MAKALAH TERAPI KOMPLEMENTER PADA KLIEN PALIATIF Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Paliatif dan Menjelang Ajal
Disusun oleh
:
Kelompok 7 1.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG PRODI S1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG 201
1
8KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena limpahan rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Makalah yang berjudul “Terapi Komplementer Pada Klien Paliatif” disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Paliatif dan Menjelang Ajal tahun ajaran 2018/2019. Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini tanpa adanya bimbingan, dorongan, motivasi, dan doa, makalah ini tidak akan terwujud. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Lucia Endang Hartati, S.Kep., MN, selaku dosen pengampu mata kuliah
Keperawatan Paliatif dan Menjelang Ajal yang telah membimbing dalam kegiatan belajar mengajar. 2.
Semua pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan makalah
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Akhir kata penulis menyadari makalah ini masih banyak kesalahan, baik dalam penulisan maupun informasi yang terkandung di dalam makalah ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik maupun saran yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan dimasa yang akan datang.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii DAFTAR ISI...........................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN........................................................................................2 A. Latar Belakang..............................................................................................2 B. Rumusan Masalah.........................................................................................3 C. Tujuan...........................................................................................................3 BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4 A. Pengertian Palliative Care............................................................................4 B. Tujuan Keperawatan Paliatif.........................................................................5 C. Peran Fungsi Perawat Pada Asuhan Keperawatan Paliatif...........................5 D. Konsep Terapi Komplementer......................................................................5 E. Klasifikasi Terapi Komplementer.................................................................6
F.
1.
Sistem medis alternatif..............................................................................6
2.
Mind-body medicine..................................................................................8
3.
Manipulative and body-based practices..................................................10
4.
Energy medicine (Reiki)..........................................................................12
5.
Biological Based Practice.......................................................................13 Hubungan Terapi Komplementer pada Keperawatan Paliatif.....................16
BAB III KESIMPULAN........................................................................................19 A. Kesimpulan.................................................................................................19 B. Saran.................................................................................................19
1
4
BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor:
812/Menkes/SK/VII/2007 tantangan yang kita hadapi pada di hari-hari kemudian nyata sangat besar. Meningkatnya jumlah pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan baik pada dewasa dan anak seperti penyakit kanker, penyakit degeneratif, penyakit paru obstruktif kronis, cystic fibrosis,stroke, Parkinson, gagal jantung /heart failure, penyakit genetika dan penyakit infeksi seperti HIV/ AIDS yang memerlukan perawatan paliatif, disamping kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Keadaan terminal adalah keadaan dimana suatu penyakit sudah tidak bisa disembuhkan lagi dan akhir dari semuanya atau sudah mendekti kematian. Kematian merupakan bagian alami dari proses kehidupan makhluk hidup. Pasien dengan kondisi terminal membutuhkan perawatan paliatif dengan pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga. Perawatan paliatif merupakan bagian penting dalam perawatan pasien yang terminal yang dapat dilakukan secara sederhana, seringkali prioritas utama adalah kualitas hidup dan bukan kesembuhan dari penyakit pasien. Tujuan perawatan paliatif adalah meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses normal, tidak mempercepat atau menunda keamatian, menghilangkan
nyeri dan
keluhan
lain yang
mengganggu, menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual, mengusahakan agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya dan mengusahakan membantu mengatasi duka cita pada keluarga.
5
Terapi komplementer dan alternatif adalah pengobatan non medis yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif, kuratif, preventif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan dan efektivitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik (Erry, et al, 2014). Terapi komplementer dan alternatif telah berkembang di banyak negara di dunia. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari data WHO (World Health Organization). Sebanyak 80% penduduk Afrika menggunakan terapi komplementer dan alternatif sebagai perawatan kesehatan primer. 95% rumah sakit di China juga memiliki pengobatan tradisional. Demikian pula India, 2.860 rumah sakitnya juga memiliki pengobatan tradisional. 40% dari populasi penduduk Indonesia dan 70% masyarakat pedesaan di negara ini juga menggunakan terapi komplementer dan alternatif (Kamaluddin, 2010). Berdasarkan sensus di negara negara barat seperti Australia tersebut, terdapat 8.600 orang yang bekerja sebagai terapis (Australian Bureau of Statistics, 2008). Prancis, kurang lebih 75% penduduknya menggunakan terapi komplementer dan alternatif, dan di Amerika 29-42% populasi penduduknya menggunakan terapi komplementer alternatif (Debas, Laxminarayan & Strauss, 2006).
