangan operator (operator kidal untuk luka di bagian kiri, operator tangan kanan untuk luka di bagian kanan) (Baker and Aldoori, 2009). b) Horizontal Mattress Suture Polamatras horizontal membentuk pola kotak jika dilakukan dengan baik. Iskemia local pada kulit akan terjadi jika menggunakan pola jahitan ini dengan daya tarik lebih banyak. Modifikasi dari pola matras horizontal, half-buried horizontal mattress atau corner stitch, digunakan untuk menjahit ujung dari skin flaps tanpa kompresi pada pembuluh darah subdermal (Baker and Aldoori, 2009). c) Vertical Mattress Suture Pola matras vertical (aposisi) menggunakan sistem jauh-jauh, dekat-dekat, dengan komponen material pada saat jauh lebih dalam dilakukan daripada saat komponen pada saat posisi dekat. Peletakkan pola dekat setidaknya berjarak 2mm dai tepi luka. Modifikasi dari jahitan matras vertical untuk menutup luka dengan gaya tarik lebih termasuk pulley dan modified pulley.

d) Lambert Interupted Suture Pola Lembert (inversi) (Gambar F) dapat dilakukan sebagai interrupted atau lebih biasanya dilakukan sebagai pola continuous. Menggunakan system jauh-dekat, dekat jauh (Tobias and Johnston, 2012). e) Modifikasi Gambee Modifikasi Gambee digunakan pada intestine, lebih spesifik lagi pada anastomosis intestinal. Karenaaplikasinya yang ekstra pada submucosa, jahitan ini cenderung meminimalisir eversi mukosa. Peletakkan dari modifikasi Gambee membutuhkan lebih banyak manipulasi jaringan dari pada pola simple interrupted (Tobias and Johnston, 2012). 2. Continuous Suture a) Simple continuous suture Pola simple continuous (e.g. jahitan baseball) (aposisis atau everting, terlebih jika diikat dengan tekanan) banyak digunakan untuk menutup dinding tubuh dan jaringan subcutaneous. Kelebihan dari jahitan ini adalah, jahitan ini bersifat konservattif dibandingkan dengan jahitan simple interrupted. Aposisi yang baik dan termasuk watertight seal. Baik untuk lapisan yang diberikan sedikit tekanan. Namun, terlalu banyak tekanan dapat menyebabkan puckering dan tissue strangulation. Jarang digunakan pada bagian kulit hewan kecil (Hoad, 2006). b) Continous mattress suture Pola continuous mattress biasa digunakan untuk pola intradermal. Disarankan hati-hati untuk menjamin penyatuan jaringan pada tingkatan penetrasi (i.e. pada dermis), relativitas kedalaman penetrasi pada tepi luka dan jarak antara penetrasi dermal (i.e. minimalisir jarak antara penetrasi jahitan). Walaupun cepat untuk digunakan, jika terlalu kencang akan menyebabkan eversi dan penurunan supply darah pada tepi luka. Eversi dari luka dapat dikurangi dengan tidak menggunakan needle tidak lebih dalam daripada dermis. Horizontal mattress yang dilakukan pada tepi luka berguna untuk mengurangi tekanan pada kulit (Hoad, 2006).

c) Continuous lembert suture Pada jahitan Lembert, diusahakan untuk penetrasi serosa, muscularis dan submucosa namun bukan lapisan mukosa dari organ yang mempunyai ruang kosong (e.g. lumen). Semakin jauh peletakkan jahitan dari tepi luka, semakin banyak jaringan yang akan menejadi inversi. Tekanan diatur dengan setiap jahitan dan akan sulit untuk mengatur jahitan jika jahitan sudah diselesaikan. (Tobias and Johnston, 2012). d) Parker-Kerr Suture Setelah reseksi usus, ujung terbuka dari saluran pencernaan terkadang perlu ditutup. Hal ini misalnya dilakukan dengan side-to-side anastomosis. Untuk penutupan ujung terbuka, metode jahitan tradisional dapat digunakan serta jahitan Parker-Kerr, yang dirancang khusus untuk tujuan ini. Sebelum reseksi usus yang sebenarnya, lumen usus dijepit di lokasi sayatan menggunakan dua clamp usus. Berbagai jenis clamp usus dapat digunakan, tetapi pada bagian yang akan dipertahankan (tertutup), clamp usus lurus harus ditempatkan. Jahitan Parker-Kerr memberikan penutupan yang baik dari sayatan usus. Selama penjahitan, risiko kontaminasi bakteri dari lumen usus minimal, selama usus tetap tertutup dan kebocoran isi usus dihindari (Van der Velden, 2015). e) Purse String Suture Pola purse string (inverting) adalah pola sirkuler modifikasi dari continuous Lambert, digunakan secara sementara untuk menutup orifice (e.g. anus) atau untuk menjaga pipa, dimulai dengan beberapa bagian jaringan dijahit sepanjang bagian sirkuler. Lalu pada akhir jahitan, jahitan ditarik untuk menutup lumen. (Tobias and Johnston, 2012). f) Cushing Suture Cushing suture adalah jahitan continuous, nonpenetrasi, dan seromuscular. Jahitan ini juga sering digunakan sebagai lapisan kedua dalam jahitan ganda. Jarum melewati dinding usus pada setiap jahitan dan, seperti di jahitan Lembert, melalui serosa dan muskularis ke submukosa dan kemudian kembali lagi melalui muskularis dan serosa. Namun, di sini jahitan ditempatkan sejajar dengan luka

