USULAN TEKNIS
E.1
Pendekatan Untuk mencapai kepada maksud dan tujuan penyusunan Rencana
Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman Propinsi Gorontalo, penyedia jasa dalam konsep metodologi pendekatannya wajib memperhatikan: 1) Review tehadap Kebijakan Pembangunan Makro : Dimaksudkan untuk mengetahui strategi dan kebijakan pembangunan wilayah makro yang terkait dengan prospek pengembangan di wilayah perencanaan. Review kebijakan makro ini tentunya dipilih yang mempunyai pengaruh pada wilayah perencanaan, antara lain : a) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah ( RPJPD ) b) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah ( RPJMD ) c) Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) d) Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi maupun Kota. e) Dokumen Perencanaan Pembangunan lingkup lokal dan regional. f) Berbagai Perencanaan Sektoral yang terkait dengan wilayah perencanaan. 2) Keterpaduan perencanaan dari atas ke bawah ( Top Down ) dan dari bawah ke atas ( Bottom Up ) : Yaitu dengan merangkum dua arah pendekatan perencanaan dari atas ke bawah sebagai penurunan kebijakan pembangunan baik dari tingkat Pusat (Nasional) maupun Provinsi (Regional) yang dipadukan dengan kebijakan pembangunan dari bawah atau lokal dengan mengakomodasikan sumber daya lokal yang tersedia setelah dianalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangannya. REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-1
USULAN TEKNIS
3) Perencanaan Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan : Yaitu perencanaan ini harus bertumpu pada kekuatan sendiri dan bermuara pada terciptanya kemandirian dalam
mewujudkan ketahanan dalam
menghadapi semua
tantangan,
pembangunan
telah dicapai, serta
yang
menkonsolidasikan
semua
hasil
mengembangkannya dimasa
mendatang secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. 4) Pendekatan Masyarakat (Community Approach): Yaitu melalui jaring aspirasi masyarakat baik yang dilakukan dengan cara dialog antara penyedia
jasa
dengan
masyarakat, juga dengan
cara
penyebaran daftar isian / kuesioner. 5) Kesesuaian Spatial Antar Wilayah : yaitu kesesuaian perencanaan fisik
dengan
wilayah
sekitarnya, serta
wilayah dengan skala lebih luas secara regional atau nasional, sehingga terjadi sinergi antar wilayah yang saling menunjang. E.2
Teori RP3KP
E.2.1
Pengertian
1.
RP3KP adalah Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman.
2.
Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.
3.
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.
4.
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
5.
Kawasan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-2
USULAN TEKNIS
6.
Prasarana Lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
7. E.2.2
Pokjanis artinya Kelompok Kerja teknis. Permasalahan Pembangunan Dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Beberapa pokok permasalahan yang melandasi perlunya daerah
mempunyai skenario umum pembangunan perumahan dan permukiman antara lain : 1. Meningkatnya penguasaan lahan berskala besar oleh banyak pihak yang tidak disertai dengan kemampuan untuk membangun, yang telah mengakibatkan : Meluasnya lahan tidur di daerah sekitar kawasan perkotaan (hinterland). Maraknya spekulasi lahan. 2. Belum terorganisasikannya dengan baik perencanaan dan pemprograman perumahan dan permukiman, yang nampak dari : Penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman yang nampaknya belum menjadi prioritas bagi banyak Pemerintah Daerah, karena berbagai sebab dan keterbatasan (Dinas/Instansi yang memiliki kewenangan dalam menangani perumahan dan permukiman masih terbatas jumlah dan ruang gerak/aktifitasnya). Belum tertampungnya aspirasi dan kepentingan masyarakat yang memerlukan rumah, termasuk hak untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan. Penyediaan lahan/tanah, prasarana dan sarana, teknologi, bahan bangunan, konstruksi, pembiayaan dan kelembagaan yang masih memerlukan pengaturan yang dapat mengakomodasikan muata dan kapasitas lokal. 3. Belum terselesaikannya masalah ketidak-seimbangan pembangunan desakota (dikotomi kota-desa) yang telah menumbuhkan berbagai kesenjangan sosio-ekonomi. Akibatnya desa menjadi kurang menarik dan dianggap tidak cukup prospektif untuk dihuni, sedangkan kota semakin padat dan tidak REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-3
USULAN TEKNIS
nyaman untuk dihuni. 4. Marak dan berkembangnya masalah sosial kemasyarakatan di daerah perkotaan (kesenjangan pendapatan, menajamkan strata antar kelompok dalam masyarakat, ketidaknyamanan bertempat tinggal, urban crime, dan lainnya). 5. Kekurang-siapan
dalam
mengantisipasi
kecepatan
dan
dinamika
pertumbuhan fisik dan fungsional kawasan perkotaan, sehingga kawasan kumuh tumbuh sejalan dengan berkembangnya pusat-pusat kegiatan ekonomi. Hal tersebut diatas telah menumbuhkan kesadaran bahwa dalam menangani pembangunan perumahan dan permukiman, kepada seluruh “PELAKU KUNCI (stakeholder)” perlu memberikan wawasan mendasar tentang : 1. Visi, misi dan kebijaksanaan pembangunan perumahan dan permukiman, 2. Penataan ruang yang berkaitan dengan upaya mengoptimalkan penggunaan ruang wilayah. 3. Strategi global pembangunan perumahan dan permukiman yang menyatakan pembangunan perumahan dan permukiman merupakan tanggung jawab masyarakat. 4. Pemecahan masalah pokok perumahan dan permukiman yang telah dikaitkan dengan unsure/factor penentu lainnya seperti penyediaan tanah, prasarana dan sarana, teknologi bahan bangunan, konstruksi, pembiayaan dan kelembagaan.
Dalam
rangka
mengantisipasi
dan
menanggulangi
permasalahan tersebut diatas, strategi yang diperlukan adalah pemberdayaan masyarakat, khususnya kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. Juga di bidang perumahan dan permukiman. Upaya tersebut diharapkan dapat dicapai melalui : 1. Penciptaan iklim yang kondusif, yang dapat mendorong pengembangan potensi masyarakat dan investasi yang luas. 2. Membangun, mengembangkan, dan memobilisasi potensi local yang ada di masyarakat, sebagai landasan pemberdayaan. 3. Memberikan perhatian, dukungan, perlindungan, layanan dan kepastian hukum yang jelas keberpihakannya
kepada kelompok masyarakat
REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-4
USULAN TEKNIS
berpenghasilan rendah terutama yang membangun rumahnya secara swadaya. E.2.3
Peran RP3KP RP3KP pada dasarnya merupakan bagian integral dari rencana
pembangunan dan pengembangan propinsi, kabupaten maupun kota. RP3KP mempunyai kedudukan yang sama dengan rencana sektor, seperti rencana perkembangan
pertanian,
rencana
penataan
kawasan
hutan,
rencana
pengembangan kepariwisataan, dan lain-lain. Peruntukkan penyusunan mengacu pada Pola Dasar Pembangunan Daerah serta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Propinsi, Kabupaten, maupun Kota yang mengatur secara khusus ruang perumahan dan permukiman dan berbagai tindak lanjutnya. Jadi RP3KP adalah : 1. Merupakan skenario pelaksanaan koordinasi dan keterpaduan dari himpunan rencana sektor terkait di bidang perumahan dan permukiman, dalam suatu kurun waktu tertentu yang juga merupakan jabaran yang lebih operasional dari kebijaksanaan pembangunan perumahan dan permukiman daerah yang lebih tinggi. 2. Merupakan payung atau acuan baku bagi seluruh pelaku dan penyelenggara (stake holders/ petaruh) pembangunan perumahan dan permukiman dalam menyusun dan menjabarkan kegiatan masing-masing. 3. Cerminan dari kumpulan aspirasi/ tuntutan masyarakat terhadap perumahan dan permukiman yang mampu memberikan akses dan kemudahan layanan yang sama bagi kepentingan masyarakat dalam mencukupi kebutuhan mereka akan rumah layak dalam lingkungan permukiman yang sehat, aman, serasi, produktif dan berkelanjutan. Dalam konteks penataan ruang wilayah, RP3KP merupakan : 1. Jabaran dan pengisian RTRW dalam bentuk Rencana untuk peruntukan perumahan dan permukiman, yang selanjutnya akan diacu oleh seluruh sektor terkait. 2. Berisikan jabaran lebih lanjut dari program pembangunan prasarana dan sarana berskala wilayah, khususnya dalam suatu kawasan perumahan dan permukiman. REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-5
USULAN TEKNIS
E.2.4
Kedudukan RP3KP Dalam Pembangunan Wilayah Keberadaan RP3KP diperlukan oleh : 1. Tingkat propinsi dalam mengatur dan mengkoordinasikan pembangunan perumahan dan permukiman yang menyangkut 2 (dua) atau lebih kabupaten/ kota yang berbatasan, penyelenggara jasa fasilitasi dan mediasi, bimbingan dan pembinaan. 2. Tingkat kabupaten atau kota, terutama untuk kabupaten atau kota yang telah memiliki
permasalahan
perumahan
dan
permukiman
yang
tinggi
intensitasnya, dalam mengatur dan menyelenggarakan pembangunan perumahan dan permukiman secara teratur dan terorganisasi. Dalam kerangka pembangunan daerah, kedudukan RP3KP secara keseluruhan adalah sebagai berikut ini : 1. Wahana informasi yang membuat arahan dan rambu-rambu kebijaksanaan, serta rencana pembangunan perumahan dan permukiman dalam suatu tingkatan wilayah dan kurun waktu tertentu (propinsi, kabupaten atau kota). 2. Arahan untuk mengatur perimbangan pembangunan kawasan perumahan dan permukiman, antara lain : a. Kawasan perkotaan dan perdesaan. b. Kawasan perumahan dan permukiman denngan kawasan fungsional lain dalam suatu wilayah tertentu. c. Kawasan pengembangan kawasan perumahan dan permukiman terhadap rencana investasi jaringan prasarana dan sarana, jaringan utilitas serta jaringan infrastruktur lain yang berskala regional. 3. Sarana untuk mempercepat terbentuknya sistem permukiman yang mantap, terutama dalam kota yang berperan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Penetapan orde/ kedudukan kota tersebut dalam kerangka pembangunan daerah, ditetapkan oleh Pemerintah Daerah masing-masing yang selanjutnya dapat dipergunakan sebagai alat dalam: a. Menetapkan strategi pengembangan kawasan perumahan dalam wilayah yang bersangkutan; b. Menetapkan strategi pengembangan jaringan investasi prasarana dan sarana berskala pelayanan regional; REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-6
USULAN TEKNIS
c. Menetapkan strategi pengembangan untuk masing-masing propinisi, kabupaten atau kota. Dalam penataan kawasan permukiman tersebut, perlu dipertimbangkan nilai-nilai budaya dan arsitektur setempat, yang dapat secara kental mencerminkan citra atau jati diri masing-masing kota atau daerahnya. Khusus untuk hal ini perlu dilakukan mengingat RP3KP merupakan skenario yang harus dapat mengakomodasi berbagai hal dan kepentingan daerah, termasuk upaya melestarikan nilai-nilai sosial budaya setempat. 4. Alat pengawas dan pengendalian terselenggaranya keterpaduan program antar sektor dan antar lokasi perumahan dan permukiman terhadap kawasan fungsional lainnya. Bagi wilayah propinsi RP3KP akan berperan sebagai : a. Sarana pemeliharan dan pengendali keterpaduan pemanfaatan ruang kawasan, terutama bagi kawasan perumahan dan permukiman yang berfungsi strategis dan hal-hal yang menyangkut pengaturan penataan kabupaten atau kota yang berbatasan. b. Alat untuk membina dan penyuluhan serta media fasilitasi pembangunan perumahan dan permukiman lintas kabupaten atau kota. Untuk itu RP3KP propinsi memerlukan pengaturan tersendiri baik kedalam maupun keluar muatan intinya. E.2.5 A.
Kerangka RP3KP Kabupaten/ Kota Jangka Waktu Perencanaan Jangka waktu perencanaan diusulkan 20 (dua puluh) tahunan. RP3KP ini
kemudian akan diacu oleh masing-masing sektor dan dijabarkan ke dalam rencana pelaksanaan 5 (lima) tahunan dan rencana pelaksanaan tahunan untuk 5 (lima) tahun pertama. B.
Muatan Pokok Muatan pokok yang akan tertuang dalam rencana 5 (lima) tahunan
tersebut antara lain adalah sebagai berikut ini : 1.
Jabaran
kebijaksanaan
pembangunan
perumahan
dan
permukiman
kabupaten atau kota yang bersangkutan untuk 5 (lima) tahun mendatang. 2.
Rincian program, lokasi, target dan sasaran yang akan dicapai oleh masing-
REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-7
USULAN TEKNIS
masing sektor terkait. 3.
Rincian rencana pembiayaan dan sumber pendanaannya.
4.
Lokasi dan kegiatan masing-masing sektor terkait yang mengacu kepada RTRW kabupaten atau kota yang bersangkutan.
5.
Kelembagaan yang mengatur pelaksanaan sampai dengan tingkat kecamatan, atau kelurahan/ desa, sangat disarankan untuk mempertimbangkan menggunakan kelembagaan pembangunan perumahan dan permukiman yang berada dalam masyarakat.
6.
Rincian rencana yang disusun dan dipersiapkan serta akan dilaksanakan oleh masyarakat secara perorangan atau kelompok, serta badan usaha perumahan dan permukiman lain dalam kurun waktu yang bersamaan.
7.
Mekanisme keterpaduan pelaksanaan di setiap tingkatan wilayah.
8.
Pembentukan POKJANIS untuk penanganan masalah spesifik yang dihadapi oleh kabupaten atau kota yang bersangkutan. Pembentukan POKJANIS ini disesuaikan dengan kebutuhan daerah. Semakin solid Forum Koordinasi yang dimiliki, semakin intensif pertemuan koordinasi dan keterpaduan dijalankan, semakin kecil kebutuhan akan POKJANIS ini.
9.
Penetapan semacam forum pada tingkatan desa/ kelurahan serta di tingkat kabupaten atau kota, untuk dapat secara rutin menyelenggarakan pertemuan guna memecahkan permasalahan perumahan dan permukiman, yang terintegrasi dengan pemecahan masalah terkait lainnya.