6
Beberapa rumah sakit di Indonesia, pengobatan komplementer ini sudah mulai diterapkan sebagai terapi penunjang atau sebagai terapi pengganti bagi pasien yang menolak pengobatan konvensional. Seperti Rumah Sakit Dharmais, Rumah Sakit Persahabatan Jakarta, Rumah Sakit Dokter Soetomo Surabaya, Rumah Sakit Kandou Manado, RSUP Sanglah Denpasar, RSUP Dr. Wahidin Sudiro Husodo Makassar, RS TNI AL Mintoharjo Jakarta, RSUD Dr. Pringadi Medan, RSUD Saiful Anwar Malang, RS Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso Solo, RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, dan RSUP Dr. Suraji Tirtonegoro Klaten (Kemenkes, 2011 dalam Setyaningsih, 2012) Snyder & Lindquis (2002) mengatakan klien yang menggunakan terapi komplemeter memiliki beberapa alasan. Salah satu alasannya adalah filosofi holistik pada terapi komplementer, yaitu adanya harmoni dalam diri dan promosi kesehatan dalam terapi komplementer. Alasan lainnya karena klien ingin terlibat untuk pengambilan keputusan dalam pengobatan dan
6
7
4
peningkatan kualitas hidup dibandingkan sebelumnya. Sejumlah 82% klien melaporkan adanya reaksi efek samping dari pengobatan konvensional yang diterima menyebabkan memilih terapi komplementer. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk membahas tetang terapi komplementer pada pasien paliatif yaitu dengan cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis yang Konvensional. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan paliatif? 2. Apa tujuan perawatan paliatif? 3. Apa fungsi perawat dalam asuhan keperawatan paliatif ? 4. Apakah yang dimaksud dengan terapi komplementer? 5. Apa klasifikasi terapi komplementer? 6. Bagaimana proses terapi komplementer pada paliatif? C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa mampu mengerti tentang konsep komplementer dan alternatif terapi pada paliatif dan mampu memahami dan menerapkan keperawatan paliatif. 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian perawatan paliatif b. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan dari perawatan paliatif c. Mahasiswa mampu menjelaskan peran fungsi perawat pada asuhan keperawatan paliatif d. Mahasiswa mampu
memahami
tentang pengertian
terapi
komplementer e. Mahasiswa mampu memahami klasifikasi terapi komplementer f. Mahasiswa mampu mengetahui proses terapi komplementer pada paliatif.
BAB II PEMBAHASAN PEMBAHASAN
8
9
A. B. Pengertian Palliative Care Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan secara aktif pada penderita yang sedang sekarat atau dalam fase terminal akibat penyakit yang dideritanya. Pasien sudah tidak memiliki respon terhadap terapi kuratif yang disebabkan oleh keganasan ginekologis. Perawatan ini mencakup penderita serta melibatkan keluarganya (Aziz, Witjaksono, & Rasjidi, 2008). Perawatan paliatif merupakan perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga dalam mengoptimalkan kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah, dan menghilangkan penderitaan.Perawatan paliatif mencangkup seluruh rangkaian penyakit termasuk fisik, intelektual, emosional, sosial, dan kebutuhan spiritual serta untuk memfasilitasi otonomi pasien, mengakses informasi, dan pilihan (National Consensus Project for Quality Palliative Care, 2013). Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual (World Health Organization (WHO) 2016). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 812/Menkes/SK/VII/2007 Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalahmasalah lain, fisik, psikososial dan spiritual (R
I, 2007)
9
10
C. Tujuan Keperawatan Paliatif Perawatan paliatif ini bertujuan untuk membantu pasien yang sudah mendekati ajalnya, agar pasien aktif dan dapat bertahan hidup selama mungkin. Perawatan paliatif ini meliputi mengurangi rasa sakit dan gejala lainnya, membuat pasien menganggap kematian sebagai proses yang normal, mengintegrasikan aspekaspek spikokologis dan spiritual (Nurwijaya, Andrijono, & H.K, 2010). Selain itu perawatan paliatif juga bertujuan agar pasien terminal tetap dalam keadaan nyaman dan dapat meninggal dunia dengan baik dan tenang. Lebih lanjut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan lagi bahwa pelayanan paliatif berpijak pada pola dasar berikut ini : 1.
Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang normal.
2.
Tidak mempercepat atau menunda kematian.
3.
Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
4.
Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual.
5.
Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya.
6.
Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga
D. Peran Fungsi Perawat Pada Asuhan Keperawatan Paliatif Pelaksana perawat yaitu pemberi asuhan keperawatam, pendidikan kesehatan, koordinator, advokasi, kolaborator, fasilitator, modifikasi lingkungan, kemudian pengelola yaitu manajer kasus, konsultan, koordinasi.
11
Pada pendidik yaitu di pendidikan / dipelayan, perawat juga berperan sebagai peneliti. E. Konsep Terapi Komplementer Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terapi adalah usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit, perawatan penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat menyempurnakan. Pengobatan komplementer dilakukan dengan tujuan melengkapi pengobatan medis konvensional dan bersifat rasional yang tidak bertentangan dengan nilai dan hukum kesehatan di Indonesia. Terapi komplementer dan alternatif adalah pengobatan non medis yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif, kuratif, preventif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan dan efektivitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik (Erry, et al, 2014). Standar praktek pengobatan komplementer telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Menurut WHO (World Health Organization),
pengobatan
komplementer
adalah
pengobatan
non-
konvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan, sehingga untuk Indonesia jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun – temurun pada suatu negara. Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam - macam sistem pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara umum tidak menjadi bagian dari pengobatan konvensional (Widyatuti, 2012). F.
Klasifikasi Terapi Komplementer 1. Sistem medis alternatif a. Akupuntur Akupuntur merupakan salah satu komponen dari obat tradisional Cina. Hal ini didasarkan pada keyakinan di qi (kekuatan hidup), yang merupakan energi yang mengalir melalui tubuh sepanjang
jalur
yang
dikenal
sebagai
meridian.
Setiap
12
ketidakseimbangan dalam qi diduga mengakibatkan kesulitan atau penyakit. Ada 12 meridian utama diyakini sebagai titik akupuntur yang sesuai dengan setiap bagian tubuh dan organ. Untuk menyeimbangkan aliran qi, jarum sekali pakai yang sangat halus dimasukkan ke dalam acupoints di bawah kulit. Dasar biologis dari qi belum ditemukan, namun diperkirakan bahwa akupuntur menstimulus endorfin dan neurotransmiter lain di otak. Akupunktur telah terbukti efektif untuk nyeri dan kemoterapi terkait mual dan muntah. Risiko akupunktur berhubungan dengan ketidaknyamanan ringan. Hanya jarum sekali pakai yang digunakan. Hal ini penting untuk mengetahuiseorang praktisi akupuntur yang berkualitas. Ahli akupunktur harus memiliki pengalaman sebelumnya dengan pasien kanker. Di New York State ahli akupunktur harus memiliki lisensi dan harus memiliki 40 sampai 50 jam pelatihan. Kontraindikasi akupuntur pada lymphedema (risiko infeksi), alat pacu jantung (tidak ada electroacupuncture; bisa mengganggu irama jantung), dan kehamilan (perlu menghindari titik-titik tertentu yang bisa merangsang rahim). Dana-Farber Cancer Institute di Boston, kontraindikasi akupunktur adalah ANC <500 / µL, trombosit <25.000 / µl, demam neutropenia, situs metastasis, situs iradiasi (berkelanjutan untuk 4 minggu setelah), INR> 3,5-4,0, dan transplantasi sel induk (2 minggu sebelum 3 bulan setelah itu). Akupuntur tidak akan mengganggu obat nyeri. b. Akupresur Akupresur adalah teknik pengobatan Cina tradisional yang didasarkan pada ide-ide yang sama seperti akupunktur. Akupresur melibatkan penempatan tekanan fisik dengan tangan pada titik-titik akupuntur yang berbeda pada permukaan tubuh. Ada tiga titik akpresur yang perawat dapat gunakan atau ajarkan pada pasien kanker untk menstimulasi diri. Titik pada usus besar dapat diakses oleh pasien/keluarga/perawat. Lokasi bagian berdaging dari kedua tangan
13
antara ibu jari dan jari telunjuk dan kemudian tekan dengan ibu jari tangan berlawanan sampai pasien merasakan tekanan. Titik perut terletak di sisi lateral lutut antara patella dan puncak tibia. Titik mual dan muntahterletak dua inci proksimal ke puncak melintang dari pergelangan tangan antara dua tendon. Tekan dengan ibu jari secara melingkar selama 1 sampai 2 menit. 2.