(sebagai lawan tegak lurus di jahitan Lembert). Setelah setiap stitch, jarum melintasi ke sisi lain untuk tusukan berikutnya. Jahitan cushing juga menyebabkan inversi tepi luka. Semakin dekat jahitan ditempatkan ke tepi luka, makin kurang inversi, dan mengurangi tingkat reduksi lumen (Van der Velden, 2015). g) Connell Posisi jahitan Connell diletakkan secara parallel terhadap tepi luka. Dengan Connell, needle yang ada penetrasi pada lumen, dimana pada Cushing tidak penetrasi pada lumen (hanya pada serosa, muscularis dan submucosa). Semakin jauh jahitan diaplikasikan dari tepi luka, kesempatan luka untuk menjadi inversi makin besar. Tekanan diatur dengan setiap jahitan dan akan sulit untuk mengatur jahitan jika jahitan sudah diselesaikan (Tobias and Johnston, 2012). Macam-macam benang yang di pakai pada jahitan luka terdiri dari (Hoad, 2006) :

a. Seide/ silk Terbuat dari serabut-serabut sutera, terdiri dari 70% serabut protein dan 30% bahan tambahan berupa perekat. Warnanya hitam dan putih. Bersifat tidak licin seperti sutera biasa karena sudah dikombinasi dengan perekat. Tidak diserap tubuh. Pada penggunaan di sebelah luarmaka benang harus dibuka kembali. Tersedia dalam berbagai ukuran, mulai dari nomor 00000 (5nol merupakan ukuran paling kecil untuk bag bedah) hingga nomor 3 (yang merupakan ukuranpaling besar). Yang paling sering dipakai adalah nomor 00 (2 nol) dan 0 (1 nol) dan nomor satu.Semakin besar banyak nol nya semakin kecil benangnya . Kegunaannya adalah untuk menjahit kulit, mengikat pembuluh arteri (terutama arteribesar), sebagai teugel (kendali). Benang harus steril, sebab bila tidak akan menjadi sarang kuman(fokus infeksi), sebab kuman terlindung di dalam jahitan benang, sedang benangnya sendiri tidakdapat diserap tubuh. b. Plain Catgut