10. Mekanisme pemantauan, pengawasan dan pengendalian program dan kegiatan oleh seluruh pelaku pembangunan perumahan dan permukiman. 11. Mekanisme penyaluran aspirasi dan peran serta masyarakat dan usaha swasta di bidang perumahan dan permukiman. 12. Mekanisme
penggerakan
dan
pemberdayaan
masyarakat
dalam
pembangunan perumahan dan permukiman. 13. Daftar skala prioritas penanganan kawasan perumahan dan permukiman, yang merinci kawasan fungsional dalam kabupaten atau kota yang boleh dibangun, atau diekspansi menjadi kawasan perumahan dan permukiman. 14. Daftar daerah larangan (negative list) untuk pengembangan kawasan perumahan dan permukiman baru. REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-8
USULAN TEKNIS
Dengan berlakunya Undang-Indang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan dalam rangka mengantisipasi terjadinya perubahan dalam kelembagaan penyelenggaraan pembangunan, perlu dicermati hal-hal sebagai berikut ini : 1. Bagi peran pelaku pembangunan perumahan dan permukiman serta kedalaman RP3KP untuk setiap tingkatan wilayah istrasi. 2. Antisipasi terhadap berbagai perubahan teknis akibat diterbitkannya peraturan turunan beberapa perundangan terkait. 3. Berbagai ketentuan yang mengatur perletakan lokasi, keterpaduan penataan dan pemanfaatan ruang kawasan, serta rencana jaringan investasi (prasarana dan infrastruktur berskala regional), yang perlu dituangkan kedalam peta. 4. Skenario koordinasi dan keterpaduan yang mudah diakses dan diacu oleh berbagai pihak yang berkepentingan. E.2.5.1 Kedalaman RP3KP Kabupaten/ Kota Format dan kedalaman RP3KP Kabupaten atau Kota lebih rinci daripada format dan kedalaman RP4D Propinsi yang diatur sebagai berikut : 1. Memuat kebijaksanaan lokal dan pengaturan yang lebih operasional di tingkat Kabupaten/ Kota, arahan propinsi yang harus diakomodasikan dan dilaksanakan di tingkat kabupaten/kota. 2. Menjangkau target dan sasaran pembangunan perumahan dan permukiman kabupaten/ kota yang akan dicapai dalam suatu kurun waktu tertentu, dengan telah menyebutkan : a. Nama lokasi secara lebih spesifik (kecamatan, desa/ kelurahan, lingkungan atau kawasan yang akan ditangani). b. Rincian nama dan jenis program yang akan dilaksanakan pada setiap lokasi. c. Sumber, besaran, serta alokasi pendanaan (keseluruhan dan tahunan apabila dilaksanakan sebagai kegiatan multi years), untuk setiap program dan kegiatan yang tercantum dalam RP3KP. d. Rencana pelaksanaan program dan kegiatan yang termuat dalam RP3KP (pemerintah, masyarakat atau badan usaha swasta). 3. Memuat rencana pembangunan perumahan dan permukiman yang akan REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-9
USULAN TEKNIS
dilaksanakan pada kawasan kumuh, kawasan pembangunan baru, juga penanganan kawasan perumahan dan permukiman yang di revitalisasi fungsinya sehingga dapat ikut memecahkan permasalahan perumahan dan permukiman setempat, minimal memuat rencana penanganan kawasan perumahan dan permukiman yang : a. Apabila ditangani akan mendukung terbentuknya kawasan perumahan dan permukiman yang layak, tertib dan terjangkau di daerah perkotaan/ perdesaan. b. Berlokasi pada kota yang berfungsi sebagai pusat kegiatan nasional (PKN), pusat kegiatan wilayah (PKW) dan pusat kegiatan lokal (PKL), atau c. Pada kantong-kantong kegiatan fungsional (kawasan industri, kawasan perdagangan, dan lain-lain). 4. Dalam hal dikembangkan pada kota-kota yang berfungsi sebagai PKL (Pusat Kegiatan Lokal), pengembangan kawasan perumahan dan permukiman perlu ditetapkan
melalui
Surat
Keputusan
Bupati
atau
Walikota,
dengan
memperhatikan dan mempertimbangkan hasil kajian kemungkinannya serta saran dan pendapat forum pembangunan perkotaan/ kabupaten. 5. Mengakomodasikan juga informasi tentang pembangunan perumahan dan permukiman berskala besar yang dilaksanakan oleh masyarakat, koperasi atau oleh Badan Usaha Swasta. Untuk itu sebaiknya dipersyaratkan untuk memiliki rencana tapak (site plan) sebagai alat pengawasan dan penertiban perijinan dan pelaksanaan pembangunan fisiknya. 6. Mengatur alokasi dana, program dan kegiatan yang didanai dari sumber-sumber lokal (kabupaten/ kota) dan atau yang disalurkan pengaturannya kepada kabupaten atau kota. Apabila ada, dimuat juga alokasi pendanaan dan sumber pembiayaan yang datang dari masyarakat maupun Badan Usaha Swasta, atau bahkan bantuan luar negeri. 7. Pengaturan jadwal pelaksanaan program/ kegiatan untuk tahun berjalan terhadap berbagai event lokal, regional maupun nasional di bidang perumahan dan permukiman. Dalam pengaturan ini pemerintah kabupaten/ kota melalui BP4D atau forum tertentu apapun nama dan bentuknya, dapat memberikan warna lokal yang dapat mengangkat citra social budaya daerah, termasuk REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-10
USULAN TEKNIS
misalnya : a. Berbagai event atau adat atau kebiasaan yang dapat mendukung terwujudnya rumah layak dalam permukiman sehat, aman dan produktif (misal mapalus, lumbung pitih nagari). b. Pengembangan dan penerapan arsitekyur lokal dalam kawasan perumahan baru atau kawasan fungsional lain baik karena lokasi maupun pertimbangan lainnya, secara langsung perlu mencerminkan citra daerah. c. Penunjukkan lembaga kemasyarakatan/ lembaga kerapatan adat sebagai wadah partisipasi masyarakat dalam memelihara dan mengelola lingkungan tempat tinggalnya. d. Pembentukkan/ penguatan sistem dan kelembagaan permukiman lokal berskala
kawasan,
yang
terkait
dengan
pengembangan
jaringan
perekonomian lokal, diwujudkan dalam bentuk : Forum kekerabatan lokal dalam mengelola lingkungan perumahan dan permukiman yang dihuni kelompok tertentu. Kerjasama ekonomi berskala kecil dengan usaha bahan bangunan lokal. Memprakarsai tumbuh dan berkembangnya unit-unit produksi dan pemanfaatan bahan bangunan lokal yang bernilai ekonomi tinggi, dll. 8. Untuk penanganan kawasan perumahan dan permukiman berskala kecil, seperti permukiman nelayan, kawasan wisata, permukiman di perdesaan eks transmigrasi maupun desa perbatasan antar negara yang telah menunjukkan gejala tumbuh sebagai “kota baru”, permukiman di kawasan industri, dll. RP3KP seyogyanya juga membuat pengaturan setempat yang memuat seperti misalnya : a. Lokasi kawasan yang direncanakan akan ditangani dalam suatu kurun waktu tertentu, yang disusun dalam suatu daftar. Terhadap kawasanb. kawasan termaksud, disyaratkan untuk memiliki rencana yang lebih detail sebagai prasyarat pelaksanaanya (RTBL, Site Plan, dll), disertai dengan rencana dan pentahapan/ tahun pelaksanaanya. c. Bagi kawasan perumahan dan permukiman andalan di daerah perdesaan yang mempunyai potensi unggulan, pemuatannya dalam RP3KP perlu disertai denganpenyiapan RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah), juga community action plan bagi kawasan termaksud, bila belum ada Pemerintah REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-11
USULAN TEKNIS
Daerah perlu mengupayakannya. d. Bagi program penanganan lingkungan perkotaan dan perdesaan yang tidak ditangani secara kawasan (berskala kecil), unit pengangann serta programnya harus dicantumkan jelas, desa atau kelurahannya (P2LDT, KTP2D, Pemugaran Rumah, Peremajaan Kumuh, Penanganan Nelayan, dll). E.2.5.2 Kriteria Lokasi Kriteria yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan dalam menetapkan kawasan yang akan dikembangkan sebagai kawasan hunian yang produkti dan prospektif. 1. Kriteria Umum Dalam RTRW, kawasan tersebut ditetapkan sebagai daerah dengan peruntukan perumahan dan permukiman, dengan prioritas penanganan bagi : a. Kawasan perumahan dan permukiman kumuh dan nelayan, kawasan yang akan dikembangkan sebagai kawasan permukiman baru. b. Kawasan yang lokasi mudah diakses, karena harus terkait dengan jariangan primer sistem/ rencanma investasi prasarana, sarana dan utilitas berskala regional. c. Kawasan perumahan dan permukiman yang apabila dikembangkan memberikan manfaat bagi Pemerintah Kabupaten/ Kota, dalam bentuk : Peningkatan ketersediaan permukiman yang layak dan terjangkau. Dukungan bagi pembangunan dan pengembangan kawasan fungsional yang memerlukan perumahan dan permukiman. Kawasan yang luasan rencananya mendukung terlaksananya pola hunian berimbang. Tidak mengganggu keseimbangan dan fungsi lingkungan serta upaya pelestarian sumberdaya alam lainnya. Skala kegiatan memberikan kesempatan kerja baru. 2. Kriteria Khusus Pengembangan perumahan dan permukiman melalui program dan kegiatan khusus sebaiknya diprioritaskan bagi kabupaten dan kota yang telah memperlihatkan : REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-12
USULAN TEKNIS
a. Indikasi banyaknya permasalahan perumahan dan permukiman yang mendesak untuk ditanggulangi (banjir, padat, kumuh, rawan, ekapansi ke daerah pertanian produktif, perubahan fungsi lahan perkotaan, dll). b. Tingkat kepadatan yang relatif tinggi, dengan mengutamakan penanganan pada kawasan perumahan dan permukiman padat penduduk (net density > 150 jiwa/ha), dan yang secara khusus telah berkembang atau akan dikembangkan menjadi pusat kegiatan suatu kawasan fungsional atau wilayah. c. Bagi kawasan perumahan dan permukiman baru (baru akan dibangun atau dikembangkan), mensyaratkan antara lain : 1) Tidak berada pada lokasi rawan bencana, baik yang rutin maupun yang diperkirakan dapat terjadi (potensil menjadi daerah bencana longsor, banjir, genangan, rawan masalah sosial, dll). 2) Mempunyai sumber air baku yang memadai (kualitas dan kuantitas) atau terhubungkan dengan jaringan pelayanan air bersih serta jaringan sanitasi dan pematusan berskala kota. 3) Terletak pada
hamparan
dengan
luasan
yang
cukup,
yang
memungkinkan terselenggaranya pola hunian berimbang. Untuk itu dapat diikuti ketentuan penguasaan lahan untuk permukiman sebagaimana tertuang dalam instruksi Menteri Negara agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 5 Tahun 1998 tentang Pemberian Ijin Lokasi Dalam Rangka Penataan Penguasaan Tanah Berskala Besar yang menetapkan penguasaan lahan untuk permukiman maksimum yang dapat dikuasai oleh pengembang/konsorsium sebagai berikut : Minimal 200 Ha dan masimal 400 Ha per propinsi per pengembangan atau konsorsium. Total 4.000 Ha untuk seluruh Indonesia, bila terletak dalam satu hamparan. 4) Memanfaatkan lahan tidur atau lahan skala besar yang telah dikeluarkan ijinnya namun belum dibangun, dengan catatan diprioritaskan pada : Pengisian kawasan skala besar (kasiba/ lisiba) yang belum diisi/ REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-13
USULAN TEKNIS
dimanfaatkan. Pembangunan pada kawasan perumahan dan permukiman yang telah diberikan ijinnya namun belum terealisasikan dengan pemanfaatan yang harus tetap sesuai dengan ijin yang telah diterbitkan. Pangaturan lebih lanjut tentang pemanfaatan lahan tidur ini dilakukan melalui peraturan daerah. 5) Bagi kawasan perumahan dan permukiman yang akan dikembangkan sebagai kawasan pembangunan rumah susun sederhana (rusuna) sewa/ milik, pencantumannya dalam RP4D dan pelaksanaanya harus dikaitkan dengan : Penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan yang padat penduduk pada tanah milik atau tanah negara, yang telah menjadi permasalahan di daerah perkotaan. Penyediaan permukiman yang terjangkau yang menjadi bagian dari pengembangan kawasan fungsional (kawasan industri, kawasan wisata, kawasan pendidikan, dll). Penanggulangan kejadian luar biasa yang memerlukan upaya segera untuk memukimkan kembali penduduk (kebakaran, pengungsian, bencana alam lainnya) agar kehidupan dapat segera berlangsung kembali. 6) Bagi daerah perdesaan, pengembangan kawasan perumahan dan permukiman yang akan dicantumkan dalam RP4D ini sebaiknya diprioritaskan pada : Pengembangan kawasan perumahan dan permukiman yang berfungsi sebagai pusat pelayanan primer daerah perdesaan yang mempunyai potensi unggulan atau fungsi khusus dalam skala pembangunan kota/ kabupatennya. Pembentukan
kawasan perumahan
dan
permukiman
yang
mendukung pengembangan sentra kegiatan usaha ekonomi perdesaan. Antisipasi terhadap kemunginan tumbuh dan berkembangnya kota-
REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-14
USULAN TEKNIS
kota kecil baru daerah perdesaan yang mempunyai lokasi geografis yang menguntungkan, atau mempunyai potensi yang dapat menarik investasi. Mendukung berkembang dan berfungsinya ibukota kecamatan menadi pusat pelayanan primer, terutama di daerah yang terisolasi atau
pada
kecamatan
yang
mengalami
pengembangan
atauregroupng. Mendukung terbentuknya kehidupan dan penghidupan yang mampu
memberikan
masyarakat
dalamhal
citralayanan
yang
istrasi
memadai
pemerintahan
kepada dan
pembangunan,pada daerah perdesaan diperbatasan antar negara. 7) Sistem Informasi Geografis Pengolahan dan penyajian data spasial dapat dilakukan dengan memanfaatkan sistem informasi geografis. Oleh karena itu, Sistem Informasi Geografis dalam kegiatan ini berfungsi sebagai alat bantu dan basis data perencanaan. Sistem informasi geografis terdiri dari 3 (tiga) komponen dasar yang dapat digunakan untuk memasukkan data, proses manipulasi/ analisa data, dan keluaran data. Penggunaan system informasi geografis memungkinkan pemrosesan data dan analisis data keruangan secara efisien, dan sistem keluaran dapat menayangkan informasi ataupun hasil analisis data geografis secara kualitatif ataupun kuantitatif. Penyusunan SIG dimulai dengan melakukan evaluasi terhadap system informasi geografis yang telah ada terutama mengenai interpretasi penggunaan lahan, batas delineasi dan kesesuaian peta rencana terhadap substansi revisi rencana tata ruang. Sistem yang diperbaharui harus diujicoba di lapangan dan diteruskan dengan updating sistem. Identifikasi terhadap kondisi obyektif dilakukan dengan survey primer dan survey sekunder. E.2.6
Peran Serta Masyarakat Peran serta masyarakat terdiri dari dua jenis yaitu pasif dan aktif. Peran
serta pasif adalah peran serta masyarakat dalam menerima informasi perumahan REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-15
USULAN TEKNIS
dan permukiman. Sedangkan peran serta aktif adalah peran serta masyarakat dalam memberikan data dan informasi, aspirasi, dan opini mengenai kebijakan, strategi dan rumusan dalam bidang perumahan dan permukiman. Salah satu bentuk peran serta aktif dapat diwujudkan dalam konsultasi publik. Konsultasi publik minimal dilaksanakan dalam dua kali putaran. Pertama konsultasi yang dilaksanakan untuk menggali permintaan, keinginan, kebutuhan, keberatan dari masyarakat atas suatu prakarsa. Kemudian putaran kedua adalah konsultasi hasil kompilasi masukan yang didapat dari masyarakat ke dalam rencana penataan ruang. Masyarakat tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu berdasarkan kewilayahan (ecoregion) dan kelompok stakeholder. Konsultasi publik dapat menggunakan berbagai media seperti forum diskusi, lokakarya, seminar, pengisian angket, public hearing ataupun menggunakan kekuatan media massa dengan talk show atau pembuatan kolom khusus dilokal media cetak. E.2
Metode Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data, meliputi : 1) Persiapan Untuk Pelaksanaan Survei Lapangan, meliputi : a) Penelaahan
terhadap
kebijakan
makro
pembangunan
daerah,
kebijakan penataan ruang, program perumahan dan kawasan permukiman wilayah kabupaten, arahan struktur permukiman wilayah kabupaten dan penetapan wilayah perkotaan sebagai wilayah perencanaan RP3KP lainnya seperti; RTRW, RPJPD, RPJMD dan kajiankajian lainnya. b) Pembuatan Checklist dan Questioner sebagai alat survei atau daftar data yang harus dicari di lapangan. c) Penginterpretasian citra landsat serta penyiapan peta dasar skala 1 : 25.000. d) Penyiapan peralatan survei seperti alat ukur, kamera, GPS, alat test dsb. e) Pembuatan jadwal kerja survei di lapangan.
REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-16
USULAN TEKNIS
2) Pengenalan Lokasi dan Pengenalan Tokoh Masyarakat Pelibatan masyarakat dalam survei bertujuan agar masyarakat merasa ikut peduli terhadap perencanaan wilayahnya dan masyarakat lebih mengetahui kondisi wilayahnya karena menetap dan tinggal di wilayah perencanaan. Tokoh masyarakat yang diharapkan terlibat di antaranya tokoh pejabat pemerintah (camat dan lurah), tokoh informal (ilmuwan, sesepuh masyarakat), pemilik tanah dalam skala besar, wakil dari swasta (industri), wakil petani dan lain-lain. 3) Survei Lapangan Survei lapangan dikembangkan berdasarkan rumusan kebutuhan Para Stakeholder yang akan dituangkan dalam perencanaan. Tahap ini akan dilanjutkan dengan pembuatan peta tematik secara bersama dengan menggunakan simbol-simbol yang telah disepakati bersama dan memuat seluruh hasil survei. 4) Tahap Pengenalan Permasalahan/Isu pengembangan perumahan dan kawasan permukiman Tahap pengenalan masalah dilokasi (wilayah studi) sangat menentukan hasil perencanaan Dokumen Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman, sehingga pelibatan masyarakat sangat diperlukan. Tahap ini merupakan lanjutan dari tahap-tahap sebelumnya yang akan menghasilkan kedetailan masalah. Hasil yang diharapkan dalam tahap ini adalah dapat teridentifikasi masalah-masalah dan penyebabnya, yang selanjutnya dilakukan solusi penyelesaian permasalahan. E.3
Metode Analisis Pendekatan metode analisis yang digunakan dalam rangka Inisiasi
Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman Propinsi Gorontalo mencakup metode analisis sebagai berikut :
REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-17
USULAN TEKNIS
E.3.1
Analisis Implikasi Kebijakan Tata Ruang Terhadap Pembangunan Dan Pengembangan Permukiman Kabupaten Analisis Implikasi Kebijakan Tata Ruang Terhadap Pembangunan dan
Pengembangan Permukiman Kabupaten ini ditujukan untuk mengidentifikasi pengaruh kebijakan tata ruang yang ditetapkan dalam RTRW terhadap permasalahan perumahan dan kawasan permukiman yang mungkin timbul dan kebutuhan program yang harus dikembangkan. Adapun metode analisis yang digunakan berupa Metode Analisis Deskriptif untuk menidentifikasi arah kebijakan pengembangan perumahan dan permukiman secara makro E.3.2
Analisis Daya Dukung dan Daya Tampung Analisis daya dukung dan daya tampung dilakukan untuk mengidentifikasi
arah perkembangan permukiman yang tidak melanggar wilayah terlarang pembangunan kawasan permukiman dan memenuhi keseuaian lahan fisik kabupaten. Adapun metode analisis yang digunakan berupa Metode Overlay untuk memadukan data-data untuk menghasilkan kondisi dan tipologi wilayah Propinsi Gorontalo, mencakup; topografi, kerenatanan tanah, tata guna lahan, kawasan rawan bencana dan sebaran permukiman. E.3.2.1 Analisis Daya Dukung Analisis daya dukung wilayah dilakukan untuk memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan hutan, sebagai acuan bagi arahan-arahan\kesesuaian lahan pada tahap analisis berikutnya. Sasaran : a) Mendapatkan klasifikasi kemampuan lahan untuk dikembangkan sesuai fungsi kawasan. b) Memperoleh gambaran potensi dan kendala masing-masing kelas kemampuan lahan. c) Sebagai dasar penentuan: arahan-arahan kesesuaian lahan pada tahap analisis berikutnya dan rekomendasi akhir kesesuaian lahan untuk pengembangan kawasan.
REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-18
USULAN TEKNIS
Masukan data Semua data yang dimintakan pada tahap pengumpulan data, kecuali data kebijaksanaan yang sudah ada. Keluaran a) Peta klasifikasi kemampuan lahan untuk pengembangan kawasan. b) Kelas-kelas atau tingkatan kemampuan lahan untuk dikembangkan sesuai dengan fungsi kawasan. c) Uraian potensi dan kendala fisik masing-masing kelas kemampuan lahan. Langkah-langkah a) Melakukan analisis satuan-satuan kemampuan lahan, untuk memperoleh gambaran tingkat kemampuan pada masing-masing satuan kemampuan lahan. b) Tentukan nilai kemampuan setiap tingkatan pada masing-masing satuan kemampuan lahan, dengan penilaian 5 (lima) untuk nilai tertinggi dan 1 (satu) untuk nilai terendah. c) Kalikan nilai-nilai tersebut dengan bobot dari masing-masing satuan kemampuan lahan. Bobot ini didasarkan pada seberapa jauh pengaruh satuan kemampuan lahan tersebut pada pengembangan kawasan. Bobot yang digunakan hingga saat ini adalah seperti terlihat pada Tabel 3.1 d) Superimpose-kan semua satuan-satuan kemampuan lahan tersebut, dengan cara menjumlahkan hasil perkalian nilai kali bobot dari seluruh satuan-satuan kemampuan lahan dalam satu peta, sehingga diperoleh kisaran nilai yang menunjukkan nilai kemampuan lahan di wilayah dan/ atau kawasan perencanaan.
REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-19
USULAN TEKNIS
Tabel E.1Pembobotan Satuan Kemampuan Lahan
e) Tentukan selang nilai yang akan digunakan sebagai pembagi kelas-kelas kemampuan lahan, sehingga diperoleh zona-zona kemampuan lahan dengan nilai …… - …… yang menunjukkan tingkatan kemampuan lahan di wilayah ini, dan digambarkan dalam satu peta klasifikasi kemampuan lahan untuk perencanaan tata ruang. Pembuatan
peta
nilai
kemampuan
lahan
ini
yang
merupakan
penjumlahan nilai dikalikan bobot ini ada dua cara, yakni: a) Men-superimpose-kan setiap satuan kemampuan lahan yang telah diperoleh hasil pengalian nilai dengan bobotnya secara satu persatu, sehingga kemudian diperoleh peta jumlah nilai dikalikan bobot seluruh satuan secara kumulatif. b) Membagi peta masing-masing satuan kemampuan lahan dalam sistem grid, kemudian memasukkan nilai dikalikan bobot masing-masing satuan kemampuan lahan ke dalam grid tersebut. Penjumlahan nilai dikalikan bobot secara keseluruhan adalah tetap dengan menggunakan grid, yakni menjumlahkan hasil nilai dikalikan bobot seluruh satuan kemampuan lahan pada setiap grid yang sama. Hal-hal yang perlu diperhatikan a) Penentuan klasifikasi kemampuan lahan tidak mutlak berdasarkan selang nilai, tetapi memperhatikan juga nilai terendah = 1 dari beberapa satuan kemampuan lahan, yang merupakan nilai penentu apakah selang nilai tersebut berlaku atau tidak. Dengan demikian apabila ada daerah atau zona tertentu yang mempunyai selang nilai cukup tinggi, tetapi karena REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-20
USULAN TEKNIS
mempunyai nilai terendah dan menentukan, maka mungkin saja kelas kemampuan lahannya tidak sama dengan daerah lain yang memiliki nilai kemampuan lahan yang sama. Sebagai contoh, daerah yang secara kumulatif nilainya cukup tinggi atau sedang, namun berada pada daerah rawan longsor, tentunya kelas kemampuan lahannya tidak sama dengan daerah lain yang relatif aman, walaupun nilai kemampuan lahannya sama. Hal ini mungkin saja terjadi mengingat penjumlahan secara matematis akan menyebabkan ada faktor-faktor yang mengakibatkan jumlah akhir menjadi tinggi. b) Klasifikasi kemampuan lahan yang dihasilkan di sini adalah hanya berdasarkan kondisi fisik apa adanya, belum mempertimbangan hal-hal yang bersifat non-fisik. E.3.2.2 Analisis Daya Tampung Melakukan analisis untuk mengetahui perkiraan jumlah penduduk yang bisa ditampung di wilayah dan/atau kawasan, dengan pengertian masih dalam batas kemampuan lahan. Sasaran a) Memperoleh gambaran daya tampung lahan di wilayah dan/atau kawasan. b) Memperoleh
gambaran
distribusi
penduduk
berdasarkan
daya
tampungnya. c) Memperoleh persyaratan pengembangan penduduk untuk daerah yang melampaui daya tampung. Langkah-langkah a) Menghitung daya tampung berdasarkan ketersediaan air, kapasitas air yang bisa dimanfaatkan, dengan kebutuhan air per orang perharinya disesuaikan dengan jumlah penduduk yang ada saat ini, atau misalnya rata-rata 100 liter/jiwa/hari (tergantung standard yang digunakan). b) Menghitung daya tampung berdasarkan arahan rasio tutupan lahan dengan
asumsi
masing-masing
arahan
rasio
tersebut
dipenuhi
REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-21
USULAN TEKNIS
maksimum, dan dengan anggapan luas lahan yang digunakan untuk permukiman hanya 50% dari luas lahan yang boleh tertutup (30% untuk fasilitas dan 20% untuk jaringan jalan serta utilitas lainnya). Kemudian dengan asumsi 1KK yang terdiri dari 5 orang memerlukan lahan seluas 100 m2. Maka dapat diperoleh daya tampung berdasarkan arahan rasio tutupan lahan ini sebagai berikut:
c) Membandingkan daya tampung ini dengan jumlah penduduk yang ada saat ini dan proyeksinya untuk waktu perencanaan. Untuk daerah yang melampaui daya tampung berikan persyaratan pengembangannya Hal-hal yang perlu diperhatikan a) Daya tampung ideal adalah dengan mengambil batasan minimal dari masing-masing perkiraan di atas. b) Dalam kasus daya tampung ini dilampaui, maka arahan pengembangan disesuaikan dengan batasan daya tampung masing-masing seperti: perlunya tambahan air untuk keperluan penduduk pada daerah yang melampaui
daya
tampung
berdasarkan
ketersediaan
air,
dan
pengembangan vertikal/bertingkat untuk daerah yang daya tampung berdasarkan rasio tutupan lahannya dilampaui. c) Daya tampung berdasarkan arahan rasio tutupan lahan didasarkan pada asumsi bahwa lahan permukiman adalah 50% dari daerah yang boleh ditutup. Bila ada angka yang lebih pasti tentunya persentase ini bisa diubah E.3.3
Analisis Proyeksi Kebutuhan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman Proyeksi ini untuk menentukan jumlah kebutuhan dan sebaran rumah
dan peningkatan kualitas permukiman berdasarkan kondisi kependudukan dan permasalahan pada wilayah perkotaan kabupaten.
REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-22
USULAN TEKNIS
E.3.3.1 Analisis Kependudukan Analisis kependudukan adalah perhitungan yang dilakukan untuk mengetahui jumlah penduduk pada kurun waktu tertentu dimasa mendatang. Data yang digunakan untuk analisa kependudukan adalah data jumlah penduduk pada tahun-tahun sebelum analisa dilakukan. Terdapat dua konsideran untuk melakukan analisa kependudukan yaitu proyeksi jumlah dan pertumbuhan penduduk. Prosentase rata-rata laju pertumbuhan penduduk adalah prioritas pertumbuhan penduduk rata-rata tiap tahun. Pertumbuhan penduduk wilayah perencanaan dihasilkan oleh berubahnya jumlah penduduk secara alamiah yaitu kelahiran dan kematian serta perubahan jumlah penduduk non alamiah akibat migrasi (penduduk datang dan pergi). Dalam memproyeksikan jumlah penduduk wilayah perencanaan selama 10 tahun yang akan datang akan diajukan 2 metode perhitungan proyeksi pertambahan penduduk yaitu sebagai berikut : 1) Eksponensial, dengan rumus: Dimana, Pn = Jumlah penduduk tahun proyeksi Pn = Po (a+1)n
Po = Jumlah penduduk tahun dasar a = Rata-rata pertumbuhan penduduk n = Jumlah tahun proyeksi
Faktor jumlah penduduk merupakan faktor penting yang perlu dikaji karena faktor tersebut sangat mempengaruhi luas kebutuhan ruang dan kebutuhan akan jenis fasilitas serta pelayanan dan besarannya. 2) Linier dengan Rumus: Metode ini merupakan penghalusan metode polinomial karena akan memberikan penyimpangan minimum atas data masa lampau.