Mind-body medicine a. Meditasi Meditasi adalah pengaturan perhatian oleh diri sendiri secara sengaja. Ada dua kategori meditasi: konsentrasi dan kesadaran. Metode konsentrasi menumbuhkan kemanunggalan perhatian dan mulai dengan mantra (suara diulang, kata, atau frase) seperti dalam meditasi transendental. Praktek pengurangan stres berbasis kesadaran mulai dengan pengamatan pikiran, emosi, dan sensasi tanpa penilaian yang muncul di bidang kesadaran. Meditasi telah membantu untuk pasien kanker yang sakit parah untuk menghilangkan rasa sakit fisik dan emosional. Banyak pasien kanker meninggal menemukan bahwa ketenangan dan tenang pada meditasi menimbulkan perasaan yang mendalam dari penerimaan, kesejahteraan, dan kedamaian batin. Sebuah studi yang dilakukan pada 51 pasien rawat jalan dengan nyeri kronis dengan program 10minggu menunjukkan penurunan 50% rasa sakit. Meditasi mengurangi tingkat stres yang berpotensi dapat mengurangi pengalaman rasa sakit. b. Hipnosis Hipnosis adalah keadaan penuh perhatian, konsentrasi reseptif ditandai dengan perubahan sensori, keadaan psikologis diubah, dan minim fungsi motorik. Instruksi yang biasa diberikan menyarankan relaksasi fisik seperti mengambang bersama dengan gambar yang mengalihkan perhatian dari rasa sakit. Hipnosis dapat diinduksi dalam beberapa menit untuk mempertahankan analgesia yang sedang berlangsung dan relaksasi dalam menghadapi tekanan emosional dan fisik. Ada bukti dari tinjauan sistematis bahwa hipnosis dapat
14
membantu mengurangi kecemasan dan nyeri pada pasien kanker yang terminal. c. Guided imagery Ini mengalihkan fokus mental dari rangsangan menyakitkan untuk pengalaman yang lebih menyenangkan, gambaran, dan relaksasi. Guided imagery adalah intervensi yang perawat dapat lakukan dengan pengaturan yang berbeda (rumah sakit, rumah, hospice), dapat digunakan dengan pasien dan keluarga untuk mengurangi rasa sakit dan kecemasan. d. Pelatihan relaksasi Pelatihan relaksasi melibatkan napas dalam, relaksasi otot progresif, dan pencitraan. Modalitas ini telah menghasilkan penurunan yang signifikan dalam nyeri secara subjektif pada pasien dengan kanker stadium lanjut. e. Terapi distraksi Terapi distraksi adalah teknik di mana rangsangan sensorik diberikan kepada pasien dalam rangka untuk mengalihkan perhatian mereka dari pengalaman yang tidak menyenangkan. Misalnya dengan melihat pemandangan alam, video game, dll. f. Terapi musik Terapi musik adalah pengunaan music yang diatur/dikontrol untuk perubahan klinis. Terapi musik digunakan untuk mengurangi rasa sakit dan penderitaan. Ada perbedaan antara penggunaan musik dan terapi musik. Terapi musik menggunakan bakat dari seorang profesional terlatih yang memfasilitasi kontak pasien, interaksi, kesadaran diri, dan ekspresi diri melalui alat musik. Sebuah sesi terapi musik dapat seperti mendengarkan, bernyanyi, bermain drum, mengembangkan lirik, atau merekam untuk keluarga. Musik yang disediakan oleh terapis musik telah terbukti lebih efektif daripada penggunaan pra rekaman musik sendiri dalam mengurangi skor kecemasan. g. Terapi Seni Terapi seni menggunakan proses kreatif untuk memungkinkan kesadaran dan ekspresi emosi individu. Untuk pasien kanker,
15
seringkali sulit untuk mengungkapkan secara verbal apa yang dirasakan seseorang tentang diagnosis, rawat inap, pengobatan, penyakit berulang, keluarga, dan kematian. Ini adalah seni itu sendiri yang memfasilitasi kesadaran emosi dan pengurangan gejala melalui penggunaan bahan-bahan seni. Beberapa penelitian telah meneliti penggunaan terapi seni dalam mengendalikan gejala kanker. Dalam sebuah penelitian pasien kanker, sebagian besar dengan leukemia dan limfoma, terapi seni menyediakan penurunan signifikan secara statistik pada rasa sakit dan gejala umum lainnya, kecuali untuk mual. Dengan menggunakan garis tubuh dan pastel berwarna dan spidol, pasien kanker yang membantu untuk memvisualisasikan rasa sakit mereka, mengkomunikasikan emosi mereka, berurusan dengan citra tubuh, dan mencari makna dan spiritualitas. 3.