Bersifat dapat diserap oleh tubuh, penyerapan berlangsung dalam waktu 7-10 hari, dan warnanya putih dan kekuningan. Tersedia dalam berbagai ukuran, mulai dari 00000 (5 nol yang merupakan ukuran paling kecil) hingga nomor 3 (merupakn ukuran yang terbesar). Sering digunakan nomor 000 (3 nol), 00 (2 nol), 0 (1 nol), nomor 1 dan nomor 2. Kegunaannya adalahuntuk mengikat sumber perdarahan kecil, menjahit subkutis dan dapat pula di pergunakan untuk menjahit kulit terutama untuk daerah longgar (perut,wajah) yang tak banyak bergerak dan luas lukanya kecil. Plain catgut harus disimpul paling sedikit 3 kali, karena dalam tubuh akan mengembang, bila disimpulkan 2 kali akan terbuka kembali. Plain catgut tidak boleh terendam dalam lisol karena akan mengembang dan menjadi lunak, sehingga tidak dapat digunakan. c. Chromic catgut Berbeda dengan plain catgut, sebelum benang dipintal ditambahkan krom. Dengan adanya krom ini, maka benang akan menjadi lebih keras dan kuat, serta penyerapannnya lebih lama, yaitu2040 hari. Warnanya coklat dan kebiruan. Benang ini tersedia dalam ukuran 000 (3 nolmerupakan ukuran yang paling kecil) hingga nomor 3. Penggunaannya pada penjahitan luka yang dianggap belum merapat dalam waktu sepuluh hari, untuk menjahit tendo pada penderita yang tidak kooperatif dan bila mobilisasi harus segera dilakukan. d. Nilon (Dafilon,monosof,dermalonEthilon) Merupakan benang sintetis dalam kemasan atraumatis (benang langsung bersatu dengan jarum jahit) dan terbuat dari nilon, leboh kuat dari seide atau catgut. Tidak diserap tubuh, dantidak menimbilkan iritasi pada kulit atau jaringan tubuh lainnya.Warnanya biru hitam. Tersedia dalam ukuran 10 nol hingga 1 nol. Penggunanan pada bedahplastik, ukuran yang lebih besar sering digunakan kulit, nomor yang kecil dipakai pada bedahmata. e. Ethibond Merupakan benang sintetis (terbuat dari polytetra methylene adipate). Tersedia dalam kemasan atraumatis. Bersifat lembut, kuat, reaksi terhadap tubuh minumum, tidak diserap, dan warnanya hijau dan putih. Ukurannya dari 7 nol sampai nomor 2. Penggunaannya pada bedah kardiovaskular dan urologi. f. Vitalene/Prolene/surgilen Merupakan benang sintetis (terbuat dari polimer profilen). Sangat kuat dan lembut, tidakdiserap, warna biru. Tersedia dalam kemasan atraumatis. Ukuran dari 10 nol hingga nomor 1. Digunakan pada bedah mikro, terutama untuk pembuluh darah dan jantung, bedah mata, bedahplastik, cocok pula untuk menjahit kulit. g. Poli Glicolic Acid (seperti Polisorb,Dexon,Vicryl) Merupakan menang sintetis dalam kemasan atraumatis. Diserap oleh tubuh, dan tidak menimbulkan reaksi pada jaringan tubuh. Dalam subkutis bertahan selam tiga minggu, dalam otot bertahan selam 3 bulan. Benang ini sangat lembut dan warnanya ungu. Ukuran dari 10 nol hingga nomor 1. Penggunaan pada bedah mata, orthopedi, urologi dan bedahplastik. h. Supramid

Merupakan benang sintetis, dalam kemasan atraumatis. Berdsifat kuat, lembut fleksibel,reaksi tubu minimum dan tidak diserap. Warnanya hitam putih. Digunakan untuk menjahit kutis dan subkutis. i. Linen (catoon) Dibuat dengan serat kapas alam dengan jalan pemintalan. Bersifat lembut, cukup kuat dan mudah disimpul, tidak diserap, reaksi tubuh minimum, berwarna putih. Tersedia dalam ukuran 4 nol hingga 1 nol. Digunakan untuk menjahit usus dan kulit, terutama kulit wajah. j. Steel wire Merupakan benang logam yang terbuat dari polifilamen baja tahan karat. Sangat kuat, tidak korosif, dan reaksi terhadap tubuh minimum. Mudah disimpul. Warna putih metalik. Terdapat dalam kemasan atraumatis dan kemasan biasa. Ukurannya dari 6 nol hingga nomor 2. Untuk menjahit tendon. 7. NEEDLE (JARUM)

Saat ini bentuk needle bedah yang digunakan oleh sebagian besar orang adalah jenis atraumatik yang terdiri atas sebuah lubang pada ujungnya yang merupakan tempat insersi benang.Benang akan mengikuti jalur needle tanpa menimbulkan kerusakan jaringan (trauma). Pada needle model lama memiliki mata dan loop pada benangnya sehingga dapat menimbulkan trauma. Needle memiliki bagian dasar yang sama, meskipun bentuknya beragam. Setiap bagian memiliki ujung, yakni bagian body dan bagian lubang tempat insersi benang. Sebagian besar needle berbentuk kurva dengan ukuran ¼, 5/8, ½ dan 3/8 lingkaran. Hal ini menyebabkan needle memiliki range untuk bertemu dengan jahitan lainnya yang dibutuhkan. Ada juga bentuk needle yang lurus namun jarang digunakan pada bedah minor. Needle yang berbentuk setengah lingkaran datar digunakan untuk memudahkan penggunaannya dengan needle holder.

DAFTAR PUSTAKA

Hoad, Julian G. 2006. Minor Veterinary Surgery: A Handbook for Veterinary Nurses. Edinburgh: Elsevier Saunders Tobias, Karen M., Johnston, Spencer A. 2012. Veterinary Surgery: Small Animal. St. Louis: Elsevier Saunders Van der Velden, Rien dan Freek van Sluijs. 2015. The Veterinary Surgeon. Utrecht University: Netherland.