PT = A + B X REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-23
USULAN TEKNIS
Dimana : Pt
:
Jumlah penduduk daerah yang diselidiki pada tahun t.
X
:
Nilai yang diambil dari variabel bebas
a,b
:
Konstanta
Kedua rumus tersebut dibandingkan untuk mencari komparasi metode proyeksi penduduk. Dari hasil komparasi tersebut akan dapat dilihat bahwa dari kedua metode tersebut, metode yang memiliki derajat kesalahan paling kecil dan akan dipakai untuk menghitung proyeksi penduduk di wilayah perencanaan. E.3.3.2 Analisis Kebutuhan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman Dalam analisis ini, kajian kebutuhan perumahan didasarkan pada hasil proyeksi perkembangan pendudukan yang telah dilakukan sebelumnya. Untuk mengetahui jumlah total kebutuhan perumahan akan digunakan asumsi bahwa satu keluarga terdiri dari 5 orang dari tiap satu KK membutuhkan satu unit rumah tinggal. Komposisi jenis rumah menggunakan perbandingan antara rumah besar dibandingkan rumah sedang dibanding rumah kecil adalah 1 : 3 : 6. Kebutuhan perumahan didasarkan oleh adanya program GNPSR. GNPSR merupakan sebuah tekad nasional untuk merealisasikan penyediaan hunian yang layak bagi setiap orang. Gerakan nasional ini telah dideklarasikan oleh Presiden RI pada peringatan Hari Habitat Sedunia tanggal 9 Oktober 2003 di Denpasar. GNPSR juga dipicu oleh adanya tantangan kebutuhan rumah (back lock) pada tahun 2003 sebanyak 6 juta dan pertumbuhan kebutuhan rumah kurang lebih 800 ribu unit pertahun serta meningkatnya luas kawasan permukiman kumuh yang mencapai 47,393 Ha yang tersebar di 10.000 lokasi. Sebaran back lock rumah sampai tahun 2005 di Propinsi Jawa Timur adalah 519 ribu unit rumah. Tujuan Gerakan Nasional Pengembangan Sejuta Rumah meliputi : 1) Meningkatkan peran dan potensi para pelaku pembangunan perumahan dan permukiman REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-24
USULAN TEKNIS
2) Membangun sistem dan mekanisme penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman nasional 3) Meningkatkan aksesibilitas masyarakat berpenghasilan rendah terhadap sumberdaya pembangunan perumahan dan permukiman 4) Memenuhi kebutuhan perumahan dan permukiman yang layak huni dan terjangkau bagi segenap lapisan masyarakat terutama masyarakat berpenghasilan rendah Berdasarkan konsep GNPSR, penanganan backlog rumah diselesaikan sampai tahun 2032. Sedangkan strategi program pengembangan sejuta rumah dilaksanakan melalui 3 katagori pendekatan, yaitu : 1) Pengadaan Rumah Sederhana Sehat Bersubsidi dan Rumah Susun Sederhana Sewa /RUSUNAWA (proporsi program 20%). Pertumbuhannya diharapkan akan dapat meningkat 7.5 % per tahun sampai tahun 2032 2) Rumah Swadaya (proporsi program 60%), pengembangan unit rumah baru secara swadaya. Pertumbuhannya diharapkan meningkat 2,5% per tahun hingga tahun 2032 3) Perbaikan perumahan dan lingkungan permukiman (proporsi program 20%), Peningkatan kualitas/rehabilitasi ini diharapkan 2,5 % per tahun sampai dengan tahun 2032. Melalui pendekatan strategi program GNPSR tersebut diharapkan agar kondisi back-log perumahan dapat diatasi secara bertahap sampai terpenuhinya kebutuhan perumahan pada tahun 2032. 1) Proyeksi Kebutuhan Rumah
Proyeksi ini didasarkan melalui perhitungan sebagai berikut: Kebutuhan rumah = Kekurangan rumah + Kebutuhan rumah tambahan a) Kekurangan Rumah Io = Jumlah penduduk tahun dasar Jumlah rumah tahun dasar Kro =
Io I I
REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-25
USULAN TEKNIS
Keterangan: Io
= jumlah penghuni rata-rata pada tahun hitungan
I
= angka rata-rata jumlah anggota keluarga/penghuni (occupation rate) yang diharapkan
KRO = kekurangan rumah b) Kebutuhan rumah Kebutuhan rumah = kekurangan Rumah + Jumlah Tambahan Rumah Kebutuhan rumah = KRO + (Rtp + Factor Bencana Alam)
E.3.3.3 Analisis Kebutuhan Sarana dan Prasarana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman Analisis kebutuhan sarana prasarana permukiman meliputi prasarana lingkungan perumahan seperti air bersih, jaringan listrik, telepon, jalan lokal, saluran air limbah, saluran air hujan, dan sarana-sarana kesehatan, pendidikan, perbelanjaan, pemerintahan dengan jangkauan lokal, peribadatan, rekreasi serta olah raga. Perencanaan sarana dan prasarana penghunian harus disesuaikan dengan kondisi setempat dan titik tolak perhitungannya adalah jumlah penduduk. Jumlah pendduduk yang berada pada satuan-satuan istrasi pemerintahan akan menjadi dasar pendekatan kebutuhan sarana dan prasarana. Analisis kebutuhan masing-masing sarana dan prasarana yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : 1) Kebutuhan Sarana Sedangkan standar kebutuhan fasilitas permukiman dapat dirinci sebagai berikut : fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas perdagangan, fasilitas pemerintahan/umum, fasilitas rekreasi dan ruang terbuka hijau.
REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-26
USULAN TEKNIS
a) Fasilitas pendidikan Sekolah Taman Kanak-Kanak Untuk suatu lingkungan permukiman yang mempunyai kelompok penduduk 1250 jiwa, perlu disediakan fasilitas pendidikan “Sekolah Taman Kanak-kanak Sekolah Dasar Untuk suatu lingkungan permukiman yang mempunyai kelompok penduduk 1600 jiwa, disamping “STK” yang tersedia, perlu disediakan fasilitas pendidikan “Sekolah Dasar dan yang sederajat” Sekolah Menengah Pertama Untuk suatu lingkungan permukiman yang mempunyai kelompok penduduk 4800 jiwa, disamping fasilitas STK serta SD yang disebutkan diatas yang tersedia, perlu disediakan fasilitas pendidikan “SMP dan yang sederajat” Sekolah Menengah Umum Untuk suatu lingkungan permukiman yang mempunyai kelompok penduduk 4800 jiwa, disamping fasilitas STK, SD dan SMP yang tersedia seperti disebutkan diatas, perlu juga disediakan fasilitas “SMU dan yang sederajat” Perguruan Tinggi Untuk penyediaan fasilitas disamping fasilitas STK, SD, SMP dan SMU yang tersedia seperti disebutkan diatas, perlu juga disediakan fasilitas “perguruan tinggi” yang pelayanannya tidak saja mencakup lingkungan perumahan/permukiman saja tetapi skala yang lebih luas seperti kota maupun regional dengan dukungan penduduk lebih besar dari 4800 jiwa. b) Fasilitas kesehatan Puskesmas Pembantu Apabila suatu lingkungan permukiman telah mencapai jumlah penduduk sebesar 30.000 jiwa, maka lingkungan tersebut di samping fasilitas pendukung yang lain, sudah perlu dilengkapi REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-27
USULAN TEKNIS
dengan fasilitas kesehatan. Untuk itu perlu diberi Puskesmas Pembantu dan sebaiknya diletakkan di tengah-tengah lingkungan dengan radius pencapaian maksimum 1500 m dan luas tanah 300 m2. Puskesmas Apabila suatu lingkungan permukiman telah mencapai jumlah penduduk sebesar 120.000 jiwa, maka lingkungan tersebut disamping fasilitas pendukung lain, sudah perlu dilengkapi dengan fasilitas kesehatan yang lebih lengkap dari Puskesmas Pembantu. Untuk itu perlu diberi Puskesmas yang membawahi 5 Puskesmas Pembantu dan sebaiknya diletakkan di tengah-tengah lingkungan dengan radius pencapaian maksimum 3000 m2dan luas tanah 1000 m2. Rumah Bersalin Apabila suatu lingkungan permukiman telah mencapai jumlah penduduk sebesar 30.000 jiwa, maka lingkungan tersebut di samping fasilitas pendukung lain, juga perlu dilengkapi dengan fasilitas kesehatan Rumah Bersalin dan sebaiknya diletakkan di tengah-tengah lingkungan dengan jarak pencapaian maksimum 4000 m dan luas tanah 3000 m2. Apotik Apabila suatu lingkungan permukiman telah mencapai jumlah penduduk sebesar 30.000 jiwa maka lingkungan tersebut disamping fasilitas pendukung yang lain, sudah perlu dilengkapi dengan fasilitas kesehatan Apotik sebagai tambahan terhadap rumah bersalin. Apotik sebaiknya diletakkan di tengah-tengah lingkungan dengan luas tanah 300 m2. c) Fasilitas Perdagangan Toko/Warung Untuk suatu lingkungan permukiman yang mempunyai penduduk 250 jiwa, perlu disediakan fasilitas perbelanjaan yang terkecil. Fasilitas tersebut adalah satu buah toko yang menjual kebutuhan REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-28
USULAN TEKNIS
sehari-hari seperti sabun, teh, gula, rempah-rempah dapur, dan lain-lain. Lokasi toko tersebut sebaiknya ditempatkan di pusat lingkungan yang biasanya mudah dicapai, luas tanah 100 m2. Pertokoan Untuk suatu lingkungan permukiman yang mempunyai penduduk 6000 jiwa, perlu disediakan fasilitas perbelanjaan pertokoan sebagai tempat untuk menjual kebutuhan sehari-hari yang lebih lengkap
dari toko.
Lokasi
pertokoan tersebut sebaiknya
ditempatkan di pusat lingkungan yang biasanya mudah dicapai, luas tanah 3000 m2. Pusat Pertokoan dan Pasar Untuk suatu lingkungan permukiman yang mempunyai penduduk 30.000 jiwa, di samping jenis fasilitas pendukung yang lain, sudah perlu disediakan fasilitas perbelanjaan “Pusat Perbelanjaan Lingkungan” sebagai tempat untuk menjual kebutuhan sehari-hari termasuk sayur mayur, bahan pakaian, barang-barang kelontong, alat-alat sekolah, alat rumah tangga dan lain-lain. Pusat perbelanjaan tersebut terdiri dari pasar dan pertokoan, lengkap dengan bengkel-bengkel reparasi kecil seperti radio, sepeda dan lain-lain. Lokasi Pusat perbelanjaan sebaiknya ditempatkan di pusat lingkungan yang biasanya mudah dicapai, dengan luas tanah 10.000 m2. Pusat Perbelanjaan dan Niaga Kecamatan Untuk suatu lingkungan permukiman seluas kecamatan yang mempunyai penduduk 120.000 jiwa, di samping jenis fasilitas pendukung
yang
lain,
sudah
perlu
disediakan
fasilitas
perbelanjaan “Pusat Perbelanjaan dan Niaga Kecamatan” yang digunakan sebagai tempat untuk menjual kebutuhan sehari-hari tetapi telah dilengkapi dengan dengan fasilitas niaga yang lebih luas seperti Bank, Industri tempat produksi, dan tempat hiburan. Lokasi Pusat perbelanjaan dan Niaga Kecamatan sebaiknya ditempatkan di pusat lingkungan yang biasanya mudah dicapai, REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-29
USULAN TEKNIS
luas tanah 36.000 m2. d) Fasilitas Peribadatan Pendekatan perencanaan untuk fasilitas peribadatan adalah dengan memperkirakan populasi dan jenis agama dan kepercayaan, kemudian merencanakan alokasi tanah dan lokasi bangunan peribadatan. Standar dan pedoman fasilitas peribadatan adalah sebagai berikut: Untuk < 250 orang bersembahyang perlu disediakan langgar (Musholla) Untuk > 2.500/30.000 orang bersembahyang perlu disediakan Masjid e) Fasilitas Pemerintahan dan Pelayanan Umum Untuk suatu lingkungan permukiman yang mempunyai kelompok keluarga 500 KK atau 250 jiwa dalam hal ini setingkat dengan RW (Rukun Warga) perlu disediakan : Balai pertemuan + Pos hansip dengan luas tanah 300 m2. Parkir umum dan kakus umum dengan luas tanah 100 m2. Untuk suatu lingkungan permukiman yang mempunyai kelompok keluarga 6000 KK atau 30.000 jiwa dalam hal ini setingkat dengan kelurahan perlu disediakan : Kantor Kelurahan dengan luas tanah 1000 m2. Pos Polisi dengan luas tanah 1000 m2. Kantor pos pembantu dengan luas tanah 500m2. Pos pemadam kebakaran dengan luas tanah 1000 m2. Parkir umum dan kakus umum dengan luas tanah 500 m2. Gedung serba guna dengan luas tanah 3000 m2. f)
Fasilitas Rekreasi dan Ruang Terbuka Hijau Fasilitas rekreasi dan kebudayaan Kelompok keluarga 24.000 KK atau 120.000 jiwa, dalam hal ini setingkat dengan kecamatan, perlu disediakan satu buah gelanggang remaja dengan luas tanah 3.000 m2. Fasilitas olah raga dan lapangan terbuka Kelompok keluarga 50 KK atau 250 jiwa, dalam hal ini setingkat
REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-30
USULAN TEKNIS
dengan RT, perlu disediakan Taman/tempat bermain anak dengan luas 250 m2. Kelompok keluarga 500 KK atau 2.500 jiwa, dalam hal ini setingkat dengan RW, perlu disediakan Lapangan terbuka yang sebaiknya berupa taman yang juga dapat digunakan untuk aktivitas olah raga seperti volley dan bton. Luas tanah yang diperlukan 1.250 m2. Kelompok keluarga 6.000 KK atau 30.000 jiwa, dalam hal ini setingkat dengan Kelurahan, perlu disediakan taman dan lapangan oleh raga tingkat kelurahan yang dapat melayani kegiatan-kegiatan kelompok di lapangan terbuka, misalnya pertandingan olah raga, apel, dan lain-lain. Fasilitas ini sebaiknya berupa taman yang dilengkapi dengan lapangan sepakbola. Luas tanah yang diperlukan 9.000 m2. Kelompok keluarga 24.000 KK atau 120.000 jiwa, dalam hal ini setingkat dengan kecamatan, perlu disediakan lapangan terbuka yang dilengkapi fasilitas olah raga yang diperkeras seperti tennis, bola basket, dan lain-lain lengkap dengan tempat ganti pakaian dan kasus umum. Luas tanah yang diperlukan 24.000 m2. Tabel E.2 Standar Kebutuhan Sarana Perkotaan Jenis Fasilitas Pendidikan 1. Taman Kanakkanak 2. Sekolah Dasar
Jumlah Penduduk yang dilayani
Min 1600
252 atau 15m2 /murid 633
2000
3. SLTP
Min 4800
2282
9000
4. SLTA
Min 4800
3835
Umum : 12500
Peribadatan 1. Masjid 2. Musholla 3. Saran Ibadah Lain
Min. 1250
Kebutuhan Luas lantai Luas Lahan (m2) (m2)
30000 250 Tergantung Sistem Kekerabatan
1800 45 Tergantung Kebiasaan Setempat
500
Keterangan - 2Rg Kelas @35-40 - Radius max 500m - 6 Rg kelas@ 30murid - Radius max 500mm - 3 Rg kelas @30murid - KDB umum 60 - KDB khusus 50% - 3 Rg kelas @ 30 murid - KDB umum : 60% - KDB khusus : 50%
3600 100 Tergantung Kebiasaan Setempat
Kesehatan REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-31
USULAN TEKNIS
1. Puskesmas 2. Puskesmas pembantu 3. BKIA/ R.bersalin 4. Apotik 5. Praktek dokter Perdagangan 1. Warung 2. Pertokoan 3. Pusat Pertokoan + Pasar Rekreasi 1. Taman Bermain 2. Taman & olah raga 3. Jalur hijau Kebudayaan 1. Balai pertemuan 2. Gedung serba guna 3. Bioskop Umum 1. Pos keamanan 2. Pengumpul sampah 3. Halte
Kebutuhan Luas lantai Luas Lahan (m2) (m2) 420 1000
Jumlah Penduduk yang dilayani 120000
Jenis Fasilitas
30000
150
300
30000 30000
1500 -
3000 300
5000
-
100
250 6000
50 1200
100 3000
30000
13500
10000
250 2500
-
250 2500
-
-
-
2500 120000 120000
150 1500 1000
300 3000 2000
250 2500 2500
6 -
12 400
Keterangan Radius 3000m2 Radius 1500m2 Radius 4000m2 Bersatu dg. Rumah tangga
Anak umur 5-14 th Remaja umur 10-17 th 6% luas terbangun
10 m3
Sumber : SNI 03-1733-2004 Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan
2) Kebutuhan Prasarana g) Analisis kebutuhan prasarana adalah perkiraan kebutuhan jaringan utilitas berdasarkan kebutuhan penduduk pendukung. Analisis ini meliputi perhitungan kebutuhan jaringan berdasarkan jumlah penduduk
pada
tahun
proyeksi.