Manipulative and body-based practices a. Pijat atau massase Pada pasien kanker, sentuhan membuat koneksi, kenyamanan, dan peningkatan kualitas hidup. Sentuhan berupa pijat menjadi bagian dari perawatan sehari-hari yang diberikan kepada setiap pasien yang dirawat di rumah sakit. Terapi pijat digunakan untuk meringankan gejala pada pasien kanker. Ini menggunakan teknik manual menggosok, membelai, menekan, atau memijat jaringan lunak tubuh untuk mempengaruhi seluruh tubuh. Pada suatu waktu, pijat itu diduga menyebabkan penyebaran kanker dengan meningkatkan sirkulasi sistemik. Sampai saat ini tidak ada bukti untuk mendukung ini. Sentuhan dapat menjadi intervensi terhadap nyeri. Berbagai penjelasan untuk efektivitas pijat telah diusulkan: pengurangan ketegangan otot, meningkatkan sirkulasi, relaksasi umum, dan efek memelihara sentuh. Pijat umumnya
aman
untuk
pasien
kanker,
tetapi
membutuhkan modifikasi teknik khusus untuk pasien individu. Ada kontraindikasi khusus untuk pasien hamil. Hal ini kontraindikasi pada daerah dengan metastase tulang (untuk risiko patah atau pecah tulang)
16
atau tumor (untuk risiko perdarahan); untuk pasien dengan jumlah trombosit dari <50.000 (untuk risiko memar); di titik bekuan darah (untuk risiko melepas trombus dalam vena), dan di situs bedah atau ruam. Pijat dalam jaringan tidak boleh diberikan pada pasien dengan kanker; tekanan ringan adalah pijat yang paling tepat untuk pasien ini. Izin terapis pijat terlatih yang telah memiliki pengalaman dengan pasien kanker. b. Gentle massase Untuk memberikan kenyamanan tempatkan telapak tangan seluas mungkin dengan seluruh tangan berkontak dengan bagian tubuh pasien seperti lengan atau punggung. Jangan menggunakan ujung jari atau jempol karena dapat memberikan banyak tekanan terlalu spesifik. Tekanan harus ringan dan tersebar luas. Pilihan pola pijat bias seperti lingkaran, dua lingkaran, oval, atau dua oval besar. Hal ini penting untuk memindahkan tangan pada kecepatan dan tekanan yang konsisten. c. Refleksi Refleksi adalah terapi sentuh yang didasarkan pada keyakinan bahwa ada titik refleks atau titik energi pada kaki, tangan, dan telinga yang sesuai dengan setiap kelenjar, organ, dan bagian tubuh. Dengan stimulasi terampil dari daerah-daerah dan poin dengan tangan, jari, dan teknik praktis, sistem tubuh yang difasilitasi untuk keseimbangan yang lebih besar. Ini memfasilitasi pasien dalam keadaan yang lebih santai di mana mereka dapat fokus pada kesehatan daripada penyakit. Hal ini digunakan untuk menstimulasi relaksasi dan tidur, untuk mengurangi kecemasan, untuk mencegah dan mengurangi neuropati perifer
sekunder
untuk
kemoterapi,
dan
untuk
mengurangi
pengalaman rasa sakit secara keseluruhan. Refleksi kaki adalah noninvasif, dapat dilakukan dalam pengaturan apapun, tidak memerlukan peralatan, dan tidak mengganggu privasi pasien. Refleksi harus dihindari jika pasien memiliki trombosis vena di kaki / tangan untuk mencegah bergerak dari trombus ke dalam
17
sirkulasi. Kontraindikasi lainnya adalah infeksi, ruam, memar, luka, dan lymphedema kaki atau kaki. Perawat dan orang awam dapat diajarkan pijat refleksi. Keluarga dapat diajarkan untuk melakukan refleksi untuk mengurangi rasa sakit dan kecemasan pada keluarganya yang sakit. 4.
Energy medicine (Reiki) Reiki adalah energi getaran atau halus paling sering difasilitasi
oleh sentuhan yang sangat ringan. Rei berarti yang universal atau energi tertinggi, dan ki berarti energi kekuatan hidup. Terapi Reiki diduga mendukung kesejahteraan kita dan untuk memperkuat kemampuan alami kita untuk menyembuhkan dengan mendorong keseimbangan dalam tubuh, pikiran, dan jiwa. Reiki yang ditawarkan oleh seorang praktisi Reiki dilatih untuk individu dan melibatkan penempatan tangan yang sangat ringan pada tubuh pasien: kepala hingga ujung kaki, depan dan belakang, dan di titik nyeri jika ditoleransi. Sentuhan lembut dari Reiki adalah menenangkan, dan menstimlasi relaksasi yang mendalam. Hal ini dapat diberikan kepada setiap pasien karena sentuhan yang sangat ringan. Sebagian besar pasien kanker dapat menerima Reiki. Karena itu adalah sentuhan ringan, tidak menimbulkan rasa tidak nyaman. Selama pasien terbuka untuk menerima sentuhan yang sangat ringan, dapat dilakukan. 5.
Biological Based Practice Karena terapi komplementer
adalah
pengobatan
untuk
mendukung pengobatan medis atau konvensional. Jadi herbal, vitamin dan suplemen yang diberikan akan berinteraksi dengan obat-obatan yang di berikan oleh dokter atau tenaga medis lainnya. Namun, adanya interaksi antara obat herbal, vitamin, atau suplemen dengan obat-obatan harus diwaspadai. Contoh pengobatan komplementer dalam bentuk herbal yaitu herbal Sinshe Fengshui, yaitu metode pengobatan yang memadukan obatobatan herbal yang berkhasiat tinggi dengan resep pengobatan Cina Kuno
18
yang telah berusia ribuan tahun. Selain itu ada tanaman herbal, yaitu gingseng yang berasal dari daerah pegunungan Cina Utara yang bermanfaat untuk pengobatan yang bisa untuk menyegarkan tubuh dan jiwa juga bermanfaat dalam menyembuhkan berbagai penyakit dan gangguan lainya. Menurut
kementerian
kesehatan,
ruang
lingkup
pengobatan
komplementer dan alternatif berdasarkan pengetahuan biomedik, yaitu: a.
Intervensi tubuh-pikiran (mind-body interventions)
b.
Sistem pelayanan pengobatan alternatif (alternative systems of
medical practice) c.
Metode penyembuhan manual (manuall healing methods)
d.
Pengobatan farmakologi dan biologi (pharmacologic and
biologic treatments) e.
Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan (diet and
nutrition the prevention and treatment of disease) f.
Cara lain dalam mendiagnosa dan pengobatan (unclassified
diagnostic and treatment methods). Jenis terapi komplementer dan alternatif di atas dapat digunakan dalam pelayanan kesehatan di Indonesia (Kemenkes, 2007). Menurut White House Commission on Complementary and Alternative Medicine Policy, and the National Center for Complementary and Alternative Medicine (NCCAM), klasifikasi terapi komplementer dibagi menjadi lima kategori yaitu :
19
a.
Sistem medikal alternatif: terapi ini dipertimbangkan sebagai
sistem yang komplit dari teori dan praktek, sistem alternatif kepada pengobatan konvensional, dan hal tersebut telah dipraktekkan di Cina dan India selama ribuan tahun. Terapi yang termasuk pengobatan tradisional Cina, yaitu ayuverda, naturopathy, dan homeopati. b.
Intervensi mind-body: termasuk teknik-teknik atau intervensi
yang meningkatkan kapasitas pikiran untuk mempengaruhi fungsi tubuh. Menurut NCCAM, intervensi mind-body fokus pada interaksi antara otak, pikiran, tubuh dan sikap, dengan tujuan menggunakan pikiran untuk mempengaruhi fungsi tubuh dan promosi kesehatan. Terapi pendukung lain termasuk terapi kognitif dan sikap, meditasi, relaksasi dan visualisasi, hipnotis, terapi kesenian, terapi musik, dan lain-lain (College And Association of es Nurses of Alberta, 2011) c.