Asumsi
dasar
pendekatan
perhitungan kebutuhan sarana dan prasarana yang digunakan untuk kawasan perkotaan dan perdesaan dapat dilihat pada diagram. Tabel E.3 Asumsi Dasar Pendekatan Perhitungan Kebutuhan Sarana Dan Prasarana No. 1.
Prasarana Air Bersih
2.
Perumahan
Asumsi Dasar 1 SR = 5 jiwa Jarak antar Rumah = 10 m pipa tersier < Ø 100 mm 1 SR/10 m Konsumsi = 100 l/org/hr 1 L/det = 864 orang Losses = 20 % 700 orang Rumah terbangun ; include developer (Rusun, RSH) Rumah swadaya : 1 paket bahan bangunan rumah (BBR) = + 1 rumah
REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-32
USULAN TEKNIS
No. 3.
Prasarana Drainase
4.
Persampahan
5.
Sanitasi
Asumsi Dasar Untuk luas daerah genangan 1 ha ; - Saluran Primer = 100 m - Saluran Sekunder = 100 m - Saluran Tertier = 400 m 1 ha = 55 rumah 1 rumah = 10 m saluran tertier Average daya serap drainase : 75 % 1 Truck (6 m3 ) dengan 3 x Rit 3.600 jiwa Volume sampah = 2.5 L/org/hr 1 Gerobak ( 1 m3 ) 400 jiwa Samimas = 65 KK ( 325 jiwa ) MCK/sel = 5 KK ( 25jiwa ) IPLT 2 L/org/hr Truck tinja = 10 KK (50 jiwa) IPAL = 21 L/org/hr (sarana umum) 70 L/org/hr (permukiman/KK)
Sumber : SNI 03-1733-2004 Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan
a) Jaringan listrik
Standar kebutuhan listrik minimum bagi kota-kota di indonesia adalah 450 Watt/kepala keluarga. Sistem pelayanan distribusi listrik dibagi atas tiga jenis jaringan distribusi yang masing-masing : Jaringan Listrik Tegangan Tinggi (SUTT 70/150 KV) Jaringan Listrik Tegangan Menengah (SUTM 6/20 KV) Jaringan Lintrik Tegangan Rendah (SUTR 110/220 KV) Untuk gardu-gardu distribusi aliran listrik yang dipergunakan bersumber dari Jaringan Tegangan Menengah (SUTM). Jaringan Tegangan Rendah (SUTR) yang dihasilkan dari gardu distribusi untuk melayani dipengaruhi oleh kapasitas gardu, dimana beban terpasang tidak boleh melebihi kapasitas gardu dan jarak pelayanan untuk satu gardu tidak boleh lebih dari radius 400 meter. SUTR yang dipasang bersilangan atau sejajar dengan saluran telekomunikasi. Saluran telekomunikasi harus berada di bawah SUTR dengan syarat jarak : Macam Penghantar Penghantar udara Telanjang Penghantar udara berisolasi
Berjajar 1 meter 1 meter
Bersilangan 1 meter 0,3 meter
REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-33
USULAN TEKNIS
Jarak antar dua penghantar pada SUTR (meter) Jarak Titik Tumpu 6
<10 10
<40
Jarak Antara Minimum 0,20 1,25
Jarak bebas antara penghantar udara dengan benda lain terdekat, misalnya daun, dahan, bagian bangunan sekurang-kurangnya 0,5 meter. Jarak titik tumpu, jarak maksimum antara dua titik tumpu penghantar udara. Cara Pemasangan Antara tiang dengan tiang pada jalan umum Antara tiang jaringan umum dan tiang atap atau bagian bangunan Antara tiang atap dan tiang atap bangunan lain (maks 5 bangunan berderet
Jarak Maksimum 40 30 30
b) Air bersih Pengertian kebutuhan air adalah merupakan jumlah air yang diperlukan secara wajar untuk keperluan pokok manusia (domestik) dan kegiatan-kegiatan lainnya yang memerlukan air. Rumus untuk menghitung penyediaan air bersih : Kebutuhan domestik : jumlah penduduk X kebutuhan rata-rata rumah tangga. Kebutuhan non domestik : 20 - 30 % X kebutuhan domestik Sarana perkotaan : 10 - 20 % X (kebutuhan domestik + kebutuhan non domestik) Hidran : 20 - 30 % X (kebutuhan domestik + kebutuhan non domestik). c) Drainase Drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan air atau ke bangunan resapan buatan. Metode untuk memperkirakan air larian untuk wilayah yang kecil menggunakan rumus sebagai berikut : Q = C. I. A
Keterangan : Q : volume air maksimum (m3/hari)
REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-34
USULAN TEKNIS
C : koefisien air limpasan (0 - 1) I
: intensitas rata-rata pada suatu periode (mm/hari)
A : luas permukaan yang menampung air hujan (m3). Koefisien C adalah angka yang menunjukkan proporsi air limpasan yang tidak terserap oleh permukaan tanah. Harga C nilainya tergantung dari penangkapan air hujan oleh vegetasi, infiltrasi ke tanah secara permeabel, serta evaporasi dan transpirasi. d) Persampahan Sampah adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan, baik karena telah diambil bagian utamanya, atau karena sudah tidak ada manfaatnya, yang ditinjau dari segi sosial ekonomi tidak ada harganya dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan kelestarian. Perhitungan volume sampah antara lain sebagai berikut : Qk = q x p
Qk : Volume Sampah P : Jumlah Penduduk q : Standar kuantitas timbunan sampah (1/orang/hari)
Nilai patokan standar kuantitas timbunan sampah berdasarkan tingkat ekonomi adalah : Ekonomi rendah, q = 1,686 (I/orang/hari) Ekonomi sedang, q = 1,843 (I/orang/hari) Ekonomi tinggi, q = 1,873 (I/orang/hari). e) Jaringan Telepon Untuk jaringan telepon standar yang digunakan didasarkan atas jumlah fasilitas yang ada, dimana masing-masing fasilitas 1 sambungan. Sistem analisis pelayanan telepon terdiri dari; (1) analisis kebutuhan, (2) analisis pendistribusian, (3) analisis STO (stasiun otomatis) dan (4) analisis jarak antar tiang. REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-35
USULAN TEKNIS
f)
Sistem Drainase Untuk sistem analisis drainase ini terdiri dari; (1) analisis daerah tangkapan air, (2) analisis limpasan air, (3) analisis daya serap air dan (4) analisis kapasitas air hujan. Untuk saluran tersier dapat menggunakan tipe pipa tunggal atau lebih dan untuk saluran sekunder dan primer menggunakan tipe gorong – gorong persegi. Tabel E.4 Tipikal Gorong – Gorong
No. 1
Tipe Gorong-gorong Pipa tunggal atau lebih
2
Gorong-gorong persegi (box culvert)
Potongan Melintang
Material Metal gelombang, beton bertulang atau beton tumbuk, besi, cor, dll Beton bertulang
Sumber : SNI 03 – 3424 – 1994
E.3.3.4 Analisis IPA
Gambar E.1 Kuadran IPA Berikut ini adalah penjelasan dari kuadran IPA :
1. Kuadran 1: Keep Up The good Work Atribut-atribut pada karakteristik suatu tempat dipandang penting oleh sebagai dasar keputusan dengan kriteria yang dimiliki sesuai persyaratan
REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-36
USULAN TEKNIS
lokasi untuk pembangunan kawasan perumahan dan permukiman adalah sangat baik. 2. Kuadran 2: Possible Overkill Atribut-atribut kriteria yang dimiliki sesuai persyaratan lokasi untuk pembangunan kawasan perumahan dan permukiman kurang penting bagi responden, tetapi mempunyai kualitas yang baik. 3. Kuadran 3: Low Priority Beberapa atribut kriteria yang dimiliki sesuai persyaratan lokasi untuk pembangunan
kawasan
perumahan
dan
permukiman
mengalami
penurunan, karena baik tingkat kepentingan dan kualitas pelayanan lebih rendah dari nilai rata-rata. 4. Kuadran 4: Concentrate Here Atribut-atribut
yang
dimiliki
sesuai
persyaratan
lokasi
untuk
pembangunan kawasan perumahan dan permukiman suatu tempat sangat penting dalam keputusan responden, tetapi tidak memiliki kualitas yang baik. E.3.3.4 Analisis SWOT Perumusan Persoalan dan Tantangan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan
dan
Kawasan
Permukiman
bertujuan
untuk
merumuskan
permasalahan yang mendesak ditangani oleh kabupaten dan memerlukan penanganan secara cepat dalam jangka pendek dan perumusan atas permasalahan yang perlu diantisipasi pada masa yang akan datang, Analisa perumusan permasalahan dan tantangan dilakukan dengan metode analisis SWOT. Analisis SWOT merupakan salah satu teknik analisa yang digunakan dalam menginterpretasikan suatu wilayah, khususnya pada kondisi yang sangat kompleks dimana faktor eksternal dan faktor internal memegang peranan yang sama pentingnya. Analisa ini bertujuan untuk mengetahui potensi dan masalah yang ada pada suatu wilayah dalam pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman dan bagaimana masalahmasalah tersebut dapat terselesaikan dengan potensi yang ada. SWOT secara harfiah merupakan akronim yang terdiri dari konsep kata: REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-37
USULAN TEKNIS
1) S (Strenght) Diartikan kekuatan, merupakan suatu keadaan atau kondisi yang ada dan dimiliki yang dianggap hal yang sudah baik. 2) W (Weakness) Diartikan kelemahan atau masalah, merupakan suatu keadaan atau kondisi yang dianggap memiliki kelemahan atau masalah. 3) O (Opportunity) Diartikan kesempatan atau peluang, merupakan suatu keadaan atau kondisi yang ada atau yang akan terjadi di dalam atau di sekitar daerah yang dianggap berpeluang untuk digunakan bagi pengembangan potensi. 4) T (Threat) Diartikan ancaman atau hambatan, merupakan suatu kondisi atau keadaan yang ada atau akan terjadi di dalam atau di sekitar daerah yang dianggap dapat menghambat atau mengancam pengembangan potensi. Keempat variabel di atas dibagi menjadi dua variabel yaitu eksternal audit dan internal audit. Eksternal audit adalah variabel di masa depan yang tidak dapat dikendalikan, yang termasuk didalamnya adalah opportunity dan threat. Sedangkan untuk variabel internal audit yaitu variabel yang orientasinya masa kini dan bersifat dapat dikendalikan, yang termasuk didalamnya adalah strength atau kekuatan dan weakness atau kelemahan. SWOT juga digunakan untuk dapat menetapkan tujuan secara lebih realistis dan efektif, serta merumuskan strategi dengan efektif pula. Dengan berlandaskan SWOT, tujuan tidak akan terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi. Dengan analisa SWOT ini dapat diketahui apa saja potensi atau kekuatan yang dimiliki, kelemahan-kelemahan yang ada, kesempatan terbuka yang dapat diraih dan juga ancaman yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Kekuatan dan kesempatan terbuka sebagai faktor positif dan kelemahan serta ancaman sebagai faktor negatif. Dengan demikian, maka akan diperoleh semacam strategi inti atau core strategy yang prinsipnya merupakan: 1) Strategi untuk memanfaatkan kekuatan dan kesempatan yang ada secara terbuka REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-38
USULAN TEKNIS
2) Strategi untuk mengatasi ancaman yang ada 3) Strategi untuk memperbaiki kelemahan yang ada Dalam memanfaatkan SWOT, juga terdapat alternatif penggunaan yang didasarkan dari kombinasi masing-masing aspek sebagai berikut: 1) SO (Strenght - Opportunity) Memanfaatkan kekuatan (S) secara maksimal untuk meraih peluang (O). 2) ST (Strenght - Threat) Memanfaatkan kekuatan (S) secara maksimal untuk mengantisipasi atau menghadapi ancaman (T) dan berusaha maksimal menjadikan ancaman sebagai peluang. 3) WO (Weakness - Opportunity) Meminimalkan kelemahan (W) untuk meraih peluang (O) 4) WT (Weakness - Threat) Meminimalkan kelemahan (W) untuk menghindari secara lebih baik dari ancaman (T). Matriks yang mengkombinasikan unsur-unsur SWOT tersebut dibuat dengan tujuan untuk mendapatkan masukan-masukan dalam pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman berupa potensi yang dimanfaatkan untuk menyelesaikan masalah sekarang atau masa depan baik variabel yang dapat dikendalikan atau tidak. Analisa SWOT dapat lihat pada tabel berikut:
REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-39
USULAN TEKNIS
Internal Audit
Opportunies Treat h s
External Environment
S t r e n g t h s
Weaknesses
SO
WO
ST
WT
Gambar E.2 Contoh Matriks Analisis SWOT Sumber: Nugroho, 2002
Dari hasil analisis SWOT akan dihasilkan beberapa strategi, antara lain: (1) Strategi SO, yang digunakan untuk memperkuat potensi untuk memperoleh peluang yang tersedia dalam lingkungan eksternal. (2) Strategi WO, bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang dan lingkungan eksternal. (3) Strategi ST, bertujuan untuk memperkecil dampak yang akan terjadi dari lingkungan eksternal. (4) Strategi WT, bertujuan untuk memperkuat diri dalam usaha untuk memperkecil kelemahan internal dan mengurangi tantangan eksternal. E.3.3.4 Analisis IFAS-EFAS IFAS (Internal Factor Analysis Summary) merupakan ringkasan atau rumusan faktor-faktor strategis internal dalam kerangka Kekuatan (Strength) dan Kelemahan (Weakness). Sedangkan EFAS (External Factor Analysis Summary) merupakan ringkasan atau rumusan faktor-faktor strategis eksternal dalam kerangka Kesempatan (Opportunities) dan Ancaman (Threats).
REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-40
USULAN TEKNIS
1. Tabel IFAS (Internal Factor Analysis Summary) Cara-cara penyusunan tabel Internal (IFAS) adalah: Kolom 1 disusun faktor-faktor kekuatan dan kelemahan pada studi kasus. a. Masing-masing faktor dalam kolom 2 diberi faktor mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00. Masingmasing nilai diperoleh berdasarkan hasila analisis korelasi atau besarnya pengaruh masing-masing faktor. b. Rating dihitung untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4
(outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan
persepesi masyarakat dan hasil cross check di lapangan terhadap faktor- faktor yang berpengaruh terhadap studi kasus. c. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik). Variabel yang bersifat negatif nilainya adalah 1. Bobot dikalikan dengan rating untuk memperoleh faktor pembobotan. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1 (poor). Skor pembobotan dijumlahkan untuk memperoleh total skor pembobotan terhadap studi kasus. 2. Tabel EFAS (External Factor Analysis Summary) Cara-cara penentuan tabel Eksternal EFAS adalah : a. Kolom 1 disusun peluang dan ancaman b. Masing-masing faktor dalam kolom 2 diberi faktor mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting) c. Rating dihitung untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap studi kasus. d. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil, diberi rating +1). Pemberian nilai rating ancaman misalnya, jika nilai ancamannya sangat besar, ratingnya adalah
Sebaliknya, jika nilai
REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-41
USULAN TEKNIS
ancamannya sedikit ratingnya 1. e. Bobot dikalikan dengan rating untuk memperoleh faktor pembobotan. f. Skor pembobotan dijumlahkan untuk memperoleh total skor pembobotan bagi studi kasus. Nilai total ini menunjukkan bagaimana studi kasus terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya. Dari penilaian berdasarkan IFAS dan EFAS diketahui posisi obyek penelitian dalam koordinat pada sumbu x dan y, sehingga diketahui posisinya sebagai berikut : Kuadran I
: Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut mempunyai peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategy)
Kuadran II : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan dalan kondisi ini adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar) Kuadran III : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi
dilain
pihak,
ia
menghadapi
beberapa
kendala/kelemahan internal. Kondisi bisnis pada kuadaran ini mirip dengan Quetion Mark pada BCG matriks. Fokus strategi pada kuadran ini adalah meminimalkan masalahmasalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik. Kuadran IV : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Pembagian ruang dalam analisis SWOT dengan penilaian terhadap faktor internal (IFAS) dan faktor eksternal (EFAS) tersebut dapat dilihat pada gambar berikut. REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-42
USULAN TEKNIS
EKSTERNAL (+)
Kuadran II Stability
Agressive Maintenace Strategy Selective Maintenace Strategy D
C
Kuadran I Growth
Stabil Groeth Strategy B
Rapid Growth Strategy A
INTERNAL (-)
INTERNAL (+) Conglomerate Strategy H
Turn Around Strategy E Guirelle Strategy F
Kuadran III Survival
Concentric Strategy G
Kuadran IV Diverfication
EKSTERNAL (-)
Gambar E.3 Pembagian Ruang Dalam Kuadran SWOT (IFAS/EFAS)
3. Penentuan Nilai Bobot Nilai bobot tiap elemen-variabel dari setiap faktor yang berpengaruh
terhadap
pengembangan
Kawasan
Perumahan
dan
Permukiman di Propinsi Gorontalo, ditentukan berdasarkan skor komponen tiap variabel. Nilai bobot variabel diperoleh dengan mengolah skor komponen tiap variabel faktor hasil analisis faktor. Langkah-langkah pengolahan skor komponen ‘variabel faktor’ hingga memperoleh nilai bobot tiap ‘elemen-variabel’ dapat diuraikan sebagai berikut: a. Nilai skor komponen setiap ‘variabel faktor’ dikuadratkan kemudian dijumlahkan sehinga diperoleh nilai total skor tiap ‘variabel faktor’, b. Selanjutnya, sluruh nilai total skor ‘variabel faktor’ dijumlahkan sehingga diperoleh angka jumlah total skor dari seluruh ‘variabel faktor’. c. Total skor tiap variabel dibagi jumlah total skor komponen dari seluruh variabel faktor sehingga diperoleh nilai ‘bobot variabel’, d. Selanjutnya pada matriks penilaian IFAS. Awalnya setiap elemenREVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-43
USULAN TEKNIS
variabel diberi nilai ‘bobot sementara’ menurut nilai ‘bobot variabel’ dari variabel dimana elemen-variabel tersebut terkelompok di dalamnya, e. Setelah seluruh elemen-variabel pada matriks penilaian IFAS diberi nilai ‘bobot sementara’, keseluruhan nilai ‘bobot sementara’ pada matrik IFAS dijumlahkan sehingga diperoleh ‘jumlah nilai bobot sementara’ dari matriks penilaian IFAS, f. Selanjutnya dapat dihitung nilai ‘bobot tiap elemen-variabel’. Nilai ‘bobot tiap elemen-variabel’ akan diperoleh dengan cara; nilai ‘bobot sementara tiap elemen-variabel’ dibagi dengan ‘jumlah nilai bobot sementara’, g. Cara yang sama juga dipergunakan untuk penentuan nilai bobot untuk tiap ‘elemen-variabel’ pada matriks penilaian EFAS. 4. Penentuan Rating Nilai rating tiap ‘elemen-variabel’ ditentukan menurut rating faktor dari faktor dimana ‘elemen-variabel’ tersebut terkelompok di dalamnya. Langkah-langkah pengolahan informasi hasil analisis faktor hingga memperoleh rating tiap ‘elemen-variabel’ dapat diuraikan sebagai berikut: a. Informasi hasil analisis faktor yang akan diolah adalah tabel total variance explained. Pada kolom Total Rotation Sums of Squared Loadings akan diketahui nilai dari setiap faktor yang berpengaruh terhadap Pengembangan Kawasan Perumahan dan Permukiman di Propinsi Gorontalo. Nilai eigen pada tabel tersebut berurutan (atas ke bawah) menurut kelompok faktor hasil ekstraksi, b. Selanjutnya setiap faktor ditafsirkan kedalam 4 kelompok rating. Faktor dengan nilai eigen tertinggi diberi rating 4 dan hingga faktor dengan nilai eigen terendah diberi rating 1, c. Selanjutnya pada matriks penilaian IFAS. Setiap ‘elemen-variabel’ diberi rating menurut nilai rating faktor dari faktor dimana ‘elemenvariabel’ tersebut terkelompok di dalamnya. d. Cara yang sama untuk penentuan rating dalam matriks penilaian EFAS. REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-44
USULAN TEKNIS
E.4
Metode Kompilasi dan Pemrosesan Data Pada metode kompilasi dan pemrosesan data ini pada garis besarnya
adalah penggunaan perangkat GIS dalam memetakan data dan informasi yang diperoleh baik dari survei primer dan sekunder di lapangan sangat berguna untuk proses analisa dan inventarisasi data batas kecamatan sehingga dalam penjelasan metode kompilasi dan pemrosesan data akan berfokus pada pengaplikasian GIS. E.4.1
Pengenalan GIS Dalam istilah asing, SIG dikenal juga dengan nama Geographycal
Information System (GIS) yang diartikan sebagai suatu sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memangggil kembali, mengolah, menganalisis, menghasilkan, dan mempublikasikan data bereferensi geografis atau data geospatial untuk mendukung pengambilan keputusan. SIG dapat diperguna kan untuk kepentingan perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya alam, transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum lainnya. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dengan sistem informasi lainnya yang membuatnya menjadi lebih berguna untuk berbagai kalangan dalam menjelaskan kejadian, merencana kan strategi, dan memprediksi, serta memberi solusi dari masalah yang terjadi. Berikut pengertian SIG secara terperinci : •
Menurut Aronaff (1989), SIG adalah sistem informasi yang didasarkan pada kerja komputer yang memasukkan, mengelola, memanipulasi dan menganalisa data serta memberi uraian.
•
Menurut Burrough (1986), SIG merupakan alat yang bermanfaat untuk pengumpulan, penimbunan, pengambilan kembali data yang diinginkan dan penayangan data keruangan yang berasal dari kenyataan dunia.
•
Menurut Kang-Tsung Chang (2002), SIG sebagai a computer system for capturing, storing, querying, analyzing, and displaying geographic data.
•
Menurut Murai (1999), SIG sebagai sistem informasi yang digunakan untuk
memasukkan,
menyimpan,
memanggil
kembali,
mengolah,
menganalisis dan menghasilkan data bereferensi geografis atau data geospatial,
untuk
mendukung
pengambilan
keputusan
dalam
REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-45
USULAN TEKNIS
perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan, transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum lainnya. •
Menurut Marble et al (1983), SIG merupakan sistem penanganan data keruangan.
•
Menurut Bernhardsen (2002), SIG sebagai sistem komputer yang digunakan
untuk
memanipulasi
data
geografi.
Sistem
ini
diimplementasikan dengan perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang berfungsi untuk akusisi dan verifikasi data, kompilasi data, penyimpanan data, perubahan dan pembaharuan data, manajemen dan pertukaran data, manipulasi data, pemanggilan dan presentasi data serta analisa data •
Menurut Gistut (1994), SIG adalah sistem yang dapat mendukung pengambilan keputusan spasial dan mampu mengintegrasikan deskripsideskripsi lokasi dengan karakteristik-karakteristik fenomena yang ditemukan di lokasi tersebut. SIG yang lengkap mencakup metodologi dan teknologi yang diperlukan, yaitu data spasial perangkat keras, perangkat lunak dan struktur organisasi
•
Menurut Berry (1988), SIG merupakan sistem informasi, referensi internal, serta otomatisasi data keruangan.
•
Menurut
Calkin
dan
Tomlison
(1984),
SIG
merupakan
sistem
komputerisasi data yang penting. •
Menurut Linden, (1987), SIG adalah sistem untuk pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan (manipulasi), analisis dan penayangan data secara spasial terkait dengan muka bumi.
•
Menurut
Alter,
SIG
adalah
sistem
informasi
yang
mendukung
pengorganisasian data, sehingga dapat diakses dengan menunjuk daerah pada sebuah peta. •
Menurut Prahasta, SIG merupakan sejenis software yang dapat digunakan untuk pemasukan, penyimpanan, manipulasi, menampilkan, dan keluaran informasi geografis berikut atribut-atributnya.
REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-46
USULAN TEKNIS
•
Menurut Petrus Paryono, SIG adalah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan, manipulasi dan menganalisis informasi geografi. Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa SIG merupakan
pengelolaan data geografis yang didasarkan pada kerja komputer (mesin). Secara khusus, keunggulan SIG antara lain sebagai berikut. a. Memetakan Letak Berbagai fenomena di permukaan bumi akan dipetakan ke dalam beberapa lapisan (layer) dengan setiap lapisannya merupakan representasi kumpulan benda (feature) yang memiliki kesamaan. Sebagai contoh, dari data dasar citra satelit suatu negara dapat dibuat layer-layer (tema), seperti layer negara bagian, jaringan transportasi, dan persebaran kota. Layer-layer ini kemudian disatukan dan disesuaikan dengan urutannya. Setiap data pada setiap layer dapat dicari untuk kemudian dilihat posisinya dalam keseluruhan peta. Kemampuan ini memungkinkan seseorang untuk mencari di mana letak suatu daerah, benda, atau fenomena lainnya di permukaan bumi. Fungsi ini dapat digunakan, seperti untuk mencari lokasi rumah, mencari rute jalan, dan mencari tempat-tempat lainnya yang ada di peta. Orang dapat menganalisis kecenderungan pola-pola yang mungkin akan muncul dengan melihat penyebaran letak-letak gejala, seperti sekolah, rumah sakit, pasar, daerah kumuh, dan gejala-gejala lainnya.
REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-47
USULAN TEKNIS
Gambar E.4. Contoh Layer Peta Dari data citra satelit negara Amerika Serikat dapat dibuat menjadi beberapa layer b. Memetakan Kuantitas Memetakan kuantitas berhubungan dengan jumlah dan penyebarannya. Penyebaran kuantitas tersebut dapat menjadi petunjuk untuk mencari tempattempat yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan dan digunakan untuk pengambilan keputusan, ataupun juga untuk mencari asosiasi dari masing-masing tempat tersebut. Pemetaan ini akan lebih memudahkan pengamatan terhadap data statistik dibanding dengan database biasa. Sebagai contoh, sebuah perusahaan pakaian seragam anak Sekolah Dasar (SD) yang akan menyebarkan brosurnya akan terbantu dengan mengetahui daerah-daerah mana yang memiliki banyak keluarga dengan anak usia sekolah dan memiliki pendapatan yang tinggi. c. Memetakan Kerapatan Data kerapatan atau kepadatan suatu fenomena di permukaan bumi perlu dipetakan. Hal tersebut dimaksudkan agar para pengguna lebih cepat dan lebih mudah memahaminya. Peta kepadatan dapat mengubah bentuk konsentrasi ke dalam unit-unit yang lebih sederhana untuk dipahami, seperti membagi dalam kotak-kotak selebar 5 km2 dengan menggunakan perbedaan warna atau simbol tertentu untuk menandai tiap-tiap kelas kerapatan. REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-48
USULAN TEKNIS
Pemetaan kerapatan sangat berguna untuk data yang berjumlah besar, seperti sensus atau hasil survei massal di suatu daerah. Melalui cara seperti ini, orang akan lebih mudah melihat daerah mana yang kepadatan penduduknya tinggi dan daerah mana yang kepadatan penduduknya rendah. d. Memetakan Perubahan Dengan memasukkan variabel waktu, SIG dapat dibuat untuk peta sejarah. Peta sejarah ini dapat digunakan untuk memperkirakan kondisi yang akan datang dan dapat pula digunakan untuk evaluasi suatu kebijaksanaan tertentu. Misalnya, pemetaan jalur yang dilalui bencana badai dapat digunakan untuk memprediksi ke mana nantinya arah badai tersebut dan bagaimana perubahan lahan akibat badai tersebut. Contoh yang lain, seorang manajer pemasaran barang tertentu dapat melihat perbandingan peta penjualan sebelum dan sesudah dilakukannya tindakan promosi untuk melihat efektivitas hasil promosinya. e. Memetakan Rasio yang Ada di Dalam dan di Luar Suatu Area SIG digunakan juga untuk memonitor proses yang terjadi dan keputusan apa yang tepat diambil dengan memerhatikan peta penyebaran fenomena yang ada di suatu area dan apa yang ada di luar area. Misalnya, SIG dapat dimanfaatkan dalam perencanaan lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Penentuan lokasi tersebut harus memerhatikan jarak antara PLTN dan sekolah (di luar area), serta jalan dan sirene (di dalam area) dalam radius tertentu. Peta ini digunakan sebagai dasar rencana apabila terjadi keadaan darurat. E.4.2
Kompilasi dan Pemrosesan Data Menggunakan GIS Pada
tahap
ini
dilakukan
proses
seleksi
data,
tabulasi
data
pengelompokan/mensistematiskan data sesuai dengan kebutuhan. Dari proses ini akan dihasilkan informasi yang lengkap tentang wilayah perencanaan dan dapat digunakan sebagai dasar dalam penganalisaan lebih lanjut. Dalam pengolahan ini, data akan dikelompokkan menurut jenis-jenis dan sistematika data sesuai dengan laporan yang akan dibuat. Pada tahap ini, pemrosesan data merupakan bagian dari pengelolaan Sistem Informasi Geografis. Secara umum proses SIG terdiri atas tiga bagian (subsistem), yaitu subsistem masukan data (input data), manipulasi dan analisis REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-49
USULAN TEKNIS
data, serta menyajikan data (output data).
Gambar E.5 Tahapan Pengelolaan dan Penerapan SIG
Gambar E.6 Cara Kerja SIG
REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-50
USULAN TEKNIS
Gambar E.7 Tahapan Kerja Sistem Informasi Geografis E.4.3
Subsistem Masukan Data Subsistem ini berperan untuk memasukkan data dan mengubah data asli
ke bentuk yang dapat diterima dan dipakai dalam SIG. Semua data dasar geografi diubah dulu menjadi data digital sebelum dimasukkan ke komputer. Data digital memiliki kelebihan dibandingkan dengan peta (garis atau area) karena jumlah data yang disimpan lebih banyak dan pengambilan kembali lebih cepat. A.
Jenis Data Dasar Ada dua macam data dasar geografi, yaitu data spasial dan data atribut.
REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-51
USULAN TEKNIS
1. Data spasial (keruangan), adalah data yang menunjukkan ruang, lokasi, atau tempat-tempat di permukaan bumi. Data spasial berasal dari peta analog, foto udara, dan penginderaan jauh dalam bentuk cetak kertas. 2. Data atribut (deskripsi), adalah data yang terdapat pada ruang atau tempat yang menerangkan suatu informasi. Data atribut diperoleh dari statistik, sensus, catatan lapangan, dan tabular (data yang disimpan dalam bentuk tabel) lainnya. Data atribut dapat dilihat dari segi kualitas, seperti kekuatan pohon, dan dapat dilihat dari segi kuantitas, seperti jumlah pohon. Data spasial dan data atribut tersimpan dalam bentuk titik (dot), garis (vektor), poligon (area), dan pixel (grid). Data dalam bentuk titik (dot), meliputi ketinggian tempat, curah hujan, lokasi, dan topografi. Data dalam bentuk garis (vektor), meliputi jaringan jalan, pipa air minum, pola aliran sungai, dan garis kontur. Data dalam bentuk poligon (area), meliputi daerah istrasi, geologi, geomorfologi, jenis tanah, dan penggunaan tanah. Data dalam bentuk pixel (grid), meliputi citra satelit dan foto udara. Data dasar yang dimasukkan dalam SIG diperoleh dari tiga sumber, yaitu data lapangan (terestris), data peta, dan data penginderaan jauh. a. Data Lapangan (Terestris), adalah data yang diperoleh secara langsung melalui hasil pengamatan di lapangan karena data ini tidak terekam dengan alat penginderaan jauh. Misalnya, batas istrasi, kepadatan penduduk, curah hujan, jenis tanah, dan kemiringan lereng. b. Data Peta, adalah data yang digunakan sebagai masukan dalam SIG yang diperoleh dari peta, kemudian diubah ke dalam bentuk digital. c. Data Penginderaan Jauh, merupakan data dalam bentuk citra satelit dan foto udara (pesawat udara). Citra yang diperoleh dari satelit dapat langsung digunakan karena sudah dalam bentuk digital. Adapun foto udara sebelum diubah ke dalam bentuk digital harus dilakukan interpretasi terlebih dahulu. REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-52
USULAN TEKNIS
Sebuah peta harus benar-benar mempresentasikan sebagian atau seluruh permukaan bumi. Oleh karena itu, sebuah peta harus memenuhi syarat-syarat berikut ini: •
Jarak antartitik pada peta harus sesuai dengan jarak antartitik sesungguhnya di permukaan bumi.
•
Luas wilayah pada peta harus sesuai dengan luas wilayah sesungguhnya.
•
Sudut atau arah sebuah garis pada peta harus sesuai dengan sudut arau arah yang sesungguhnya di permukaan bumi.
•
Bentuk sebuah objek pada peta harus sesuai dengan bentuk yang sesungguhnya di permukaan bumi.
B.
Metode Input Data Berikut metode memasukkan data spasial dan data atribut pada SIG 1. Data Spasial Guna memasukkan data spasial ke dalam SIG dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu digitasi dan penyiaman (scanning). a) Digitasi Kegiatan digitasi merupakan pekerjaan yang banyak menyita waktu karena dapat menghabiskan waktu hingga 60% dari keseluruhan waktu pemrosesan data sampai dengan pengambilan keputusan. Oleh karena itu, proses ini merupakan hambatan bagi penyelesaian seluruh proses dalam SIG. Proses digitasi terdiri atas 4 tahap, yaitu: • Penyiapan peta yang akan didigitasi, Peta yang akan didigitasi terlebih dahulu harus dalam keadaan baik dan henar. Artinya, peta merupakan lembar bidang datar tanpa bekas lipatan, tidak sobek, dan harus jelas. • Menentukan koordinat peta, Pencatatan koordinat pada meja digitasi mempunyai satuan milimeter. Jika data yang akan didigitasi berupa peta, koordinat digitasi harus ditransformasikan sesuai dengan koordinat peta dan skala harus diubah dari satuan milimeter ke meter. Guna melakukan transformasi ini minimal ada tiga titik
REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-53
USULAN TEKNIS
yang sudah diketahui kedudukannya di lapangan dan harus ditransformasikan sebagai titik kontrol. Pengambilan ketiga titik tersebut untuk mengontrol apabila terjadi pengerutan atau pembesaran objek yang didigitasi. Oleh karena itu, peta yang didigitasi tidak boleh geser atau lepas dari meja digitasi karena sistem koordinat pada meja digitasi telah disesuaikan dengan sistem koordinat peta. • Mengedit data sebelum disimpan ke dalam data dasar, Pengeditan dilakukan karena selalu terjadi kesalahan dalam proses digitasi. Kesalahan dalam proses digitasi umumnya terjadi pada sambungan garis, garis yang terlalu panjang atau terlalu pendek, kelolosan mencantumkan garis atau titik, pencatatan rangkap, kesalahan kode, dan kesalahan lokasi. Guna menghilangkan kesalahan-kesalahan tersebut dapat dilakukan dengan memanfaatkan fasilitas berikut ini: - Fungsi pembesaran (zoom) untuk pembesaran atau pengecilan penayangan - Penghapusan titik akhir (delete last point). - Penghapusan garis (delete line) untulc memperbarui data. - Pengancingan (snap), yaitu pengaitan dan penyambungan segmen garis dengan segmen lainnya. - Fungsi pindah (move) untuk memindahkan letak titik ke lokasi baru. - Fungsi geometri. • Memasukkan atribut dengan kode. Atiibut yang dimasukkan untuk melengkapi data dibuat dengan kode-kode tertentu (kodifikasi). b) Penyiaman (scanning) Memasukkan data dengan alat penyiam dapat menghemat waktu. Penyiaman dapat dilakukan menggunakan detektor elelaronik yang dapat bergerak. Penyiaman yang terkenal ialah penyiaman tabung (drum scanner) dan penyiaman datar (flatbed scanner).
REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-54
USULAN TEKNIS
• Data Atribut, Data atribut suatu objek dapat berupa data kualitatif dan data kuantitatif. - Data Kualitatif, adalah data hasi l pengamatan yang dinyatakan dalam bentuk deskriptif. Data kualitatif dapat diperoleh dari pengisian angket; wawancara, dan tanya jawab. Data kualitatif berfungsi untuk memperlihatkan perbedaan jenis atau rupa. Sebagai contoh, data kualitatif dalam peta tata guna lahan, antara lain permukiman, sawah, kawasan industri, tegalan, dan hutan. - Data Kuantitatif,f adalah data hasil pengamatan yang dinyatakan dalam bilangan. Data kuantitatif berfungsi untuk memperlihatkan perbedaan nilai dari objek. - Data kuantitatif dapat dibedalcan menjadi empat, yaitu data rasio, interval, ordinal, dan nominal. - Data rasio adalah data yang diperoleh dengan ukuran-ukuran yang memiliki nilai 0 (nol) mutlak dan dengan interval yang sama. Contohnya, panjang jalan A = 5 km dan, panjang jalan B = 10 km. Hal itu berarti bahwa panjang jalan B adalah 2 kali panjang jalan A. Data rasio ini mempunyai tingkat akurasi yang tertinggi. - Data interval adalah data yang disusun berdasarkan jarak tertentu. Contohnya, nilai mata pelajaran siswa A = 9, B = 8, C = 7, D = 6, dan E = 5. Interval antara siswa A dan C (9-7 = 2) sama dengan interval antara siswa C dan E (7 - 5 = 2). Data interval mempunyai tingkat akurasi sedang. - Data ordinal adalah data yang disusun berdasarkan kategorikategori tertentu yang menunjukkan adanya tingkatan dari yang paling rendah sampai tingkat paling tinggi. Contohnya, kelompok penduduk ekonomi atas diberi label 1, kelompok penduduk ekonomi menengah diberi label 2, dan kelompok penduduk ekonomi bawah diberi label 3. - Data nominal adalah data yang disusun berdasarkan kategorikategori tertentu yang tidak menunjukan adanya tingkatan,
REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-55
USULAN TEKNIS
kemudian diberi kode. Contohnya, permulciman diberi kode 1 dan sawah diberi kode 2. • Data atribut tersebut disimpan dalam bentuk tabel yang rasional sehingga mudah untuk digunakan dalam jumlah data yang banyak. C.
Model Data Spasial Data spasial yang ialah dimasukkan dan disimpan di dalam SIG dapat
dibedakan menjadi dua model, yaitu model data raster dan model data vektor. 1. Model Data Raster Data raster adalah data yang dibentuk oleh kumpulan sel atau pixel (picture element). Pixel adalah bagian terkecil yang masih dapat digambarkan dalam sebuah citra. Setiap pixel mempunyai referensi (koordinat) sendiri sebagai identitasnya dan mempunyai nilai tertentu. Oleh karena in data raster dapat menggambarkan objek geografi yang mempunyai satuan luas karena ukuran raste berkaitan erat dengan ukuran sebenarnya di lapangan. Data raster berdimensi dua sehingga muda; disimpan, dimanipulasi, dan ditampilkan. Tabel E.5. Keunggulan dan Kelemahan dan Raster 1. 2. 3. 4. 5.
Keunggulan Struktur data raster sederhana Tumpang susun dan kombinasi data yang dipetakan mudah dilakukan Analisis keruangan mudah dilakukan Satuan unit dalam raster mempunyai ukuran dan bentuk yang sama. Teknoya murah dan mudah dikembangkan.
1. 2.
3. 4. 5.