Salah satu praktek mind-body yaitu imagery yang merupakan
formasi representasi mental dari objek, tempat, kejadian, situasi yang dipahami melalui perasaan. Terapi ini adalah strategi kognitif-sikap yang menggunakan imajinasi individu sendiri dan proses mental dan dapat dipraktekkan sebagai aktivitas mandiri atau didampingi oleh seorang professional. Imagery menggunakan seluruh sensori-visual, oral, taktil, olfaktori, proprioseptif, dan kinestetik. Walapun imagery sering lebih kepada visualisasi, termasuk juga membayangkan melalui
20
semua sensori dan tidak hanya mampu melihat sesuatu dengan mata pikiran. Van Kuiken (2004) mendeskripsikan empat tipe imagery :
1) Terapi dasar biologis: terpai ini menggunakan produk natural, seperti diet herbal, makanan, vitamin, probiotik, dan suplemen diet (termasuk juga substansi yang tidak atau belum dibuktikan secara ilmiah, seperti kartilago hiu untuk menyembuhkan kanker). 2) Metode manipulasi tubuh: terapi ini menekankan manipulasi atau gerakan dari satu bagian tubuh atau lebih. Termasuk kiropraktik, osteopati, massage, dan refleksologi. 3) Terapi dasar energi: terapi ini melihat penyembuhan itu dari perspektif lapang energi. Terapi ini berdasarkan manipulasi lapang energi
dan
termasuk
dua
kategori:
terapi
biofield,
yang
mempengaruhi lapang energi yang mengelilingi dan menembus tubuh manusia, seperti reiki, sentuhan terapeutik, dan terapi bioelektromagnetik,
yang
melibatkan
penggunaan
lapang
elektromagnetik yang tidak konvensional, merubah lapang energi, dan lain-lain. G. Hubungan Terapi Komplementer pada Keperawatan Paliatif Masyarakat cenderung menggunakan terapi komplementer karena banyak terapi yang menjanjikan kesembuhan 100% dan bisa mengobati berbagai
jenis
penyakit
namun
belum
banyak
penelitian
yang
membuktikannya. Salah satu penyakit paliatif yang bisa dilakukan terapi komplementer adalah penyakit kanker. Pengobatan kanker yang baik harus
21
memenuhi fungsi menyembuhkan (kuratif), mengurangi rasa sakit (paliatif) dan mencegah timbulnya kembali (preventif). Pengobatan komplementer alternatif adalah salah satu pelayanan kesehatan yang akhir-akhir ini banyak diminati oleh masyarakat maupun kalangan kedokteran konvensional (Hasanah & Widowati, 2016). Pada penelitian yang dilakukan oleh Irawan, Rahayuwati & Yani (2017) menunjukkan bahwa pengguna terapi modern sering mengeluh mual muntah
terutama
pasca
kemoterapi.
Pengguna
terapi
modern
dan
komplementer (pijat) mengatakan penggunaan pijat mengurangi lelah dan nyeri pasca terapi modern dilakukan. Pengguna terapi modern dan komplementer (herbal) mengatakan penggunaan herbal mengurangi mual muntah dan mempercepat penyembuhan pasca terapi modern dilakukan. Pengguna terapi modern dan komplementer (herbal dan pijat) mengatakan penggunaan herbal dan pijat untuk mengurangi efek samping terapi modern. Hasil penelitian yang lain menunjukkan terapi modern telah terbukti secara medis dan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penyakit kanker dapat dikurangi dengan terapi modern dan komplementer sehingga secara global kualitas hidup penderita kanker meningkat. Salah satu dari terapi komplementer yang dapat digunakan pada keperawatan paliatif adalah akupuntur. Akupunktur yang digunakan pada terapi kanker bukan ditujukan untuk mengobati penyakit kankernya karena penusukan pada lesi merupakan kontraindikasi. Hal ini dilakukan untuk pengobatan paliatif yaitu mengurangi nyeri kronis, mengurangi efek samping kemoterapi ataupun radioterapi seperti nyeri, mual, muntah, serta mengurangi dosis obat anti-nyeri sehingga kualitas hidup penderita dapat ditingkatkan. Pelayanan kesehatan komplementer alternatif merupakan pelayanan yang menggabungkan pelayanan konvensional dengan kesehatan tradisional dan atau hanya sebagai alternatif menggunakan pelayanan kesehatan tradisional, terintegrasi dalam pelayanan kesehatan formal. Keberhasilan masuknya obat tradisional ke dalam sistem pelayanan kesehatan formal hanya dapat dicapai apabila terdapat kemajuan yang besar dari para klinisi untuk menerima dan menggunakan obat tradisional (Hasanah & Widowati, 2016).
22
Penyelenggaran pengobatan komplementer alternatif diatur dalam standar pelayanan medik herbal menurut Keputusan Menteri Kesehatan No.121/Menkes/SK/II/2008 yang meliputi melakukan anamnesis; melakukan pemeriksaan meliputi pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi) maupun Jamu pada pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi, EKG); menegakkan diagnosis secara ilmu kedokteran; memberikan obat herbal hanya pada pasien dewasa; pemberian terapi berdasarkan hasil diagnosis yang telah ditegakkan; penggunaan obat herbal dilakukan dengan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai contoh yang selama ini telah digunakan di beberapa rumah sakit dan PDPKT; mencatat setiap intervensi (dosis, bentuk sediaan, cara pemberian) dan hasil pelayanan yang meliputi setiap kejadian atau perubahan yang terjadi pada pasien termasuk efek samping (Kepmenkes, 2008). Beberapa fakta yang kita jumpai pada masyarakat akhir-akhir ini adalah kecenderungan kembali ke alam dan terapi alternatif. Dengan banyaknya pilihan tanaman obat yang ditawarkan, mahalnya biaya pengobatan keperawatan paliatif secara konvensional, ketidakberhasilan dan banyaknya penyulit sampingan dalam pengobatan konvensional, serta adanya kasus paliatif yang dapat disembuhkan dengan tanaman obat mendorong makin banyak masyarakat yang memilih pengobatan alternatif antara lain dengan tanaman obat dan terapi komplementer sebagai cara untuk pengobatan (Hasanah & Widowati, 2016).
BAB III KESIMPULAN KESIMPULAN
A. Kesimpulan B. Saran Perawat sebagai salah satu profesional kesehatan, dapat turut serta berpartisipasi dalam terapi komplementer pada perawatan palliatif. Peran yang dijalankan sesuai dengan peran-peran yang ada. Arah perkembangan kebutuhan masyarakat dan keilmuan mendukung untuk meningkatkan peran perawat palliatif dalam terapi komplementer.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, M. F., Witjaksono, J., & Rasjidi, H.I. ( 2008). Panduan Pelayanan Medik: Model Interdisiplin Penatalaksanaan Kanker Serviks dengan Gangguan Ginjal. Jakarta: EGC Care, T. N. (2013). Clinical Practice Guidelines for Quality Palliative Care. Hartati Nurwijaya, A. H. (2010). Cegah dan Deteksi Kanker Serviks. Jakarta: Elex Media Komputindo. Hasanah, S. N. & Widowati, L. (2016). Jamu pada pasien tumor / kanker sebagai terapi komplementer. Jurnal Kefarmasian Indonesia. Irawan, E., Rahayuwati, L., & Yani, D. I. (2017). Hubungan penggunaan terapi modern dan komplementer terhadap kualitas hidup pasien kanker payudara. JKP. Kemenkes, RI. (2007). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Kubler-Ross, E. (1003). Kematian Sebagai Kehidupan: On Death and Dying. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1
Republik Indonesia. (2008). Keputusan menteri kesehatan RI tentang standar pelayanan medik herbal. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Snyder. M., Lindquist. R,. (2002). Complementary Alternative Therapies In Nursing. 4th Ed. New York : Springer Publishing Company, Inc. Thomas L. Friedman (2000) Globalisasi “The World Is Flat”. Cet. 2, Dian Rakyat Erry, dkk. Kajian Implementasi Kebijakan Pengobatan Komplementer Alternatif danDampaknya Terhadap Perijinan Tenaga Kesehatan Praktek Pengobatan Komplementer Alternatif. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 17 No. 3 Juli 2014.
2