Kelemahan Volume data grafik besar sehingga memerlukan tempat penyimpanan data yang besar pula. Penggunaan ukuran pixel yang besar untuk mengurangi ruang pemakaian sering menghilangkan beberapa informasi. Peta yang rumit tampak kurang baik. Jalinan hubungan sulit dibuat. Transformasi proyeksi sulit dilakukan.
2. Model Data Vektor Data vektor merupakan model data yang dapat digunakan untuk menggambarkan informasi geografi secara tepat. Model data vektor menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik-titik, garis; atau poligon beserta atributnya. Bentuk-bentuk dasar data spasial dalan model data vektor ditampilkan dalarn sistem koordinat kartesian dua dimensi (sumbu x dan y). Di dalam model data spasial vektor, garis-garis atau kurva merupakan REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-56
USULAN TEKNIS
sekumpulan titik-titik terurut yang dihubungkan, sedangkan luasan atau poligon juga disimpan sebagai sekumpulan titik-titik. Akan tetapi, titik awal dan titik ahhir poligon tersebut mempunyai nilai koordinat yang sama sehingga.menjadi poligon tertutup. Informasi vang diwakili oleh titik, garis, atau bidang mempunyai koordinat yang tepat. Titik akan diikat oleh satu koordinat (x, y), garis diikat oleh dua atau lebih sistem-koordinat sedangkan poligon atau bidang diikat oleh beberapa koordinat yang tertutup. Tabel E.6. Keunggulan dan Kelemahan Data Vektor Keunggulan 1. Ruang atau tempat penyimpanannya kecil 2. Memiliki resolusi spasial yang tinggi 3. Memiliki batas-batas yang tegas dan jelas sehingga sangat baik untuk pembuatan petapeta istratif dan sarana dan praasarana infrastruktur pengairan.
E.4.4
Kelemahan 1. Struktur datanya rumit 2. Datanya sulit dimanipulasi 3. Memerlukan biaya yang tinggi untuk perangkat lunaknya
Subsistem Penyajian Data Subsistem ini berfungsi menyajikan atau menampilkan hasil akhir dari
proses SIG. Hasil akhir tersebut dapat berupa peta, tabel, grafik, dan laporan. Keluaran data hasil SIG sangat bermanfaat dalam berbagai bidang untuk perencanaan, analisis, dan peng ambilan keputusan suatu kebijakan tertentu. E.4.4
Pengumpulan Data Spasial dan Non Spasial Pada tahapan cara kerja Sistem Informasi Geografis Pengumpulan data
spasial dan non spasial ini termasuk pada tahapan memasukkan data. Untuk mengumpulkan data tentunya terlebih dahulu harus mengetahui sumber data yang akan digunakan. Jenis data telah dijelaskan pada uraian sebelumnya. A.
DATA SPASIAL
1. Bagian Data Spasial Sebagian besar data yang akan ditangani dalam SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis, memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua bagian penting yang membuatnya berbeda dari data lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif (attribut) yang dijelaskan berikut ini :
REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-57
USULAN TEKNIS
a) Informasi lokasi (spasial), berkaitan dengan suatu koordinat baik koordinat geografi (lintang dan bujur) dan koordinat XYZ, termasuk di antaranya informasi datum dan proyeksi. b) Informasi deskriptif (atribut) atau informasi non spasial, suatu lokasi memiliki beberapa keterangan yang berkaitan dengannya, contohnya: jenis vegetasi, populasi, luasan, kode pos, dan sebagainya. Informasi lokasi
atau geometri milik suatu objek spasial dapat
dimasukkan ke dalam beberapa bentuk seperti berikut : • Titik (dimensi nol - point), Titik adalah representasi grafis atau geometri yang paling sederhana bagi objek spasial. Representasi ini tidak memiliki dimensi, tetapi dapat diidentifikasikan di atas peta dan dapat ditampilkan pada layar monitor dengan menggunakan simbolsimbol tertentu. Perlu dipahami juga bahwa skala peta akan menentukan apakah suatu objek akan ditampilkan sebagai titik atau polygon. Pada peta skala besar, unsur-unsur bangunan akan ditampilkan sebagai polygon, sedangkan pada skala kecil akan ditampilkan sebagai unsur-unsur titik. Format titik : koordinat tunggal, tanpa panjang, tanpa luasan. Contoh : lokasi kecelakaan, letak pohon
Gambar E.8. Contoh Data Spasial Dalam Bentuk Titik
• Garis (satu dimensi – line atau polyline), Garis adalah bentuk geometri linier yang akan menghubungkan paling
sedikit dua titik dan
digunakan untuk merepresentasikan objek-objek yang berdimensi REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-58
USULAN TEKNIS
satu. Batas-batas objek geometri polygon juga merupakan garis-garis, demikian pula dengan jaringan listrik, jaringan komunikasi, pipa air minum, saluran buangan, dan utilit y lainnya dapat direpresentasikan sebagai objek dengan bentuk geometri garis. Hal ini akan bergantung pada skala peta yang menjadi sumbernya atau skala representasi akhirnya. Format : Koordinat titik awal dan akhir, mempunyai panjang tanpa luasan. Contoh : jalan, sungai, utility .
Gambar E.9. Contoh Data Spasial Dalam Bentuk Garis
• Polygon (dua dimensi – area), Geometri polygon digunakan untuk merepresentasikan objek-objek dua dimensi. Unsur-unsur spasial seperti danau, batas propinsi, batas kota, batas persil tanah milik adalah beberapa contoh tipe entitas dunia nyata yang pada umumnya direpresentasikan sebagai objek-objek dengan geometri polygon. Meskipun demikian, representasi ini masih akan bergantung pada skala petanya atau sajian akhirnya. Format : Koordinat dengan titik awal dan akhir sama, mempunyai panjang dan luasan. Contoh : Tanah persil, bangunan
REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-59
USULAN TEKNIS
Gambar E.10. Contoh Data Spasial Dalam Bentuk Polygon
• Permukaan (3D), Setiap fenomena terkait fisik (spasial) memiliki lokasi di dalam ruang. Akibatnya, model data yang lengkap juga harus mencakup dimensi penting yang ketiga (ruang 3 dimensi). Hal ini tentu saja juga berlaku bagi permukaan tanah, menara, sumur, bangunan, batas-batas alamat, bencana (gempa, tsunami, kebakaran), dan lain sebagainya. Format : Area dengan koordinat vertikal, Area dengan ketinggian Contoh : Peta slope, bangunan bertingkat.
Gambar E.11. Contoh data spasial dalam bentuk 3D
Informasi Atribut, Data Deskriptif merupakan uraian atau atribut data spasial (anotasi, tabel, hasil pengukuran, kategori obyek, penjelasan hasil analisis / prediksi dll). Data non-spasial dapat dimasukkan ke dalam beberapa bentuk sebagai berikut : • Format tabel: Kata-kata, kode alfanumerik, angka-angka. Contoh : hasil proses, indikasi, atribut. • Format laporan: Teks, deskripsi. Contoh : perencanaan, laporan proyek, pembahasan. REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-60
USULAN TEKNIS
• Format pengukuran: Angka-angka, hasil. Contoh : jarak, inventarisasi, luas • Format grafik anotasi: Kata-kata, angka-angka, symbol. Contoh : nama objek, legend, grafik/peta. 2. Format Data Spasial Secara sederhana format dalam bahasa komputer berarti bentuk dan kode penyimpanan data yang berbeda antara file satu dengan lainnya. Dalam SIG, data spasial dapat direpresentasikan dalam dua format, yaitu : a) Data Vektor Data vektor merupakan bentuk bumi yang direpresentasikan ke dalam kumpulan garis, area (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan berakhir di titik yang sama), titik dan nodes (merupakan titik perpotongan antara dua buah garis)
Gambar E.12. Data Vektor
REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-61
USULAN TEKNIS
Keuntungan utama dari format data vektor adalah ketepatan dalam merepresentasikan fitur titik, batasan dan garis lurus. Hal ini sangat berguna untuk analisa yang membutuhkan ketepatan posisi, misalnya pada basis data batas-batas kadaster. Contoh penggunaan lainnya adalah untuk mendefinisikan hubungan spasial dari beberapa fitur. Kelemahan data vektor yang utama dalah ketidakmampuannya dalam mengakomodasi perubahan gradual. b) Data Raster Data raster (atau disebut juga dengan sel grid) adalah data yang dihasilkan dari sistem penginderaan jauh. Pada data raster, objek geografis direpresentasikan sebagai struktur sel grid yang disebut dengan pixel (picture element).
Gambar E.13. Data raster REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-62
USULAN TEKNIS
Pada data raster, resolusi (definisi visual) tergantung pada ukuran pixelnya. Dengan kata lain resolusi pixel menggambarkan ukuran sebenarnya dari permukaan bumi yang diwakili oleh setiap pixel pada citra. Semakin kecil ukuran permukaan bumi yang direpresentasikan oleh satu sel, semakin tinggi resolusinya. Data raster sangat baik untuk merepresentasikan batas-batas yang berubah secara gradual, seperti jenis tanah, kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah dan sebagainya. Keterbatasn utama dari data raster adalah besarnya ukuran file; semakin tinggi resolusi grid -nya semakin besar pula ukuran filenya dan sangat tergantung pada kapasitas perangkat keras yang tersedia.Masing-masing format data mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pemilihan format data yang digunakan sangat tergantung pada tujuan penggunaan, data yang tersedia, volume data yang dihasilkan, ketelitian yang diinginkan, serta kemudahan dalam analisa. Data vector relative lebih ekonomis dalam hal ukuran file dan presisi dalam lokasi, tetapi sangat sulit untuk digunakan dalam komputasi matematik. Sedangkan data raster biasanya membutuhkan ruang penyimpanan file yang lebih besar dan presisi lokasinya lebih rendah, tetapi lebih mudah digunakan secara matematis. 3. Sumber Data Spasial Salah satu syarat SIG adalah data spasial, yang dapat diperoleh dari beberapa sumber antara lain : a) Peta Analog Peta analog (antara lain peta topografi, peta tanah dan sebagainya) yaitu peta dalam bentuk cetak. Pada umumnya peta analog dibuat dengan teknik kartografi, kemungkinan besar memiliki referensi spasial seperti koordinat, skala, arah mata angin dan sebagainya. Dalam tahapan SIG sebagai keperluan sumber data, peta analog dikonversi menjadi peta digital dengan cara format
raster diubah
menjadi format vektor melalui proses dijitasi sehingga dapat menunjukkan koordinat sebenarnya di permukaan bumi. REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-63
USULAN TEKNIS
b) Data Sistem Penginderaan Jauh Data penginderaan jauh (antara lain citra satelit, foto udara dan sebagainya), merupakan sumber data yang terpenting bagi SIG karena ketersediannya secara berkala dan mencakup area tertentu. Dengan adanya
bermacam-macam
satelit
di
ruang
angkasa
dengan
spesifikasinya masing-masing, kita bisa memperoleh berbagai jenis citra satelit untuk beragam tujuan pemakaian. Data ini biasanya direpresentasikan dalam format raster. c) Data hasil pengukuran lapangan Data pengukuran lapangan yang dihasilkan berdasarkan teknik perhitungan tersendiri, pada umumnya data ini merupakan sumber data atribut, contohnya: batas istrasi, batas kepemilikan lahan, batas persil, batas hak pengusahaan hutan dan lain-lain. d) Data GPS (Global Positioning System) Teknologi GPS memberikan terobosan penting dalam menyediakan data bagi SIG. keakuratan pengukuran GPS semakin tinggi dengan berkembangnya teknologi. Data ini bisanya direpresentasikan dalam format vector. B.
DATA NON SPASIAL Sedangkan data non-spasial adalah selain data spasial yaitu data yang
berupa text atau angka biasanya disebut dengan atribut. Data non-spasial ini akan menerangkan data spasial atau sebagai dasar untuk menggambarkan data spasial. Dari data non-spasial ini nantinya dapat dibentuk data spasial. Misalnya jika ingin menggambarkan peta penyebaran penduduk maka diperlukan data jumlah penduduk dari masing-masing daerah (data non-spasial), dari data tersebut nantinya akan dapat di gambarkan pola penyebaran penduduk untuk masing masing daerah. E.4.5
Digitasi Peta pada GIS Digitasi peta ini merupakan proses penginputan data yang terakomodir
pada proses sebelumnya. Proses penginputan data ini tergantung pada jenis data
REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-64
USULAN TEKNIS
yang terkumpul. Data spasial yang telah didapat dapat diproses dalam SIG. GIS merupakan Aplikasi dekstop SIG yang mendukung format data vektor, raster, dan database (PostGIS dan Oracle). Quantum GIS adalah aplikasi SIG gratis yang mencakup pemetaan, analisis spasial, dan beberapa fitur DesktopGIS lainnya. Aplikasi ini sama dengan paket
aplikasi GIS komersial namun aplikasi
ini
didistribusikan secara gratis dibawah lisensi GNU, QuantumGIS mendukung format data vektor, raster, dan database (PostGIS dan Oracle). QuantumGIS juga dapat diprogram ulang untuk mengerjakan tugas yang berbeda atau lebih spesifik. Aplikasi ini juga merupakan suatu aplikasi multi-platformyang dapat dijalankan pada sistem operasi yang berbeda-beda termasuk MacOS X, Linux, Unix dan Windows XP. Teknik digitasi peta pada prinsipnya adalah pembuatan peta melalui proses komputer. Penyimpanan file di komputer dari hasil digitasi peta tersebut dikelompokkan berdasarkan pada layer-layer yang sesuai dengan tipenya masingmasing, misalnya layer garis diperuntukkan untuk data digital jalan, layer poligon digunakan untuk data digital kelurahan, layer titik digunakan untuk memberikan label nama untuk setiap tempat ibadah. Adapun langkah-langkah dalam digitasi peta adalah sebagai berikut : •
Install dan jalankan Quantum GIS-0.9.1. Sehingga akan muncul tampilan awal dari program Quantum GIS.
E.4.5
•
Lalu pada Quantum GIS lakukan digitasi kelurahan dengan layer polygon
•
Lalu digitasi jalan dengan layer line
•
Terakhir digitasi titik tempat ibadah dengan layer poin Pengisian Tabel Tahapan ini termasuk dalam analisis data merupakan aktivitas yang
meliputi antara lain membuat basis data baru, menghapt basis data, membuat tabel basis data, mengisi dan menyisipkan data ke dalam tabel, mengubah dan mengedit data, serta membuat indeks untuk setiap tabel basis data.
REVIEW RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (RP3KP) PROPINSI GORONTALO
E-65